Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Reumatoid Artrisis (Rematik) adalah salah satu
penyakit yang lumrah diderita masyarakat Indonesia baik
tua maupun muda. Di masyarakat, masih terus berkembang
mitos dan anggapan yang salah mengenai penyakit ini.
Padahal mitos-mitos ini menyesatkan bila dikaji dari sisi
medis dan bisa merugikan penderita. Salah satu mitos
tersebut yaitu dengan sering mandi malam diusia muda
memicu rematik diusia tua. Faktanya sejauh ini belum ada
bukti yang menguatkan hal tersebut.
Prevalensi terjadinya penyakit ini adalah 1 % orang
dewasa. Lebih dominan terjadi pada perempuan. Perempuan 3
kali lebih rentan menderita reumatoid artritis dibanding
dengan laki-laki. Penyakit ini menyerang semua etnis,
dengan insiden pada orang berusia 18 tahun berkisar 0,1 %
- 0,3 %. Sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia
kurang dari 18 tahun 1 / 100.000 orang.
Pada tahun 2000, jumlah penderita Rematoid Artritis
(Rematik) sekitar 120 orang. Walaupun pravalensi penyakit
rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan paling
sering menyebabkan kecacatan. Dari hasil observasi yang
dilakukan selama penulis melakukan praktik di Desa
Meninting, didapatkan sejumlah lansia baik laki-laki
maupun perempuan yang menderita Reumatoid Artritis. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus
penyakit ini sebagai tugas dalam praktik klinik
keperawatan gerontik di Desa Meninting Tahun 2012.

1
2

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat
proses belajar mengajar secara nyata kepada lansia
dengan Reumatoid Artritis (Rematik) dan secara
langsung memberikan asuhan keperawatan kepada kelayan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu mengidentifikasi tanda dan gejala
Reumatoid Artritis secara langsung.
b. Penulis mampu melaksanakan proses keperawatan
secara langsung, mulai dari pengkajian data
kelayan, menganalisa data tersebut kemudian
merumuskan diagnosa keperawatannya. Selanjutnya
membuat rencana tindakan dan melaksanakannya serta
melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan kepada kelayan.

C. METODE PENULISAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini,
penulis menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap kelayan
dalam melakukan kegiatan dan
aktivitas.
2. Wawancara : Penulis mewancarai kelayan dan
melakukan sesi tanya jawab serta
menyesuaikan kemampuan kelayan dalam
menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
3. Studi Kasus : Penulis melakukan atau mempelajari
kasus yang akan dilakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan : Penulis mempelajari kasus
dengan menggunakan berbagai teori atau
literatur yang diambil dari buku dan
kepustakaan.
3

5. Sumber Data :
a. Primer : Yang diperoleh dari kelayan itu sendiri.
b. Sekunder : Yang diperoleh dari orang terdekat, team
kesehatan lain, serta hasil pemeriksaan
fisik.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari
Asuhan Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini
dapat dibagi dalam lima bab yaitu:
 Bab I : Merupakan pendahuluan meliputi ; latar
belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
 Bab II : Berisi tinjauan teori meliputi ; konsep
dasar proses menua, konsep dasar penyakit
Rematik (masalah utama) dan konsep dasar
asuhan keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
 Bab III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
 Bab IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dimana semua
yang ada dalam pembahasan ini merupakan
perbandingan antara tinjauan teori dengan
tinjauan kasus.
 Bab V : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan
dan saran.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Menua (Aging Process)


1. Pengertian Proses Menua (Aging Process)
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, Wahyudi
2000).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami oleh semua makhluk hidup. Pada setiap individu
memiliki kecepatan yang berbeda dalam proses menua.
Adakalanya orang yang belum tergolong lanjut usia
tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Nugroho,
Wahyudi, 2000).

2. Teori-Teori Proses Menua


a. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi teori
intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti
perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat
penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori
ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan. Teori biologis
dibagi dalam (Wahit Iqbal Mubarak, dkk 2006) :
1) Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu
jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi
menurut teori ini bila jam kita berhenti kita

4
5

akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai


kecelakaan lingkungan atau penyakit.
2) Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan
beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam
transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan
berakibat metabolisme yang salah sehingga
mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-
batas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA
dapat diperbaiki, namun kemampuan dalam
memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang
tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein
atau enzim yang dapat menimbulkan metabolit
berbahaya, begitu juga jika kesalahan terjadi
pada translasi maka kesalahan juga akan semakin
banyak.
3) Teori Auto Immune
Teori ini menjelaskan bahwa dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak beregenerasi.
Didalam tubuh bersiap merusak, dapat dinetralkan
dalam tubuh oleh enzim atau senyawa nonenzim
contohnya vitamin C betakarotin, vitamin E.
5) Teori Pemakaian dan Rusak
Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
6

6) Teori ”Immunology Slow Virus”


Sistem imun menjadi kurang efektif dengan
bertambahnya usia dam masuknya virus ke dalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
7) Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
8) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekakuan dan hilangnya fungsi.
9) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
 Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan
Albrecht 1953 berpendapat bahwa sangat penting
bagi individu usia lanjut untuk tetap
beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
 Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan
jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
 Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada
cara hidup dari lanjut usia.
 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
7

2) Kepribadian berlanjut (continuity theori)


Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah
pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan
dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple
Loss), yakni :
 Kehilangan peran (Loos of role),
 Hambatan kontak sosial (restraction of
Contacts and relation Ships),
 Berkurangnya komitmen (to Social Mores and
Values).
c. Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi
dan sosiologi salah satu teori yang ada. Teori
tugas perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap
individu harus memperhatikan tugas perkembangan
yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan
memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas
perkembangan yang spesifik ini tergantung pada
maturasi fisik, pengharapan kultural dan masyarakat
dan nilai serta aspirasi individu.
8

