Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja putri merupakan masalah kesehatan sistem reproduksi yang kompleks,

salah satu gangguan pada remaja putri adalah terjadinya disminore kebanyakan

untuk penanganan remaja putri mengkonsumsi minum jamu untuk menghilang

nyeri haid yang memiliki efek samping yaitu akan berpotensi mengganggu sistem

pencernaan terutama liver (Winarto, 2014). Dari berbagai gangguan sistem

reproduksi tersebut, 70-90% kasus nyeri haid atau disminore terjadi pada remaja

putri yang berusia 14-25 tahun (Proctor dan Farquar, 2015). Dismenore atau nyeri

haid merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh wanita usia

reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang bersamaan dengan menstruasi ini sering

dirasakan seperti rasa kram pada perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang

menjalar ke punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare.

Oleh karena itu, istilah dismenore hanya dipakai jika nyeri haid tersebut demikian

hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan

pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari

(Winknjosastro, 2007). Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 20

siswi di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto kelas VIII, diantaranya 18 murid

(3,6%) mengalami disminore selama 3 bulan terakhir.

1
2

Menurut data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%)

wanita yang mengalami disminore dengan 10-15% mengalami disminore berat.

Disalah satu negara yaitu di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di

Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55%

perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka

kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45 – 95% di kalangan wanita usia

produktif. Di jawa timur jumlah remaja putri yang reproduktif yaitu berusia 10-24

tahun adalah sebesar 431.263 jiwa. Sedangkan yang mengalami disminore dan

datang ke bagian kebidanan sebesar 98.328 jiwa (22,8%) (BPS Provinsi Jawa

Timur,2016). Sedangkan jumlah penduduk remaja putri di Kabupaten Mojokerto

yang masih berproduktif 44.687 jiwa (BPS Kabupaten Mojokerto, 2016). Dari

hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 05 Desember 2016 kepada

20 siswi di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto kelas VIII, diantaranya 18

murid (3,6%) mengalami disminore selama 3 bulan terakhir dan mengkonsumsi

obat pereda nyeri haid. Dampak penggunaan obat anti nyeri secara berkelanjutan

akan memperlambat aliran darah, bisa memperburuk rasa sakit, dan bahkan bisa

terjadi resiko penyakit ginjal, hati dan jantung (Prawirohardjo, 2009).

Disminore adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat rasa nyeri ini bervariasi.

Mulai dari yang ringan sampai yang berat. Keadaan yang hebat dapat

mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat

dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau

beberapa hari (Aulia, 2009). Disminore pada umumnya disebabkan oleh adanya

aktivitas prostatglandin, Pada saat menstruasi, lapisan rahim yang rusak


3

dikeluarkan dan digantikan yang baru, senyawa molekul yang disebut

prostatglandin dilepaskan. Senyawa ini menyebabkan otot-otot rahim

berkontraksi. Ketika terjadi kontraksi otot rahim, maka suplai darah ke

endometrium menyempit (vasokonstriksi) proses inilah yang menyebabkan rasa

sakit saat menstruasi. Masa remaja adalah fase perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode dari masa anak ke masa

dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosisonal,

dan sosial (F.J.Monks, 2013). Perubahan paling awal yaitu perkembangan secara

biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologis yaitu mulainya remaja

mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang

wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi biasanya

muncul antara usia 10-16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk

kesehatan wanita, status nutrisi dan berat badan relative terhadap tinggi tubuh.

Walaupun begitu, pada kenyataan banyak wanita yang mengalami masalah

menstruasi, diantaranya disminore (Sumudarsono, 2010). Nyeri haid merupakan

ketidakseimbangan hormone progesterone dalam darah sehingga mengakibatkan

rasa nyeri timbul, faktor psikologis, ada yang menyebabkan pingsan, ada yang

merasa mual, dan ada juga yang benar-benar muntah juga ikut berperan terjadinya

nyeri haid pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami disminore sebanyak

90% nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan sering tampak

seperti nyeri berkepanjangan. Disminore yang dialami saat terjadi menstruasi

sangat menyiksa, kadang-kadang wanita membungkukkan tubuh atau merangkak

lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai berguling-
4

guling di tempat tidur. Hal ini sangat mengganggu aktivitas wanita sehari-hari

(Kingstone, 2013). Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-

obatan analgesic dan jamu untuk mengatasi disminore (anathaa, 2012). Efek

samping obat-obatan analgesic dengan mengonsumsi terus-menerus maka akan

memperlambat aliran darah, bisa memperburuk rasa sakit, dan bahkan bisa terjadi

resiko jangka panjang dengan sering meminum obat penghilang rasa sakit pada

saat haid akan meningkatkan resiko penyakit ginjal, hati dan jantung

(Prawirohardjo, 2010). Sedangkan efek samping jamu kunyit asam yang

dikonsumsi dengan jangka panjang maka akan mengalami gangguan lambung,

susah diserap tubuh, perdarahan, dan bahkan jika dibiasakan mengkonsumsi jamu

kunyit asam ini maka akan berpotensi mengganggu sistem pencernaan terutama

liver (Winarto, 2015). Latihan-latihan olahraga ringan (senam) sangat dianjurkan

untuk mengurangi disminore. Senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang

dapat mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan senam tubuh

menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak susunan saraf tulang

belakang. Hormone ini berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi

oleh otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2015).

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi kejadian disminorea pada remaja

putri sebagai perawat perlu mengadakan penyuluhan pada sekolah-sekolah terkait

dengan cara menurunkan intesitas nyeri, salah satunya adalah senam disminorea.

Adapun sebagai peneliti di bidang keperawatan memberikan arahan dan beberapa

edukasi melalui penyuluhan kesehatan pada siswi yang sudah mengalami haid

tentang pentingnya pengobatan non farmakologi saat mengurangi intrensitas nyeri


5

haid agar tidak bergantung pada obat pereda nyeri. Untuk mengatasi nyeri haid

(dismenore) dapat dilakukan dengan pemberian terapi atau pengobatan secara

non farmakologi misalnya dengan olah raga atau senam disminorea hal ini

dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri (Anurogo, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara pada saat melakukan studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti pada tanggal 05 Desember 2016 yang dilakukan peneliti

kepada 20 siswi di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto kelas VIII, diantaranya

18 murid (3,6%) mengalami disminore selama 3 bulan terakhir yang mengalami

disminore kebanyakan menggunakan obat pereda nyeri haid. Pada murid kelas

VIII saat pembelajaran disekolah tidak ada yang beristrirahat di UKS selama

disminore.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

Adakah Pengaruh pemberian senam disminore terhadap nyeri haid pada

remaja putri Kelas VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto ?

1.2.3 Batasan Ruang Lingkup Masalah

Pada penelitian ini ruang lingkup masalah yang peneliti lakukan pada

Pengaruh senam disminore terhadap nyeri haid pada remaja putri Kelas VIII di

SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto.


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Senam Diminore terhadap nyeri haid pada siswi

kelas VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi skala nyeri haid pada siswi kelas VIII di SMPN 2 Sooko

Kabupaten Mojokerto pada kelompok control dan perlakuan sebelum diberikan

senam disminore.

