Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tanaman Cabai merah (Capsicum annum L.) adalah tumbuhan perdu
dengan rasa buah pedas. Cabai merupakan komoditas sayuran yang banyak
digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas
dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat
membangkitkan selera makan. Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap
saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional
sehingga perlu dilakukannya budidaya cabai yang baik untuk mencapai produksi
yang tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan permintaan cabai.
Agar dapat berhasil dengan baik budidaya cabai merah diupayakan untuk
memenuhi persyaratan teknis optimal sehingga dapat diproduksi secara teratur
sepanjang tahun dengan produksi dan mutu yang optimal sebagai tanaman
semusim yang diperlukan setiap hari.
Hal yang dapat menyebabkan kerugian langsung pada petani, antara lain
adanya penyakit dan serangan hama yang dapat mengurangi kuantitas dan kualitas
hasil. Hama merupakan salah satu penyebab yang sering menyerang tanaman
terutama tanaman cabai sehingga perlu dilakukan penanganan untuk mengurangi
serangan dari hama tersebut. Observasi lapangan merupakan salah satu upaya
yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh petani di
lapangan. Hasil dari permasalahan yang ditemukan di lapangan kemudian di
analisis untuk mengetahui penyebab dan solusi.
Oleh karena itu paper ini dibuat untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi petani dengan memberikan cara teknik budidaya tanaman yang baik dan
penanggulangan hama yang tepat.
B. Tujuan
1. Mengetahui Teknik budidaya tanaman cabai untuk menghasilkan
produksi cabai yang maksimal dan stabil.
2. Mengetahui cara penanggulangan penyakit tanaman cabai karena terserang
hama lalat buah.
II. Tinjauan Pustaka
A. Cabai Keriting
Cabai keriting merupakan salah satu komoditas hotikultura yang tergolong
tanaman semusim. Menurut Wiryanta (2002), klasifikasi tanaman cabai adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Buah cabai dicirikan dengan bentuk buah yang panjang dan ramping serta
ujung buah lancip. Permukaan kulit buah cabai berkerut dan cenderung
mengeriting, dengan warna merah ketika buah masak. Daging buah tipis dengan
rasa pedas dan aroma yang menyengat. Daun berukuran lebih kecil daripada cabai
besar, dengan warna hijau sampai hijau tua. Pertumbuhan tanaman mampu
mencapai ketinggian 1.5 meter pada penanaman di tanah (Wahyudi, 2011).
Secara umum cabai merah dapat ditanam dilahan basah (sawah) dan lahan
kering (tegalan). Cabai merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian sampai 900 m dari permukaan laut, tanah kaya akan bahan
organik dengan pH 6-7 dan tekstur tanah remah (Sudiono, 2006).
Cabai dapat tumbuh pada ketinggian 100-1.000 mdpl. Derajat keasaman
(pH) tempat tumbuh adalah berkisar antara 5.5-6.8, dengan pH optimum 6.0-6.5
(Prajnanta,1995). Tanaman cabai menghendaki pengairan yang cukup. Pengairan
dengan jumlah berlebih dapat mengakibatkan kelembaban yang tinggi dan 5
merangsang tumbuhnya penyakit, jamur dan bakteri. Apabila kekurangan air,
tanaman cabai akan mengalami penurunan pertumbuhan vegetative dan juga
penurunan jumlah bunga terbentuk sehingga produksinya menurun. Suhu
optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 21-28oC. Suhu malam yang lebih
rendah daripada 15, 5oC dapat mengakibatkan gugurnya bunga cabai, bahkan pada
suhu yang lebih rendah daripada 13oC pertumbuhan tanaman dapat terhenti
(Setiadi,1987).
Dalam perawatan cabai keriting perlu adanya perompesan tunas air dan
bunga pertama. Kedua bagian tanaman cabai tersebut keberadaannya kurang
bermanfaat. Tunas air tidak produktif dan terus berkembang secara vegetative
menyebabkan tanaman terus menghabiskan energi sehingga cabang tersebut harus
dibuang, demikian juga bunga pertama kali muncul, sebenarnya tanaman masih
perlu berkembang biak secara vegetatif dan belum siap untuk berproduksi. Buang
tunas air yang tumbuhnya di ketiak daun atau di bawah titik percabangan
pertama,demikian juga dengan bunga pertama yang muncul di atas titik
percabangan (Purwa, 2007).