B. Konsep Dasar Reumatoid Artritis (Masalah Utama)


1. Pengertian
Reumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi
kronis yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit
sistemik ini ditandai terutama oleh inflamasi kronik
lapisan sinovial sendi secara simetris, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan bahkan terjadi
kerusakan bagian dalam sendi (Doengoes, M.E, dkk.
1999).
Reumatoid Artritis adalah suatu penyakit
inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat
progresif, simetrik dan sistemik serta cenderung
menjadi kronik. Walapun pada awalnya yang terkena
hanya jaringan ikat sendi, tapi lambat laun sendinya
sendiri juga akan ikut terkena. Sendi yang terkena
biasanya simetris, artinya selain sebelah kiri, yang
kanan ikut juga terkena dan timbulnya serentak
(Soeparman,dkk, 1987).
2. Etiologi
Penyebab yang mendasari tidak diketahui dengan pasti.
Akan tetapi diduga dapat berasal dari faktor genetik,
faktor resiko lingkungan tertentu yang dapat
menyebabkan kekacauan daya tahan tubuh atau gangguan
autoimun. (Price, S. A. 2006).
3. Manifestasi Klinis
a. Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari
setengah jam.
b. Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi,
bengkak, semu merah dan terasa hangat.
c. Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot,
destruksi tulang dan kartilago serta deformitas
sendi.
d. Malaise, demam, penurunan berat badan.
9

4. Patofisiologi

Stimulasi Awal (pencetus tidak


dikenal,predisposisi genetik)

Akumulasi limfosit dalam sinovial

Produksi faktor reumatoid

Pembentukkan kompleks imun


yang mengaktifkan komplemen

Kemotaksis neutrofil dan makrofag


ke sendi yang sakit

Produksi anion Produksi kolagen, Produksi


superaksid elaktase dan enzim prostaglandin
degeneratif lain

Destruksi Nyeri
sendi

Gangguan Gangguan Gangguan


citra tubuh mobilitas istirahat
fisik tidur

Defisit
perawatan diri
10

5. Pemeriksaan Diagnostik
 Faktor rheumatoid : Positif pada 80% - 95% kasus
 Fiksasi lateks : Positif pada 75% dari kasus-
kasus khas.
 Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih
dari 50% kasus-kasus khas.
 LED : Umumnya meningkat pesat (80-
100mm/h). Mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala
meningkat.
 Protein C-Relatif : Positif selama masa
eksaserbasi.

6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena. Obat-obat yang
biasa digunakan, antara lain :
a. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Kelompok obat ini dapat mengurangi peradangan
dengan menghalangi produksi mediator peradangan.
Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan
ibuprofen.
b. Obat Slow Acting
a. Senyawa emas
b. Penisilamin
c. Hidrioxi Kloroquin dan Sulfozalazin
c. Kortikosteroid
Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan
hal berikut :
 Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus RA yang
tidak berespon terhadap AINS dan obat-obatan yang
bekerja lambat.
 Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang
terjadi selama menunggu efek obat-obatan yang
bekerja lambat.
11

 Suntikan intra artikular dilakukan apabila pada


eksaserbasi akut dari sinovitas pada suatu sendi
yang digerakkan menjadi sangat terganggu.
 Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka
panjang waktu pendek untuk mengatasi serangan
yang berat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
 Identitas : Nama, umur, jenis kelamin.
 Bio-Psiko-Sosio-Spiritual :
a. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronis
dan kekakuan terutama pada pagi hari
(Morning Stiffness).
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stress pada sendi,
biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris, keletihan.
c. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena rainoud dari tangan/kaki (misal :
pucat, intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum kembali
normal.
d. Makanan/cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/cairan, anareksia.
Tanda : Penurunan perat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
12

f. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Interaksi sosial
Gejala : Perusakan interaksi dengan keluarga/orang
lain, perubahan peran, isolasi.
h. Keamanan
Gejala :
 Kulit mengkilat
 Tegang
 Lesi kulit
 Ulkus kaki
 Kesulitan dalam menangani ugas
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi ego
Gejala :
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan
 Ancaman pada konsep diri, citra tibuh,
 Idetitas pribadi

2. Diagosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi
ditandai dengan :
 Keluhan nyeri, kelelahan
 Fokus pada diri sendiri
 Perilaku yang bersifat hati-hati
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
atau ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot,
ditandai dengan :
 Ketidakmampuan untuk dengan segaja bergerak dalam
lingkungan fisik.
 Membatasi rentang gerak
13

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


ditandai dengan keluhan susah tidur/istirahat .
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan aktivitas, nyeri pada saat bergerak,
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum,
ditandai dengan :
 Perubahan struktur/fungsi bagian-bagian yang
sakit
 Bicara negatif tentang diri sendiri
 Perubahan pada gaya hidup
 Perubahan interaksi sosial
 Perasaan putus asa
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi,
perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.

3. Perencanaan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
 Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya).
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan kefektifan
program.
 Sarankan kelayan menggunakan matras/kasur keras,
dan bantal kecil.
Rasional : Matras yang lembut/empuk, bantal yang
besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang
sakit.
14

 Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.


Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi.
 Motivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi.
 Bantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang
nyaman.
Rasional : Pada penyakit yang berat, tirah
baring mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri.
 Berikan massase lembut
Rasional : Menigkatkan relaksasi/mengurangi
tegangan otot.
 Ajarkan manajemen stres, seperti teknik
relaksasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kotrol dan kemampuan koping.
 Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Rasional : Sebagai anti inflamasi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
atau ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
 Kaji tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
Rasional : Tingkat aktivitas tergantung dari
perkembangan penyakit.
 Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional : Mempertahankan/meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot.
 Anjurkan kelayan mempertahankan postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobilitas.
 Modifikasi lingkungan.
Rasional : Menghidari cedera akibat kecelakaan.
15

 Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.