2. Mengidentifikasi skala nyeri haid pada siswi kelas VIII di SMPN 2 Sooko

Kabupaten Mojokerto sesudah diberikan perlakuan senam disminore pada

kelompok control dan perlakuan.

3. Menganalisis pengaruh senam disminore terhadap nyeri haid pada siswi kelas

VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

kesehatan anak sekolah menengah pertama terhadap pengaruh nyeri haid

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan ilmu pengetahuan

khususnya di bidangilmu keperawatan. Serta dijadikan pengalaman pertama

dalam melaksanakan penelitian demi penelitian selanjutnya.


7

2. Bagi Masyarakat

Menambah informasi pemberian senam disminore dapat mengatasi nyeri

haid sehingga masyarakat dapat membiasakan kepada anak remaja putrinya untuk

melakukan senam disminore saat terjadi nyeri haid.

3. Bagi Siswi

Menambah pengalaman dan memberikan informasi untuk pemberian

senam disminore yang akan dapat mengatasi masalah nyeri haid pada siswi

remaja putri kelas VII di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk menunjang mutu pendidikan dan sebagai

pengetahuan tentang dunia keperawatan, semakin berkembang dengan penelitian

ini dalam mengamati suatu permasalahan sehingga dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman.
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Senam

2.1.1 Pengertian

Senam adalah terjemahan dari kata “Gymnastiek” dalam (bahasa

Indonesia), ”Gymnastic”dalam (bahasa Inggris) “Gymnnastiek berasal dari kata

“Gymnos” (bahasa Yunani). Gymnos berarti telanjang, Gymnastiek pada jaman

kuno memang dilakukan dengan badan setengah telanjang agar gerakan dapat

dilakukan tanpa gangguan, sehingga menjadi sempurna (Muhajir, 2006). senam

ialah latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan

daya tahan, kekuatan kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol diri”. Untuk

memberikan batasan senam yang tepat, sangat sukar oleh karena itu semua

pengertian dan bidang yang terkandung didalamnya harus tercakup namun

batasan itu harus ada. Oleh karena itu kita harus memberikan batasan yang

mendekati kebenaran, merumuskan apa itu senam, ciri dan kaidah kaidahnya

yaitu: gerakan gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja,

gerakanya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan

kelentukan, memperbaiki sikap dan gerakan/keindahan tubuh, menambah

ketrampilan, meningkatkan keindahan gerak, meningkatkan kesehatan tubuh),

Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematis (Peter H Werner dalam Muhajir,

2006). Senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan

sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan

8
9

tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan Keterampilan dan

menanamkan nilai-nilai mental spiritual (Agus Mahendra, 2001).

2.1.2 Macam Senam

Olahraga senam ini bisa dilakukan dimana saja, baik didalam maupun

diluar ruangan. Dan dibawah ini adalah macam-macam senam yaitu :

1. Senam Artistik (Artistic Gymnastic)

Senam Artistik merupakan senam yang memiliki gerakan yang cepat dan

Eksplosif, pada umum nya Senam ini menonjolkan gerakan kelentukan dan

keseimbangan dengan gerakan yang relatif lambat dan terkontrol yang akan

menghasilkan gerakan yang indah dan mengejutkan bagi semua yang melihat.

2. Senam Akrobatik ( Acrobatic Gymnastic)

Senam Akrobatik ini merupakan jenis senam yang sangat mengandalkan

Kelentukan dan Keseimbangan dan memiliki gerakan yang cepat dan Eksplosif,

senam ini banyak biasanya memiliki gerakan-gerakan yang berbahaya seperti

Salto dan putaran sehingga untuk melakukan senam akrobatik ini sangat

dianjurkan didampingi oleh Instruktur senam Akrobatik.

3. Senam Ritmik Sportif (Sportive Ritmik Gymnastic)

Senam Ritmik ini adalah Senam yang dilakukan dengan mengikuti

tuntunan musik tertentu sehingga senam ini akan menghasilkan gerakan tubuh

yang indah, biasanya senam ritmik ini menggunakan peralatan seperti pita agar

menambah keindahan gerak pesenam.


10

4. Senam Aerobik ( Sport Aerobic)

Senam Aerobik adalah senam yang memiliki serangkaian gerak yang telah

dipadukan dengan Irama Musik yang telah dipilih dengan durasi tertentu, Aerobik

duga mengandung pengertian suatu sistem latihan fisik yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi pemasukan Oksigen di dalam jaringan tubuh, karena

pemasukan Oksigen didalam tubuh kita ditentukan oleh kapasitas maksimal Paru-

paru saat mengirup udara. Bagi Sobat yang ingin menjaga kesehatan Jantung dan

Paru-paru maka lakukanlah senam Aerobik ini secara teratur.

5. Senam Trampolin ( Trampolinning)

Senam Trampolin adalah pengembangan dari suatu latihan senam yang

dilakukan diatas trampolin, yaitu dengan menggunakan sejanis pemantul yang

memiliki daya pantul yang sangat besar.

6. Senam Umum (General Gymnastic)

Senam umum inilah yang banyak dilakukan di Indonesia. Salah satunya

jenis senam yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia yaitu Senam Kesegaran

Jasmani atau disingkat dengan SKJ dan Senam Pagi Indonesia (SPI). Senam

Kesegaran Jasmani atau sering disingkat dengan SKJ adalah senam massal yang

diwajibkan oleh pemerintah Indonesia. Senam ini biasanya diiringi oleh lagu

berirama dari berbagai provinsi yang diaransemen ulang dan biasanya dilakukan

oleh sekelompok peserta besar. SKJ biasa dilakukan di tempat-tempat umum di

Indonesia di hari-hari tertentu dalam satu minggu, yaitu hari Jumat pagi. Senam

ini beserta musik yang mengiringinya menjadi sangat populer pada tahun '80-an

dan '90-an saat masa pemerintahan Orde Baru.


11

7. Senam Disminore

Senam disminore adalah Latihan – latihan olahraga yang ringan sangat

dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Senam disminore ini bagian dari

gerakan senam ritmik yang dilakukan dengan mengikuti tuntunan musik tertentu

sehingga senam ini akan menghasilkan gerakan tubuh yang indah dan lamban

(Martcellina. L, 2011).

2.1.3 Manfaat Senam Disminore Secara Teratur

Senam disminore ini memiliki manfaat, sebagai berikut:

1. Peningkatan efesiensi paru

Seorang terlatih dapat menyediakan oksigen hampir dua kali lipat permenit dari

pada yang terlatih.

2. Peningkatan efisiensi kerja jantung

Jantung semakin kuat dan dapat memompa lebih banyak darah. Akibatnya

orang terlatih denyut jantungnya lebih lambat 20 kali permenit dari pada yang

tidak terlatih

3. Peningkatan volume darah yang mengalir keseluruh tubuh, termasuk organ

reproduksi.

Dengan olahraga rutin atau senam terjadi peningkatan volum darah yang

mengalir keseluruh tubuh, termasuk organ reproduksi sehingga memperlancar

pasokan oksigen ke pembuluh darah yang mengalami vasokontraksi, sehingga

nyeri haid dapat berkurang.

4. Peningkatan ketegangan otot – otot dan pembuluh darah yang jarang sekali

bisa menurunkan tegangan darah tinggi.


