Anda di halaman 1dari 30

Gambaran Wilayah Studi

2.1 GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN

Propinsi Kalimantan Barat secara geografis terletak antara 2 0 08’ Lintang Utara– 30 05’
Lintang Selatan dan 1080 0’ Bujur Timur – 1140 10’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah
Propinsi Kalimantan Barat selengkapnya adalah, bagian utara dengan Sarawak (Malaysia),
bagian selatan dengan Laut Jawa dan Propinsi Kalimantan Tengah, bagian timur dengan
Propinsi Kalimantan Timur dan bagian barat dengan Laut Natuna dan Selat Karimata.

Propinsi ini memiliki luas daerah sekitar 146,81 ribu km 2 atau 7,53% dari luas Indonesia.
Wilayah ini membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan
sekitar 850 km dari Barat ke Timur. Luas tersebut terbagi atas 6 kabupaten, 1 kotamadya.
Yang paling luas dimiliki oleh Kabupaten ketapang (35,81 ribu km2) dan yang paling
sedikit luasnya adalah Kotamadya Pontianak (107,80 km2).

Total luas 146,81 ribu km2 tersebut didiami oleh sekitar 3,89 juta penduduk yang terbagi
ke dalam beberapa kabupaten dan kotamadya yang ada. Dimana penduduk terbanyak
berlokasi di Kobupaten Pontianak (468.100 jiwa) dan terkecil berlokasi di Kabupaten
kapuas Hulu (93.200 jiwa). Dengan kepadatan rata-rata 26 jiwa per km2. Tingkat
pertumbuhan penduduk Propinsi Kalimantan Barat rata-rata 4,63% dalam kurun waktu
1990 – 2002.

Terdapatnya pemekaran wilayah dua kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat dimana


Kabupaten Sintang mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Sintang dan Kabupaten
Melawi, dan pemekaran wilayah kabupaten Sanggau menjadi kabupaten Sanggau dan
Kabupaten Sekadau
LAPORAN AKHIR 2-1
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Kalimantan Barat

% terhadap
NO. Kabupaten/Kota Luas (Km2)
Luas Propinsi
1 Kab. Sambas 6394,70 4,36
2 Kab. Bengkayang 5367,30 3,66
3 Kab. Landak 9909,10 6,75
4 Kab. Pontianak 8262,20 5,63
5 Kab. Sanggau 18302,00 12,47
6 Kab. Ketapang 35809,00 24,39
7 Kab Sintang 32279,00 21,99
8 Kab. Kapuas Hulu 29842,00 20,33
9 Kota Pontianak 107,80 0,07
10 Kota Singkawang 534,00 0,36
Kalimantan Barat 146807,00 100,00
Sumber : Kalimantan Barat Dalan Angka 2002

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kalimantan Barat

NO. Kabupaten/Kota 2000 2001 2003


1 Kab. Sambas 454.126 460.728 456.162
2 Kab. Bengkayang 333.089 179.236 180.960
3 Kab. Landak 282.026 285.622 288.033
4 Kab. Pontianak 631.546 651.321 664.819
5 Kab. Sanggau 508.320 521.448 530.366
6 Kab. Ketapang 426.285 443.654 455.606
7 Kab Sintang 460.594 474.529 484.032
8 Kab. Kapuas Hulu 182.589 186.270 188.757
9 Kota Pontianak 472.220 483.418 491.010
10 Kota Singkawang - 157.833 158.774
Kalimantan Barat 3.750.795 3.844.059 3.898.519
Sumber : Kalimantan Barat Dalan Angka 2002

2.2 SOSIAL DAN EKONOMI

Pada tahun 2002, jumlah sekolah (baik SD, SMP SMA maupun SMK) di Propinsi
Kalimantan Barat mencapai 4.657 buah, dengan jumlah murid untuk jenis pendidikan
dasar sampai menengah mencapai 706.437 orang, atau Mengalami penurunan sekitar
8.22% dibandingkan dengan tahun 2001.

Di bidang kesehatan, jumlah rumah sakit di Propinsi Kalimantan Barat mencapai 1.149
buah (terdiri dari rumah sakit sebanyak 27 buah dengan 2.299 buah tempat tidur,
puskesmas sebanyak 1.122 termasuk puskesmas pengganti dan puskesmas keliling). Di

LAPORAN AKHIR 2-2


STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

bidang keagamaan, Propinsi Kalimantan Barat mempunyai jumlah mesjid sebanyak 2.760
buah, surau 2.271 serta gereja 2.141.

PDRB Propinsi Kalimantan Barat atas dasar harga berlaku tahun 2002 adalah sebesar Rp
21.647,65 milyar, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian (16,03%)
disusul oleh sektor industri pengolahan (23,25%). Sedangkan PDRB Propinsi Kalimantan
Barat atas dasar harga konstan pada tahun 2002 adalah sebesar Rp 7.559,18 milyar atau
mengalami pertumbuhan sebesar1,97% dibandingkan dengan tahun 2001.

6000

5000

4000
2000
3000 2001

2000
2002

1000

Gambar 2.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2002

2000
1800
1600
1400
1200 2000
1000 2001
800
2002
600
400
200
0

Gambar 2.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993

2.3 SISTEM TRANSPORTASI

LAPORAN AKHIR 2-3


STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Panjang jalan di Kalimantan Barat pada tahun 2001, berdasarkan jenis permukaan,
kondisi jalan dan kelas jalan dapat dilihat pada tabel 2.1. Sebagian besar jalan di
Kalimantan Barat adalah jalan Kabupaten.

Propinsi Kalimantan Barat mempunyai panjang jalan total 10.97,73 km, terdiri dari jalan
negara 1.006,62 km, jalan propinsi 1.788,96 km dan jalan kabupaten/kotamadya
8.180,96 km. Pada tahun 2000, jumlah kendaraan di Propinsi Kalimantan Barat tercatat
sebesar 285.614 kendaraan bermotor dimana sebanyak 241.372 buah di antaranya
berupa sepeda motor.

Wilayah Propinsi Kalimantan Barat banyak dialiri oleh sungai dan anak sungai, hal ini yang
menyebabkan angkutan sungai dapat menjangkau ke tempat-tempat yang relatif jauh
dari pusat kota. Karena itu pula angkutan sungai/danau/pedalaman sangat penting
peranannya untuk menjamin kelancaran kegiatan ekonomi dan masyarakat lainnya.
Jumlah alat angkutan pedalaman ini (misalnya kapal motor) tercatat sebanyak 10.324
unit.

Jumlah frekuensi pesawat udara yang berangkat dan datang melalui pelabuhan-
pelabuhan udara yang ada di Propinsi Kalimantan Barat tercatat sebanyak 7.249 kali dan
7.248 kali, dengan jumlah penumpang yang berangkat dan datang sebesar 221.526
orang dan 235.079 orang. Pada tahun 1998, terjadi penurunan jumlah frekuensi
penerbangan di Propinsi Kalimantan Barat. Hal ini salah satunya dikarenakan oleh
bencana alam seperti kebakaran hutan yang menyebabkan asap tebal, sehingga tidak
memungkinkan pesawat terbang atau turun.
Tabel 2.3 Panjang Jalan di Propinsi Kalimantan Barat

Uraian Jalan Jalan Jalan Jalan Jumlah


Negara Propinsi Kabupaten Kotamady
a
1. Jenis Permukaan
Aspal 743,18 1.505,91 2.748,04 189,98 5.187,11
Kerikil 90,40 39,10 868,96 6,58 1.005,04
Tanah 173,04 243,95 3.932,56 41,37 4.390,92
Non Classified 0 0 393,67 0 393,67

2. Kondisi Jalan
Baik 223,45 130,23 1.429,59 178,58 1.961,85
Sedang 540,04 1.156,16 1.609,37 16,59 3.322,16
Rusak 228,13 418,92 2.046,76 29,11 2.722,92

LAPORAN AKHIR 2-4


STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Rusak Berat 15,0 83,65 2.857,51 13,64 2.969,80


Tidak terinci - - - - -
3. Kelas Jalan
Kelas I - - - - -
Kelas II - - - - -
Kelas III/III - - - - -
Kelas III/IIIA- - 225,98 - 225,98
Kelas III/IIIB322,39 15,40 613,58 237,92 1.189,29
Kelas III/IIIC483,43 1.218,21 3.499,98 - 5.201,61
Non Classified200,80 555,35 3.603,70 - 4.359,85
Jumlah 1.006,6 1.788,9 7.943,23 237,73 10.976,
2 6 73
Sumber : BPS Kalimantan Barat, 2002

2.3.1 Jaringan Jalan Lintas Selatan

Jaringan jalan lintas di Pulau Kalimantan terbagi menjadi 3, yakni Lintas Utara, Lintas
Tengah, dan Lintas Selatan, sebagaimana disampaikan dalam Gambar 2.1. Secara umum
jaringan jalan lintas selatan lah yang paling berkembang mengingat posisinya yang paling
dekat dengan garis pantai di mana kota-kota besar berlokasi, seperti Pontianak,
Pangkalan Bun, Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin, Pelaihari, Kota Baru, Balikpapan,
Samarinda, dan Bontang.