Rasional : Berguna dalam memformulasikan program
latihan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
ditandai dengan keluhan susah tidur/istirahat .
 Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Rasional : Gangguan tidur mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif, persepsi dan
penurunan kontrol emosi. Ini juga
menurunkan ambang nyeri mengurangi
prosuksi penurunan ketokolamin.
 Dorong kelayan untuk melaksanakan ritual
menjelang tidur, seperti membaca atau minum
hangat.
Rasional : Membantu meningkatkan relaksasi dan
menyiapkan tidur.
 Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur.
Rasional : Kelayan dengan penyakit inflamasi
sendi sering mengalami gejala
memburuk pada malam hari.
 Anjurkan posisi sendi yang tepat.
Rasional : Posisi yang tepat mencegah nyeri
selama tidur.
 Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk memugkinkan
siklus tidur lengkap.
Rasional : Siklus tidur mempunyai interval 70 –
100 menit.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan akttivitas, nyeri pada saat bergerak,
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
Rasional : Mendukung kamandirian fisik/
emosional.
16

 Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam


perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk
modifikasi lingkungan.
Rasional : Meningkatkan kemandirian.
 Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individual.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
 Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada
kelayan/orang terdekat, bagaimana pandagan
pribadi kelayan dalam fungsi gaya hidup sehari-
hari.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan intervensi.
 Perhatikan perilaku menarik diri, terlalu
memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun
metode koping maladaptif.
 Bantu kelayan untuk mengidentifikasi koping
adaptif.
Rasional : Membantu kelayan untuk mempertahankan
kotrol diri.
 Ikut sertakan kelayan kelayan dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri,
mendorong kemandirian dan partisipasi
dalam terapi.
 Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri.
Rasional : Kelayan/orang terdekat membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan
proses jangka panjang.
17

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan


ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi,
perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan
masa depan.
Rasional : Memberikan pegetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
 Tekankan pentingnya patuh pada terapi
farmakologis.
Rasional : Keuntungan penggunaan obat-obatan
tergantung pada ketepatan dosis.
 Berikan informasi mengenai alat bantu.
Rasional : Mengurangi penggunaan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
 Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang
benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu
melakukan aktivitas.
Rasional : Mekanika tubuh yang baik harus
menjadi bagian dari gaya hidup
kelayan untuk mengurangi takan sendi
dan nyeri.
 Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan makanan
yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat
besi.
Rasional : Meningkatkan perasaan sehat umum dan
perbaikan atau regenerasi.
18

4. Pelaksanaan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
 Mengkaji keluhan nyeri.
 Menganjurkan kelayan untuk menggunakan
matras/kasur keras dan bantal kecil.
 Meninggikan linen tempat tidur sesuai dengan
kebutuhan.
 Memotivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
 Membantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang
nyaman.
 Memberikan massase lembut.
 Menganjurkan manajemen stres, seperti teknik
relaksasi.
 Memberikan obat-obatan sesuai dengan petunjuk.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
 Mengkaji tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
 Membantu kelayan melakukan rentang gerak
aktif/pasif.
 Memotivasi kelayan mempertahankan postur tegak
dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
 Memodifikasi lingkungan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
dtandai dengan keluhan susah tidur/istirahat.
 Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
 Memotivasi kelayan untuk melakukan ritual
menjelang tidur, seperti membaca/minum hangat.
 Menyarankan untuk melakukan tindakan mengilangkan
nyeri sebelum tidur.
 Menganjurkan untuk memposisikan sendi dengan
tepat.
 Menciptakan tidur tanpa gangguan untuk
memungkinkan siklus tidur lengkap.
19

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan


keterbatasan akttivitas, nyeri pada saat bergerak,
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri
dan program latihan.
 Mendiskusikan hambatan dalam perawatan diri.
 Memodifikasi lingkungan.
 Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi okupasi.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
 Mendiskusikan arti kehilangan/perubahan pada
kelayan.
 Mengidentifikasi perilaku menarik diri.
 Membantu kelayan untuk mengidentifikasi koping
adaptif.
 Mengikutsertakan kelayan untuk merecanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi,
perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Meninjau psoses penyakit, prognosis dan harapan
masa depan.
 Menjelaskan pentingnya patuh pada terapi.
 Memberikan informasi mengenai alat bantu.
 Mendorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang
berat baik pada saat istirahat maupun pada waktu
melakukan aktivitas.
 Menjelaskan pentingya diet seimbang dengan
makanan yang banyak mengandung vitamin, protein
dan zat besi.
20

5. Evaluasi
S : Subyektif, keluhan yang dirasakan kelayan
O : Obyektif, kelihan kelayan yang dapat dilihat dan
diobservasi
A : Assesment
P : Planning
21

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : Senin, 18 Desember 2017


Pkl 12.00 Wita
Nama pengkaji : Ziadatun Nikmah
1. PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama : Papuq ”j”
Tempat/Tanggal Lahir : Kopang, 1945
Golongan Darah : Tidak tahu
Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Jenis Kelamin : Perempuan
TB / BB : 150 cm / 50 kg
Penampilan : Kelayan tampak bersih dan
kurang rapi
Ciri-ciri tubuh : rambut beruban, kulit
keriput, kurus, dan klayan
tidak kiposis
Alamat : Rt 01 gubuk anyar,Kopang
Oang yang dekat dihubngi : Ny.Odah
Hubungan dengan usila : Keponakan
Alamat : Kopang
Tanggal masuk panti : 1 tahun yang lalu
(tanggalnya tidak diingat)

21
22

B. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki / Perempuan hidup
: Laki-laki/ Perempuan meninggal
: Hubungan perkawinan
: Kelayan
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah

Klayan adalah anak ke lima dari lima bersaudara. Klayan


menikah satu kali dan tidak memiliki anak. Klayan hidup
sendiri karena suaminya sudah meninggal, sehingga klayan
dibawa k panti oleh keponakan nya.