12

5. Mengubah tubuh yang berlemak menjadi tubuh yang tegap dan berisi.

6. Menambah kepercayaan pada diri sendiri.

7. Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh–pembuluh darah yang menyalurkan

darah keseluruh tubuh. Jadi olahraga penting untuk remaja putri yang

mengalami dismenore karena latiahan yang sedang dan teratur akan

meningkatkan pelepasan endorfin beta (penghilang nyeri alami) kedalam aliran

darah, sehingga dapat mengurangi nyeri haid atau dismenore.

2.1.4 Kecepatan

Sampai taraf tertentu kecepatan gerakan senam bergantung pada efek yang

ingin di capai. Umumnya, frekuensi gerakan senam kurang lebih dari 1 kali dalam

4 menit setiap gerakan.

2.1.5 Durasi

Durasi atau lamanya suatu senam disminore bergantung pada nyeri

disminore. Rangkaian senam disminore yang dianjurkan berlangsung antara 10

sampai 20 menit.

2.1.6 Frekuensi

Umumnya diyakni bahwa senam disminore paling efektif jika dilakukan

tiap hari pada saat menstruasi, beberapa peneliti mengemukan bahwa senam

disminore akan lebih bermanfaat bila di lakukan lebih sering dengan durasi yang

lebih singkat. Senam selama antara 10 menit sampai 20 menit harus sudah

menghasilkan penurunan nyeri.

2.1.7 Teknik Senam Disminore

1. Persiapan Senam
13

Sebelum melakukan senam secara rutin, pikiran, tubuh dan lingkungan hendaknya

disiapkan dulu. Persiapan itu antara lain adalah :

1) Berbaring di lantai yang nyaman di ruangan tenang agar tidak akan merasa

terganggu

2) Lepaskan sepatu atau sandal anda, jika anda berbaring, tidurlah terlentang

dengan kedua tangan di sisi badan, jika perlu gunakan bantal di bawah kepala

3) Pejamkan mata, perhatikan tubuh anda. Amati bagaimana anda bernafas dan

dimana terdapat ketegangan otot. Buatlah tubuh anda merasa nyaman (Greg

Wilkison, 2002).

2. Pernapasan untuk senam

1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung dan tangan

kiri terangkat.Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut.

2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala (2x 8 hitungan).

3) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri–ke kanan (2 x 8

hitungan).

4) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kanan–kiri (2 x 8

hitungan).

5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan).

3. Senam Disminore

1) Forward Bend
14

Cara melakukan gerakan forward bend dengan posisi awal berdiri tegak,

sambil menarik napas kemudian keluarkan nafas secara perlahan dengan posisi

membungkuk. Luruskan kedua tanganke arah bawah sampai menyentuh lantai.

Apabila tidak mampu melakukan gerakan ini dapat menekuk sedikit lutut.

Gerakan ini berguna untuk meregangkan bagian belakang tubuh seperti punggung,

tulang belikat, betis, dan pantat.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ZFZiSdTukVo

2) Supported Half-Moon

(1). Buang napas, tekan tangan kanan dan tumit kanan kuat ke lantai, dan

meluruskan kaki kanan secara bersamaan mengangkat kaki sejajar kiri ke lantai.

Memperpanjang aktif melalui tumit kiri untuk menjaga kaki diangkat kuat.

Pastikan tempurung lutut sejajar lurus ke depan dan tidak berbalik ke dalam.

(2). Putar tubuh anda bagian atas anda ke kiri, tapi tetap pinggul kiri bergerak

sedikit ke depan. Kebanyakan pemula harus menjaga tangan kiri di pinggul kiri

dan kepala dalam posisi netral, menatap ke depan.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ZFZiSdTukVo

3) Head-To-Knee Pose
15

(1). Mulailah pada posisi duduk

(2). Selonjorkan kaki kanan dan tempatkan kaki kiri disebelah dalam paha kanan.

(3). Julurkan ujung jari ke salah satu sisi kaki kanan dan putar badan ke kanan.

(4). Tarik napas panjang untuk memanjangkan tulang belakang, lalu gunakan

embusan napas untuk mengaktifkan pusar ke tulang belakang dan condongkan

badan ke depan, dan relakskan kepala ke arah kaki. Tetap di posisi ini selama

sekurangnya tiga tarikan napas panjang. Ulangi dengan memanjangkan kaki kiri.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ZFZiSdTukVo

4) Reclined Bound Angle Pose

(1). Mulai duduk dengan kaki diperpanjang di depan anda di tikar. Tekuk lutut

dan menarik tumit di arah panggul, tekan telapak kaki bersama-sama dan biarkan

lutut drop terbuka untuk keduabelah pihak.

(2). Bersandar ke belakang dan membawa siku ke lantai. Kemudian, punggung

bawah semua jalan ke lantai

(3). Lembut bergeser bokong dari sisi ke sisi, menyesuaikan posisi sehingga

tulang belakang memperpanjang sepanjang lantai sambil mempertahankan kurva

alami dan punggung bawah

(4). Menarik bahu dengan lembut ke dalam dan biarkan lengan bersantai dengan

telapak tangan menghadap ke atas

(5). Bersantai bokong dan memperpanjang tulang ekor ke arah tumit


16

(6). Untuk keluar dari pose, menarik lutut bersama-sama. Kemudian, roll ke

samping kanan dan gunakan tangan untuk menekan diri untuk posisi duduk yang

nyaman.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ZFZiSdTukVo

5) Wide Angle Forward Bend

(1). Mulailah duduk dengan pose staff.

(2). Gerakan kaki melebar satu sama lain.

(3). Angkat pinggul sedikit untuk mendorongnya ke depan jika tersedia cukup

ruang.

(4). Lepaskan tangan di depan anda ke lantai, tarik napas panjang untuk

memanjangkan tulang belakang, dan saat mengembuskan napas, mulai gerakkan

tangan ke depan sehingga tulang belakang tetap lurus.

(5). Gerakkan badan ke depan sejauh mungkin dengan tulang belakang panjang,

lalu relakskan kepala ke arah bawah pada lantai. Bernapaslah di posisi ini

sekurangnya tiga tarikan napas panjang.


17

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ZFZiSdTukVo

4. Gerakan Pendinginan

1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkanlengan dengan kuat tahan,

lepaskan.

2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi),tahan beberapa detik, lepaskan

3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkansemua otot sambil nafas dada pelan

teraturlalu relaks(bayangkan hal menyenangkan).

2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Senam Disminore Terhadap

Penurunan Nyeri

Senam disminore dapat dipercaya menurunkan nyeri melalui mekanisme

yaitu :
18

1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan prostatglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami

spasme dan iskemik.

2. Senam disminore dipercayai mampu merangsang tubuh untuk mengurangi

nyeri karena saat melakukan olahraga/senam, otak dan susunan saraf tulang

belakang akan menghasilkan endorphin.

3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat

Senam melibatkan sistem otot, otak, susunan saraf tulang belakang dan tidak

membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh senam disminore pada fisiologi

system syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang

mempertahankan homeostasis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi

pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostatglandin dan substansi p, akan

merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya

meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek spasme otot yang

akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan

kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari

medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.

