Makala H
Makala H
BIOREMIDIASI
“STUDI KASUS BIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI”
OLEH:
EKA RINAWATI
16230005
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2017
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat berupa
kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
kelompok dalam bentuk makalah ini.
Ucapan terimakasih kami kepada:
1) Bapak Dr, Agus Sutanto, M.Si. dan Ibu Dr. Hening Widowati, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Bioremidiasi.
2) Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
Akhir kata, penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan baik
pada rumah tangga, industri maupun transportasi. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan transportasi
produksi minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga
semakin besar pula kecenderungannya untuk mencemari lingkungan,
terutama di wilayah pesisir. Pencemaran tersebut berasal dari buangan
limbah kilang minyak, hasil sampingan dari proses produksi, distribusi
maupun transportasi.
Limbah yang dihasilkan dari kilang minyak berupa limbah cair dan
limbah padat. Produksi kilang minyak bumi sebanyak 1000 barrel per hari
akan menghasilkan limbah padat (lumpur minyak) lebih dari 2.6 barrel
sedangkan di Indonesia, produksi kilang menghasilkan minyak bumi sekitar
1,2 juta barrel per hari yang berarti menghasilkan limbah padat sebanyak
3120 barrel per hari dan dalam waktu satu tahun menghasilkan limbah
sebanyak 1.3 juta barrel, yang 285.000 barrel diantaranya adalah limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun).
Pengolahan limbah minyak bumi dilakukan secara fisika, kimia dan
biologi. Pengolahan secara fisika dilakukan untuk pengolahan awal yaitu
dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung
pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat
pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam
bentuk tangki ataupun balon dan dilanjutkan dengan pengolahan secara
kimia, namun biayanya mahal dan dapat menimbulkan pencemar baru.
Pengolahan limbah secara biologi merupakan alternatif yang efektif dari segi
biaya dan aman bagi lingkungan. Pengolahan dengan metode biologis disebut
juga bioremediasi, yaitu biotek-nologi yang memanfaatkan makhluk hidup
khususnya mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun
bahan pencemar (Kepmen LH No. 128, 2003).
1
Oleh karena itu pada pembahasan makalah kali ini, kami akan
mencoba untuk menganalisis kritis artiket terkait dengan “Bioremediasi
dengan Teknik Biostimulasi Tanah Tercemar Minyak Bumi dengan
Menggunakan Kompos Kombinasi Limbah Media Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) dan Azolla” dengan harapan dengan analisis aktikel ini
kami maupun yang membaca dapat mengetahui cara dan langkah yang dapat
digunakan untuk pengolahan limbah minyak bumi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bibliografi
Zhyahrial, Faizhal F., Yuni Sri Rahayu., Yuliani. 2014. Bioremediasi
dengan Teknik Biostimulasi Tanah Tercemar Minyak Bumi
dengan Menggunakan Kompos Kombinasi Limbah Media
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan Azolla. Lentera Bio
Berkala Ilmiah Biologi. ISSN: 2252-3979. Volume 3, Nomor 3,
September 2014. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Surabaya.
2. Tujuan Penulisan
a. Mendeskripsikan kandungan unsur hara N, P, K pada kompos
limbah media jamur Tiram Putih (P. ostreatus) dengan penambahan
Azolla.
b. Mengetahui perbedaan kadar TPH dan hara N pada tanah tercemar
minyak bumi sebelum dan setelah pemberian media.
c. Mengetahui konsentrasi kompos limbah media jamur Tiram Putih
(P. ostreatus) yang optimal dalam meningkatkan kadar nitrogen dan
menurunkan TPH tanah tercemar minyak bumi.
3
a. Pencemaran dapat diartikan sebagai berubahnya tatanan (komposisi)
lingkungan oleh kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitas
air, tanah, dan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.
b. Minyak bumi maupun limbahnya merupakan campuran kompleks
senyawa organik yang terdiri atas senyawa hidrokarbon dan non
hidrokarbon.
c. Total Petrolium Hidrokarbon (TPH) merupakan pengukuran
konsentrasi pencemar hidrokarbon minyak bumi dalam tanah atau
serta seluruh pencemar hidrokarbon minyak dalam suatu sampel
tanah yang sering dinyatakan dalam satuan mg hidrokarbon/kg
tanah.
d. Bioremidiasi dengan teknik biostimulasi mampu menurunkan
konsentrasi minyak. Pertumbuhan mikroba alami pada tanah
tercemar dapat mendegradasi TPH tanah tercemar minyak bumi.
e. Limbah media tanam jamur kayu mengandung unsur N=0,42%;
P=0,24%; dan K=0%. Oleh karena itu perlu penambahan Azolla
sebagai pemasok unsur hara N, P, dan juga K, sehingga didapatkan
kandungan hara pada kompos limbah media setelah penambahan
yaitu N=2,01%; P=2,02%; dan K 0,91% (Kresna, 2003).