C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Kelayan saat ini dalam keadaan
tidak bekerja, hanya tinggal di
panti. Biasanya kelayan
membersihkan halaman panti pada
pagi hari setelah shalat subuh.
Alamat pekerjaan : Tidak ada
Jarak dari rumah : Tidak ada
Alat transportasi : Tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : Kelayan mengatakan dulu bekerja
sebagai tukang cuci.
Jarak dari rumah : Kelayan mengatakan + 100 m
23

Alat transportasi : kelayan mengatakan untuk pergi


bekerja hanya dengan berjalan
kaki karena jaraknya yang
dekat.
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kehidupan : Kelayan mengatakan
kebutuhan makan dan minum /
hidup sehari-hari sudah
disiapkan dari panti.
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : permanen
Jumlah kamar : 1 kamar tidur
Jumlah tingkat : Tidak ada
Kondisi tempat tinggal : Pencahayaan cukup terang,
ventilasi baik, tidak lembab,
lantai bersih, tempat tidur
kurang bersih.
Jumlah orang yang tinggal dirumah/panti : ada 6
orang yang tinggal di wisma
mambalan, dan pq”J” tinggal
sekamar berdua.
Derajat privasi : Baik
Tetangga terdekat :
Alamat/ telpon : Rt.01 Gubuk Anyar,Kopang/ tidak
ada

E. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : Jalan-jalan.
Keanggotaan organisasi : Tidak dikaji
Liburan perjalanan : Kelayan mengatakan diajak
bertamasya oleh keluarganya
1 kali dalam 1 tahun pada
saat pulang k kopang.
24

F. Sistem Pendukung
Kelayan mengatakan bila rasa sakit datang
biasanya kelayan k klinik di panti, akan tetapi jarang
mendapatkan obat.
G. Deskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual : Kelayan mengatakan biasanya Shalat
5 waktu di masjid yang ada di
panti.
H. Status Kesehatan
Status kesehatan untuk selama setahun yang lalu :
Kelayan mengatakan sering merasakan sakit pada daerah
lutut.
Status kesehatannya selama 5 tahun terakhir adalah
kelayan mengatakan pernah terjatuh kurang lebih 4
tahun yang lalu dan tangan kiri sempat patah.
I. Keluhan Utama
Kelayan mengatakan nyeri di bagian kedua lutut sampai
kaki bagian bawah
1. Provokatif/Paliative : Kelayan mengatakan sakit
lutut pada saat mau tidur malam.
2. Quality/Quantity : Kelayan mengatakan sakitnya
seperti ditusuk-tusuk, panas dan terasa ngilu,
dengan frekuensi sering.
3. Region: Kelayan mengatakan sakit terasa pada bagian
kedua lutut sampai ke kaki.
4. Severity Scale : Skala nyeri sedang(5)(0-10)
5. Timming : Kelayan mengatakan nyeri pada malam hari
setelah shalat Isya saat mau tidur malam, pada saat
dingin.
Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Kelayan mengatakan menderita rematik. Apabila sakitnya
kambuh, biasanya kelayan hanya memijat-mijat bagian
yang sakit. Kelayan mengatakan tidak mengetahui cara
yang bisa dilakukan agar sakitnya tidak kambuh.
Obat-obatan yang diminum :
kelayan mengatakan saat ini tidak mengkonsumsi obat.
25

Status imunisasi :
Tetanus : tidak dikaji
Difentri : tidak dikaji
Influenza : tidak dikaji
Pneomovaks : tidak dikaji
Alergi :
Kelayan mengatakan tidak alergi dengan makanan dan
obat-obatan
Penyakit yang diderita :
Rematik
J. Aktivitas Hidup Sehari-hari
1. Indeks Katz
Skor A yaitu kelayan mandiri dalam hal makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi.
2. Oksigenasi
Kelayan mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
dalam bernapas, RR:21x/menit
3. Cairan dan elektrolit
Kelayan mengatakan minum air putih yang dimasak + 8
gelas / sehari (+ 1.600 mL)
4. Nutrisi
Kelayan mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang dan komposisi nasi, sayur bening, ikan,
kdang-kadang buah.
5. Eliminasi
Kelayan mengatakan BAB 1 kali/hari pada pagi hari
dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning
pucat. BAK 4-6 kali/hari warna bening dan agak
kekuningan, bau khas, tidak ada keluhan.
6. Istirahat dan tidur
Kelayan mengatakan istirahat dari jam 21.00-05.00
Wita, setelah itu kelayan tidak tidur lagi sampai
pagi karena kelayan harus k masjid untuk solat
subuh. Terkadang kelayan terbangun tengah malam
26

bila nyeri lutut mulai kambuh. Kelayan tidak pernah


tidur siang. Tidur + 8 jam/hari.
7. Aktivitas
Kelayan dapat melakukan aktivitas secara mandiri
setiap hari seperti makan, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
8. Personal Hygiene
Kelayan berpenampilan bersih, kurang rapi, mandi
1xsehari jam 5 pagi.
9. Seksual
Kelayan mengatakan tidak pernah melakukan hubungan
seksual karena tidak memiliki suami
10. Rekreasi
Kelayan mengatakan tidak pernah jalan-jalan ke
luar, hanya jalan jalan di sekitar panti dan
sekali setahun pulang k kopang.
11. Psikologis :
Kelayan mengatakan merasa nyaman tinggal bersama
keluarganya
a. Persepsi kelayan : Kelayan mengetahui menderita
rematik.
b. Konsep diri : Kelayan menyadari bahwa
penyakitnya timbul karena umur yang sudah tua
c. Emosi : Kelayan mengatakan tidak pernah marah-
marah atau merasa tidak puas dengan kondisinya
saat ini
d. Adaptasi : Kelayan mengatakan mampu beradaptasi
dengan kondisinya.
e. Mekanisme pertahanan diri : Kelayan mengatakan
selalu berdo’a agar sembuh dari penyakitnya.
K. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik, kelayan tampak kurang rapi dan
bersih, kelayan terlihat lelah dan
tidak bergairah
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6
27