Penyediaan jaringan jalan lintas di Pulau Kalimantan Secara Umum disampaikan pada
Tabel 2.4. Terlihat bahwa lintas utara merupakan bagian yang paling belum berkembang
karena 60% lebih ruas jalannya belum tersambungkan, sedangkan lintas tengah dan
lintas selatan relatif hanya sebagian kecil saja yang belum tersambungkan.

Jalan lintas selatan sekitar 682,53 Km masih jalan tanah, sedangkan lintas tengah sekitar
715.03 km yang juga masih berupa jalan tanah, sedangkan untuk lintas utara sekitar
579.00 km yang masih jalan tanah.

Tabel 2.4 Panjang Jaringan Jalan Lintas di Pulau Kalimantan

SUDAH TEMBUS BELUM TEMBUS


JALAN LINTAS TOTAL (km)
(km) (km)
Lintas Selatan 3.202,66 3.143,46 59,20
Lintas Utara 1.627,00 721,50 905,50
Lintas Tengah 1.422,52 1.272,52 150,00
Total 6.252,18 5.137,48 1.114,70
Jalur lintas yang melewati wilayah studi adalah lintas selatan dengan rute sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR 2-5


STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

LINTAS SELATAN: Liku - Sambas - Singkawang - Mempawah - Sei Pinyuh - Pontianak -


Tayan - Aur Kuning - Sandai - Nanga Tayap - Batas Kalbar/Kalteng - Pangkalan Bun -
Sampit - Palangkaraya - Kuala Kapuas - Batas Kalteng/Kalsel - Banjarmasin - Batibati -
Pleihari - Batu Licin - Kerang (Batas Kalsel/Kaltim) - Tanah Grogot - Kuaro - Penajam -
Balikpapan - Samarinda - Bontang - Simpang Perdau - Muara Wahau - Tanjung Redeb -
Tanjung Selor - Malinau.

Gambar 2.3 Peta Jaringan Jalan Lintas di Pulau Kalimantan

2.4 KAWASAN ANDALAN DAN SISTEM KOTA DI KALIMANTAN BARAT

2.4.1 Kawasan Andalan

Jumlah kawasan andalan yang ditetapkan di wilayah Kalimantan adalah sebanyak 16


kawasan, dengan sebaran 5 kawasan di Propinsi Kalbar, 4 di Propinsi Kalteng, 3 di
Propinsi Kalsel, dan sisanya 4 di Propinsi Kaltim. Pengelolaan kawasan andalan ini menjadi

LAPORAN AKHIR 2-6


STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

tantangan tersendiri mengingat sektor unggulan dan beberapa komoditas unggulan relatif
homogen.

ang merupakan kawasan andalan di Propinsi Kalimantan Barat adalah: Pontianak,


Singkawang, Ketapang, Kapuas Hulu, Sanggau.

2.4.2 Sistem Kota

Struktur pengembangan sistem permukiman yang menggambarkan sebaran kota


nasional, fungsi dan besaran kota-kota dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.5 Sistem Kota - kota Nasional di Pulau Kalimantan

Pusat Kegiatan Nasional Pusat Kegiatan Wilayah Pusat Kegiatan Lokal


Pontianak, Paloh, Jagoibabang, Mempawah, Singkawang, Rasau Jaya, Ngabang,
Nangabadau, Entikong, Ketapang, Puttusibau, Sintang, Bengkayang, Pemangkat,
Senaning, Pangkalan Bun, Sampit, Buntok, Muarateweh, Sambas, Kendawangan,
Palangkaraya, Banjarmasin, Kuala Kapuas, Amuntai, Nangatayap, Tumbangtiti,
Tarakan, Malinau, Nunukan, Martapura, Marabahan, Nangamentaba, Lanjak,
Melak, Longmidang, Batulicin, Tanjung Redep, Sekadau, Nangapinoh, Tayan,
Balikpapan, Bontang, Sangkulirang, Simanggaris, Kedukul, Kotabesi, Sukamara,
Samarinda. Sangasanga, Tenggarong. Hanjalipan, Kuala Kayan,
Parenggeran, Tumbang
Samba, Kumai, Kuala
Pembuang, Nangabulik,
Ampah, Tamianglayang,
Pendang, Purukcahu,
Muaralaung, Kualakurun,
Bahaur, Lupakdalam,
Kandangan, Tanjung, Haruai,
Rantau, Plihari, Banjarbaru,
Kotabaru, Pagatan, Stagen,
Tanjungselor, Tanjung Palas,
Sangata, Muarawahu,
Tanlumbis, Muarabadah,
Longjanang, Penajam.

2.4.3 Kawasan Tertinggal

Wilayah yang termasuk kawasan tertinggal di Propinsi Kalimantan Barat meliputi wilayah :
LAPORAN AKHIR 2-7
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

1. Perbatasan dengan Serawak

2. Pedalaman

3. Pesisir Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Bengkayang, Sambas, Landak

2.5 LOKASI JEMBATAN TAYAN

Jembatan tayan terletak pada Jalan Lintas Selatan Kalimantan dengan panjang 1000
meter. Sampai dengan saat ini moda yang digunakan dalam melintasi jalaur tersebut
menggunakan kapal feri. Sketsa Gambar lokasi Jembatan dapat dilihat dibawah ini.

Ke Putusibau

Entikong

Ke Mempawah Sintang

Sosok Sanggau
Ke Lintas Tengah
Sei Pinyuh
Tanjung

Tayan

Pontianak Jembatan Tayan

Ke Lintas Selatan

Gambar 2.4 Sketsa Lokasi Jembatan

Jembatan Tayan tidak hanya mempengaruhi pergerakan pada kabupaten Sanggau saja
melainkan pergerakan pada Propinsi Kalimantan Barat khususnya.

LAPORAN AKHIR 2-8


STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

2.6 KONDISI PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI

Prasarana transportasi di Kalimantan Barat, terdiri dari Transportasi Darat, Transportasi


Air (Laut, Sungai dan Penyeberangan) serta Transportasi Udara. Ketiga sistem
transportasi tersebut pada dasarnya telah terkoneksi satu sarna lain namun mengingat
wilayah Kalimantan Barat relatif luas maka Pemerintah Daerah ruasih belum marnpu
menyediakan prasarana transportasi yang memadai terutarna untuk daerah pedalarnan
dan terpencil.

2.6.1 Transportasi Darat

Aspek-aspek yang terkait dengan transportasi darat ini yaitu sistem jaringan jalan,
terminal dan kemampuan/tingkat pelayanannya atau perkembangan kendaraan dan
orang yang menerima manfaat dari adanya prasarana yang dimaksud.

Sektor transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan


perekonomian daerah yang sedang tumbuh dan memberikan akses kepada daerah-
daerah yang mempunyai potensi yang besar untuk berkembang.

Jalan merupakan prasarana untuk mempermudah mobilitas penduduk dalam arti untuk
segala kebutuhan sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum jalan mempunyai
peranan penting menunjang kelancaran kegiatan sektor lain. Salah satu penyebab
perruasalahan transportasi adalah tidak seimbangnya antara kebutuhan dan ketersediaan
sarana transportasi atau dengan kata lain kebutuhan lebih besar dari ketersediaan jasa

transportasi. Kondisi ini berakibat pada terhambatnya distribusi hasil-hasil pembangunan


terutama pada kawasan yang belum memiliki jaringan transportasi.