2.2 Konsep Disminore

2.2.1 Pengertian

Dalam istilah medis, nyeri haid disebut dengan disminore. Nyeri itu ada

yang ringan, sedang, dan tetapi ada pula yang berat, bahkan beberapa wanita
19

sampai pingsan karena tidak kuat menahannya. Separuh dari wanita terganggu

oleh nyeri haid (Kingstone Beryl, 1991). Dahulu, disminore disisihkan sebagai

masalah psikologis atau aspek kewanitaan yang tidak dapat dihindari, tetapi

sekarang dokter mengetahui bahwa disminore merupakan kondisi medis yang

nyata. Meskipun demikian, penyebabnya yang pasti, masih kurang dimengerti.

Disminore adalah menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri (Carey, 2001).

Disminore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, ampai membuat wanita

tersebut tidak bekerja dan harus tidur. Nyeri ini bersamaan dengan rasa mual,

sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah (Arief Mansjoer, 2000).

Disminore adalah sakit saat menstruasi yang dialami oleh hampir semua wanita

dari waktu kewaktu. Tepat sebelum atau saat keluarnya darah menstruasi, akan

timbul rasa sakit yang ritmis, dan mencengkram pada bagian bawah perut serta

punggung, yang berlangsung selama beberapa jam, meskipun kadang-kadang bisa

sampai sehari atau bahkan sepanjang daur menstruasi ini (Youngson, 2002).

2.2.2 Macam-macam Disminore

1. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi:

1) Disminore spasmodic

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa

haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa harus

beristirahat karena terlalu menderita nyeri sehingga wanita tidak dapat

mengerjakan aktivitas apapun. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat

mual, bahkan ada yang benar-benar sampai muntah. Kebanyakan penderitanya

adalah wanita muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun
20

ke atas. Disminore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan

lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hal

seperti itu .

2) Disminore kongestif

Penderita disminore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari

sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin akan mengalami

nyeri pada punggung, sakit dan terasa keras pada payudara, perut terasa kembung,

pada bra terasa terlalu ketat, sakit kepala, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah

tersinggung, kehilangan keseimbangan konsentrasi, menjadi ceroboh, terganggu

tidur. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2

dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu

menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa

haid, orang yang menderita disminore kongestif akan merasa lebih baik.

2. Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid

dapat dibagi menjadi:

1) Disminore primer

Disminore primer sering dimulai pada waktu wanita mendapatkan haid

pertama. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada

usia akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum

atau setelah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri

diuraikan sebagai mirip kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah

(area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat disertai

dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa
21

lelah dan sebagainya. Dinamakan disminore primer karena rasa nyeri timbul tanpa

ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah

wanita itu melahirkan anak pertama dan pertambahan umur. Hal ini diduga terjadi

karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian

saraf pada akhir kehamilan.

2) Disminore sekunder

Nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang jelas dinamakan

disminore sekunder. Nyeri haid yang baru timbul 1 tahun atau lebih sesudah haid

pertama dapat dengan mudah ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan yang

sederhana. Nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus

berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Jika pada usia 40 tahun ke

atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami, penting sekali baginya

untuk memeriksakan diri. Nyeri haid sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal

berikut:

(1) Rahim yang terbalik sehingga membuat darah haid tidak mudah dikeluarkan,

tetapi penyebab itu lebih jarang daripada yang diperkirakan sebelumnya.

(2) Benjolan besar atau kecil di rahim dapat menimbulkan keluhan perdarahan

yang banyak atau sering disertai gumpalan darah.

(3) Peradangan selaput lendir rahim. Hal itu biasanya hanya terjadi dan jarang

terjadi sesudah persalinan atau keguguran. Peradangan dapat pula terjadi akibat

penyakit kelamin yang dilalaikan.

(4) Pemakaian spiral


22

(5) Endometriosis atau ketidakseimbangan hormonal (disminore primer). Jika

endometriosis tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan terganggunya

fungsi reproduksi wanita. Endometriosis merupakan suatu kelainan bawaan,

diduga akibat cacat generik. Kelainan ini terjadi jika selaput leher rahim

(endometrium) tumbuh di luar rongga rahim dan mengalami pertumbuhan

jaringan lapisan rahim di tempat lain di dalam ruang panggul.

(6) Fibroid atau tumor.

(7) Infeksi pelvis (Sarwono, 1999)

2.2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan disminore (Sarwono, 2000)

1. Faktor kejiwaan

Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah

mengalami disminore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan disminore akan

menimbulkan gangguan tidur (insomnia).

2. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat

menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia,

penyakit menahun dan sebagainya.

3. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara

disminore dengan urtikaria, migraine atau asma bronchial. Smith menduga bahwa

sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam bertahun-tahun terakhir


23

menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting

dalam etiologi disminore primer.

4. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Menurut Winkjosastro (2005) menyatakan bahwa disminore primer

disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi.

Mioma submukosum bertangkai polip endometrium dapat menyebabkan

disminore karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan

tersebut.

5. Faktor Endokrin

Kejang pada disminore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan.

Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi

prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah

prostaglandin F2 alfa berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka

selain disminore, dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea dan muntah.

6. Faktor Neurologis

Uterus dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf

simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengatakan bahwa disminore ditimbulkan

oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap

miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf

simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istium dan ostium uteri internum

menjadi hipertonik.

7. Vasopresin
24

Kadar vasopresin pada wanita disminore primer sangat tinggi

dibandingkan dengan wanita tanpa disminore. Pemberian vasopresin pada saat

menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran

darah pada uterus dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti

vasopresin dalam mekanisme terjadinya disminore masih belum jelas.

8. Leukotren

Menurut Helsa (1992) mengatakan bahwa leukotren meningkatkan

sensivititas serabut nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan

dalam uterus wanita dengan disminore primer yang tidak memberi respon

terhadap pemberian antagonis prostaglandin.

2.2.4 Tanda dan Gejala Disminore menurut Arif Mansjouer, 2000

1. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun

2. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

3. Sering terjadi pada nulipara

4. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

5. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua

haid

6. Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik

7. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

8. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa

9. Pemeriksaan pelvik normal

10. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

2.2.5 Patofisiologi Disminore


25

Tahap-tahap terjadinya menstruasi, yaitu stadium regenerasi,

stadiumprofilerasi dan stadium promenstruasi (sekresi), disminore terjadi pada

fase pramenstruasi (sekresi) (Manuaba, 1998). Pada fase ini terjadi peningkatan

hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya, prolaktin dapat

meningkatkan uterus. Dan apabila kontraksi ini dirasakan begitu hebat yang

melebihi ambang nyeri seseorang, maka orang tersebut akan merasakan nyeri di

bagian perut dan disebut sebagai disminore.

Hormon yang juga terlibat dalam disminore adalah hormon prostatglandin

(PGS) hal ini dibuktikan pada cairan haid dari wanita yang sedang menderita

disminore mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada kadar prostatglandin

normal (Kicker, 2001). Menurut Wong (1998) mengatakan bahwa prostatglandin

sangat terkait dengan infertilitas pada wanita, disminore, hipertensi, preeklamsi-

eklamsi, dan anakfiklatik syok. Pada fase menstruasi prostatglandin meningkatkan

respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini

juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa disminore sebagian besar akibat kontraksi uterus.