B. Lahan Pasir Pantai
Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas
rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor
pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah,
infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan
efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro 2001;Al-Omran et al.2004).
Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur
dan warna. Pasir dicirikan struktur berbutir, konsistensi lepas, sangat porous,
sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang
mendukung 6 pertumbuhan tanaman. Tekstur pasir ini sangat berpengaruh pada
status dan distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman
akar, hara dan pH (Bulmer and Simpson, 2005).
Menurut Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan
menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan
oksidasi bahan organik. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk
lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir dan kedalaman air tanahnya
dangkal. Selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan
membuat bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam, sehingga akan terjadi
efisiensi biaya dari pengolahan tanah.
Unsur-unsur utama yang terkandung dalam air laut adalah natrium,
magnesium, kalsium, potassium, strontium, klorida, sulfat, bikarbonat, bromide,
borate dan fluoride. Senyawa garam yang dominan pada lahan salin di daerah
pantai adalah NaCl (natrium klorida). Tingginya kadar NaCl di lahan
menyebabkan salinitas sehingga tidak tanaman dapat tumbuh normal (Hutabarat
dan Evans 1986). Sebanding dengan pernyataan Rosmar kam danYuwono (2001)
yang menyatakan bahwa salinitas1-3% menyebabkan penurunan hasil produksi
untuk tanaman yang sensitif, salinitas 3-5% menyebabkan penurunan hasil
produksi untuk tanaman kebanyakan, hanya tanaman tertentu yang tumbuh pada
salinitas 5-10%, serta hampir semua tanaman tidak dapat produksi pada salinitas
lebih dari 10%.
C. Pemeliharaan
1. Pemupukan
Menurut litbang (2016), penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila
kandungan unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk
kandang/kompos sebanyak 5.000 kg/ha dan NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg.
Pupuk dasar diberikan pada tengah bedengan dengan membuat larikan sedalam 10
–15 cm. Pupuk kandang ditabur pada larikan secara merata dilanjutkan dengan
pemberian pupuk NPK (15:15:15).
Pemberian pupuk kimia tergantung jenis tanah. Semakin ringan teksurnya
maka semakin tinggi dosis pupuk. Apapun jenis tanah, pupuk kandang dianjurkan
untuk diberikan pada tanah.
Dosis Pupuk yang digunakan adalah 200 gram NPK (15:15:15) + 50 gram
ZA dilarutkan dengan air 20 liter. Pupuk (NPK+ZA) yang telah dicairkan
diberikan sebanyak 100 ml (1/2 gelas plastik) per tanaman.Pemberian dilakukan
pada umur saat tanam dan 2 (dua) minggu setelah tanam dengan dosis/takaran
seperti diatas.
Pupuk susulan berikutnya adalah NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg/ha atau
10 gram/tanaman yang diberikan pada umur 8 minggu setelah tanam.
Selain pupuk kimia sebaiknya juga diberikan Pupuk Organik Hayati
(POH) untuk memberikan ketahanan pada tanaman cabai. POH mengandung
berbagai macam jenis organisme menguntungkan yang terkandung dalam POH
sehingga dapat meningkatkan ketersedian hara yang dibutuhkan oleh tanaman
cabai. Dosis yang digunakan adalah 200 ml POH dilarutkan dalam 20 liter air dan
diberikan sebanyak 200 ml (1gelas plastik) per tanaman dan diulang setiap 10
hari.
D. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
B. Kasus
Pak lasalip merupakan petani cabai keriting varietas laba pada lahan pasir pantai
di kecamatan pajangan, Kulon Progo. luas area yang dimiliki oleh pak lasalip
kurang dari 1 Ha. Pak lasalip menerapkan sistem pemberian pupuk dan pestisida
seadanya tanpa ada takaran yang pasti selain itu pak lasalip juga tidak menerapkan
pemangkasan. Tanaman cabai keriting disiram pak lasalip setiap hari sekali
apabila tidak hujan. Akan tetapi pak lasalip merasa hasil panen yang diperoleh
kurang maksimal dan tidak stabil setiap panen kadang memuaskan kadang tidak
memuaskan, dan terdapat banyak lalat buah yang menyerang tanaman pak salip
serta apabila hujan angin hasil panen pak salip mengalami kegagalan. Bantulah
pak lasalip agar cabai keritingnya meminimal lisir serangan lalat buah dan panen
mampu memperoleh hasil yang stabil dan sesuai dengan potensi hasilnya.