TTV : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 84 x/menit,


RR: 21 x/menit,
Head To Toe :
1. Kepala
Inspeksi : penyebaran rambut merata, rambut putih dan
tipis, kelayan tampak meringis, tidak ada
lesi
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan pada semua area kepala
2. Mata
Inspeksi : sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak
anemis, reflek pupil (+), simetris, tidak
ada kotoran.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, bersih
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri
tekan
Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada napas cuping
hidung, bersih
Palpasi : tidak ada polip
3. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid
dan getah bening, tidak ada tegangan vena
jugularis
4. Dada dan Punggung
Inspeksi : pernapasan normal, tidak ada tarikan
dinding dada, bentuk simetris, punggung
tidak kifosis (bungkuk).
Palpasi : vokal-fremitusnya normal dengan getaran
yang sama pada kedua dinding dada/punggung
Perkusi : sonor pada semua lapang paru, pekak pada
area jantung
28

Auskultasi : suara napas vesikuler, tidak


terdapat suara ronchi, terdengar S1 S2
tunggal, tidak ada suara tambahan
5. Abdomen dan Pinggang
Inspeksi : tidak ada lesi, abdomen datar, tidak ada
asites
Auskultasi : bising usus 3-4 x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
massa atau benjolan, titik Mc Burney
normal, tidak ada pembesaran hepar, turgor
kulit elastis
Perkusi : lobus kiri atas, kanan dan kiri bawah
bunyi timpani, lobus kanan atas bunyi
dullness
6. Ekstremitas Atas dan Bawah
Inspeksi : tidak terdapat oedem, kuku bersih,
simetris, memegang lutut yang sakit
Palpasi : nyeri tekan pada lutut, reflek babinsky
(-), CRT < 1 detik
Perkusi : reflek patella (+)
Tonus otot: 5 5
4 4
7. Sistem Imune : Tidak terkaji
8. Genitalia : Tidak terkaji
9. Sistem Reproduksi
Kelayan telah menopause sejak berusia ± 45 tahun.
10. Sistem Persyarafan
Nervus eduscana: kelayan masih bisa menggerakan
bola matanya ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke
bawah.
Nervus vacialis : kelayan masih bisa tersenyum dan
menunjukkan giginya dan mengangkat alisnya.
11. Sistem Pengecapan
Kelayan masih bisa membedakan rasa makanan seperti
rasa manis, asin, pahit dan asam.
29

12. Sistem Penciuman


Kelayan masih bisa membedakan bau-bauan dengan
mata tertutup seperti bau nasi gosong.
13. Tactil Respon
Kelayan masih bisa merespon bisa membedakan rasa
kasar dan halus
L. Screening masalah kesehatan lanjut usia
1. SPSMQ (Short Portable Mental Questioner); jumlah
kesalahan 5 yang berarti kelayan memiliki kerusakan
intelektual sedang.
Pertanyaan yang tidak bisa dijelaskan:
- Tanggal berapa hari ini?
- Berapa umur anda?
- Siapa presiden indonesia sekarang?
- Siapa presiden sebelumnya?
- Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru semua secara menurun.
2. MMSE (Mini Mental State Exam); nilai yang
didapatkan 21 yang berarti kelayan diindikasikan
mengalami kerusakan asfek fungsi mental ringan.
3. Geriatric Depression Scale
Nilai yang didapatkan yaitu 9 yang berarti kelayan
menunjukkan kemungkinan besar depresi.
4. APGAR keluarga
Pada pengkajian didapatkan nilai skor 3 yang
berarti bahwa kelayan memiliki disfungsi keluarga
sangat tinggi
5. Morse Fall Scale
Total nilai yang di dapatkan saat pengkajian yaitu
30 yang berarti bahwa kelayan berada pada tingkatan
resiko rendah dengan tindakan pelaksanaan
intervensi pencegahan jatuh standar.
6. Berg Balance Scale (BBS)
30

Pada pengkajian screening gangguan keseimbangan


didapatkan nilai total 45 yang berarti kelayan
masuk kategori mandiri/independen.
7. Mini Nutrition Assesment
Nilai yang didapatkan yaitu 11 yang berarti kelayan
beresiko malnutrisi.
8. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Pada screening masalah insomnia didapatkan nilai 7
dengan demikian kualitas tidur klayan termasuk
kulitas tidur buruk.
M. Data Penunjang
1. Laboratorium : tidak ada
2. Radiologi : tidak ada
3. EKG : tidak ada
4. USG : tidak ada
5. CT Scan : tidak ada
6. Obat-obatan : tidak ada

Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. DS :
 P: Kelayan mengatakan Destruksi sendi Nyeri Akut
sakit pada kedua lutut
 Q: Kelayan mengatakan
sakit seperti ditusuk-
tusuk, panas dan Inflamasi
terasa ngilu, dengan membran sinovial
frekuensi sering.
 R: Kelayan mengatakan
nyeri terasa di lutut
sampai kaki bagian Melepas reseptor
bawah stimulus nyeri
 S: skala nyeri 5 (brakinin,
(sedang) (0-10) histamin)
 T: kelayan mengatakan
nyeri kambuh pada
malam hari setelah
shalat Isya, pada saat
mau tidur Nyeri akut
DO :
 Kelayan tampak
meringis.
 Skala nyeri 5 (0-10)
31

nyeri ringan
 Kelayan memegang
bagian lutut
 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR :21x/ menit
TD:130/90mmHg