Menurut Roshdal (2000) mengatakan bahwa stimulasi nyeri dapat menuju

ke otak melalui 3 hal yaitu :

1. Transdution, sistem saraf merubah stimulasi nyeri menjadi impuls di ujung

saraf

2. Transmission impuls bergerak dari titik awal ke otak

3. Perception, otak merekognisi, mendefinisikan dan merespon nyeri.


26

Dengan adanya stimulus nyeri tubuh merespon dengan menghambat dan

meningkatkan nyeri melalui mekanisme inhibisi dan fasilitasi, input pada spina

cord tersebut dipengaruhi oleh substansi kimia neuroregulation yang meliputi:

1) Neurotrasmiter

Merupakan zat kimia yang menghambat dan mengeksistensi aktivitas post

sypnotic sel membran saraf, antara lain asetikolin, norephinefrin, ephineprin,

dopamine.

2) Neuromedulator

Merupakan protein hormon yang ditemukan di otak yang berimplikasi

pada modikasi nyeri. Substansi ini berespon menyebabkan analgesik.

3) Peptida besar (endorphin)

Dapat memblok nyeri yang kuat, yang dilepaskan bila dilakukan stimulasi

kulit misalnya masase, senam.

4) Peptida kecil (enkephalis)

Tersebar di sepanjang otak dan dorsal horn dari spinacord, yang kurang

paten dibanding endorphin. Dari siklus diatas seseorang dapat memberikan respon

nyeri baik verbal atau non verbal (Ignatavicius, 1996).

2.2.6 Penanganan Disminore

Menurut Sarwono (1999), penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk

pasien disminore adalah:

1. Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang

tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelaan dan diskusi


27

mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.

Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul

mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,

istirahat yang cukup dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan

psikoterapi.

2. Pemberian obat analgetik

Dewasa ini banyak beredar obat-obatan analgesik yang dapat diberikan

sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat

tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat

analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan

kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin,

ponstan, acet-aminophen.

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat

sementara dengan ,aksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore

primer atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada

waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu

jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4. Terapi alternative

Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak

yang dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi

dan dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat menemukan cara untuk membawa

kelegaan. Suhu panas merupakan ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan
28

kompres handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah.

Mandi air hangat juga bisa membantu.

Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga/senam, yang tidak

hanya mengurangi nyeri dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi

tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman.

Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah

satunya adalah peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak

kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.

5. Penanganan Disminore Primer

1) Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi nyeri haid antara lain:

Analgetika, hormonal dan anti prostatglandin.

2) Analgetika

Analgetika digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetika untuk

nyeri ringan antara lain: aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenis

analgetika untuk nyeri berat antara lain: prometazin, oksikodon dan butalbital.

3) Hormonal

Pengobatan hormonal untuk meredakan disminore dan lebih tepat

diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon

yang diberikan progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan estrogen tinggi).

Pemberian pil dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron

diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri

berkurang.
29

4) Anti prostaglandin

Non-steroidal anti-inflammatory (NSAIDs) yang menghambat produksi

dan kerja prostaglandin digunakan untuk mengatasi disminore primer. NSAIDs

tidak boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran

pencernaan, asma dan alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.

5) Senam

Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyeri. Saat melakukan senam, tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon

endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan atau meringankan nyeri yang

dirasakan seseorang sehingga seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan

melancarkan pengiriman oksigen ke otot (Sugani & Priandarini, 2010).

6) Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah metode mengubah pola pikir negatif menjadi positif.

Hal ini dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar permasalahan

dapat diketahui dengan tepat.

7) Alternatif

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain:

(1) Suhu panas (bantal panas, kompres, minum-minuman hangat, mandi air

hangat).

(2) Tidur dan istirahat cukup.

(3) Olahraga teratur.

(4) Visualisasi konsenstrasi.

(5) Aroma terapi.


30

(6) Pijatan.

(7) Mendengarkan musik, membaca buku maupun menonton film.

(8) Mengurangi konsumsi kopi.

(9) Tidak merokok maupun minum alkohol.

(10) Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih.

(11) Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium.

(12) Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.

(13) Tumbuhan obat (obat sadewa, teki, dan sebagainya).

6. Penanganan Disminore Sekunder

Pengobatan yang sering dipakai adalah golongan NSAIDs yaitu: aspirin,

naproksen, ibuprofen, indometasin, dan asam mefenamat. Obat-oabatan ini sering

kali lebih efektif jika diminum sebelum timbul nyeri. Karena disminore jarang

menyertai perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian kontrasepsi oral untuk

menekan ovulasi juga merupakan pengobatan yang efektif.

2.2.7 Pembagian nyeri haid

Menurut Okparasta, 2003 ditinjau dari berat ringannya rasa nyeri,

disminore dibagi menjadi:

1. Disminore ringan, yaitu disminore dengan rasa nyeri yang berlangsung

beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri, tanpa

disertai pemakaian obat.

2. Disminore sedang, yaitu disminore yang memerlukan obat untuk

menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.


31

3. Disminore berat, yaitu disminore yang memerlukan istirahat sedemikian lama

dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih.

2.3 Konsep Nyeri

2.3.1 Pengertian

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia nyeri adalah rasa yang

menyebabkan penderitaan. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat

subjektif (Muttaqin, Arif, 2008). Brookers, chris (2008) mendefinisikan nyeri

sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terasa jika ujung sarafvtertentu

(nosiseptor) terstimulasi. Nyeri menurut keperawatan adalah apapun yang

menyatakan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada

kapanpun individu mengatakannya (Brunner, Suddarth, 2001).

2.3.2 Teori-teori yang berhubungan dengan Nyeri

1. Teori Spesifisitas

Ide ini dikemukakan oleh Rane Descartes (1984) nyeri berjalan dari

reseptor-reseptor nyeri spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat

nyeri di otak dan bahwa berhubungan antara stimulus dan respons nyeri bersifat

langsung dan variabel. Pesan nyeri disampaikan oleh jenis serabut saraf yaitu

serabut saraf A delta bermielin meneruskan nyeri mendadak dan tajam dan serabut

saraf C tidak bermielin sehingga membuka pertahanan tersebut dan klien

mempersepsikan sensori nyeri (Brunner, Suddarth, 2001).


32

2. Teori Pola dan Penjumlahan

Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Gotdscheider (1999) menjelaskan

penjumlahan input sensorik kulit di sel-sel tanduk daksal menimbulkan pola

khusus impuls saraf yang memicu nyeri. Nyeri dihasilkan oleh stimulasi intens

dari reseptor-reseptor nonspesifik dan penjumlahan impuls-impuls itulah yang

dirasakan sebagai nyeri. Konsep penjumlahan sentral adalah bahwa dapat

terbentuk sirkuit-sirkuit serat saraf dalam kelompok-kelompok interneuron spinal

(suatu reverberoting circuit) setelah suatu cidera, sehingga nyeri dapat berlanjut

tanpa stimulasi (Sylvia A Pric, 2005).

3. Teori Gate Kontrol

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil.

Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan

meningkatkan aktifitas substansi gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu

mekanisme sehingga aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran

rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke

korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis

melalui serat kecil akan menghambat aktifitas substansi gelatinosa dan membuka

pintu mekanisme, sehingga merangsang aktifitas sel T yang selanjutnya akan

menghantarkan rangsangan nyeri (Musrifatul, Uliyah, 2006).