IV. Penyelesaian Masalah
A. Identifikasi Kasus
1. Tanaman terserang hama lalat buah
2. Hasil panen tidak stabil dan tidak sesuai dengan potensi hasil tanaman
B. Analisis Masalah
1. Tanaman terserang hama lalat buah
Berdasarkan identifikasi yang ada, kondisi tanaman cabai keriting pak
Lasalip yang banyak terserang hama lalat buah dikarenakan pak Lasalip tidak
melakukan sanitasi lingkungan dan penyemprotan pestisida yang tidak tertakar
serta tidak sesuai dengan keadaan lingkungan.
Pada lahan pak Lasalip terjangkit lalat buah gejala awal serangan terlihat
dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah
muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada buah
cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di dalam buah cabai. Larva
yang terdapat di dalam buah menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi
berwarna kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini
akan menurun dan tidak layak untuk dipasarkan. Serangan berat terjadi pada
musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga betina
terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang menjadi busuk dan
jatuh ke tanah.
2. Hasil panen tidak stabil dan tidak sesuai dengan potensi hasil tanaman
Berdasarkan hasil wawanacara dengan pak Lasalip produktivitas yang
dihasilkan tanaman cabai keriting pak lasalip tidak menentu setiap panennya,
tetapi apabila dilihat dari jenis varietas yang ditanam pak Lasalip yaitu varietas
Laba, potensi hasilnya dapat mencapai 15 ton/hektar. Dengan demikian
produktivitas tanaman cabai pak Lasalip hanya mencapai 50-60% dari
produktivitas sesungguhnya. Produktivitas yang cenderung rendah bisa
diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurang optimalnya
perawatan, tidak tertakarnya pemberian pupuk.
3. Hasil panen tidak stabil dan tidak sesuai dengan potensi hasil tanaman
a. Pemupukan tidak tertakar
Menurut litbang (2016), penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila
kandungan unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk
kandang/kompos sebanyak 5.000 kg/ha dan NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg.
Pupuk dasar diberikan pada tengah bedengan dengan membuat larikan sedalam 10
–15 cm. Pupuk kandang ditabur pada larikan secara merata dilanjutkan dengan
pemberian pupuk NPK (15:15:15).
Pemberian pupuk kimia tergantung jenis tanah. Semakin ringan teksurnya
maka semakin tinggi dosis pupuk. Apapun jenis tanah, pupuk kandang dianjurkan
untuk diberikan pada tanah. Dosis Pupuk yang digunakan adalah 200 gram NPK
(15:15:15) + 50 gram ZA dilarutkan dengan air 20 liter. Pupuk (NPK+ZA) yang
telah dicairkan diberikan sebanyak 100 ml (1/2 gelas plastik) per
tanaman.Pemberian dilakukan pada umur saat tanam dan 2 (dua) minggu setelah
tanam dengan dosis/takaran seperti diatas.
Pupuk susulan berikutnya adalah NPK (15:15:15) sebanyak 200 kg/ha atau 10
gram/tanaman yang diberikan pada umur 8 minggu setelah tanam. Selain pupuk
kimia sebaiknya juga diberikan Pupuk Organik Hayati (POH) untuk memberikan
ketahanan pada tanaman cabai. POH mengandung berbagai macam jenis
organisme menguntungkan yang terkandung dalam POH sehingga dapat
meningkatkan ketersedian hara yang dibutuhkan oleh tanaman cabai. Dosis yang
digunakan adalah 200 ml POH dilarutkan dalam 20 liter air dan diberikan
sebanyak 200 ml (1gelas plastik) per tanaman dan diulang setiap 10 hari.
V. Kesimpulan
1. Untuk menghasilkan produksi cabai yang maksimal dan stabil pak Lasalip
harus menerapkan sistem pemupukan yang sistematis dan tertakar dosisnya
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tepat pada waktu pemberiannya.
2. Untuk menanggulangi buah cabai yang terserang lalat buah pak Lasalip dapat
melakukan penanganan secara kultur teknis, fisik, biologi, dan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengkaji Teknologi Pertanian. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman
Cabai Serta Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jambi. Jambi.
Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as
Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay
Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85: 667-679.