Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

“H” DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

ASMA BRONCHIALE DI RUANG PERAWATAN

BAJI PAMAI II BPRSUD LABUANG BAJI

Karya Tulis

KORNELIA KONDI
NIM : 1104039
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GEMA INSAN AKADEMIK

2007

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan pada


Program Studi Diuploma III Keperawatan GIA
LEMBAR PERESETUJUAN

Telah Disetujui Untuk Diujikan

Pembimbing Karya Tulis

Mengetahui

Ketua STIK GIA


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ini berupa kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. “H” denagn

Gangguan Sistem Pernapasan Asma Bronchiale” di Ruang perawatan Baji Pamai II

Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan STIK GIA

Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang diinginkan oleh sejawat dan para

pembimbing serta penguji. Dengan segala kerendahan yang tulus dari lubuk hati,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

karya tulis ini.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa kemampuan

yang penulis miliki rasanya sulit untuk menyelesaikan karya tulis ini, namun berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka akhirnya karya tulis ini dapat

diselesaikan dalam bentuk yang sangat sederhana.


Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati ucapan terima kasih penulis

haturkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya karya tulis ilmiah ini,

yaitu terutama kepada yang terhormat :

 Bapak Drs. H. A. Aras Mahmud, SKM. M.Kes selaku Yayasan STIK-

GIA Makassar

 Bapak H. Sumardin Makka, SKM selaku Ketua STIK-GIA Makassar

sekaligus sebagai dosen pengajar STIK-GIA Makassar.

 Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM. M.Kep selaku pembimbing dan

penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

petunjuk dan arahan serta bimbingan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini.

 Ibu Hasriany selaku penguji KMB Interna

 . Aisyah selaku penguji lahan praktek BPRSUD Labuang Baji

Makassar

 Ibu Hj. Hamsiah Hamsah, SKM. M.Kep, selaku penasehat Akademik

sekaligus dosen pengajar STIK-GIA Makassar.

 Ibu Hasniati, S.Kp.M.Kep selaku Puket I di STIK-GIA Makassar

sekaligus sabagai dosen pengajar di STIK-GIA Makassar

 Bapak Ir. A Ashari Aras, M.Si, selaku Puket II di STIK-GIA sekaligus

Dosen pengajar STIK-GIA Makassar

 Bapak Drs. A. Ilham Mahmud, Dipl, Sc. Apt selaku dosen pengajar

STIK-GIA Makassar
 Kepala BPRSUD Labuang Baji beserta staf yang telah menerima

penulis dalam melaksanakan studi kasus di wilayah kerjanya

 Bapak dan Ibu Dosen yang telah berusaha untuk membekali ilmu

pengetahuan dan bimbingan selama pendidikan di STIK-GIA

Makassar.

 Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahanda Alysius Nado dan

Ibunda Paulina Toghung yang tak henti-hentinya mencurahkan doa

kepada ananda serta seluruh keluargaku Kak Ros, Adik Andi, Tersi,

Serly dan Lerin yang telah memberikan semangat dan dorongan

sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di STIK-GIA

Makassar selama kurang lebih 3 tahun lamanya tanpa hambtan

sedikitpun.

 Khusus buat yayangku kak San yang selalu setia membantuku

dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

 Teman-teman seperjuangan UTEK KMB, Nining, Ika, Sancy,

Irmayani, Riani, Nonsi, Kak Adi.

 teman-teman dekatku (Thin-thin, Pindan, Okta, Sita, Rhi) dan

semua temanku di D III keperawatan angkatan 2004, semoga

senantiasa dinaungi kesuksesan.

 “H” selaku klien dalam kasus ini yang telah membantu dan

menunjukkan sikap kooperatif selama praktek.

Semoga kebaikan seluruh pihak mendapatkan pahala yang setimpal dari Tuhan.

Akhirnya penulis mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan juga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

telah membantu dlam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, semoga mendapat balasan-

Nya. Amin.

, Oktober 2007

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu praktek keperawatan merupakan tindakan yang mandiri melalui

kerja sama tenaga kesehatan lainnya dalam bentuk kerja sama dengan pasien

/keluarga sesuai lingkup peran dan fungsi seorang perawat. Perawat sebagai bagian

dari tim kesehatan juga memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan

kasus yang dialami klien, salah satu diantara yang menjadi bahan studi penulis yaitu

peran perawat dalam upaya penanganan Asma Bronchiale.

Bangkok-Miol : Asma kini merupakan penyakit jangka panjang yang paling sering

terjadi di dunia, demikian hasil yang diumumkan pada pertemuan Asma Dunia di
Bangkok, . ahli yang berbicara atas nama Global Intiative For Asthma

(www.ginasthma,com).

Berdasarkan data dari RSUD Labuang Baji makassar angka kejadian Asma

Bronchiale adalah :

Data Asma Bronchiale di RSUD Labuang Baji

Umur Jumlah Jum Meningg


lah al
3 tahun
0-28 28 1-4 5-14 15-24 23-44 45-64 64(+) ♀ ♂

2004 1 6 15 14 46 42 21 53 29 145 5
2005 3 6 10 22 20 10 41 30 71 3
2006 18 24 55 100 109 68 186 97 383 3
12

Dari data tersebut di atas menunjukkan betapa tingginya angka penderita

penyakit Asma Bronchiale, dimana seorang tenaga keperawatan sangat perlu

memberikan upaya-upaya kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif guna menekan jumlah penderita penyakit saluran pernapasan

khususnya Asma Bronchiale, dan meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu,

mendorong penulis untuk memilih penyakit Asma Bronchiale

 Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan Asma Bronchiale

 Tujuan Khusus

 Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam

pengkajian keperawatan pada pasien dengan Asma

Bronchiale.
 Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam

melaksanakan diagnosa keperawatan pasien dengan

Asma Bronchiale

 Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam

menyusun rencana keperawatan dengan Asma

Bronchiale

 Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam

melaksanakan implementasi terhadap pasien dengan

Asma Bronchiale

 Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam

mengevaluasi asuhan keperawatan dengan gangguan

sistem pernapasan Asma Bronchiale

 Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam

mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan

gangguan sistem pernapasan Asma Bronchiale

 Manfaat Penulisan

 Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang

 Pelayanan kesehatan

Dapat menjadikan bahan masukan bagi perawat yang di Rumah Sakit untuk

mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya peningkatan mutu


pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan klien dengan Asma

Bronchiale

 Klien dan keluarga klien

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam merawat diri sendiri

maupun orang lain yang sehubungan dengan penyakit Asma Bronchiale.

 Penulis

Dapat memperoleh pengetahuan penglaman dalam memberikan asuhan

keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

 Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis memerlukan data subjektif dan

objektif yang relevan dengan teori-teori yang akan dijadikan dasar dalam

pemecahan masalah.

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis mempergunakan beberapa metode

antara lain :

 Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku,

naskah mata kuliah, naskah diskusi/seminar dan literatur yang

berkaitan erat dengan Asma Bronchiale.

 Studi kasus

Untuk studi kasus keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian

data, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn.
“H” dengan kasus Asma Bronchiale yang dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji

pada tanggal 03 oktober 2007, untuk menghimpun informasi dan pengkajian data

digunakan teknik :

 Observasi

Yaitu melihat secara langsung keadaan pasien selama dalam perawatan

 Wawancara

Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak terkait yaitu pada pasien dan

perawatan setempat

 Mempelajari status klien dan catatan medik yang

berkaitan dengan karya tulis ini.