4. Teori transmisi dan Inhibisi

Stimulus pada Nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,

sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang


33

spesifik. Inhibisi impuls nyeri menjadi efektif dan impuls-impuls pada serabut

lamban dan endogen opiate sistem supresif (Barbara C Long, 1996).

2.3.3 Fisiologi Nyeri

Pada zaman dahulu konsep nyeri dapat disingkatkan sebagai teori

pertelponan (telepon exchange) dimana nosiseptor menerima impuls nyeri yang

diteruskan oleh serabut saraf tepi ke susunan saraf pusat sampai ke korteks serebri

yang mampu menciptakan kesadaran akan rasa nyeri. Hal ini dianggap bahwa

yang diterima oleh nosiseptor di perifer ditangkap pula oleh korteks serebri,

bagaikan suara halo yang diucapkan oleh si penelfon dan terdengar pula sebagai

halo senada dan seirama oleh telinga orang yang menerima telepon itu.

Secara ringkas fisiologis nyeri dimulai dengan adanya stimulus penghasil

nyeri yang mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri

memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan

akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu (substansia grisea) di medulla

spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibator, mencegah

stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke

korteks serebri. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebri, maka otak

menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman

dan pengetahuan yang lau serta asosiasi kebudayaan dalam upaya

mempersepsikan nyeri. Pada saat impuls nyeri sampai ke medulla spinalis menuju

ke batang otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagian

bagian dari respon stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri

yang supersial menimbulkan reaksi flight of fight yang merupakan sindrom


34

adaptasi umum. Stimulus pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom

menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat,

dalam, dan secara tipikal melibatkan organ-organ viseral (seperti nyeri pada infark

miokard, kolik akibat batu empedu atau batu ginjal), sistem saraf parasimpatis

menghasilkan suatu aksi. Respons fisiologi terhadap nyeri dapat sangat

membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri traumatik yang berat,

yang menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai

tingkat adaptasi seperti tanda-tanda fisik kembali normal. Dengan demikian, klien

yang mengalami nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda-tanda fisik

(Muttaqin, Arif, 2008).

2.3.4 Klasifikasi

1. Berdasarkan jenisnya

1) Nyeri akut

Keadaan dimana individu melaporkan adanya ketidaknyamanan berat atau

sensasi tidak nyaman. Berakhir dari satu detik sampai kurang dari enam bulan.

Dengan data objektif meliputi komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi

gambaran nyeri dan data subyektif seperti perilaku melindungi, protektif,

memfokuskan pada diri sendiri, penyempitan fokus (menarik diri dari kontak

sosial, kerusakan proses berfikir), perilaku distraksi (merintih, menangis, mondar-

mandir, gelisah) wajah tampak menahan nyeri (mata tampak tidak bersemangat

”tampak terpukul”, gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis), perubahan pada

tonus otot (dapat berkisar dari malas sampai kaku) (Carpenito, 2000).

2) Nyeri Kronis
35

Keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang dalam

waktu lebih dari 6 bulan. Dengan data mayor (harus terdapat) yaitu individu akan

melaporkan bahwa nyeri masih ada selama lebih dari 6 bulan dan data minor

mungkin terdapat seperti tidak nyaman, marah, frustasi (depresi karena situasi,

ekspresi wajah karena nyeri, anoreksia, menurunnya berat badan, insomnia,

spasme otot, kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna di area yang

terpengaruhi, refleks abnormal) (Carpenito, 2000)

2. Berdasarkan Sumbernya

1) Nyeri kulit adalah nyeri yang berasal dari struktur-struktur superficial kulit dan

jaringan subkutis, misalnya nyeri ketika tertusuk jarum atau luka lecet. Nyeri

dirasakan menyemangat, tajam, mengiris atau seperti terbakar.

2) Nyeri somatik adalah nyeri yang ditimbulkan karena kerusakan pada otot,

tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Misalnya karena arthritis, nyeri

yang dirasakan nyeri pegal tumpul yang disertai seperti tertusuk.

3) Nyeri visera adalah nyeri yang ditimbulkan karena kerusakan pada organ yang

berongga, nyeri ini terletak di dinding-dinding otot polos. Nyeri ini terjadi karena

adanya peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan

peradangan. Nyeri dirasakan seperti kram, perih dan intermiten yang disebut

kolik.

4) Nyeri neuropati adalah nyeri yang terjadi karena kerusakan atau disfungsi

sistem saraf pusat yang disebabkan karena adanya lesi pada Sistem Saraf Pusat,

nyeri ini dirasakan seperti terbakar, perih atau seperti tersengat listrik.
36

5) Nyeri Alih adalah nyeri yang berasal dari salah satu daerah di tubuh tetapi

dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri ini di alihkan ke dermatom, nyeri ini

dirasakan menyebar ke seluruh tubuh daerah sekitar yang dirasakan nyeri.

2.3.5 Respon fisiologi terhadap nyeri

Pada sebagian besar pasien sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera

atau rangsangan yang cukup kuat yang berpotensi menciderai (berbahaya). Antara

stimulus cidera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri ada proses rangsangan

yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri

kemudian nyeri disalurkan ke impuls nyeri melewati saraf perifer sampai ke

Medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla

spinalis ke otak. Melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jalur desendens dari otak,

dan melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan

aktifitas di reseptor nyeri aferen primer (Sylvi A Price, 2005).

2.3.6 Faktor yang mempengaruhi reseptor nyeri

Berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain lingkungan, umur,

kelelahan, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, ansietas, pengalaman

sebelumnya, gaya koping, dan tersedianya dukungan keluarga dan sosial (Perry,

Potter, 2005).

2.3.7 Pengukuran tingkat nyeri

Karakteristik paling subyektif pola nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebut. Oleh sebab itu untuk mengetahui hal tersebut diperlukan

pendeskripsian oleh klien mengenai apakah nyeri yang diderita masuk dalam
37

kategori ringan, sedang dan nyeri parah. Nyeri dapat diukur dengan beberapa

metode sebagai berikut (Potter & Perry, 2005):

1. Skala deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif. Skala pendiskripsian verbal (vaerbal deskriptor scale, VSD)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendiskripsian

yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendiskripsian ini

dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”. Cara

pengukurannya yang dilakukan yaitu perawat menunjukkan klien skala tersebut

dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.

Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.

Verbal

Tidak nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang

Ringan Sedang Berat tidak tertahankan

(Gambar 2.7 Skala Diskriptif menurut perry & potter, 2005)


38

2.3.8 Skala Ukur Pengaruh Senam Disminore Terhadap Nyeri Haid

Yang akan dilakukan pada siswi kelas VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten

Mojokerto untuk mengetahui tingkatan nyeri sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan senam disminore kelompok kontrol eksperimen dengan menggunakan

skala ukur skala intensitas nyeri deskriptif.