Prasarana jalan-jalan di Kalimantan Barat ditinjau dari status pembinaannya terbagi


kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu (1) Jalan Nasional yang dibina oleh Pemerintah Pusat,
(2) Jalan Propinsi yang dibina oleh Pemerintah Propinsi dan (3) Jalan Kabupten/Kota yang
pembinaannya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan total panjang: 10.281,58 km.
LAPORAN AKHIR 2-9
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Jalan Nasional di Kalimantan Barat panjangnya mencapai 1.006,62 Km yang terdiri dari 32
(tiga puluh dua) ruas jalan/segmen ruas jalan. Kondisi jalan-jalan dimaksud sampai
dengan akhir Desember 2002 ditemui dalam kondisi baik sepanjang 236,38 km (23,48
%), kondisi Sedang sepanjang 420 km (41,70 %), kondisi rusak sepanjang 306 km (30,40
%) dan kondisi rusak Berat sepanjang 44,20 km (4,39 %). Ditinjau dari kualitasnya,jalan-
jalan yang lapis permukaanya telah beraspal sepanjang 748,2 Km (74,33 %) dan kerikil/
perkerasan sepanjang 82,8 km (8,22 %) sedangkan yang ruasih berupa jalan tanah
sepanjang 176 km (17,5 %).

Jalan Propinsi di Kalimantan Barat panjang seluruhnya mencapai 1.788,96 Km yang terdiri
dari 53 (lima puluh tiga) ruas jalan/segmen ruas jalan. Sampai dengan akhir Desember
2002, jalan-jalan propinsi yang lapis permukaannya telah beraspal sepanjang 1.505,9 km
(84,18 %) dan kerikil/perkerasan sepanjang 39,1 km (7,82 %) serta tanah sepanjang 244
km (13,64 %). Kondisi jalan sampai dengan akhir desember 2002 terdata dalam kondisi
baik sepanjang 464,93 km (25,99 %), sedang sepanjang 1129 km (63,10 %), rusak
sepanjang 176 km (9,86 %) serta rusak berat sepanjang 18,48 km (1,03 %).

Rencana pembangunan jembatan Tayan terletak pada poros Jalan Nasional yang akan
membuka keterisolasian Kabupaten Ketapang dari Kabupaten/Kota Lainnya di Kalimantan
Barat melalui jalan darat. Poros jalan ini juga merupakan prasarana penghubung Propinsi
Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah yang lebih dikenal dan disepakati semua
pihak dengan nama Jalan Trans Kalimantan Poros Selatan.

Jaringan Jalan Trans Kalimantan Poros Selatan di Kalimantan Barat panjangnya mencapai
729,73 km yang membentang mulai dari Liku (Kabupaten Sambas) –Kota Pontianak-
Tayan- Teraju (Kabupten Sanggau )-Balai Berkuak-Aur Kuning-Sandai- Nanga Tayap
(Kabupaten Ketapang) hingga batas Kalimantan Tengah. Dari keseluruhan panjang jalan
Trans Kalimantan Poros Selatan ini, kondisi yang masih sangat memprihatinkan pada
segmen Pontianak-Tayan hingga batas Kalteng (431,03 km) yang sebagian besar masih
berupa jalan tanah dan kerikil sepanjang 396,73 km (  92 %).

LAPORAN AKHIR 2 - 10
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Ditinjau dari perkembangan jumlah kendaraan di Kalimantan Barat yang menikmati


pelayanan prasarana transportasi terlihat perkembangan yang cukup besar. Dalam Tahun
1999 jumlah sepeda motor 212.638 unit, Mobil Penumpang 21.469 Unit, Mobil Bus 3.315
Unit, Mobil Barang 16.525 unit sedangkan tahun 2000, kendaraan bermotor roda dua
berjumlah 242.623 unit, Mobil penumpang 22.824 unit, Mobil bus 3.415 unit dan Mobil
Barang 17.996 unit.

Terminal merupakan tempat peralihan moda transportasi baik dalam satu sistem maupun
antar sistem transportasi. Keberadaan terminal yang sangat besar pengaruhnya terhadap
rencana pembangunan jembatan Tayan dan kawasan sekitamya yaitu Terminal di Kota
Pontianak yang melayani angkutan antar Kota dalam Propinsi serta antar Negara.
Disamping itu perlu juga dilihat kondisi pelayanan terminal di Kota Ngabang, Sanggau,
Entikong, Sintang, Kapuas Hulu dan Ketapang serta Dermaga penyeberangan di Tayan.

2.6.2 Transportasi Sungai dan Penyeberangan.

Transportasi sungai dan penyeberangan merupakan salah satu prasarana penghubung


bagi beberapa wilayah di Kalimantan Barat. Keberadaan transportasi air ini masih tetap
dipertahankan fungsinya terutama untuk wilayah-wilayah yang hanya dapat dijangkau
melalui transportasi air. Peranan sungai sebagai prasarana transportasi, akhir-akhir ini
cenderung mengalami penurunan seiring dengan pesatnya perkembangan prasarana
transportasi darat kecuali untuk penyeberangan.

Wilayah Propinsi Kalimantan Barat memiliki ratusan sungai besar dan kecil baik yang
dapat maupun tidak dapat dilayari. Paling tidak terdapat 24 aliran sungai di Kalimantan
Barat yang dapat dilayari dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas yang juga
merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Aliran Sungai Kapuas melalui 6 Wilayah
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau, Sanggau, Pontianak
dan Kota Pontianak. Panjang keseluruhan aliran sungai Kapuas diperkirakan 1.087 km
namun yang dapat dilayari sepanjang  870 Km.

Sungai Kapuas sebagai prasarana transportasi, dalam pelayanannya dilengkapi dengan


fasilitas dermaga yang jumlahnya sebanyak 11 buah dengan kapasitas 20 ton yaitu di

LAPORAN AKHIR 2 - 11
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Kota Pontianak (Dermaga Kapuas Indah dan Kapuas Besar), Kabupaten Pontianak
(Sungai Raya), Kabupaten Sanggau ( Tayan, Meliau, Sanggau), Kabupaten Sintang
(Sintang), Kabupaten Kapuas Hulu (Nanga Silat, Nanga Bunut, Semitau, Bika,
Putussibau).

Prasarana angkutan penyeberangan di Kalimantan Barat digunakan untuk


menghubungkan Kota Pontianak dan Kabupaten Ketapang dengan sarana angkutan Kapal
Penyeberangan. Moda Transportasi ini dilengkapi dengan fasilitas Dermaga yang terdapat
di Rasau Jaya (Kabupaten Pontianak) dan Teluk Batang (Kabupaten Ketapang). Kinerja
moda transportasi ini pada dasarnya tergantung kepada kualitas prasarana transportasi
darat dari dan ke masing-masing dermaga. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan
Propinsi Kalimantan Barat terlihat adanya peningkatan volume angkutan penyeberangan
Rasau Jaya -Telok Batang.

2.6.3 Transportasi Laut.

Keberadaan transportasi laut ditunjukkan dengan adanya Pelabuhan yang merupakan


tempat kegiatan pemerintah dan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal
sandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang serta merupakan
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Berdasarkan SK. Menteri Perhubungan nomor KM.53 Tahun 2002, pelabuhan yang ada di
Kalimantan Barat yaitu Paloh/Sakura, Sintete, Sambas, Pemangkat, Singkawang,
Pontianak, Telok Melano, Telok Batang, Telok Air, Ketapang, Kendawangm, Air Hitam
Pelabuhan Pontianak dapat dikatakan merupakan pintu gerbang utama lalu lintas
penumpang, barang dan jasa ke Kalimantan Barat melalui transportasi laut.

Selama periode tahun 1999, Pelabuhan Pontianak dikunjungi kapal sebanyak 6.176 buah.
Dalam periode tersebut, total barang yang dieksport sebanyak 901.555 ton dan import
221.881 ton sedangkan kegiatan pelayaran antar pulau volume bongkar sebanyak
2.008.889 ton dan muat 542.137 ton. Disamping itu untuk angkutan penumpang melalui
embarkasi sebanyak 356.423 orang dan debarkasi sebanyak 329.522 orang.

