HARI MUKTI
7616130693
PROGRAM PASCASARJANA
2014
Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Colquitt, LePine dan Wesson sebgai berikut,
“satisfied employees engage in more frequent ‘extra mile’ behaviors to help their coworkers
and their organization”1
Terjemahan:
Karyawan yang puas terlibat dalam perilaku jauh lebih baik yang lebih sering untuk
menolong rekan kerja dan organisasi mereka.
Fred Luthans mengungkapkan pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB dalam bagian
salah satu prinsip perilaku organisasi dalam bukunya, yakni “other additional variables
discussed in theis chapter such as jpb satisfaction and organizational commitment predict
and may lead to OCBs”2
Terjemahan :
Variabel tambahan lainnya yang dibahas di bab ini seperti kepuasan kerja dan
momitmen orgeanisasi menentukan dan memastikan perilaku OCB.
Perilaku OCB, walaupun secara kuantitas tidak berpengaruh pada proyeksi imbalan
yang diterima karyawan karena memnag tidak tercantum dalam prosedur distribusi imbalan
yang diterima karyawan, sangat berpengaruh pada kinerja, komitmen dan perilaku karyawan
diluar organisasi atau diluar kodisi kinerjanya seperti mejaga nama baik organisasi,
memperbaiki citra organisasi dan menjalin hubungan baik
Logika tersebut tentulah sesuai dengan pemdapat Robbins dan Judge yang menyatakan:
Terjemahan:
Tampaknya logis untuk menganggap kepuasan kerja harus menjadi penentu utama
perilaku organisasi karyawan (OCB). Karyawan yang puas tampaknya lebih
1
(53(Colquitt, LePine dan Wesson, op.cit., h:128))
2
(54(Ibid, h.153))
cenderung berbicara positif mengenai organisasi tersebut, membantu orang lain dan
melampaui harapan normal dalam pekerjaan mereka "(55)
Patut dikatakan masuk akal untuk menganggap bahwa kepuasan kerja bisa menjadi faktor
utama yang menentukan OCB seorang karyawan. Karyawan yang puas akan telihat berbicara
yang bagus tentang organisasinya, menolong orang laindan berperilaku jauh lebih baik diatas
harapan kerja mereka.
Karyawan yang puas akan terlihat berbicara yang bagus tentang organisasinya, menolong
orang lain dan berperilaku jauh lebih baik diatas harapak kerja mereka. mereka anggap ini
adalah “panggilan” tugas karena mereka ingin balas jasa mengenai pengalaman positif
mereka atas perlakuan organisasi. Balas jasa mengenai kepuasan yang dialami karyawan
tentulah atas anggapan keadilan, dimana jika mereka menolong rekan kerja mereka dan
berperilaku lebih baik dari yang diharapkan itu karena rekan sesame mereka mendukung
mereka juga. Begitu pula jika karyawan tidak merasakan atasan mereka, prosedur organisasi,
atau kebijakan upah terasa adil, kepuasan kerja mereka terlihat menurun drastis. 3 Dan tentu
3
Stephen P. Robbins and Mary Couller, op. cit., h. 404-405