 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mempelajari karya tulis ini, penulis menyusun

dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Adalah BAB ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan serta penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB ini menguraikan tentang konsep-konsep atau teori yang

mendasari judul karya tulkis ini, yang terdiri dari :

 Konsep dasar medis terdiri atas : pengertian, anatomi, fisiologi,

etiologi, insiden, patofisiologi, manifestasi klinik, tes diagnostik, dan

penatalaksanaan medis.
 Konsep dasar keperawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi.

BAB III TINJAUAN KASUS

Membahas tentang asuhan keperawatan yang meliputi :

Pengkajian data, klasifikasi data, analisa data, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan keperawatan, evaluasi.

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas tentang kesenjangan antara teori dan praktek keperawatan

yang telah dilaksanakan mulai dari pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan evaluasi asuhan keperawatan.

BAB V : PENUTUP

Yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan perumusan dari

seluruh isi karya tulis ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Konsep Dasar Medis

 Pengertian

Asma bronkiale adalah penyakit obstruksi jalan napas yang bersifat not

reversibel, dimana trakea dan bronkhiale berespon secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu (Arief Mansjoer).

Asma Bronchiale merupakan suatu keadaan gangguan atau kerusakan bronchus

yang ditandai dengan spasme bronchus yang reversibel spasme dan kontriksi

yang lama pada jalan napas (Brunner dan Suddarth, 2002).

 Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan

Respirasi adalah gerakan oksigen dari atmosfer menuju ke sel-sel

keluarnya karbondioksida dari sel-sel udara bebas. Penghantar udara hingga


mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, bronchus, dan Bronchiolius.

Saluran napas ini dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Pada saat udara

masuk rongga hidung, maka udra akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan,

Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari

epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet.

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Pernapasan

Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukosa yang disekresi oleh sel

goblet dan kelenjar serose. Partikel debu kasar dapat disaring dalam rongga
hidung, sedangkan yang lebih halus terjerat dalam lapisan mukosa. Selanjutnya

udara akan menuju pharynx dan larynx masuk ke trachea yang bagian ujung

bagian bawah bercabang dua yang merupakan cabang utama bronchus kanan

dan kiri. Cabang utama kana disebut karina yang mengandung syaraf dan dapat

menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk kalau syaraf-syaraf tersebut

terangsang.

Bronchus kanan lebih pendek dan broncuhus kiri dengan posisi lebih

vertikal dengan bentuk dan ukuran yang lebih besar dari bronchus kiri. Letak

anatomi ini mempunyai yang penting dimana tabung endotracheal terletak

sedmikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang masuk dalam

cabang utama bronchus kanan kalau udara ridak tertahan pada mulut atau

hidung. Bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen

bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang yang terkecil yang

dinamakan Bronchiale terminalis. Oleh karena Bronchiale terminalis tidak

diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga

sudah melaksanakan fungsinya sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran

gas paru-paru (alveolis) dan sakus alveolaris terminalis, sebagai struktur akhir

paru-paru yang berbentuk buah anggur.

 Etiologi

Penyebab yang memicu timbulnya asma yaitu :

 Alergen: zat-zat tertentu bila diisap atau tertelan dapat

menimbulkan serangan asma misalnya serbuk sari,

debu, jamur
 Infeksi saluran nafas: terutama oleh virus seperti

influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang

paling sering menimbulkan Asma Bronchiale

 Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat: sebagian

penderita Asma Bronchiale akan mendapatkan

serangan asma bila melakukan olah raga atau aktifitas

fisik yang berlebihan

 Obat-obatan: beberapa pasien Asma Bronchiale

sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti

penicilin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya

 Polusi udara: pasien asma sangat peka terhadap udara

berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok, asap

yang mengandung hsil pembakaran dan oksida

fotokemial, serta bau yang tajam.

 Lingkunagn kerja: diperkirakan 2-15 % pasien Asma

Bronchiale pencetusnya adalah lingkungan kerja

(Sundanu, 1991).

 Suhu panas/dingin

 Insiden

Asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : Jenis kelamin, umur

pasien, status atropi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Pada masa

kanak-kanak ditemukan insiden anak laki-laki berbanding dengan anak

perempuan 1,5 : 1 tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang


sama dan masa menopause perempuan lebih banyak dari laki-laki, umumnya

insiden asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan

insiden dewasa lebih tinggi dari anak, angka ini juga berbeda-beda antara satu

kota dengan kota lain di negara yang sama. Di Indonesia asma berkisar antara

5-7% (Slamet Suyono).

Dan menurut laporan para ahli internasional pada hari peringatan asma

sedunia tanggal 04 Mei 2004 yang lalu diperkirakan penderita asma di seluruh

dunia mencapai 400 juta orang, dengan pertambahan 180.000 setiap tahunnya

(Vitahealth, 2006).

 Patofisiologi

Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronchus

dan terdiri dari spasme otot polos, oedema mukosa dan hipersekresi mukus.

Tromboksa mungkin juga mempunyai peranan reaksi ini karena mediator ini

menyebabkan kontraski otot polos bronchus yang lama dan odema sub mukosa.

Mobilisasi secret pada lumen dihambat oleh penyempitan saluran udara dan

mengelupasnya selepitel bersilia yang dalam keadaan normal membantu

membersihkan mucus.

Salah satu sel yang memegang peranan penting pada partogenesis asma

adalah sel mast. Sel amst dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya:

alergen, infeksi dan lain-lain. Sel ini akan mengalami degranulasi dan

mengeluarkan bermacam-macam mediator misalnya histamine, bradikinin,

enzim-enzim dan perosidase. Selain mast sel basofi dan beberapa sel lain dapat

juga mengeluarkan mediator. Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang
masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma/sel pembentuk antibody lainnya

untuk menghasilkan antibody reagenik (IgE). Selanjutnya IgE akan beredar dan

menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel mast yang

demikian disebut sel mast yang tersensitasi. Alergen tersebut akan menempel

pada sel mast yang tersensitasi. Dan kemungkinan akan yerjadi degradasi

dinding dan degranulasi sel mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan

reseptor di mukosa bronchus sehingga menurunkan siklik AMP (Adenosin Mono

Posfat) kemungkinan terjadi bronchokontriksi. Mediator dapat juga

menyebabkan bronchokontriksi dengan mengiritasi reseploritant (Corwin, E. J,

2000).

Permeabilitas epitel dapat juga meningkat karena infeksi, asap rokok

dengan peningkatan aktivitas reseptor iritan. Mediator dapat pula meninggikan

permeabilitas dinding kapiler sehingga IgE dan leukosit (reaksi konpleks antigen

antibodi) kemudian leukosit, lisosom keluar, kerusakan jaringan setempat dan

pengeluaran prostaglandin F2 menurunkan siklik AMP dan terjadi

bronchokontriksi.

Ujung saraf vagus merupakan reseptor batuk dan reseptor taktil (iritan)

yang dapat terangsang oleh mediator, peradangan setempat dan pencetus

bukan alergen lainnya sehingga terjadi refleks parasimpatik, kemudian

bronchokontriksi. Fase-fase terjadinya obstruksi bronchus. Terjadinya obstruksi

bronchus dapat dimulai dari aktifitas biologik pada mediator sel mast dan dapat

dibagi dalam 3 (tiga) fase utama :

 Fase cepat dan spasmogenik


Jika ada pencetus terjadilah peningkatan tahanan saluran napas yang cepat

dalam 10-15 menit. Terdapat peningkatan faktor kemotaktik netrofil sejalan

dengan meningkatnya tahanan saluran napas. Fase cepat ini kemungkinan

besar melalui kerja histamine terdapat otot polos secara langsung atau

melalui refleks vagal.