LAPORAN AKHIR 2 - 12
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

2.6.4 Transportasi Udara

Pelayanan transportasi udara di Kalimantan Baat didukung oleh lima bandar udara yang
terdapat di Pontianak (Supadio), Ketapang (Rahadi Osman), Sintang (Susilo), Putussibau
(pangsuma) dan Nanga Pinoh. Dalam operasionalnya, Banda Udara Supadio Pontianak
selain dimanfaatkan untuk penerbangan domestik juga dimanfaatkan untuk penerbangan
Intemasional. Sedangkan keempat bandar udara lainnya dimanfaatkan untuk
penerbangan domestik.

Bandar Udara Supadio Pontianak, untuk penerbangan domestik dilayani oleh pesawat-
pesawat dari perusahaan penerbangan PT. Garuda, PT. Merpati, PT. Mandala, PT
.Bouraq, PT. Batavia, PT. Jatayu, PT. Adam Air, PT. Transkal, PT. DAS dan PT. Deraya.
Untuk Penerbangan Internasional rute Pontianak-Kuching dilayani maskapai penerbangan
PT. MAS Malaysia dan PT. Batavia.

2.7 POTENSI WILAYAH

2.7.1 Potensi Sumberdaya Alam

Secara geografis Propinsi Kalimantan Barat dilalui oleh Garis Khatulistiwa (Equator).
Kondisi ini menyebabkan wilayah Propinsi Kalimantan Barat sangat berlimpah dengan
siraman sinar matahari sebagai sumber kehidupan. Di samping itu wilayah Kalimantan
Barat juga termasuk tipe Alfa yaitu iklim hujan tropis dengan jumlah curah hujan pada
bulan kering > 60 mm yang artinya tetap basah disemua musim. Di samping itu menurut
Oldeman et.al. (1980), Kalimantan Barat digolongkan ke dalam zone agroklimat B1, yaitu
zone yang mempunyai bulan basah dengan curah hujan > 200 mm/bulan selama 9 bulan
berturut-turut dalam setahun dan tidak terdapat bulan kering dengan curah hujan < 100
mm/bulan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa Kalimantan Barat sangat berlimpah akan
sumberdaya air. Hal tersebut diperkuat pula dengan kenyatan bahwa Kalimantan Barat
memiliki sumberdaya perairan umum yang meliputi sungai, danau, rawa yang tersebar di
semua Kabupaten/Kota yang jumlahnya cukup banyak, sehingga Kalimantan Barat
mendapat julukan propinsi "seribu sungai". Kekayaan alam berikutnya yaitu pada DAS
LAPORAN AKHIR 2 - 13
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Kapuas terdapat danau yang cukup besar yaitu Danau Sentarum (117.500 ha) dan Danau
Luar I (5.400 ha) dimana tersimpan beberapa species langka.

Kondisi lahan (tanah) di Kalimantan Barat sebagian besar didominasi oleh jenis tanah
Podzolik Merah Kuning (PMK) dengan luas sekitar 10,5 juta ha (17,28%), yang kemudian
diikuti dengan jenis tanah Organosol Gley Humus (Gambut) sekitar 2 juta ha (13,58%),
dan Alluvial sekitar 1,5 juta ha (10,29%).

Potensi lain yang menjadi sumber kekuatan pada masa yang akan datang adalah
tersedianya Bank Plasma Nutfah yang tersimpan pada beberapa kawasan konservasi
seperti: Taman Nasional Gunung Palung, Taman Nasional Betung-Kerihun, Taman
Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Gunung Nyiut, dan beberapa Cagar Alam
lainnya. Sumberdaya genetik (genetic resources) tersebut merupakan kekayaan yang
sangat potensial yang selama ini terpendam dan belum termanfaatkan secara optimal.

Selain dari pada itu, perairan umum (sungai, danau, rawa, dsb) di bidang perikanan
menyimpan potensi sangat besar sebagai habitat berbagai jenis ikan air tawar. Beberapa
jenis ikan air tawar bahkan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi seperti ikan Betutu,
Jelawat, Patin lokal, Belida, udang galah, arwana dan sebagainya.

Kalimantan Barat memiliki potensi sektor bisnis yang masih sangat prospektif untuk lebih
dikembangkan. Mengingat bahwa masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya adalah
masyarakat agraris, maka sektor-sektor bisnis yang prospektif tersebut adalah yang
mengarah dan berbasis pada pertanian dalam arti luas ( agro-based activities), yaitu
berupa:

 pertanian tanaman pangan,


 hortikultura,
 perikanan,
 perkebunan,
 kehutanan dan peternakan,
 beberapa sektor lainnya seperti pariwisata dan pertambangan.

LAPORAN AKHIR 2 - 14
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Aspek budaya masyarakat akan merupakan hal yang berpengaruh terhadap berbagai
potensi bisnis di atas. Budaya masyarakat yang lama dikenal sebagai masyarakat agraris
akan merupakan jaminan guna lebih meningkatkan potensi di sektor pertanian secara
luas.

Namun berbagai potensi bisnis tersebut di atas akan tetap hanya tercatat sebagai potensi
tanpa nilai tambah bagi masyarakat dan negara pada umumnya apabila tidak segera
dilakukan upaya-upaya pembinaan dan pembangunannya dengan melibatkan seluruh
komponen masyarakat (stake holder). Untuk itu sangat mendesak dibutuhkan dukungan
dari berbagai aspek, termasuk yang sangat penting adalah prasarana jalan dan jembatan
sebagai pembuka akses ke berbagai pusat bisnis yang ada. Rencana pembangunan
jembatan Tayan berikut beberapa koridor penghubung menjadi akan menjadi "kunci"
penentu bangkitan berbagai potensi bisnis yang ada di Propinsi Kalimantan Barat.

2.7.2 Potensi Sektor Pembangunan

Potensi-potensi sektor bisnis yang dapat diandalkan oleh Kalimantan Barat diantaranya
adalah di sub sektor perkebunan dengan komoditi berupa: kelapa sawit, karet, Kelapa
Hibrida, coklat, kelapa dalam, lada, kopi dan aneka taman lainnya. Luas lahan pertanian
potensial tercatat seluas 5.689.825 ha. Dari potensi lahan yang tersedia tersebut, bagi
peruntukan pembangunan dan pengembangan usaha perkebunan tersedia lahan seluas
3.560.251 ha, dan dari lahan yang tersedia tersebut sampai dengan Desember 2001 yang
telah diusahakan baru mencapai seluas 927.492 ha atau sekitar 26% dari luas areal yang
tersedia. Luas areal yang telah dikembangkan untuk masing-masing komoditi adalah
sebagai berikut: kelapa sawit (322.780 ha),karet (457.327 ha), kelapa hibrida (15~945
ha), kakao (8.675 ha), kelapa dalam (91.643 ha), lada (6.669 ha ha), kopi (17.849 ha)
dan aneka tanaman lainnya (6.604 ha).

Potensi dari sub-sektor perikanan berasal dari perikanan laut, perairan umum (sungai dan
danau) serta dari perikanan budidaya. Nilai produksi dari sub sektor perikanan secara
keseluruhan di Kalimantan Barat tahun 1995 yang hanya sebesar 136.895,9 juta rupiah
meningkat menjadi 1.106.873,2 juta rupiah (Dinas Perikanan, 2002). Hal tersebut masih
sangat besar kemungkinan untuk lebih ditingkatkan mengingat baru sebagian kecil
potensi yang digarap dibandingkan dengan potensi luasan perairan yang ada sebenamya.

LAPORAN AKHIR 2 - 15
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Salah satu yang sangat potensial namun belum optimal pemanfaatan potensinya adalah
bisnis kelautan.

Kekayaan akan potensi perikanan laut sangat besar, namun produk-produknya sering
"dicuri" oleh nelayan-nelayan semi-tradisionil yang berasal dari negara luar. Disisi lain,
kemampuan armada nelayan lokal sangat minim, sehingga potensi kekayaan tersebut
belum dapat termanfaatkan secara optimal. Selain dari pacta itu teknologi pasca
penangkapan juga belum memadai, sehingga hasil-hasil penangkapan para nelayan
sebagian besar hanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara lokal.