2. DS : Destruksi sendi Gangguan


 Kelayan mengatakan pola tidur
tidak bisa istirahat /
tidur jika nyerinya
kambuh Inflamasi
 Kelayan sering menbran sinovial
terbangun tengah malam
karena nyeri (biasanya
jam 01.00 atau 02.00
Wita), kadang-kadang
kelayan tidak bisa melepas reseptor
tidur kembali sampai stimulus nyeri
pagi (brakinin,
DO : histamin)
 Kelayan tampak lemas
dan tidak bergairah
 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit Nyeri akut
RR :21x/ menit
TD : 130/90 mmHg
Gangguan pola
tidur
3. DS : mekanisme koping Manajemen
 Kelayan mengatakan tidak efektif regimen
tidak mengetahui cara terapeutik
yang bisa dilakukan tidak
agar sakitnya tidak efektif
kambuh kurang dukungan
 Apabila sakitnya sosial
kambuh, kadang-kadang
kelayan menggunakan
balsem manajemen regimen
DO : terapeutik tidak
 Kelayan tidak efektif
mengkonsumsi obat
32

Prioritas masalah :
b. Nyeri akut
c. Gangguan pola tidur
d. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut, berhubungan dengan destruksi sendi
ditandai dengan :
Ds :
 P: Kelayan mengatakan sakit pada kedua lutut
 Q: Kelayan mengatakan sakit seperti ditusuk-tusuk,
panas dan terasa ngilu, dengan frekuensi sering.
 R: Kelayan mengatakan nyeri terasa di lutut sampai
kaki bagian bawah
 S: skala nyeri 5 (sedang) (0-10)
 T: kelayan mengatakan nyeri kambuh pada malam hari
setelah shalat Isya, pada saat mau tidur
Do :
 Kelayan tampak meringis.
 Skala nyeri 5 (0-10) nyeri ringan
 Kelayan memegang bagian lutut K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR : 21x/ menit
TD : 130/90 mmHg
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
ditandai dengan
Ds :
 Kelayan mengatakan tidak bisa istirahat / tidur jika
nyerinya kambuh
 Kelayan sering terbangun tengah malam karena nyeri
(biasanya jam 01.00 atau 02.00 Wita), kadang-kadang
kelayan tidak bisa tidur kembali sampai pagi
Do :
33

 Kelayan tampak lemas dan tidak bergairah


 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR :21x/ menit
TD : 130/90 mmHg
3. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan
dengan kurang dukungan sosial
Ds :
 Kelayan jarang/tidak pernah meminta obat ke tenaga
kesehatan.
 Kelayan hanya menggunakan balsem untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kelayan mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan
 Kelayan mengatakan tidak mengetahui cara yang bisa
dilakukan agar sakitnya tidak kambuh
Do :
 Kelayan tidak memiliki obat
 Kelayan tampak lebih banyak beristirahat di tempat
tidur
34

N. RENCANA TINDAKAN
Hari/tgl
No Diagnosa Keperawatan TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
jam
1. Senin Nyeri akut berhubungan  Setelah dilakukan 1. Observasi keluhan 1. Membantu dalam
18-12-17 dengan destruksi sendi tindakan nyeri (penyebab, menentukan
Pukul ditandai dengan : keperawatan selama kualitas, lokasi, kebutuhan
12.00 Ds : 3 x 24 jam, skala dan waktu) manajemen nyeri
WITA  P: Kelayan mengatakan diharapkan nyeri 2. Diskusikan tindakan 2. Mengetahui
sakit pada kedua lutut terkontrol, dengan yang telah dilakukan kemampuan
 Q: Kelayan mengatakan Kriteria hasil: kelayan untuk kelayan
sakit seperti ditusuk-  Skala nyeri 1 – 3 menangani nyeri mengatasi nyeri
tusuk, panas dan (0-10) nyeri 3. Diskusikan dengan 3. Membantu kelayan
terasa ngilu, dengan ringan kelayan upaya lain menangani nyeri
frekuensi sering.  Tidak mengeluh yang bisa dilakukan secara mandiri
 R: Kelayan mengatakan nyeri untuk menangani nyeri
nyeri terasa di lutut  Tidak meringis seperti terapi jahe
 S: skala nyeri 5  TTV dalam batas 4. Anjurkan kelayan 4. Membantu
(sedang) (0-10) normal menerapkan terapi mengatasi nyeri
 T: kelayan mengatakan  Kelayan mampu jahe setiap hari
nyeri kambuh pada melakukan 5. Berikan massase 5. Meningkatkan
malam hari setelah penanganan lembut relaksasi
shalat Isya, pada saat 6. Kolaborasi : berikan 6. Mengurangi/
dingin dan bangun obat-obatan yang menghilangkan
tidur dapat mengurangi rasa rasa nyeri
Do : nyeri ; analgesik
 Kelayan tampak
meringis.
 Skala nyeri 3 (0-10)
nyeri ringan
 Kelayan memegang
35

bagian lutut dan


pinggang yang sakit
 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR :21x/ menit
TD:130/90 mmHg
2. Senin Gangguan pola tidur  Setelah dilakukan 1. Diskusikan kebiasaan 1. Gangguan
18-12-17 berhubungan dengan nyeri tindakan dan pola kebutuhan istrahat/tidur
Pukul akut ditandai dengan : keperawatan istirahat/tidur mengakibatkan
12.00 Ds : selama 3 x 24 gangguan fungsi
WITA  Kelayan mengatakan jam, diharapkan kognitif,
tidak bisa istirahat / Gangguan persepsi dan
tidur jika nyerinya istirahat/tidur penurunan
kambuh teratasi dengan kontrol emosi
 Kelayan sering kriteria hasil: 2. Dorong kelayan untuk 2. Membantu
terbangun tengah malam  Bisa melaksanakan minum meningkatkan
karena nyeri (biasanya istirahat/tidur air hangat sebelum relaksasi dan
jam 01.00 atau 02.00  Tidak terbangun tidur menyiapkan tidur
Wita), kadang-kadang tengah malam 3. Anjurkan tindakan 3. Kelayan dengan
kelayan tidak bisa  Kelayan dapat penghilang rasa nyeri penyakit
tidur kembali sampai beristirahat sebelum inflamasi sendi
pagi dengan cukup istirahat/tidur sering mengalami
DO :  Jumlah jam tidur seperti relaksasi gejala memburuk
 Konjungtiva pucat normal (6-8 jam) napas dalam pada malam hari
 Kelayan tampak lemas  Kelayan merasa 4. Anjurkan mencari 4. Posisi yang
dan tidak bergairah rileks posisi yang nyaman nyaman
 K/U : Baik untuk menghilangkan mengurangi rasa
 TTV : rasa nyeri, misalnya nyeri selama
N : 84x/ menit miring kiri atau istirahat/tidur
RR :21x/ menit kanan
36