 Fase lambat dan lama

Rangsangan bronchus oleh alergen spesifik menyebabkan peninggian

tahanan saluran napas yang menghebat maksimum setelah 6-8 jam. Reaksi

ini tergantung pada IgE yang biasanya berhubungan dengan pengumpulan

netrofil 4-8 jam setelah rangsangan. Reaksi ini juga berhubungan dengan

reaktivasi sel mast. Lekotrin, prostaglandin.

 Fase Inflamasi Sub Acut atau Kronik

Mediator PAF (Platlet Actiavting Faktor) yang dihasilkan oleh sel mast, basofil

dan makrofag dapat menyebabkan hiperteropi otot polos dan kerusakan

mukosa bronchus. PAF juga dapat menyebabkan bronchokontriksi yang lebih

kuat.

 Manifestasi Klinik

Manifestasi linik Asma adalah serangan episode batuk mengi dan sesak

napas pada awal serangan. Gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan

pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin, pada mulanya batuk tanpa

disertai sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya akan mengeluarkan

sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulen. Asma alergik sering
berhubungan antara allergen dan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien

asma allergen seperti asap rokok, asap merangsang infeksi saluran pernapasan

atau perubahan cuaca.

 Tes Diagnostik

Umumnya diagnosa asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejal yang

klasik, seperti sesak napas, batuk dan mengi (wheezing).

Adapun pemeriksaan penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosa

adalah sebagai berikut :

 Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan

napas reversibel. Peningkatan FEV, atau FVC

sebanyak > 20 % menunjukkan diagnosis asma.

 Tes provokasi, untuk menunjukkan hyperaktivitas

bronchus. Penurunan FEV, sebesar 20 % atau lebih

setelah tes provokasi menunjukkan hyperaktif

bronchus.

 Pemeriksaan tes kulit, untuk menunjukkan tes kulit

positif (+) tidak selalu merupakan penyebab asma,

sedangkan hasil negatif (_) tidak selalu berarti tidak ada

faktor kerentanan kulit.

 Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik untuk

menyokong adanya penyakit atropi.


 Pemeriksaan radiology (foto thoraks), dilakukan bila

ada kecurigaan terhadap proses patologi di paru atau

komplikasi asma.

 Analisa gas dara, dilakukan pada penderita asma berat

pada keadaan tersebut dapat terjadi hipoksemia,

hiperkapina dan asidosis respiratorik.

 Pemeriksaan eosinofil dalam darah, dapat membantu

membedakan asma dengan bronchitis kronik. Pada

penderita asma jumlah eosinofil dalam darah biasnya

meningkat.

 Pemeriksaan sputum, untuk melihat adanya eosinofil

dan meselium aspergillus furmigatus.

 Penatalaksanaan Medik

Prinsip umum pengobatan Asma Bronchiale :

 Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan cara

segera

 Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat

mencetuskan serangan asma

 Memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita

dan keluarganya mengenai penyakit asma baik

mengenai cara pengobatan maupun perjalanan

penyakitnya.

 Bronkodilator
Yang termasuk obat anti asma :

 Agonis beta 2 (salbutamol tetbutalis, fenoterol,

prokatelor) merupakan obat untuk mengatasi

serangan asma akut dapat diberikan secara

inhalasi.

 Epinefrin diberikan subkutan sebagai pengganti

agonis beta 2 serangan asma berat. Dianjurkan

hanya dipakai pada anak atau dewasa muda.

 Aminofilin dipakai sewaktu serangan asma akut.

Diberikan dosis awal, diikuti dengan dosis

pemeliharaan

 Kortikosteroid, tidak termasuk obat golongan

bronkodilator, tetapi secara tidak langsung dapat

melebar saluran napas, Dipakai pada serangan

asma akut.

 Anti koligenik (Ipatropium bromide) dipakai sebagai

suplemen broncodialtor.. agonis beta 2.

 Terapi awalnya yaitu :

 Oksigen 1-6 liter.menit.

 Agnosi beta B2 (sambutamol) 5 mg atau peneferol

2,5 mg atau terbutalis 10 mg) inhalasi nebulasi dan

pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai

2 jam pemberian agonis B2 dapat secara subkutan


atu iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam

larutan dextroses 5% dapat diberikan perlahan.

 Aminofilin drips iv 5-6 mg/kg BB, jika sudah

menggunakan obat ini dalam jam sebelumnya maka

cukup dapat diberikan setengah dosis.

 Kortikosteroid hidrokoson 100-200 mg iv jika tidak

ada segera atau pasien sedang menggunakan

ateroid oral atau dalam serangan sangat berat.

 Konsep Dasar Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan perawat profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiatnya,

dimana pelayanan keperawatan mengacu kepada pelayanan bio-psiko social

spiritual yang komprehensif ditujukan kepada klien, keluarga dan masyarakat.

 Pengkajian

Pada proses pengkajian, yang perlu dikaji pada pasien asma bronchial adalah :

 Riwayat perjalanan penyakit

Kaji adanya batuk, sesak napas, nyeri dada, rasa lemah, cepat lelah, demam,

berkeringat pada malam hari, anoreksia, mual, ansietas, ketakutan.

 Riwayat penyakit sebelumnya

 Pernah sakit, batuk lama atau sesak napas.

 Pernah berobat tapi tidak sembuh dan tidak

teratur

 Riwayat penyakit turunan


 Riwayat pengobatan sebelumnya

 Kapan klien mendapat pengobatan dan

perawatan sesuai dengan penyakitnya

 Berapa lama klien menjalani pengobatan dan

perawatan sehubungan dengan penyakitnya.

 Diagnos keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Asma Bronchiale adalah ;

 Pola napas tidak efektif

 Gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan

 Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

 Cemas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

 Rencana Tindakan

 Jalan napas tidak efektif b/d meningkatnya produksi

mukus dan jalan napas.

Intervensi :

 Kaji frekuensi napas klien

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesehatan klien

 Kaji TTV

Rasional : Vital sign yang tidak normal menunjukkan status penyakit

 Beri posisi semi fowler

Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru

 Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian

O2
Rasional : Membentu pemenuhan O2

 Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian

obat

Rasional : Mempercepat proses penyembuhan

 Gangguan pola tidur b/d :

Batuk berlebihan

Intervensi :

 Kaji waktu tidur klien

Rasional : Mengetahui kebutuhan tidur klien

 Berikan posisi yang nyaman

Rasional : Membantu klien untuk istirahat tidur

 Rapikan tempat tidur klien

Rasional : Agar tidur klien nyenyak

 Anjurkan pada pengunjung koien untuk tidur

ribut.

Rasional : Menciptakan suasana yang tenang

 Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

Inetervensi :

 Kaji pola kebersihan diri klien

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebersihan diri klien

 Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan

sore

Rasional : Agar klien tetap bersih


 Mandikan klien, cuci rambut dan potong kuku

Rasional : Agar klien bersih dan merasa nyaman

 Beri HE tentang kebersihan diri

Rasional : Agar klien memahami tentang tinggi fungsi kebersihan diri.