Dari sektor Peternakan, data akhir tahun 2001 memperlihatkan masih sangat banyak dari
berbagai komoditi ternak yang dapat lebih dikembangkan di Kalimantan Barat. Dengan
memperhatikan tingkat kebutuhan masyarakat akan daging (ayam, sapi, babi, kambing,
kerbau dan itik) dan telur, masih sangat banyak dibutuhkan investor guna memenuhi
kebutuhan dimaksud. Rata-rata ketersediaan yang ada baru mampu memenuhi separoh
dari kebutuhan masyarakat. Hal tersebut belum dihitung apabila dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat luar seperti Sarawak-Malaysia. Memperhatikan akan
tingginya tingkat kebutuhan akan produk-produk petemakan tersebut, maka sektor bisnis
petemakan merupakan sektor yang menjanjikan di masa yang akan datang.

Demikian juga sektor pertanian, khususnya dari hortikultura seperti buah-buahan dan
sayuran, Kalimantan Barat cukup dikenal sebagai "surga" buah-buahan yang sangat
berlimpah pada saat musim panen raya. Bahkan sering buah-buahan tersebut busuk tak
terangkut dan tak terpasarkan pada saat panen puncak. Buah-buahan yang cukup dikenal
dari Kalimantan Barat adalah : jeruk, duku, rarnbutan, durian, cempedak, dll.

Dari sektor pertambangan Kalimantan Barat memiliki berbagai sumberdaya energi dan
mineral yang cukup melimpah, seperti antara lain bauksit, batu bara, kaolin, emas, pasir
kuarsa, granit, garnbut, dan sebagainya. Banyak dari bahan galian tersebut yang sudah
ditambang ( eksploitasi ), walau lebih banyak lagi yang masih dalam tahap penyelidikan
(eksplorasi). Sektor pertambangan dan energi memiliki peran yang cukup penting dalarn
perekonomian Indonesia, khususnya sebagai penghasil devisa negara dari hasil
penjualannya ke luar negeri.
LAPORAN AKHIR 2 - 16
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Pertarnbangan di Kalimantan Barat pernah menunjukan peningkatannya yang cukup


menggembirakan (1986-1990) ketika tidak kurang dari 20 perjanjian kontrak ( Kontrak
Karya ) ditandatangani dengan pihak penanam modal asing. Namun, beberapa tahun
kemudian surut secara drastis ketika banyak dari Kontrak Karya tersebut mengundurkan
diri (terminasi) dengan berbagai alasan, baik teknis maupun non-teknis.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah, menyadari bahwa potensi bahan galian dan
sumberdaya energi yang dimiliki masih haruss dikembangkan terus guna memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya. Keikutsertaan peran aktif pihak swasta dalam hal ini
akan sangat diperlukan dalam membantu kekurangan pendanaan dan teknologi. Pihak
sawsta pun diharapkan dapat membantu dalam pengembangan wilayah, pemberdayaan
masyarakat setempat dan membuka lapangan kerja baru.

Dari sektor Kehutanan, Kalimantan Barat selama beberapa dasa warsa dikenal sebagai
penghasil kayu dan pengekspor plywood ke berbagai belahan dunia. Hasil hutan tersebut
diambil langsung dari alam melalui kegiatan konsesi (HPH). Namun masa emas kayu alam
tersebut saat ini dirasakan sudah mulai berkurang. Dan hasil hutan saat ini yang masih
cukup menjanjikan adalah hasil dari Hutan Tanaman Industri/HTI ( timber estate) dengan
produk ikutannya berupa pulp dan kertas.

Dalam sektor lndustri dan perdagangan Propinsi Kalimantan Barat memiliki potensi-
potensi yang sangat menguntungkan yang berbeda dibandingkan dengan propinsi lain.
Salah satu potensi dimaksud adalah sektor perdagangan yang sangat diminati oleh
sejumlah etnis Cina yang kompeten sebagai salah satu etnis asli bersama dengan etnis
Dayak dan Melayu. Sektor bisnis Cina mempunyai banyak potensi-potensi bisnis dan
memiliki hubungan bisnis yang sangat kuat,tidak hanya yang bersifat domestik lokal
tetapi juga untuk tingkat seluruh ASEAN dan pasar negara-negara Asia lainnya.

Dari sektor pariwisata, masih sangat banyak daerah tujuan wisata yang belum tergarap
secara benar dan optimal. Selain dari obyek-obyek wisata umumnya yang dikenal selama
ini berupa pantai dan gunung, kekhasan wilayahnya menyebabkan Propinsi Kalimantan

LAPORAN AKHIR 2 - 17
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Barat memiliki obyek-obyek wisata alam ( eco-tourism) yang memiliki nilai jual yang cukup
tinggi, khususnya bagi wisatawan manca negara. Dengan dimilikinya beberapa lokasi
taman nasional berikut air terjun dan riam yang ada di wilayah DAS Kapuas serta juga
berbagai lokasi sejarah, diharapkan akan mampu menarik minat berbagai wisatawan, baik
wisata alam, wisata sejarah, wisata agama, wisata pendidikan dan lainnya. Berbagai
potensi yang ada tersebut akan semakin dipermudah dengan akses masuk ke wilayah
propinsi Kalimantan Barat melalui jalur udara dengan Pelabuhan Udara utama Supadio di
Pontianak dengan jumlah penerbangan 1 hari mencapai 18 penerbangan dengan tujuan
dan kedatangan dari dan ke berbagai pusat bisnis di dalam negeri (Jakarta, Batam dan
Balikpapan) dan luar negeri (Kucing dan Singapura). Demikian juga penerbangan dari
Pontianak ke berbagai daerah di dalam propinsi seperti ke Ketapang, dan Putussibau.

Akses melalui laut terbuka ke berbagai daerah seperti Jakarta, Cirebon, Semarang, Batam
dan sebagainya. Akses melalui darat, saat sudah beroperasi 2 (dua) pas lintas batas
(border gate) dari Sarawak-Malaysia ke Propinsi Kalimantan Barat dengan akses ke setiap
ibukota Kabupaten .

Kalimantan Barat sangat dikenal dan memainkan peran sebagai 'paru-paru dunia’ dengan
kekayaannya akan hutan yang dianggap mampu membersihkan udara global dari
cemaran gas karbon (emisi CO2). Dengan kekayaan akan keberadaan hutannya, maka
Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang dianggap mampu dan
isiap untuk melakukan "green bussines" tersebut.

2.7.3 Pertanian Tanaman Pangan

Perkembangan ekonomi di sub sektor tanaman pangan terus mengalami peningkatan di


mana kondisi tahun 2002 menunjukkan nilai (atas harga berlaku) sebesar Rp. 1.629,86
milyar dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,61 %, sedangkan rata-rata

LAPORAN AKHIR 2 - 18
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

kontribusinya adalah 7,62%. Perkembangan kontribusi sub sektor ini cenderung tetap
dengan posisi di tahun 2002 adalah 7,53%.

Keberadaan jalan Trans Kalimantan akan mendorong pengembangan sektor pertanian


mengingat sektor ini merupakan sektor utama ( leading sector) dalam perekonomian
Kalimantan Barat. Kontribusi yang relatif tetap merupakan petunjuk perlunya intervensi di
sektor ini yang merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Dengan demikian diharapkan
sektor ini akan berkembang lebih cepat dengan produk pertanian yang memiliki nilai
tambah yang lebih tinggi.

2.7.4 Potensi Lahan

Luas lahan sawah di Kalimantan Barat sampai tahun 2002 mencapai 456.632 ha. Lahan
sawah tadah hujan adalah yang terbesar (48,33%), diikuti lahan sawah pasang surut
(23,61%), dan lahan sawah irigasi non PU (9,71%). Dari potensi tersebut, yang ditanami
padi dua kali setahun seluas 54.295 ha, yang ditanami padi sekali setahun seluas 222.685
ha. Sedangkan lahan sawah yang sementara tidak diusahakan seluas 179.652 ha. Luas
potensi lahan sawah masing-masing Kabupaten/Kota adalah Kabupaten Pontianak 86.213
ha, Ketapang 81.655 ha, Sanggau 74.296 ha, Sambas 68.676 ha, Landak 68.005 ha,
Sintang 28.739 ha, Bengkayang 27.116 ha, Kapuas Hulu 21.783 ha, dan Kota Pontianak
149 ha. Sedangkan luas lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan dan
hortikukultura di Kalimantan Barat seluas 1.703.538 ha meliputi kabupaten Sintang
480.668 ha, Kapuas Hulu 431.543 ha, Sanggau 407.979 ha, Landak 183.445 ha,
Ketapang 71.068 ha, Pontianak 51.826 ha, Bengkayang 32.358 ha, dan Kota Pontianak
416 ha.