4
Gambar 2. Kompos Baglog Jamur Tiram Putih
Sumber: www. Google image.com
5
B. Refleksi dan Ulasan materi
Setelah membaca artikel yang kami pilih ini, penyusun mendapatkan
informasi baru tentang salah satu cara pengolahan limbah minyak bumi agar
tidak berbahaya untuk lingkungan dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari dengan menggunakan beberapa bakteri indigenous
yang dapat mengurai logam logam berbahaya yang terkandung di dalam
lumpur minyak tersebut. Berikut ini terdapat beberapa informasi berhubungan
dengan bioremediasi hidrokarbon minyak bumi, diantaranya adalah:
1. Pengertian Lumpur Minyak Bumi
Lumpur minyak bumi merupakan limbah yang terjadi pada
kegiatan pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak bumi.
Lumput minyak bumi tersebut berupa lumpur atau pasta yang berwarna
hitam, kadang-kadang tercampur dengan tanah, kerikil, air , dan bahan
lainnya. Pada umumnya Lumpur ini dihasilkan dari pengendapan
partikel-partikel halus dari BBM. Endapan tersebut semakin lama
semakin menumpuk pada bagian bawah dari tangki-tangki penyimpanan
atau pada pipa-pipa penyaluran BBM. Lumpur Minyak Bumi
mengandung bahan-bahan logam berat yang berasal dari refinery minyak.
Oleh karena itu berdasarkan PP no 18 tahun 1999 limbah B3 harus
mendapat perijinan dalam pemanfaatannya.
2. Dampak Lumpur Minyak
Di Indonesia Lumpur Minyak Bumi pada umumnya ditimbun di
kolam-kolam dan menumpuk selama bertahun-tahun. Sejak kegiatan
kilang minyak beroperasi sampai sekarang belum ada kegiatan
pengolahan limbah tersebut yang sekaligus dimanfaatkan menjadi produk
lain. Masalah yang penting dalam menanganinya adalah kandungan
logam berat yang cukup tinggi. Untuk pemanfaatan dalam produk lain
harus dapat mengikat logam berat tersebut menjadi aman tidak pergi,
tidak tercuci (leaching) dalam air sehingga dapat mencemari air bawah
tanah.
Limbah lumpur minyak bumi berpengaruh pada ekosistem pesisir
baik terumbu karang, mangrove maupun biota air, baik yang bersifat
6
lethal (mematikan) maupun sublethal (menghambat pertumbuhan,
reproduksi dan proses fisiologis lainnya). Hal ini karena adanya senyawa
hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi, yang memiliki
komponen senyawa kompleks, termasuk didalamnya Benzena, Toluena,
Ethilbenzena dan isomer Xylena (BTEX), merupakan senyawa aromatik
dalam jumlah kecil dalam hidrokarbon, namun pengaruhnya sangat besar
terhadap pencemaran, perairan.
3. Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon
Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap kehidupan
mikroorganisme dalam proses biodegradasi hidrokarbon. Sebagian besar
biodegradasi oleh mikroorganisme terjadi pada pH netral. Nilai pH yang
ekstrim, pada beberapa jenis tanah berpengaruh negatif terhadap
kecepatan degradasi hirokarbon. Penurunan pH tersebut diduga
disebabkan oleh aktivitas mikroba yang membentuk metabolit-metabolit
asam guna beradaptasi pada kondisi lingkungan baru. Kemungkinan lain
penurunan pH terjadi karena terakumulasinya asam organik (terutama
asam glukonat, piruvat, sitrat, dan suksinat) yang terbentuk dari
metabolisme organik (Watkinson, 1980 dalam Nugroho, 2006).