 Cemas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit :

Intervensi :

 Bima hubungan sering percaya

Rasional : Menjalin kerja sama

 Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : Mengetahui tingkat skala kecemasan klien

 Beri HE tentang penyakit

Rasional : Agar klien mengerti tentang penyakitnya

 Beri support pada klien untuk

mengungkapkan perasaannya

Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi

 Ajarkan pada klien teknis napas dalam (bila

sesak menurun)

Rasional : Mengurangi rasa cemas

 Impelementasi

Tahap implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan

keperawatan yang telah dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan


yang dimiliki perawat sehingga dapat mengatasi masalah klien. 3 komponen dari

implemetnasi :

 Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan

yang dapat diimplementasikan oleh perawat tanpa

dokter dan masih dalam batas wewenang keperawatan

 Tindakan keperawatan kolaboratif merupakan tindakan

yang diimplementasikan oleh perawat bekerjasama

dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam

membuat keputusan bersama untuk mengatasi

masalah klien.

 Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien

terhadap tindakan keperawatan.

 Evaluasi

Tahap evaluasi pada proses perawatan meliputi penilaian hasil tujuan yang telah

ditentukan :

 Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapai atau tidak

 Untuk melakukan pengkajian ulang


Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Asma Bronchiale
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien

Tn. “H” dengan gangguan sistem pernapasan asma bronchiale di ruang perawatan

lantai II Baji Pamae II Rumah Sakit Labuang Baji, pada tanggal 03 oktober 2007. dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan digunakan proses keperawatan yang dimulai dari

pengkajian sampai evaluasi. Adapun uraian lebih lanjut dari pelaksanaan sebagai

berikut :

Pengkajian

 Biodata

 Identitas Klien

Nama : Tn. “H”

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/bangsa : Makassar/Indonesia

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Tukang becak

Pendidikan : Tidak sekolah

Alamat : Jl. Borong Raya Antang

Tgl. MRS/Pengkajian : 02-10-2007 / 03-10-2007


 Identitas Penanggung

Jawab

Nama : Ny. “A”

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

Hubungan dengan klien : Istri klien

 Riwayat Kesehatan

 Keluhan utama

Sesak napas

Riwayat keluhan utama :

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 02-10-2007 dengan keluhan sesak

napas disertai demam dan batuk-batuk, klien merasakan sesak sejak 2 hari

sebelum masuk rumah sakit yaitu tgl. 30-10-2007.

Sehingga klien dihantarkan oleh keluarganya ke rumah sakit. Hal yang

memperberat yaitu saat klien beraktivitas dan yang memperingan saat klien

istirahat duduk. Sesak dirasakan klien hilang timbul.

Riwayat kesehatan :

 Kesehatan masa lalu

Sebelumnya klien telah dua kali masuk RS. Labuang Baji dengan penyakit

yang sama yang dialaminya sekarang, klien pernah mengkonsumsi alkohol,

kopi, dan merokok, klien tidak ada riwayat operasi, klien alergi terhadap sinar
matahari dan asap rokok, klien tidak pernah mengalami kecelakaan, serta

klien juga tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.

 Kesehatan sekarang

Saat dikaji klienberbaring di tempat tidur dengan keadaan sesak dan batuk,

tangan kanan klien terpasang infus Rl 20 tetes/menit.

 Riwayat kesehatan

keluarga

 Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tidak diketahui umurnya

: Meninggal

: Tinggal serumah
: Garis keturunan

Keterangan :

GI: Kakek dan nenek klien meninggal karena faktor usia

G II: Orang tua klien meninggal karena faktor usia, serta ayah klien meninggal

karena penyakit yang sama dengan klien

G III Klien berada pada generasi ke 3 dan adik klien mengalami penyakit yang

sama dengan klien saudara klien meninggal dan penyakitnya tidak

diketahui

 Riwayat psikososial

 Pola Konsep Diri

 Gambaran diri

Klien mampu mengenal dirinya sendiri dan klien merasa khawatir dan

dengan keadaannya tapi klien juga berdoa mohon kesembuhan

 Identitas diri

Klien mengatakan ia sadar dan puas menjadi seorang ayah yang baik

bagi anak-anaknya serta seorang suami bagi istrinya

 Harga diri

Klien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya karena ini merupakan

cobaan dari tuhan

 Peran

Dari keluarga klien berperan sebagai suami yang mencari nafkah bagi

keluarganya, namun kebuthan keluarga dipenuhi oleh istrinya.


 Ideal diri

Klien berharap agar lekas sembuh bisa pulangt kembali ke rumahnya dan

berkumpul dengan keluarganya

 Pola Kognitif

Klein mampu mengutarakan keluhannya dan dapat mengekspresikannya,

namun klien belum mampu memahami tentang penyakitnya.

 Pola koping

Klien mengatakan jika ada masalah klien bercerita pada keluarganya.

 Pola interaksi dalam rumah sakit

Klien mampu berinteraksi dengan orang lain, perawat dan tim medis lainnya,

dan dalam masyarakat hubungan klien dengan lingkungannya baik.

 Riwayat spiritual

 Ketaatan beribadah

Klien beragama Islam, sebelum sakit kloien rajin menjalankan sholat namun

saat ini klien tidak mampu menjalankan sholat karena sakit, tetapi

keluarganya selalu mendukung klien dan berdoa agar cepat sembuh

 Dukungan keluarga

Keluarga sangat mendukung dalam proses penyembuhan klien misalnya

selalu mendampingi klien

 Ritual yang biasa dilakukan

Klien tidak melakukan ritual tertentu.

 Pemeriksaan Fisik
 Keadaaan umum klien

 Tanda-tanda distress klien nampak sedikit stress karena keadaan yang

dialaminya sekarang.

 Penampilan dihubungkan dengan usia

 Klien berpenampilan sesuai usia

 Ekspresi wajah biasa-biasa saja, bicara klien lancar dan mood klien bagus

 TB : 165 cm, BB : 52 kg

 Tanda-tanda vital

TD : 130/80 mmHg

S : 37o C

N : 96 x/mnt

P : 30 x/mnt

 Sistem Pernapasan

 Hidung : lobang

hidung simetris kiri

dan kanan, terdapat

pernapasan cuping

hidung, tidak

terdapat sekret,

polip dan epistaksis

 Leher : Tidak teraba

pembesaran

kelenjar tiroid, serta


teraba tidak adanya

pada leher

 Dada : Bentuk dada

normal chest :

perbandingannya

posterior dan

anterior (1) : dan

transversal (2),

gerakan dada

simetris kiri dan

kanan,

menggunakan otot

bantu pernapasan,

pernapasan klien

28x/mnt. Pola

terdapat wheeing.

 Sistem kardiovaskuler

 Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat, kemampuan menelan baik

 Ukuran jantung normal, iktus kordis teraba pada ics s-midavisula sinistra

 Suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), tidak ada bising aorta

 Sistem pencernaan

 Sklera tidak ikterus, bibir pucat dan kemampuan menelan klien baik

 Mulut : tidak ada stomatitis dan tidak palato skizis jumlah gigi 27
 Gaster : tidak kambung dan tidak ada nyeri tekan, peristaltik 10x/mnt

 Abdomen : hati tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada abdomen

 Anus : tidak ada haemoroid

 Sistem Indra

 Mata : alis mata tumbuh secara

merata, bulu mata pendek

 Visus : mata kiri klien

dapat melihat dengan jelas,

dan mata kanan klien dapat

melihat dengan jarak 5/6

dengan menggunakan jari

tangan, klien dapat

menggerakkan buah

matanya (8 arah)

 Lapang pandang 180o klien

dapat melihat objek yang

ada disekitarnya

 Hidung : fungsi penciuman klien

normal dapat membedakan bau balsem

dan minyak wangi, tidak terdapat

peradangan dan epistaksis serta tidak

ada sekret yang menghalangi


penciuman terdapat peranapasan

cuping hidung.