Luas panen masing-masing jenis tanaman pangan tahun 2002 adalah :

 Padi seluas 346.572 ha


 Jagung seluas 20.496 ha
 Kedelai seluas 1.635 ha
 Ubi kayu seluas 15.196 ha
 Palawija lain yaitu ubi jalar 14.953 ha, kacang tanah 2.220 ha dan kacang hijau
1.905 ha.

LAPORAN AKHIR 2 - 19
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

 Tanaman buah-buahan seluas 34.398 ha, yang meliputi durian 8.356 ha,
rambutan 6.493 ha, jeruk siam 229 ha, pepaya 325 ha, pisang 10.488 ha, langsat
1.178 ha, manggis 571 ha, nenas 201 ha, salak 185 ha, alpukat 10 ha, mangga
923 ha,jambu biji 460 ha,jambu air 312 ha, sawo 411 ha, belimbing 108 ha,
nangka 3.422 ha, sirsak 152 ha, sukun 401 ha, dan melinjo 173 ha.
 Tanaman sayuran seluas 15.299 ha, y,ang meliputi bawang daun 437 ha,
petsai/sawi 1.238 ha, kacang panjang 2.536 ha, cabe 1.670 ha, tomat 468 ha,
terung 1.676 ha, buncis 630 ha, ketimun 2.543 ha, kangkung 1.557 ha, dan
bayam 1.544 ha.

Jumlah produksi pada tabun 2002 untuk setiap jenisnya adalah :

 Padi sebesar 985.489 ton


 Jagung sebesar 46.813 ton
 Ubi kayu sebesar 201.741 ton
 Palawija lain, yaitu kedelai 1.823 ton, kacang tanah 2.385 ton, kacang hijau 1.310
ton, ubijalar 14.953 ton.
 Tanaman buah-buahan sebesar 146.920 ton, yang terdiri dari durian 26.738 ton,
rambutan 21.054 ton, jeruk siam 864 ton, pepaya 3.346 ton, pisang 64.286 ton,
langsat 8.046 ton, manggis 1.044 ton, nenas 4.061 ton, salak 998 ton, alpukat 7
ton, mangga 1.364 ton, jambu biji 2.364 ton, jambu air 1.364 ton, sawo 1.087
ton, belimbing 314 ton, nangka 9.039 ton, sirsak 201 ton, sukun 479 ton, melinjo
271 ton.
 Tanaman sayuran sebesar 70.612 ton, yang terdiri dari bawang daun 1.471 ton,
petsai/ sawi 5.267 ton, kacang panjang 15.437 ton, cabe 6.770 ton, tomat 2.410
ton, terung 7.988 ton, buncis 2.350 ton, ketimun 18.016 ton, kangkung 6.476 ton,
bayam 4.427 ton.

2.7.5 Rencana Pengembangan Kawasan Sentra Terpadu

Dengan melihat potensi lahan di Kalimantan Barat serta kawasan komoditas unggulan
masing-masing kabupaten / kota, rencana pengembangan pertanian tanaman pangan

LAPORAN AKHIR 2 - 20
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

dan hortikultura dalam kurun waktu 10 tahun (2004 -2014) dalam bentuk pengembangan
kawasan sentra agribisnis adalah :

 Pengembangan Padi Sawah (IP. 200) direncanakan seluas 222.685 ha meliputi


Sambas 41.484 ha, Bengkayang 16.163 ha, Landak 39.469 ha, Pontianak 45.313
ha, Sanggau 25.979 ha, Ketapang 35.859 ha, Sintang 10.118 ha, Kapuas Hulu
8.151 ha, dan Kota Pontianak 149 ha.
 Pengembangan Padi Sawah (IP. 100) direncanakan seluas 179.652 ha meliputi
Sambas 4.876 ha, Bengkayang dan Kota Singkawang 4.226 ha, Landak 24.114 ha,
Pontianak 30.540 ha, Sanggau 43.515 ha, Ketapang 45.361 ha, Sintang 15.566
ha, dan Kapuas Hulu 11.454 ha.
 Pengembangan Padi Ladang yang direncanakan seluas 265.007 ha meliputi
Sambas 1.770 ha, Bengkayang dan Kota Singkawang 17.617 ha, Landak 63.084
ha, Pontianak 16.014 ha, Sanggau 50.420 ha, Ketapang 61.422 ha, Sintang
26.927 ha, dan Kapuas Hulu 19.753 ha.
 Pengembangan Jagung direncanakan seluas 425.886 ha meliputi Sambas 11.059
ha, Bengkayang dan Kota Singkawang 8.090 ha, Landak 45.861 ha, Pontianak
12.957 ha, Sanggau 101.995 ha, Ketapang 17.767 ha, Sintang 120.167 ha,
Kapuas Hulu 107.886 ha, dan Kota Pontianak 416 ha.
 Pengembangan Ubi Kayu guna memenuhi bahan baku pengolahan alumina
direncanakan seluas 5.000 ha di Kabupaten Sanggau dan kabupaten Sintang
5.000 ha.
 Pengembangan Durian direncanakan seluas 10.000 ha di 6 kabupaten yaitu
Landak 1.000 ha, Pontianak 2.000 ha, Sanggau 3.000 ha, Ketapang 1.000 ha,
Sintang 2.000 ha, dan Kapuas Hulu 1.000 ha.
 Pengembangan Rambutan direncanakan seluas 5.000 ha yaitu Sambas 1.000 ha,
Landak 500 ha, Pontianak 1.000 ha, Ketapang 1.500 ha, dan Kapuas Hulu 1.000
ha.
 Pengembangan Jeruk Siam direncanakan seluas 18.500 di 4 kabupaten yaitu
Sambas 15.000 ha, Sanggau 2.000 ha, Ketapang 1.000 ha, dan Sintang 500 ha.
 Pengembangan Pepaya direncanakan seluas 1.000 ha di Bengkayang 100 ha,
Pontianak 300 ha, Kota Pontianak 200 ha, dan Kota Singkawang 400 ha.
 Pengembangan Pisang direncanakan seluas 16.650 ha di Sambas 2.000 ha,
Bengkayang 2.000 ha, Landak 1.000 ha, Pontianak 6.000 ha, Sanggau 4.000 ha,
Ketapang 1.500 ha, Kota Pontianak 100 ha, dan Kota Singkawang 50 ha.

LAPORAN AKHIR 2 - 21
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

 Pengembangan Langsat direncanakan seluas 2.500 ha yaitu di kabupaten Landak


500 ha dan Kabupaten Pontianak 2.000 ha.
 Pengembangan Manggis direncanakan seluas 1.850 ha yaitu di Sambas 150 ha,
Bengkayang 100 ha, Landak 100 ha, Pontianak 200 ha, Ketapang 200 ha, Sintang
100 ha, dan Kapuas Hulu 1.000 ha.
 Pengembangan Nenas direncanakan seluas 14.050 ha yaitu di Sambas 500 ha,
Bengkayang 500 ha, Landak 5.000 ha, Pontianak 7.500 ha, Kapuas Hulu 500 ha,
dan Kota Singkawang 50 ha.
 Pengembangan Salak direncanakan seluas 2.100 ha yaitu di kabupaten Sambas
500 ha, Pontianak 1.000 ha, Ketapang 500 ha, dan Kota Pontianak 100 ha.
 Pengembangan Lidah Buaya (Aloevera) direncanakan seluas 2.000 ha yaitu di
kabupaten Pontianak 1.000 ha, Kota Pontianak 800 ha dan Kota Singkawang 200
ha.
 Pembangunan Terminal Agribisnis di Kota Pontianak guna mendukung
pengembangan kawasan Tayan Area sebagai pusat distribusi hasil pertanian,
pusat informasi pasar, dan pusat penanganan pasca panen.
 Pengembangan Pusat Buah-buahan Tropis direncanakan seluas 10.000 ha di
kecamatan Sungai Ambawang Kab. Pontianak dalam rangka pengembangan
sentra produksi buah- buahan, penyediaan sumber plasma nutfah, dan tempat
pariwisata.
 Pengembangan Sawah Modern direncanakan seluas 500 ha di kecamatan Sungai
Ambawang Kab. Pontianak dalam rangka pengembangan model dan pusat
magang para petani.