Gambar 2.1 Skala nyeri diskriptif

Tabel 2.3 Keterangan skala nyeri diskriptif

Skala Kategori Kriteria Hasil

0 Tidak Nyeri

1-3 Nyeri Ringan hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu


aktivitas sehari – hari
4-6 Nyeri Sedang nyeri yang menyebar keperut bagian bawah,
mengganggu aktivitas sehari–hari,
membutuhkan obat untuk mengurangi rasa
nyeri tersebut
7-9 Nyeri Berat nyeri yang disertai pusing, muntah, sakit
kepala berat, diare, sangat mengganggu
aktivitas sehari – hari.
10 Nyeri Sangat Berat nyeri tidak tertahankan/ nyeri sangat hebat:
nenangis, meringis, gelisah, menghindari
percakapan dan kontak sosial, sesak nafas,
imobilisasi, penurunan rentan kesadaran.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebur. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat


39

keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Discriptor

Scale) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama sepanjang garis. Pendeskripsi

ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”. Apabila

pasien atau klien dapat membaca dan memahami skala, maka diskripsi nyeri akan

lebih akurat. Skala diskriptif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat

keparahan nyeri, tetapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat

menggunakan setelah terapi/saat gejala menjadi buruk/ menilai apakah nyeri

mengalami penurunan atau terjadi peningkatan (Potter & Perry, 2005).

2.4 Pengaruh Senam Disminore Terhadap Nyeri Haid

Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau

latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Hormon ini dapat berfungsi

sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman

dan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat

meningkatkan kadar β-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Semakin

banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar β-

endorphin. Seseorang yang melakukan olahraga/senam, maka β-endorphin akan

keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang

berfungsi untuk mengatur nyeri haid (Harry, 2005).


40

2.5 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang Nosiseptor menerima


mempengaruhi Disminore: impuls nyeri

1. Faktor Kejiwaan
2. Faktor Konstitusi
3. Faktor Alergi Serabut saraf tepi
4. Faktor Obstruksi Penanganan Disminore:
Kanalis Servikalis 1. Obat-obatan
5. Faktor Endokrin 2. Analgetika
Susunan Saraf Pusat
6. Faktor Neurologis 3. Hormonal
7. Vasopresin 4. Anti prostaglandin
8. Leukotren 5. Hipnoterapi
Korteks Selebri 6. Alternatif
a. Kompres Hangat
b. Herbal
c. Senam
Disminore Disminore

Otak

Susunan saraf tulang


belakang

Hormon Endorphin

Rasa Nyaman

Penurunan nyeri
disminore

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti : Mempengaruhi

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Senam Disminore Terhadap Disminore Pada

Siswi Kelas VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto.


41

Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat

beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya disminioea yaitu factor kejiwaan,

konstitusi, alergi, obstruksi kanalis servikalis, endokrin, neurologis, vasopressin

dan leukotren. Adanya disminore yang mampu menerima inplus nyeri dan

mengarah ke saraf tepi melalui susunan saraf yang mengakibatkan terjadinya

disminore. Dalam penangananya membutuhkan obat-obatan, analgetika,

hormonal, anti prostaglandin, hipnoterapi dan beberapa alternative salah satunya

adalah dengan melakukan senam disminore akan mampu mengurangi nyeri.

Karena senam disminore pada fisiologi system syaraf otonom yang merupakan

bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostasis lingkungan

internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,

prostatglandin dan substansi p, akan merangsang syaraf simpatis sehingga

menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang

menimbulkan berbagai efek spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah,

mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang

menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan

dipersepsikan sebagai nyeri. Dengan melakukan senam disminore maka nyeri

akan dapat turun dan bahkan hilang sama sekali.

2.6 Hipotesis Penelitian

H1 = Ada Pengaruh Senam Disminore Terhadap Nyeri Haid Pada Siswi Kelas

VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto.


42

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan (Pre Ekperimental Design) dengan rancangan

bangun penelitian Static Group Comparasion. Dalam desain ini terdapat dua

kelompok yang dipilih sebagai objek penelitian. Kelompok pertama mendapat

perlakuan sedang kelompok kedua tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua

ini berfungsi sebagai kelompok pembanding/pengontrol.

Subyek Pra Perlakuan Pascat-test


K-A O I OI-A
K-B O - O2-B
Time 1 Time 2 Time3

Gambar 3.1 Desain penelitian Pre Eksperimental Design,


Static Group Comparation (Nursalam, 2014)

Keterangan :

K-A : Subyek perlakuan (Siswi kelas VIII)

K-B : Subyek kontrol (Siswi kelas VIII)

O = Observasi skala nyeri sebelum pemberian senam disminorea

(kelompok perlakuan)

- = tidak di observasi dan tidak dilakukan interveensi

I = Intervensi kelompok perlakuan(senam disminorea)

O1- (A+B) = Observasi skala nyeri setelah pemberian terapi senam

disminorea (kelompok perlakuan dan kontrol).

43
43

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja penelitian dalam keperawatan dapat digambarkan sebagai

berikut:

Populasi :
Semua siswi kelas VIII yang mengalami
nyeri haid di SMPN 2 Sooko sebanyak 54
orang

Tehnik sampling :
Cluster sampling

Sampel :
Sebagian siswi kelas VIII yang mengalami nyeri
haid di SMPN 2 Sooko sebanyak 48 responden

Kelompok eksperimen= 24 Kelompok kontrol= 24


siswi siswi

Pre test: mengukur skala Pre test: mengukur skala


nyeri nyeri

Memberikan senam dismenore Tidak memberikan senam dismenore

Post test: mengukur skala Post test: mengukur skala


nyeri nyeri

Data ditabulasi dan di analisis


dengan uji wilcoxon sign rank
test

Simpulan dan Saran

Gambar 3.2 Kerangka kerja Pengaruh Senam Disminore Terhadap


Disminore Pada Siswi Kelas VIII di SMPN 2 Sooko
Kabupaten Mojokerto
44

3.3 Sampling Desain

3.3.1 Populasi

Semua remaja putri yang mengalami nyeri haid di SMPN 2 Sooko

sebanyak 54 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami nyeri haid

(disminore) di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto yang memenuhi kriteria

penelitian sebanyak 48 siswi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:.

1. Siswi SMP kelas VIII yang mengalami disminore selama 3 bulan terakhir

2. Siswi SMP kelas VIII yang mengalami nyeri haid hari pertama dan hari

kedua

3. Siswi SMP kelas VIII yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Siswi SMP yang sakit atau izin

2. Siswi SMP yang tidak mengalami haid atau nyeri disminorea

Dalam menentukan sampel menggunakan rumus sebagai berikut :

N
n
1  N (d ) 2

Keterangan (untuk prediksi)

n = Besar sample

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikansi (p)


45

(Nursalam, 2013)

54
n
1  54(0,05) 2

Jumlah populasi per kelas

20
x 48  17,7  8
Kelas VIII A Jumlah 9 siswi 54

17
x 48  15
Kelas VIII B Jumlah 10 siswi 54

17
x 48  15
Kelas VIII C Jumlah 8 siswi 54

Berdasarkan rumus diatas jika dijumlahkan 18+15+15 = 48 siswa

3.3.3 Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan cluster sampling

yaitu teknik sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan

diteliti atau sumber data sangat luas. Untuk menentukan populasi mana yang akan

dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan populasi yang

telah ditetapkan..

3.4 Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable independen dan

variable dependen sebagai berikut :

3.4.1 Variabel Independent

Variabel independent pada penelitian ini adalah senam disminore.