 Telinga : keadaan daun telinga

lentur, kanal auditorius terdapat

serimen, fungsi pendengaran baik.

 Fungsi Syaraf

 Fungsi cerebral :

Klien mampu beriorentasi dengan waktu, tempat serta klien dapat

mengingat kejadian yang telah lalu. Klien dapat menghitung secara benar.

Klien menggunakan bahasa

 Kesadaran (E4, N5, M6)

 Bicara ekspresive : klien

dapat mengungkapkan

perasaanya dan klien dapat

berbicara dengan lancar

Bicara reseptif : dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

 Fungsi cranial

 Nervus I (optikus)

Klien mampu membedakan bau balsem dan bau minyak wangi

 Nervus II (optikus)

Penglihatan baik, klien mampu memandang ke segala arah, lapang

pandang 180o C
Visus : mata kanan klien dapat melihat dengan jarak 5/6 dengan

menggunakan jari tangan, dan mata kiri klien dapat melihat dengan

normal

 Nervus III

(okutomotorius,

troklear, abdusen)

Klien mampu menggerakkan bola mata kekiri dan kekanan, pupil

isokor

 Nervus V (trigeminal)

Klien dapat merasakan sensasi pada wajahnya, klien dapat

mengunyah dengan baik

 Nervus VII (faisalis)

Klien dapat merasakan rangsangan di wajahnya, gerakan otot wajah

baik

 Nervus VIII

(vestibuloklear)

Klien dapat mendengar suara disekitarnya

 Nervus IX

(nasofaringeus)

Klien dapat membedakan rasa manis dan rasa pahit

 Nervus X (vagus)

Kemampuan menelan baik


 Nervus XI (aksesorius

spiral)

Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya

 Nervus XII (hipoglosis)

Klien dapat menggerakkan lidahnya kekiri dan kekanan

 Fungsi motorik

Tidak ada nyeri tekan pada otot ekstrimitas atas maupun bawah, tidak ada

gerakan otot abnormal

 Fungsi sonsorik: klien mampu

membedakan suhu yang

sentuhkan pada anggota

tubuhnya.

 Refleks: Bisep +/+, triseps (+/+),

patella (+/+), babinski (-/-)

 Iritasi meningen: kaku kuduk (-)

 Sistem Musculoseoletal

 Kepala; bentuk kepala mesocopale

 Vertebra; lordosis

 jalan normal

 Lutut; tidak bengkok dan tidak kaku

 Kaki; tidak bengkok, klien mampu berjalan

dengan baik

 Tangan; tidak bengkok


 Sistem Integumen

 Warna rambut : hitam dan tidak mudah

tercabut

 Kulit : warna kulit sawo matang, keadaan kulit

kering, bulu kulit halus dan merata, tidak ada

ruam pada kulit

 Kuku : kotor dan permukaannya merata, kuku

mudah patah

 Sistem Endokrin

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid,ekskresi urin tidak

berlebihan,tidak ada riwayat urin di kelilingi semut,klien mengalami

keringat berlebihn di malam hari.

 Sistem perkemihan

Tidak ada udem palpebra, klien juga tidak mengalami udem …… vesika

urianria tidak teraba, klien juga tidak mengalami nokturia, dysuria dan kencing

batu, klien tidak ada riwayat mengalami penyakit hubungan seksual.

 Sistem Reproduksi

Klien tidak bersedia dikaji

 Sistem Imun

Klien tidak ada alergi terhadap makanan, bulu binatang

 Rokok /ALKOHOL

Klien banyak merokok dan tidak minum-minuman keras, klien juga tidak

minum kopi
 Aktivitas / mobilitas Fisik

Kegiatan setiap hari klien ialah mendayung becak

 Perasaan saat kerja

Klien melakukan pekerjaannya dengan senang hati, tidak ada waktu luang

klien keluar pada malam hari.

 Pemeriksaan Diagnostik

Urin

Tgl. 02 Oktober 2007

Hasil Lab :

 Eryth : 0 – 1 / sob

 Leuco : 0 – 1 / sob

 Cylina : (-)

 Epith cell : 1 – 2 / sok

 Baet :-

 Cristal : ca okalat (+)/sok

Lab darah

Tgl. 02 Oktober 2007

Hasil N

 SGOT 15 U/L 0-38

U/L

 SGPT 9 U/L 0-41

U/L
 Ureum 12.0 mg/100 ml 10-50

mg/100 ml

 Creatinin 0,69 mg/100 ml 0,01-

1,1 mg/100 ml

 Glukosa sewaktu 1,3 mg/100 ml sp

160 mg/100 ml

Hasil Lab sampel EDTA

 WBC 24,7 H 103 /Ul 4,5-10,0 H 103 / UL

 Ly 15,9 HL % 20,5-51,1 HL %

 GR 17,7 Hx 103 /UL 42,2-75,2 Hx 103 /UL

 Ly 3,9 Hx103 / UL 1,4-6,5 xHx 103 / UL

 Mo # 1,6 H x 103 / UL 0,1-0,6 x H x 103 /UL

 RBC 3,77 L/106 /UL 4,00-6,00 L/106 /UL

 GRH 19,2 x Hx103 /UL 1,4-6,5 g/di

 HgB 11,9 Lg/dl 12,0-16,0 g/di

 HCT 34,7 L % 35,0-45,0 L %

 MCH 31,5 H pg 27,0 – 31,03 H pg

 PLT 295 x 103 /UL 150-450 x 103 /UL

 PCT 183 l % 0,190-0,360 L %

Terapi saat ini

 RL 20 tts/mnt

 O2 2-3 L/mnt

 Aminofilin 1 amp/tiap ganti cairan


 Salbutamol 3 x 1

 Cefadroxil 3 x 1

 Doxametazon 1 amp/ 8 jam / iv

 GG 3 x 1

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengeluh sesak  Frekuensi napas 30

napas x/menit, pola napas cepat

 Klien mengeluh batuk dan dalam

berlendir  Batuk berlendir

 Klien mengatakan  Klien nampak mengantuk

sering batuk sehingga  Jumlah waktu tidur klien


susah tidur 5/24 jam

 Klien mengatakan jam  Klien nampak kotor

tidur malamnya 23.30-  Kepala klien nampak kotor

03.00 dan tidur  Kuku klien nampak kotor

siangnya 13.30-14.30 dan panjang

 Klien mengatakan  TTV

selama sakit tidak TD : 130/80 mmHg

pernah mandi S : 37oC

 Klien mengatakan N : 96 x/mnt

badannya gerah P : 30 x/mnt

 Klien mengatakan ia  Ekspresi wajah sedih

cemas dengan

penyakitnya

 Klien bertanya-tanya

tentang penyakitnya

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Masuknya alergen Pola napas tidak
 Klien mengeluh sesak kesaluran efektif
napas pernapasan
 Klien mengeluh batuk ↓
berlendir Reaksi
DO : antigen/antibody
 Frekuensi napas 30 (IgE)
x/mnt ↓