2.7.6 Perkebunan

Perkembangan ekonomi di subsektor perkebunan juga menunjukkan peningkatan imana


tahun 2002 nilainya (atas harga berlaku) sebesar Rp.l.720, 15 milyar dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 25,16% sedangkan rata-rata kontribusinya adalah 6,31 %.
Perkembangan kontribusi sub sektor ini cenderung naik dengan posisi di tahun 2002
adalah 7,95%.

2.7.7 Peternakan

LAPORAN AKHIR 2 - 22
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Perkembangan ekonomi sub sektor peternakan menunjukkan peningkatan di mana tahun


2002 nilainya (atas harga berlaku) sebesar Rp. 552,94 milyar dengan rata-rata
pertumbuhan sebe~ar 17,88 % sedangkan ra~-rata kontribusinya adalah 2,40%.
Perkembangan kontribusi sub sektor ini cenderung tetap dengan posisi di tahun 2002
adalah 2,55%.

Guna mendukung kebijakan pembangunan daerah, khususnya di bidang ekonomi, agar


mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan, telah disusun beberapa program
pembangunan seperti Program Pembangunan Kehewanan dan Peternakan dengan
tujuan:

 Turut serta dalam penyediaan bahan pangan khususnya yang berasal dari ternak,
bahan baku industri, dan sumber devisa,
 Menumbuhkan kegiatan ekonomi produktif khususnya di pedesaan, guna
mempertinggi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,
 Memberdayakan masyarakat agar dapat menghasilkan produk yang berdaya saing
tinggi,
 Menciptakan peluang ekonomi dan lapangan kerja di bidang agibisnis,
 Memanfaatkan dan melestarikan sumberdaya alam yang tersedia.

Berkenaan dengan tujuan dimaksud, populasi ternak di Kalimantan Barat pada tahun
2002 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya, seperti sapi potong naik 1,75%,
babi (20,80%), ayam ras pedaging (1,62%), ayam ras petelur (15,50%), itik (10,43%),
dan domba (15,04%). Sedangkan lainnya mengalami penurunan, yaitu sapi perah
(49,27%), kerbau (0,56%), dan ayam buras (2,25%). Demikian pula dengan produksi
ternak, pada tahun 2002 produksi daging 25.761 ton (naik 3,54%), telur 16.270 butir
(0,59%), namun susu turun menjadi 44 ton (turun 53,63%)

2.7.8 Kelautan dan Perikanan

Perkembangan ekonomi di sub sektor kelautan dan perikanan juga menunjukkan


peningkatan dimana tahun 2002 nilainya (atas harga berlaku) sebesar Rp. 543,29 milyar

LAPORAN AKHIR 2 - 23
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 24,79%, sedangkan rata-rata kontribusinya


adalah 2,18%. Perkembangan kontribusi sub sektor ini cenderung naik dengan posisi di
tahun 2002 adalah 2,51 %.

Dengan terbukanya jalan Trans Kalimantan, diharapkan potensi bidang kelautan dan
perikanan yang relatif sangat besar dapat semakin tergali. Distribusi yang lebih cepat,
mudah dan murah merupakan insentif bagi para partisipan di sektor ini untuk
meningkatkan kontribusinya. Harga yang lebih kompetitif karena efisiensi waktu dan biaya
angkut akan mendorong permintaan yang lebih tinggi sehingga para pelaku usaha akan
lebih aktif.

2.7.9 Perindustrian dan Perdagangan

Perkembangan ekonomi di sektor industri dan sektor perdagangan menunjukkan


peningkatan di mana tahun 2002 nilainya (atas harga berlaku) masing-masing sebesar
Rp. 5.030,53 milyar dan Rp. 4.547,57 milyar dengan rata-rata pertumbuhan masing-
masing sebesar 19,99% dan 17,91 %, sedangkan rata-rata kontribusinya masing-masing
adalah 21,72% dan 21,15%. Perkembangan kontribusi kedua sektor ini cenderung tetap
dengan posisi di tahun 2002 masing-masing adalah 23,25% dan 20,97%.

Keberadaan koridor Tayan, termasuk Jembatan Tayan, merupakan dukungan signifikan


terhadap perkembangan industri dan perdagangan karena sangat strategis sebagai simpul
pertumbuhan. Hal ini mengingat letak geografis, di persimpangan Sungai Kapuas Besat
dan Kapuas Kecil. Posisi ini selain menjadi penghubung jalan darat ke Utara (perbatasan)
dan ke Timur (Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, dan Putussibau) juga layak
sebagai persimpangan transportasi darat menuju kawasan selatan, yaitu Kabupaten
Ketapang. Sumberdaya alam (SDA) yang potensial dari pertambangan (bauksit),
perkebunan sawit, karet, perikanan air tawar; yang dari aspek industri dan perdagangan
adalah peluang dibangunnya industri-industri itu sehingga akan muncul kebutuhan akan
berbagai jasa, seperti perdagangan, perbankan, hotel dan restoran, transportasi lokal dan
lain-lain.

LAPORAN AKHIR 2 - 24
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Dengan dibangunnya jalan Trans Kalimantan di Tayan berikut berbagai komponen yang
juga akan dibangun di kawasan sekitarnya, berbagai kegiatan di sektor industri dan
perdagangan akan dikembangkan dan dibangun di kawasan sekitarnya adalah pabrik mini
CPO minyak goreng, pabrik sabun, pabrik minyak goreng CPO 2X penyaringan, pabrik
margarine, crumb rubber, ban, ekstraksi bauksit menjadi batangan alumina, pabrik
kemasan kaleng dan lembaran alumina, pusat-pusat pertokoan, beberapa industri kelas
menengah, galangan kapal, reparasi otomotif, dan sebagainya.

2.7.10 Pertambangan

Perkembangan ekonomi pertambangan mengalami peningkatan dimana kondisi tahun


2002 menunjukkan nilai (atas harga berlaku) sebesar Rp. 296,19 milyar dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 22,58%, sedangkan rata-rata kontribusinya 1,37%. Perkembangan
kontribusi sektor ini dalam jangka menengah dan panjang cenderung tetap dengan
kontribusi tahun 2002 1,37%. Keberadaan jalan Trans Kalimantan diharapkan dapat
mempertinggi daya saing sektor ini sehingga dapat mempercepat proses ekploitasi yang
ada pada akhirnya akan merubah kecenderungan kontribusi dari tetap menjadi meningkat
dalam jangka menengah dan panjang.

Tabel 2.6 Daftar Pengusahaan Pertambangan Umum di Kabupaten Sanggau

No Perusahaan Jenis Lokasi Bahan Tahapan Luas


Ijin Galian (ha)
1 PT. Kapuas Alluvial Jaya KK Sanggau Emas SK & Konst 2.000
2 PT. Aneka Tambang KP Tayan Bauksit Eksploitasi 12.620

23.79
3 PT. Bosowa Mining KP Bauksit Penyelidikan 55.000
Umum (PU)
4 PT. Bosowa Mining KP Toba & Melinau Batubara PU 5.000
Tabel 2.6 Lanjutan
5 PT. Borneo Resources KP Noyan Emas PU 2.000
Mining Internasional
6 PT. Agrindo KP Jangkang Emas PU 1.000
7 PT. Rosadi Raya Utama KP Tayan Hilir Batubara Eksploitasi 10.000
Jumlah 111.410

LAPORAN AKHIR 2 - 25
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Tabel 2.7 Potensi Investasi Sektor Pertambangan

Produk Andalan Potensi (Ton) Yang


LOKASI
Telah KETERANGAN
Dikelola
I. Golongan A
1. Batubara
181.653.975 Kab. Sintang & Kapuas Hulu Hipotik
2. Minyak dan Gas bumi
561.470.000 brl Ketungau Basin, Malawi Basin Spekulatif
II. Golongan B
1. Besi
224 12.000 Kab. Ketapang Hipotik
2. Mangan
3. Bauksit 2.415.935 18 Kab. Bengkayang Hipotik