Kasus yang terjadi, minyak di Guilt of Eilat (Red Sea) telah
merusak gonad Stylophora pistillata, menurunkan survival rate koloni-
koloni karang dan menurunkan jumlah produksi planula serta tumpahan
minyak diesel dan minyak "Bunker C" Witwater di daerah Panama 1968
menyebabkan benih-benih Avicennia dan Rhizophora sp. serta berbagai
invertebrata, penyu, burung dan alga yang hidup di daerah intertidal
mangrove mati, serta banyak kasus lain seperti tumpahan minyak bahan
bakar pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) yang bersumber dari
kapal tongkang pengangkut minyak (Kompas, 21 Februari 2004). Semua
itu berpengaruh buruk bagi lingkungan perairan khususnya biota yang
ada didalamnya, sehingga menyebabkan turunnya produktivitas
sumberdaya perikanan. Oleh karena itu, upaya penanggulangannya
mutlak harus dilakukan.
7
Senyawa hidrokarbon digunakan oleh mikroba sebagai sumber
nutrisi dan sumber energi untuk melakukan metabolisme dan
perkembangbiakan. Dan terjadinya proses degradasi senyawa
hidrokarbon secara mekanisme berlandaskan pada prinsip bioremediasi
dimana kelompok mikroba karbonoklastik melakukan proses
perombakan senyawa hidrokarbon dengan enzim pengoksidasi
hidrokarbon, sehingga mikroba mampu mendegradasi senyawa
hidrokarbon minyak bumi dengan memotong rantai hirokarbon menjadi
lebih pendek.
Selain itu, mikroba karbonoklastik memiliki kemampuan untuk
menempel pada hidrokarbon, kesanggupan memproduksi emulsifier,
serta memiliki mekanisme untuk membebaskan diri (desorption) dari
hidrokarbon. Sintesis enzim pengoksidasi hidrokarbon dikode oleh
kromosom mikroba dan plasmid yang termutasi. Mutasi kromoson dan
plasmid mempengaruhi proses pemecahan molekul hidrokarbon. Karena
senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik alami, maka banyak
jenis mikroba yang berevolusi untuk menggunakan senyawa
hidrokarbon. sehingga peningkatan populasi mikroba akan terjadi jika
suatu lingkungan kaya akan kandungan hidrokarbon (minyak bumi).
4. Mikroba Hidrokarbonoklastik
Mikroorganisme, terutama bakteri yang mampu mendegradasi
senyawa yang terdapat di dalam hidrokarbon minyak bumi disebut
bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini mampu mendegradasi senyawa
hidrokarbon dengan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber
karbon dan energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya.
Mikroorganisme ini mampu menguraikan komponen minyak bumi
karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan
hidrokarbon sebagai donor elektronnya.
Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersihan tumpahan
minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida
(CO2), bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk
seperti asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat
8
meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir formasi
klastik dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi.
Berikut adalah reaksi degradasi senyawa hidrokarbon fraksi
aromatik oleh bakteri yang diawali dengan pembentukan Pro-to-ca-
techua-te atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan
dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi
senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat),
yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
9
5. Mekanisme Degradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bakteri
Degradasi hidrokarbon minyak bumi olrh bakteri umumnya
dilakukan dalam kondisi aerob. Degradasi secara aerobakan lebih cepat
dan lebih efektif dibandingkan dengan degradasi anaerob karena
menggunakan energi yang lebih sedikit dan menghasilkan energi yang
lebih banyak dibandingkan reaksi anaerob. Mekanisme hidrokarbon
minyak bumi diawali dengan melekatnya mikroba dengan hodrokarbon
minyak bumi secara optimal melalui mekanisme adhesi spesifik untuk
mengeliminir komponen heteropolisakarida anionik yang terdapat pada
bagian kapsul atau dinding sel bakteri maupun melalui proses
emulsifikasi dengan menghasilkan biosurfaktan. Aktivitas biodegradasi
minyak bumi terjadi secara intraseluler dan diaktivasi oleh molekul
oksigen melalui reaksi oksidasi yang menggunakan enzim oksigenase.