 Batuk berlendir Melepaskan

 TTV mediator kimia


(bradikinin,
histamin,
prodtaglandin)

Peningkatan
produksi mukus di
jalan napas

Penyempitan jalan
napas

Refleks batuk

Pola napas tidak
efektif

2. Gangguan pola
DS : Refleks batuk
tidur
 Klien mengatakan ↓
sering batuk sehingga Gelisah, REM
susah tidur meningkat
 Klien mengatakan jam ↓
tidur malamnya 23.30- Klien terjaga
03.30. ↓
DO : Sulit tidur
 Klien nampak ↓
mengantuk Gangguan pola
 Jumlah tidur klien 5/24 tidur
jam

3. Defisit perawatan
DS :
Pola napas tidak diri
 Klien mengatakan
selama sakit tidak efektif

pernah mandi ↓

 Klien mengatakan Klien sesak

badannya gerah ↓

DO : Kelemahan fisik

 Klien nampak kotor
Ketidakmampuan
 Kepala klien nampak
merawat diri
kotor

 Kuku klien nampak
Defisit perawatan
kotor dan panjang Cemas
diri
4.
DS :
Sesak napas
 Klien mengatakan ia

cemas dengan
Kurangnya
penyakitnya
pengetahuan
 Klien bertanya-tanya
tentang penyakit
tentang penyakitnya

DO
Stress meningkat
 Eskpresi wajah sedih.

Koping individu
tidak efektif

cemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi


1. Pola napas tidak efektif b/d 03 Oktober 2007 -

meningkatnya produksi

mukus di jalan napas

2. Gangguan pola tidur b/d 03 Oktober 2007 05 Oktober 2007

batuk berlebihan

3. Defisit perawatan diri b/d 03 Oktober 2007 05 Oktober 2007

kelemahan fisik

4. Cemas b/d kurang03 Oktober 2007 05 Oktober 2007

pengetahuan klien tentang

penyakit
INTERVENSI

No. NDX Tujuan Rencana Rasional


keperawatan
1. Pola napas tidakJalan napas  Kaji  U
efektif b/dtidak efektif frekeuen nt
meningkatnya dalam si napas uk
produksi mukus dijangka klien m
jalan napas waktu 3x24 en
DS : jam dengan ge
 Klien kriteria. ta
mengelu  Kl  Kaji TTV hu
h sesak ie i
napas n tin
 Klien tid  Beri gk
mengelu ak posisi at
h batuk se semi ke
berlendir sa fowler se
DO : k ha
 Frekuens  Kl ta
i napas ie  Kolabora n
30 x/mnt n si kli
 Batuk tid dengan en
berlendir ak tim  Vit
 TTV b medik al
2.
TD : 130/80 at dalam si
mmHg uk pemberi gn
S : 37oC b an O2 ya
N : 96 x/mnt er  Kolabora ng
P : 30 x/mnt le si tid
n dengan ak
Gangguan pola di tim no
tidur b/d batuk r medik rm
berlebihan ditandai  T dalam al
dengan T pemberi m
DS : V an obat en
 Klien n un
mengata or  Kaji ju
kan m waktu kk
sering al tidur an
batuk klien st
sehingga at
susah  Berikan us
tidur Kebutuhan posisi pe
 Klien tidur klien yang ny
3.
mengata terpenuhi nyaman ak
kan jamdalam it
tidur jangka  Rapikan  M
malamny waktu 3x24 tempat e
a 23.30-jam dengan tidur m
03.30. kriteria :  Anjurkan b
DO :  klie pada a
 Klien n pengunj n
nampak da ung klien t
mengant pat untuk u
uk tid tidak m
 Jumlah ur ribut e
tidur ny m
klien en a
5/24 jam yak k
 Ek si
Defisit perawatan spr m
diri b/d kelemahan esi al
fisik waj k
DS : ah a
 Klien klie n
4. mengata n  Kaji pola e
kan cer kebersih k
selama ia an diri s
sakit klien p
tidak a
pernah n
mandi  Anjurkan si
 Klien klien p
mengata Kebutuhan untuk a
kan personal mandi r
badanny hygiene setiap u
a gerah terpenuhi pagi dan  M
DO : dalam sore e
 Klien jangka  Mandika m
nampak waktu 2x24 n klien, b
kotor jam dengan cuci a
 Kepala kriteria rambut n
klien  kli dan t
nampak e potong u
kotor n kuku p
 Kuku b e
klien er  Beri HE m
nampak si tentang e
kotor dan h kebersih n
panjang an diri u
h
Cemas b/d kurang a
penegatahuan n
tentang penyakit O
ditandai dengan : 2
 Bina
DS : hbungan  Memper
 Klien salin cepat
mengata percaya proses
kan ia  Kaji penyem
cemas Cemas klien tingkat buhan
dengan berkurang kecemas
penyakit atau teratasi an klien
dalam
nya  Menget
jangka 
 Klien Beri HE ahui
waktu 3x2 tentang
bertanya- kebutuh
jam dengan penyakit
tanya an tidur
kriteria klien
tentang klien
nampak 
penyakit Beri  Memba
tenang support
nya ntu klien
pada untuk
DO : klien istirahat
 Es untuk tidur
kp mengun  Agar
re gkapkan tidur
si perasaa klien
w nnya nyenyak
aj  Ajarkan  Mencipt
ah pada akan
se klien suasana
di teknik yang
h napas tenang
dalam
(bila
sesak
menurun
)

 Untuk
menget
ahui
tingkat
kebersih
an klien
 Agar
klien
tetap
bersih

 Agar
klien
bersih
dan
merasa
nyaman
 Agar
klien
memah
ami
tentang
fungsi
kebersih
an diri

 Menjalin
kerja
sama
 Menget
ahui
tingkat
skala
kecema
san
klien
 agar
klien
mengert
i
tentang
penyakit
nya
 Ungkjap
an
perasaa
n dapat
mengur
angi
rasa
cemas
 Mengur
angi
rasa
cemas

IMPLEMENTASI

No. Hari/Tgl. Waktu Implementasi


1. Rabu/ 08.10  Mengatur posisi semi fowler pada
03-10-07 klien
08.18 Hasil : klien melakukannya
 Melakukan TTV
Hasil :
TD : 130/80 mmHg
S : 37oC
N : 96 x/mnt
08.30 P : 30 x/mnt
 Memasang O2
Hasil :Klien dipasang O2 2l/mnt
08.33
 Mengkaji waktu tidur klien
Hasil :
Waktu tidur malam klien : 23.30-03.00
08.35 Waktu tidur siang klien : 13.30-14.30
 Merapikan tempat tidur klien
Hasil : tempat tidur klien rapih
08.38

 Mengkaji pola kebersihan diri


08.40 Hasil : klien nampak kotor
 Menganjurkan klien untuk mandi
setiap pagi dan sore
08.05
Hasil :
 Membina hubungan saling percaya
Hasil :
Hubungan perawat dan klien terbina
08.50
dengan baik
 Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : Cemas klien dalam skala sedang
2. Kamis / 08.05
03-10-07
 Mengkaji frekuensi pernapasan klien
08.08
Hasil : 28 x/mnt
 Mengkaji TTV
Hasil :
TD : 130/80 mmHg
S : 37oC