46

3.4.2 Variabel dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah nyeri haid (disminore).

3.5 Definisi Operasional

Table 3.2 Definisi operasional pengaruh senam disminore terhadap nyeri haid
(disminore) pada Siswi Kelas VIII di SMPN 2 Sooko Kabupaten
Mojokerto

Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor


Independent operasional
Senam Kombinasi Pelaksanaan Gerakan SOP dan -
Disminore gerakan senam disminorea sesuai lembar
senam yang dengan panduan observasi
dilakukan 1) Forward Bend kegiatan
untuk 2) Supported Half-Moon latihan
meredakan 3) Head-To-Knee Pose senam
nyeri haid 4) Reclined Bound Angle disminore
Pose
5) Wide Angle Forward
Bend
1. Berbaring dengan
tangan di samping
badan, rapatkan kedua
kaki dan tekuklah
kaki. Mulailah dengan
menarik dalam napas
dan pejamkan mata
anda (ulangi 4 kali).
2. Selanjutnya tetap
sama, namun angkat
kaki anda sampai
membentuk sudut 90
derajat antara betis
dan paha. (ulangi
4kali)
3. Posisi seperti orang
sujud namun letakkan
kepala diatas
lengan(ulangi 4 kali)
4. Tidur telentang, kaki
lurus kemudian putar
badan dan kaki kanan
menyilang kaki kiri
(ulangi 4x)
47

5. Posisi merangkak,
dengan salah satu
kaki diangkat lurus
dan 1 lutut menumpu
(ulangi 4 x)

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Dependent Operasional
Nyeri Haid Seberapa Derajat Nyeri haid Lembar observasi Ordinal Tidak
parah nyeri berdasarkan skala intensitas nyeri Nyeri: 0-
deskriptif ( Potter & dengan skala
haid yang 1, Nyeri
Perry, 2005). deskriptif
dirasakan ringan: 2-
siswi kelas 3, Nyeri
VIII di yang
SMPN 2 menggan
Sooko ggu: 4-5,
Kabupaten Nyeri
Mojokerto yang
saat menyusa
menstruasi. hkan: 6-
7, Nyeri
hebat: 8-
9 dan
Nyeri
sangat
hebat: 10
48

3.6 Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.6.1 Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui proses sebagai berikut :

1) Meminta izin dari bagian akademik program studi ilmu keperawatan

STIKES Dian Husada Mojokerto

2) Melakukan perijinan pada pihak Kepala Sekolah SMPN 2 Sooko

Kabupaten Mojokerto.

3) Memberikan lembar permohonan dan persetujuan menjadi responden

4) Melakukan observasi untuk menentukan jumlah populasi dan sampel

5) Melakukan pengukuran tingkat nyeri sebelum diberi intervensi berupa

senam disminorea dengan skala wajah

6) Memberikan intervensi senam disminorea selama 20 menit.

7) Melakukan pengukuran tingkat nyeri setelah dieri intervensi berupa senam

disminorea dengan skala wajah

2. Instrument Penelitian

Instrument dalam penelitian ini menggunakan skala nyeri deskriptif

sebagai berikut :
49

3. Waktu dan Tempat

Lokasi penelitian dilakukan di SMPN 2 Sooko Kabupaten Mojokerto, dan

dilaksanakan pada 30 Nopember 2016 s.d 30 Desember 2016

3.7 Analisa Data

1. Editing

Setelah data terkumpul, kemudian diperiksa kembali semua data tersebut,

apakah ada kekeliruan dalam pengisian atau ada dua data yang tidak lengkap.

2. Coding

Data umum

Usia : Kode 1

13 tahun : Kode 2

14 tahun : Kode 3

15 tahun : Kode 4

Data Khusus

Senam disminorea

Dilakukan : Kode 1

Tidak dilakukan : Kode 2

Intensitas Nyeri

Tidak nyeri : Kode 1

Nyeri ringan : Kode 2

Nyeri yang menganggu : Kode 3

Nyeri yang menyusahkan : Kode 4

Nyeri hebat : Kode 5


50

nyeri sangt hebat : Kode 6

3. Scoring

Untuk pemberian skor hasil observasi intensitas nyeri sebagai berikut :

Tidak nyeri Skor : 0-1

Nyeri ringan Skor : 2-3

Nyeri yang menganggu Skor: 4-5

Nyeri yang menyusahkan Skor: 6-7

Nyeri hebat Skor: 8-9

Nyeri sangt hebat Skor: 10

4. Tabulating

Pada ini data yang disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris

dan kolom, yang digunakan untuk memaparkan data sehingga mudah dibaca dan

dimengerti. Peneliti menganalisa data menggunakan teknik uji paried T Test

setelah dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas merupakan pernyataan

penting yang harus terpenuhi dalam analisa jalur. Bila data yang dianalisis

berdistribusi normal, maka dipilih T Test sampel berpasangan. Bila tidak

memenuhi syarat (distribusi tidak normal), maka harus diupayakan untuk

melakukan transformasi dan upaya distribusi normal. Uji normalitas berpedoman

pada uji kolmogorov-Smirnov, yaitu : jika nilai signifikan < 0,05 (taraf

kepercayaan 95%) distribusi adalah tidak normal dan jika signifikan > 0,05 (taraf

kepercayaan 95%) distribusi adalah normal. Apabila setelah di trasformasi data

menjadi normal maka dipilih uji korelasi T sampel berpasngan, apabila hasil di

transformasi data tidak normal, maka dipilih uji alternatifnya yaitu uji wilxocon.
51

Untuk penarikan data rerata hasil penelitian, peneliti menggunakan

perangkat computer SPSS (Sofware product and Servis Solution) versi 16,0

sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian yang membandingkan rerata dari

pre test dan post test hasil penelitian.

3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari

institusi S1 Keperawatan STIKES Dian Husada Mojokerto dan mengajukan

permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Kemudian

observasi dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika

meliputi:

1. Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan penelitian yang diberikan pada responden atau subyek

yang akan diteliti, dengan tujuan subyek mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek, dalam lembar pengumpulan data yang diisi oleh

subyek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Confidentiality (Rahasia Informasi)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti

(Nursalam, 2001).
52

3.9 Rencana Pelaksanaan

Rencana pelaksanaan penelitian ini disusun oleh peneliti dalam jadwal

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Rencana Pelaksanaan Penelitian Pengaruh Senam Disminore


Terhadap Disminore Pada Siswi Kelas VIII di SMPN 2 Sooko
Kabupaten Mojokerto.

Kegiatan Bulan

Okb Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

A. Penyusunan Proposal

1. Pengajuan Pembimbing *

2. Pengajuan Judul *
3. Pengajuan Proposal * *

4. Ujian Proposal *

B. Perencanaan

1. Menentukan Populasi *
2. Menentukan Sampel *

3. Menyiapkan Lembar Observasi *

C. Pelaksanaan

1. Melaksanakan Penelitian * *
2. Mengkoding & Mengedit Data *

3. Memasukkan Data *
4. Tabulasi Data *

D. Analisis :

Analisis Data *

E. Pelaporan :
53

1. Penulisan Laporan *

2. Pencetakan Laporan *
3. Penyebarluasan laporan *

4. Presentasi Hasil *

Anda mungkin juga menyukai