TD : 130/90 mmHg

3. Senin Ds : Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang 1. Mengetahui


18-12-17  Kelayan jarang/tidak tindakan penyakit Reumatoid tentang penyakit
Pukul pernah meminta obat ke keperawatan selama Artritis, (pngertian, Reumatoid
12.00 tenaga kesehatan. 2 x 24 jam, penyebab, pencegahan artritis
WITA  Kelayan hanya diharapkan kelayan dan cara mengatasi, 2. Mengetahui
menggunakan balsem dapat mengerti dll) tindakan
untuk mengurangi rasa tentang 2. Diskusikan kebiasaan penanganan
nyeri penyakitnya kelayan untuk penyakit yang
 Kelayan mengatakan Dengan kriteria menangani penyakit sudah dilakukan
tidak mengkonsumsi hasil 3. Anjurkan kelayan 3. Mempertahankan
obat-obatan  Kelayan mengikuti program kemampuan
Do : mengungkapkan terapi non- kelayan
 Kelayan tidak memiliki keinginan untuk farmakologi setiap menangani
obat mengikuti terapi hari ; terapi jahe keluhan nyeri
 Kelayan tampak lebih dan penanganan 4. Berikan dukungan secara mandiri
banyak beristirahat di penyakit emosional seperti 4. Kelayan tetap
tempat tidur  Kelayan mampu reinforcement positif melaksanakan
melakukan untuk setiap tindakan program terapi
aktivitas terapi yang telah dilakukan
dalam kehidupan kelayan
sehari-hari 5. Libatkan keluarga
untuk membantu 5. Mengikutsertakan
kelayan mematuhi peran keluarga
program terapi merawat kelayan
37

O. PELAKSANAAN

Hari/ No
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
Tgl/Jam Dx
1. Senin I 1. Mengobservasi keluhan nyeri 1. Silu-silu kambuh saat bekerja
18-12-17 (penyebab, kualitas, lokasi, skala berlebihan, bila beristirahat rasa
Pukul dan waktu) sakit berkurang, sakit seperti di
12.00 tusuk-tusuk, panas di daerah lutut dan
WITA punggung, skala nyeri sedang (5) (0-10)
2. Mendiskusikan tindakan yang telah 2. Kelayan menggunakan air hangat untuk
dilakukan kelayan untuk menangani mandi, tetapi tidak terus menerus
penyakit
3. Mendiskusikan dengan kelayan upaya 3. Kelayan mengatakan baru mengetahui
lain yang bisa dilakukan untuk manfaat jahe untuk silu-silu, nyeri
menangani nyeri seperti menggunakan berkurang; skala nyeri ringan :2 (0-10)
jahe
4. Menganjurkan kelayan menerapkan 4. Kelayan tampak mengangguk, mau menuruti
terapi jahe setiap hari anjuran perawat
5. Memberikan massase lembut pada 5. Kelayan tampak rileks dan merasa nyaman
daerah lutut dan punggung. pada saat diberikan massase
6. Kolaborasi : memberikan obat-obatan 6. Kelayan belum mendapatkan terapi
yang dapat mengurangi rasa nyeri farmakologi
38

2. Senin II 1. Mendiskusikan kebiasaan pola 1. Kelayan kooperatif menanyakan dan


18-12-17 istirahat/tidur memperhatikan penjelasan yang diberikan
Pukul 2. Menganjurkan kelayan untuk 2. Kelayan aktif mencoba mengikuti ritual
12.00 melaksanakan ritual minum air meminum air hangat sebelum tidur
WITA hangat sebelum tidur
3. Menjelaskan tindakan penghilang 3. Kelayan aktif mengikuti percobaan
rasa nyeri sebelum tidur seperti relaksasi napas dalam
relaksasi napas dalam
4. Menganjurkan mencari posisi yang 4. Kelayan aktif mencoba mendapatkan
nyaman untuk menghilangkan rasa posisi yang nyaman
nyeri
3. rabu III 1. Menjelaskan tentang penyakit 1. Kelayan mengatakan sekarang mengerti
20-12-17 Reumatoid Artritis, (pngertian, tentang penyakit rematik
Pukul penyebab, pencegahan dan cara
16.00 mengatasi, dll)
WITA 2. Diskusikan kebiasaan kelayan untuk 2. Kelayan mengatakan mandi menggunakan
menangani penyakit air hangat, tetapi tidak terus menerus
3. Anjurkan kelayan mengikuti program 3. Kelayan mengatakan mau mematuhi terapi
terapi non-farmakologi setiap hari jahe dengan mengobati lutut dan
; terapi jahe pinggang tiap pagi dan sore
4. Berikan dukungan emosional seperti 4. Kelayan tampak senang saat diberikan
reinforcement positif untuk setiap pujian
tindakan yang telah dilakukan
kelayan
5. Libatkan keluarga untuk membantu 5. Keluarga tampak kooperatif
kelayan mematuhi program terapi
39