Biodegradasi terjadi pada jalur peripheral untuk mengkonversi senyawa
hidrokarbon secara bertahap menjadi senyawa intermediet seperti
senyawa asetil CoA. Asetil CoA akan memasuki siklus asam
trikarboksilat dan menghasilkan CO2 + H2O serta energi untuk
pertumbuhannya.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Biodegradasi
Hidrokarbon Minyak Bumi
Keberhasilan proses biodegradasi sangat dipengaruhi ole
berbagai faktor lingkungan, faktor tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Komposisi Minyak (Struktur Kimia)
Biodegradasi suatu senyawa berkitan dengan struktur kimia
hidrokarbon maupun konsentrasi minyak. Biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi oleh mikroba trjadi pada hidrokabon jenuh terlebih
dahulu dan diikuti dengan hidrokarbon aromatik. Konsentrasi
hindrokarbon yang tinggi memiliki tingkat toksik yang tinggi pula
sehingga dapat menyebabka laju biodegradasi hidrokabon minyak
bumi menurun.
b. Komunitas Mikroba
10
Degradasi hidrokarbon minyak bumi juga tergantug oleh komunitas
mikroba. Beberapa karakteristik penting yang harus dimiliki mikroba
hidrokabonoklastik diantaranya memiliki enzim oksigenase dan
mengikat hidrokarbon, menghsilkan emulsifier mengoptimalkan kotak
antara mikroorganisme dngan hidrokarbon. Selain itu, proses
biodegradasi hidrokarbon minyak bumiipengaruhi oleh jumlah
mikrobahidrokarbonoklasik karena jumlah mikroba yang cukup akan
menghasilkan banyak produk enzim tertentu yang dapat mendegradasi
hidrokarbon minyak bumi.
c. Suhu
Suhu mempengaruhi proses degradasi yang juga akan mempengaruhi
populasi mikroba, laju degradasi hidrokarbon. Suhu optimum untuk
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi adalah 20-300C. Laju
biodegradasi akan menurun seiring menurunnya suhu maupun
sebaliknya. Suhu yang rendah akan menurunkan laju aktivitas enzim,
dan volatilitas alkana dengan rantai pendek yang bersifat toksik akan
menurun dan kelarutannya di air mengalami peningkatan sehingga
menghambat atau memperlambat laju biodegradasi.
d. Oksigen
Oksigen merupakan faktor utama yang dibutuhkan dalam proses
biodegradasi hodrokarbon yang melibatkan enzim oksigenase agar
molekul hidrokarbon dapat digunakan sebagai sumber karbon olh
mikroba untuk metabolisme sel. Proses biodegradasi hidokarbon akan
lebih efektif ketika dalam kondisi aerob karena bakteri secara efektif
dapat mendegradasi senyawa alifatik dan aromatik.
e. pH
pH di lingkungan perairan laut umumnya bersifat sedikit alkali (basa)
dan stabil. Umumnya bakteri heterotrof dan fungi lebih menyukai pH
yang mendekati netral. Bakteri tidak dapat mendegradasi hidrokarbon
yang kondisi pH yang ekstrim. Namun demikian, laju biodegradasi
akan meningkat seiring meningkatnya pH dan optimum ketika pH
berada pada kondisi alakali.
11
f. Nutrien
Nutrien merupakan sumber pendukung mikroba untuk tetap hidup,
tumbuh dan berkembang biak serta menghasilkan enzim-enzim untuk
mendegradasi hidrokarbon. Nitrogen dan fosfor merupakan nutrien
yang dibutuhkan bakteri dalam membantu mendegradasi senyawa
hidrokarbon. Sumber nitrogen dan fosfor dapat menjadi terbatas
karena sumber karbon meningkat akibat tumpahan minyak sehingga
terjadi ketidakseimbangan unsur antara karbon, nirogen, dan fosfor.
Hal tersebut dapat ditanggualangi dengan penambahan unsur N dan P
yag umumnya berasal dari pupuk.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Dhama Peni. 2015. Bakteri Pengolahan Limah Minyak Bumi yang Ramah
Lingkungan. Purwokerto: Universitas Soedirman.
Yulia, Bindanetty Marsa dan Sri Rahmania Juliastuti, Lusiana Riski. Tahun tidak
diterbitkan. Bioremediasi Air Laut Terkontaminasi Minyak Bumi dengan
Menggunakan Bakteri Pseudomonas aeruginosa. Surabaya: ITS.
Zhyahrial, Faizhal F., Yuni Sri Rahayu., Yuliani. 2014. Bioremediasi dengan
Teknik Biostimulasi Tanah Tercemar Minyak Bumi dengan
Menggunakan Kompos Kombinasi Limbah Media Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) dan Azolla. Lentera Bio Berkala Ilmiah Biologi.
ISSN: 2252-3979. Volume 3, Nomor 3, September 2014. Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Surabaya.
14