4. Timbal 895.743.918 Kab. Bky, Sgu, Ktp Hipotik


5. Seng
106.120 Kab. Bengkayang Hipotik
6. Emas
35.064 175 Kab. Sambas Hipotik

7. Air Raksa 590.905.997 gr 67.042 Kab. PTK, Ldk, Sbs, Sgu, Stg, Hipotik

8. Barit KH, Ktp, BKY

9. Intan Kab. KH, Bky


5.306.283 Hipotik
10. Gambut
Kab. Ketapang
100 Hipotik
Kab. Ldk, Sgu
6.281.683 krt Hipotik
Kab. Ptk, Ktp, Sbs, KH
12.577.145.000 Hipotik
III. Golongan C
1. Kaolin
317.048.857 60.000 Kab. Ptk, Ldk, Sbs, Sgu, Stg, Hipotik
KH, Ktp, Bky
2. Feldspar
Kab. Sgu, Stg, Sbs
3. Pasir 2.233.667 235.400 Hipotik

4. Andesit Kab. Ptk, Stg, Sbs


5.410.484.720 479.880 Hipotik
Kab. Ptk, Stg, Sbs
1.040.955.526.549 129.120 Hipotik
5. Granit Kab. Ptk, Ldk, Sbs, Sgu, Stg,
1.565.421.069.012 498.190 Hipotik
6. Sirtu Khl, Bky
7. Mika 110.861.786.054 Hipotik
Kab. Ptk, Ldk, Sbs, Sgu, Stg,
8. Pasir Kuarsa 514 Hipotik
Khl, Bky

633.664.441 Kab. Sgu, Stg Hipotik

Kab. Ptk, Ldk, Sbs, Sgu, Stg,


Ktp

LAPORAN AKHIR 2 - 26
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Dari tebel diatas dapat dilihat masih banyak potensi-potensi pertambangan di wilayah
Kalimantan Barat yang pengelolaannya masih belum optimal.

2.8 PENGARUH TERHADAP LINGKUNGAN

Sebelum dilakukan identifikasi dampak lingkungan, terlebih dahulu dilakukan


pengumpulan dan analisis data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait
antara lain Bappeda, Bapedalda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan,
Kehutanan, BPS serta bebera dokumen lingkungan dari kegiatan yang berada di Wilayah
kecamatan Tayan seperti PT. Aneka Tambang.

Berdasarkan hasil kajian dari data sekunder dalam mengidentifikasi dampak lingkungan
dari rencana Pembangunan Jembatan Tayan dan pengembangan kawasan sekitarnya
yang terdiri dari Pembangunan Sumber Air Bersih, Pengembangan Kota, Fasilitas Pusat
Distribsi Agrobisnis, Pelabuhan Sungai dan Sistem Transportasi Sungai, Sistem Kelistrikan,
Pembangunan Wilayah Koridor (Tayan-Ptk; Tayan-Entikong; Tayan-Batas Kalteng) serta
Pengembangan Model Pertanian dengan Sistem Keuangan Mikro maka komponen
lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak dari beberapa kegiatan tersebut
adalah:

 Komponen/parameter lingkungan fisik-kimia yang terdiri dari komponen kualitas


udara (ambien dan emisi), kebisingan, getaran, kualitas air permukaan (air
sungai), kuantitas air permukaan (hidrologi/debit air), limbah cair dari rencana
pembangunan kegiatan serta kualitas air tanah;
 Komponen/parameter lingkungan biologi yang terdiri dari flora (vegetasi) dan
fauna baik yang dilindungi maupun tidak serta keberadaan biota perairan
(plankton, benthos dan nekton);
 Komponen/parameter lingkungan sosial ekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat (Sosekbudkesmas) yang terdiri dari mobilisasi penduduk, pendapatan
keluarga, lapangan kesempatan kerja, aktivitas perekonomian, kesejahtraan sosial
masyarakat sekitamya, keresahan sosJal, tingkat kesehatan, sanitasi lingkungan
dan tingkat pelayanan masyarakat, perubahan aktivitas mata pencaharian,
perubahan budaya setempat, tingkat pendidikan, persepsi masyarakat serta
estetika lingkungan.
LAPORAN AKHIR 2 - 27
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

2.9 RENCANA PENGEMBANGAN KOTA TAYAN

Tayan merupakan Ibukota dari Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau. luas 1.050,50
Km2 dengan penduduk pada tahun 2000 mencapai jumlah 45.000 jiwa. Dalam konteks
regional Kabupaten Sanggau, fungsi dan peran Kota Tayan terkandung dalam RTRWK
Sanggau, di mana kota ini ditetapkan sebagai Kota Orde ll.

Selain sebagai Ibukota Kecamatan Tayan Hilir, Kota Tayan juga merupakan pusat
Pengembangan lll (SWP lll) yang meliputi 5 (lima) Kecamatan yaitu Tayan Hulu, Balai,
Tayan Hilir, Meliau, dan Toba. Sebagai pusat SWP lll, Kota Tayan dikembangkan sebagai
pusat permukiman utama dan merupakan orientasi dari pusat-pusat permukiman lain di
SWP lll, terutama dalam bidang ekonomi dan sosial.

Kota Tayan sebagai Kota Orde II sesuai data tahun 2000, berpenduduk 25.000 jiwa
dengan luas wilayah mencapai 2.430 Ha ( tidak termasuk luasan perairan S. Tayan dan S.
Kapuas. Wilayah kota terdiri atas 3 (tiga) desa yaitu :

(1) Desa Pulau Tayan 58,3 Ha,


(2) Sebagian dari wilayah Desa Pedalaman dengan luas 807,6 Ha,
(3) Wilayah Desa Kawat dengan luas 1.564,6 Ha.

Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan wilayah Kabupaten Sanggau, rumusan Kota


Tayan, disesuaikan dengan kebijaksanaan pengembangan wilayah dengan
memperhatikan

(a) Fungsi dan reran Kota Tayan dalam sistem wilayah


(b) Tujuan pengembangan Kota Tayan ;
(c) Strategi Pengembangan Kota Tayan

Beberapa Kegiatan pembangunan yang akan direalisasikan, akan besar pengaruhnya


terhadap pesatnya perkembangan Kota Tayan pada masa mendatang.

LAPORAN AKHIR 2 - 28
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Kegiatan Pembangunannya antara lain adalah :

 Jembatan Tayan yang menghubungkan Kota-kota di Kabupaten Ketapang dengan


kota-kota di belahan utara S. Kapuas, di antaranya Kota Pontianak dan Sanggau.
 Kawasan Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Kapet) yang meliputi
keseluruhan wilayah Kecamatan Tayan, yang mencakup :Kawasan Pertambangan
Bauksit (lengkap dengan town site-nya) ; deposit bauksit di wilayah sangat besar.
Kawasan lndustri Pengolahan Basil Perkebunan (kelapa sawit, karet) dan hasil
hutan (HTI) diantaranya adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Pulp.
 Terminal Terpadu
 Jalan darat Pontianak-Tayan-Ketapang (lintas Kalimantan) dan Tayan-Malinau
yang diikuti pengembangan obyek wisata Danau Bekat

Berdasarkan kebijaksanaan pembangunan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan


pembangunan yamh telah dan sedang dilaksanakan, dalam kurun waktu 20 tahun ke
depan, penduduk Kota Tayan akan mengaiami pertumbuhan yang cukup signifikan
sehingga berjumlah 300.000 jiwa. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan penerapan secara
dini ketentuan-ketentuan mengenai koefisien dasar bangunan, pengendalian fungsi dan
pengembangan sistem transportasi dalam kota agar perkembangan penduduk secara
merata. Berkenaan dengan itu, rencana peruntukan lahan Kota Tayan tahun 2009 telah
ditentukan sebagaimana pada tabel berikut ini.

LAPORAN AKHIR 2 - 29
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT
Gambaran Wilayah Studi

Tabel 2.8 Rencana Peruntukan Lahan Kota Tayan Tahun 2009

LAPORAN AKHIR 2 - 30
STUDI KELAYAKAN JEMBATAN TAYAN DI PROPOINSI KALIMANTAN BARAT

Anda mungkin juga menyukai