P. EVALUASI
No Hari/Tanggal Dx Evaluasi
1. Jumat I S :
22-12-17 - Kelayan mengatakan nyeri berkurang ; skala ringan (2) (0-10)
Pukul 12.00 - Silu-silu kambuh saat bekerja berlebihan, bila beristirahat rasa sakit
WITA berkurang, sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah lutut dan punggung
- Kelayan menggunakan air hangat untuk mandi, tetapi tidak terus menerus
- Kelayan mengatakan baru mengetahui manfaat jahe untuk silu-silu
O :
- Kelayan tampak mengangguk, mau menuruti anjuran perawat
- Kelayan tampak rileks
- Kelayan merasa nyaman saat diberikan massase
- Kelayan belum mendapatkan terapi farmakologi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Inervensi dilanjutkan
1. Anjurkan kelayan menerapkan terapi jahe setiap hari
2. Berikan massase lembut pada daerah lutut dan pinggang
2. Jumat II S :
22-12-17 - Kelayan kooperatif menanyakan dan memperhatikan penjelasan yang diberikan
Pukul 12.00 - Kelayan aktif mencoba mengikuti ritual meminum air hangat sebelum tidur
WITA - Kelayan aktif mengikuti percobaan relaksasi napas dalam
O :
- Kelayan aktif mencoba mendapatkan posisi yang nyaman
- Konjungtiva tidak anemis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
- Menganjurkan kelayan untuk melaksanakan ritual minum air hangat sebelum tidur
40

3 Jumat III S :
22-12-17 - Kelayan mengatakan sekarang mengerti tentang penyakit reumatik
Pukul 12.00 - Kelayan mengatakan mandi menggunakan air hangat, tetapi tidak terus menerus
WITA - Kelayan mengatakan mau mematuhi terapi jahe dengan mengobati lutut dan
pinggang tiap pagi dan sore
O :
- Kelayan tampak senang saat diberikan pujian
- Kelayan tampak kooperatif
- Kelayan kooperatif mengikuti terapi non-farmakologi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
41

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep


dasar teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan praktek
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa medis Reumatoid Artritis.
A. PENGKAJIAN
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia
dengan reumatoid artritis data yang perlu dikaji adalah
nyeri, aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular,
makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial, keamanan dan
integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus
ditampilkan data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat
lingkungan hidup, riwayat rekreasi, sistem pendukung,
deskripsi kekhususan, alasan mengapa kelayan masuk panti,
keluhan utama yang dirasakan kelayan, aktivitas sehari-
hari, tinjauan sistem, status kognitif, afektif dan
sosial kelayan.
Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data
yang menunjukkan masalah-masalah kesehatan kelayan,
antara lain :
1. Nyeri akut
2. Gangguan pola tidur.
3. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif

Diagnosa yang ada di konsep teori, ditampilkan dalam


diagnosa tinjauan kasus, ini di karenakan adanya kesamaan
masalah, sehingga pengkaji mengangkat masalah tersebut.
Dalam proses pengkajian penulis tidak menemukan
hambatan sehingga proses pengkajian dapat dilakukan
dengan maksimal

41
42

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan
keperawatannya, terdapat 6 diagnosa, sedangkan pada
tinjauan kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang
semuanya ada di tinjauan teori. Hal ini terjadi karena
dalam pengkajian ditemukan data yang mendukung masalah
keperawatan kelayan.

C. PERENCANAAN
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana
kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter untuk
pemberian terapi. Hal ini direncanakan pada perencanaan
kasus karena diharapkan dapat meningkatkan status
kesehatan kelayan. Tetapi pada kenyataannya dokter hanya
berkunjung tiga bulan sekali. Tidak semua perencanaan
yang ada di perencanaan teoritis dimasukkan ke
perencanaan kasus karena disesuaikan dengan tujuan dan
kebutuhan asuhan keperawatan, selain itu juga harus
disesuaikan dengan kemampuan perawat yang memberikan
asuhan keperawatan.

D. PELAKSANAAN
Pemberian tindakan keperawatan kepada kelayan
disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Faktor
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah health education
tentang bagaimana penanganan jika nyeri lutut dan
pinggang tidak dirasakan lagi. Tindakan difokuskan
kepada bagaimana mengalihkan rasa nyeri kelayan, ini
berhasil dilakukan karena kelayan sudah paham dengan apa
yang dijelaskan dan diajarkan oleh penulis. Sedangkan
penanganan gangguan masalah tidur, tindakan difokuskan
kepada pengalihan nyeri. Ini dikarenakan jika kelayan
merasakan nyeri kelayan tidak dapat beristitirahat /
tidur dengan tenang. Untuk masalah manajemen regimen
terapeutik tidak efektif, tindakan difokuskan untuk
meningkatkan kemandirian kelayan untuk memanfaatkan
43

fasilitas kesehatan yang ada di Panti seperti Klinik dan


tetap mempertahankan program terapi non-farmakologi agar
dapat dilakukan setiap hari secara mandiri.

E. EVALUASI
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada kelayan dilakukan
setelah 3 x 24 jam, tetapi eveluasi tindakan dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan. Pada
saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian kriteria
evaluasi, misalnya untuk diagnosa I kelayan tampak
rileks yang menunjukkan nyeri berkurang. Hal ini sesuai
dengan kriteria hasil pada perencanaan.
44

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada
kelayan Pq”J” penulis dapat menyimpulkan :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia, banyak
ditemukan hambatan-hambatan sehingga kita harus benar-
benar mengenal lansia itu agar kita bisa mencari jalan
keluar jika muncul hambatan terutama pada proses
pengkajian.
2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan asuhan
keperawatan pada lansia, kita harus sabar menghadapi
perubahan emosi yang setiap saat berubah-ubah.
3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan khusus seperti kelayan dengan gangguan
pendengaran memiliki trik-trik tersendiri agar
komunikasi lancar. Berbeda dengan lansia yang tidak
mengalami gangguan pendengaran, pelaksanaan asuhan
keperawatan lebih mudah.

B. SARAN
1. Bagi Kelayan
Hendaknya kelayan tetap menjaga kesehatan, jangan
terlalu memaksakan diri untuk bekerja dan lebih aktif
dalam kegiatan-kegiatan panti.
2. Bagi Perawat
Hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan agar lebih
peka terhadap masalah-masalah yang dialami lansia
serta meningkatkan kerjasama.

Anda mungkin juga menyukai