08.13 N : 96 x/mnt
P : 30 x/mnt

08.50  Mengatur posisi klien


Hasil : Klien dalam posisi semi fowler
 Memasang O2
08.15 Hasil : Klien dipasang O2 2 l /mnt

 Mengkaji waktu tidur klien


Hasil :
08.20 Waktu tidur malam klien : 22.30-04.00
Waktu tidur siang klien 13.00-14.00
08.24  Merapikan tempat tidur klien
Hasil : Tempat tidur klien rapi
 Menganjurkan pada pengunjung
klien untuk tidak ribut
08.30 Hasil : Ruangan klien tenang

08.36
 Mengkaji pola kebersihan diri klien
Hasil : klien nampak kotor
 Menganjurkan klien untuk mandi
08.10
setiap pagi dan sore hari
Hasil : Klien mau melakukannya
 Memandikan klien, mencuci rambut
08.40
dan memotong kuku
Hasil : klien nampak bersih
 Memberi HE tentang kebersihan
Hasil : Klien dapat mengerti tentang
08.00
pentingnya kebersihan

 Bina hubungan saling percaya


08.52
Hasil : Hubungan antara perawat-klien
terjalin dengan baik

08.55  Mengkaji tingkat kecemasan klien


Hasil : Cemas klien dalam skala sedang (5)
 Memberi HE tentang penyakit
08.59 Hasil : Klien mulai mengerti dengan
penyakitnya
 Memberi support pada klien untuk
3. Jumat / mengungkapkannya perasaannya
03-10-07 Hasil : Klien menceritakan masalah yang
08.00 dialami sekarang

08.05  Mengkaji frekuensi pernasapan klien


Hasil : 26 x/mnt.
 Mengkaji TTV
Hasil :
TD : 130/80 mmHg
S : 37oC
08.12
N : 96 x/mnt
P : 30 x/mnt
09.00
 Mengatur posisi klien
Hasil : klien dalam posisi semi fowler
 Penatalaksanaan pemberian obat
Hasil : pemberian aminofilin 1
08.20
ampul/iv/ganti cairan

 Mengkaji waktu tidur klien


08.22
Hasil : tidur malam(23.00-04.00)

08.25
 Merapikan tempat tidur klien
Hasil : tempat tidur klien rapi
 Menganjurkan pada pengunjung klien untuk

08.30 tidak ribut


Hasil : ruangan klien tenang

08.34
 Mengkaji pola kebersihan diri klien
Hasil : klien bersih
08.40  Mengajurkan klien untuk mandi
Hasil : Klien mau melakukannya
 Memandikan klien
08.00 Hasil : klien hanya dilap basah

 Bina hubungan saling percaya


08.48 Hasil : Hbungan antara perawat-klien
terjalin dengan baik
10.00  Mengkaji tingkat kecemasan klien
Hasil : Cemas klien mulai berkurang (5)
 Menganjurkan pada klien teknis
napas dalam (bila sesak menurun)
Hasil : Untuk mengurangi rasa cemas.

EVALUASI

No. Hari/Tgl Waktu Evaluasi/hasil


1. Rabu/ 12.40 S : Klien mengatakan masih merasakan sesak
03-10-07 dan batuk
O : Klien nampak sesak dan batuk
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan inetervensi
 Kaji frekeuensi napas klien
 Kaji TTV
 Beri posisi semi fowler
 Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian O2
 Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat

2. 12.55 S : Klien mengatakan susah tidur


O : Klien nampak mengantuk
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Kaji waktu tidur klien
 Berikan posisi yang nyaman
 Rapikan tempat tidur klien
 Anjurkan pada pengunjung untuk tidak
ribut

3. 13.10
S : Klien mengatakan selama sakit tidak pernah
mandi
O : Klien nampak kotor
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Kaji pola kebersihan diri klien
 Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi
dan sore
 Mandikan klien, cuci rambut dan
potong kuku
4. 13.30  Beri HE tentang kebersihan diri
S : Klien mengatakan ia cemas dengan
penyakitnya (skala 5)
O : Ekspresi wajah sedih
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Bina hubungan salin percaya
 Kaji tingkat kecemasan klien
 Beri HE tentang penyakit
 Beri support pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
 Ajarkan pada klien teknik napas dalam
1. Kamis / 12.30
(bila sesak menurun)
04-10-07

S : Klien mengatakan masih sesak dan batuk


O : Klien nampak sesak dan batuk
A : Frekuensi napas 28 x/mnt
P : Lnjutkan intervensi
 Kaji frekeuensi napas klien
 Kaji TTV
 Beri posisi semi fowler
 Kolaborasi dengan tim medik dalam

2. 12.36 pemberian O2
 Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat
S : Klien mengatakan tidurnya membaik (tidur
malam 22.00-04.00)
O : Klien masih mengantuk
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

 Kaji waktu tidur klien


 Berikan posisi yang nyaman
 Rapikan tempat tidur
3. 12.49  Menganjurkan pada pengunjung klien untuk
tidak ribut
S : Klien mengatakan tidak gerah lagi
O : klien nampak bersih
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

 Kaji pola kebersihan diri klien


 Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan
sore
4. 12.52
 Mandikan klien, cuci rambut dan potong kuku
 Beri HE tentang kebersihan diri

S : Klien mengatakan cemsnya berkurang (Skala


5)
O : ekspresi wajah sedih
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

 Bina hubungan saling percaya


 Kaji tingkat kecemasan klien
 Beri HE tentang penyakit
 Beri support pada klien untuk

1. Jumat / 12.45 mengungkapkan perasaannya

04-10-07  Anjurkan pada klien teknik napas dalam (bila


sesak menurun)

S : Klien mengatakan sesak dan batuk


O : klien nampak sesak dan batuk
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Kaji frekuensi napas klien
 Kaji TTV
 Beri posisi semi fowler
 Kolaborasi dengan tim medik dalam
2. 12.50 pemberian O2
 Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat

S : Klien mengatakan tidurnya baik (22.00-05.00)


O : Klien nampak ceria
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
 Kaji waktu tidur klien
 Berikan posisi yang nyaman
 Rapikan tempat tidur klien
3. 12.55
 Anjurkan pengunjung klien untuk tidak
ribut

S : Klien mengatakan tidak gerah


O : Klien nampak bersih
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

 Kaji pola kebersihan diri klien


 Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan
4. 13.00 sore
 Mandikan klien, cuci rambut dan potong kuku
 Beri HE tentang kebersihan diri
S : Klien mengatakan tidak cemas lagi
O : Ekspresi wajah tenang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
 Bina hbungan salin percaya
 Kaji tingkat kecemasan klien
 Beri HE tentang penyakit
 Beri support pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
 Ajarkan pada klien teknik napas dalam (bila
sesak menurun).

BAB IV

PEMBAHASAN

Sebagaiaman telah diuraikan pada bab sebelumnya dalam karya tulis ini dimana

penulis telah menggambarkan berbagai hal tentang Asma Bronchiale baik teori

perawatan yang termuat dalam tinjauan kasus serta pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Tn. “H” yang sedang dirawat di ruang perawatan Baji Pamai II (210) RSUD

Labuang Baji makassar.


Setelah penulis melaksanakan studi kasus lengsung tersebut, maka penulis

menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang dihadapi di lapangan.

Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, maka penulis

membahas berdasarkan langkah-langkah proses keperawatan yaitu; pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

 Pengkajian

Pada saat pengkajian (03-10-2007) keluhan yang ditemukan pada Tn. “H”

adalah sesak, batuk, berlendir, cemas, kurang tidur, personal hygiene kurang.

Sedangkan menurut teori keluhan yang muncul pada penderita Asma

Bronchiale adalah: kelemahan umum, cemas, peningkatan tekanan darah, sianosis,

anoreksia, personal hygiene kurang, pernapasan cepat, kesulitan berbicara karena

sesak serta keterbtasan mobilitas fisik. Dengan demikian terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus, yaitu pada landasan teori ditemukan gejala kelemahan

umum, keterbatasan mobilitas fisik, peningkatan tekanan darah, sianosis, anoreksia,

kesulitan bicara karena sesak. Sementara keluhan tersebut tidak ditemukan pada

tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah pernah mendapatkan

pengobatan dan perawatan.

 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori diagnosa yang muncul pada klien gangguan sistem

pernapasan “Asma Bronchiale” adalah :

 Gangguan rasa nyaman nyeri

 Bersihn jalan napas tidak efektif

 Gangguan pemenuhan nutrisi


 Pola napas tidak efektif

 Kecemasan

 Kurang pengetahuan

Sedangkan dalam kasus ditemukan diagnosa keperawatan :

 Pola napas tidak efektif b/d meningkatnya produksi mukus di jalan napas.

 Gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan

 Defisit perawatan dari b/d kelemahan fisik

 Cemas b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit.

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana

ada 6 diagnosa keperawatan dalam teori sedangkan dalam kasus hanya ditemukan

2 diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori yaitu pola napas tidak efektif

dan kecemasan. 4 diagnosa yang tidak ditemukan pada kasus Tn. “H” yaitu :

 Gangguan rasa nyaman nyeri

 Bersihan jalan napas tidak efektif

 Gangguan pemenuhan nutrisi

 Kurang pengetahuan

Hal ini disebabkan karena pada saat penulis mengkaji tidak ada data yang

menunjang untuk diangkatnya diagnosa tersebut.

Sedangkan yang ditemukan dalam kasus tapi tidak ditemukan dalam teori

yaitu defisit perawatan diri dan gangguan pola tidur. Hal ini disebabkan karena pada

teori saat dikaji ada data yang kendukung data tersebut di atas

 Perencanaan
Dalam perencanaan penulis melibatkan klien dan keluarganya sehingga

tindakan yang diberikan akan berdampak positif bagi klien, keluarga dan masalah

dapat teratasi berdasarakn tujuan :

Adapun rencana keperawatan yang diberikan adalah :

 Pola napas tidak efektif b/d peningkatan produksi mukus di jalan

napas.

Intervensi dalam teori :

 Kaji frekuensi pernapasan

 Beri posisi semi fowler

 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

 Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hr

 Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam)

Intervensi yang dilaksanakan dalam kasus

 kaji frekuensi napas

 kaji tanda-tanda vital

 Beri posisi semi fowler

 Beri O2

 Kolaborasi dengan tim medik dalam poemberian obat

Dari perencanaan di atas didapatkan kesenjangan antara teori dengan

kasus yaitu pada teori intervensi yang dilakukan adalah bersihan sekret dari

mukut dan trachea, sedangkan pada kasus intervensi ini tidak dilakukan karena

alasan klien mampu mengeluarkan sekretsekret dengan cara membatukannya.

Pada teori, intervensi pertahankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, pada kasus
tidak dilakukan karena intake cairan Tn. “H” sudah cukup /sesuai kebutuhan

teknik relaksasi napas dalam, pada kasus tidak dilakukan karena saat dikaji

pernapasan klien 30x/ment. Pada kasus, intervensi, kaji tanda-tanda vital

sedangkan pada teori tidak ada, karena perubahan tanda-tanda vital

menunjukkan status penyakit, pada kasus, ientervensi beri O2 dan pemberian

obat, pada teori tidak ditemukan , namun penulis mengangkat ini karena atas

anjuran dokter serta untuk membantu pernapasan klien dan mempercepat

proses penyembuhan

 Perubahan pola tidur b/d batuk berlebihan

Intervensi menurut teori

 Kaji pola tidur klien

 Beri posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur

Intervensi yang dilaksanakan dalam kasus

 Kaji pola tidur klien

 Beri posisi yang nyaman

 Rapikan tempat tidur

 Anjurkan pada penunjang untuk tidak ribut

Dari intervensi tersebut terjadi kesenjangan antara teori dan kasus

diantaranya intervensi yang tidak terdapat dalam teori namun terdapat pada

kasus yaitu; rapikan tempat tidur dan anjurkan pada pengunjung untuk tidak

ribut, penulis mengangkat ini karena saat dikaji tempat tidur klien ada tumpukan

baju dan pengunjung klien juga banyak.


 Defisit keperawatan diri b/d kelemahan fisik

Intervensi :

 Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan

klien sehari-hari

 Bantu klien dalam memenuhi ADL

 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

 Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase

penyembuhan

 Beri HE tentang kebersihan diri

Intervensi dalam kasus

 Kaji pola kebersihan diri klien

 Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi dan sore

 Mandikan klien, cuci rambut dan potong kuku

 Beri HE tentang kebersihan diri

Dalam intervensi ini ada kesenjangan antara teori dan kasus, dimana

intervensi yang dilakukan dalam kasus tidak berdasarkan pada teori ini

diakibatkan karena saat dikaji yang terganggu pada klien adalah salah satu

bagian dari mobilitas fisik yaitu kebersihan diri klien sedangkan pada teori

intervensinya mengarah pada kebutuhan mobilitas fisik saja.

 Kecemasan b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit.

Intervensi :

 Kaji tingkat kecemasan klien


 Beri HE tentang proses penyakit

 Memberikan supportpada klien

Intervensi dalam kasus

 Hubungan saling percaya

 Kaji tingkat kecemasan klien

 Beri support pada klien

 Ajarkan teknis relaksasi napas dalam

Dalam interevensi teori dan kasus terdapat kesenjangan, dimana dalam teori tidak

ada intervensi, dan dalam kasus terdapat intervensi bina hubungan saling percaya

dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam, penulis mengangkatnya agar klien

mampu mempercayai perawat serta mampu mengurangi rasa cemasnya.

 Implementasi

Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan selalu berorientasi pada rencana

yang telah ditentukan, pada ksus ini tidak ada implementasi yang tidak

dilaksanakan, ini tidak terlepas dari kerjasama klien dan keluarga serta fasilitas

perawatan yang ada.

Adapun implementasi keperawatan yang dilakukan adalah :

 Pola napas tidak efektif b/d peningkatan produksi mukus di jalan

napas

 Mengkaji frekuensi napas

 memberi posisi semi fowler

 mengkaji tanda-tanda vital

 Memberi O2
 Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian obat

 Perubahan pola tidur b/d batuk berlebihan

 Mengkaji pola tidur klien

 Memberi posisi yang nyaman

 Merapikan tempat tidur

 Menganjurkan pada pengunjung untuk tidak ribut

 Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

 Mengkaji pola kebersihan diri klien

 Menganjurkan klien untuk lap badan setiap pagi dan

sore hari

 Memandikan klien, mencuci rambut dan memotong

kuku

 Memberi He tentang kebersihan diri

 Kecemasn b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit

 Membina hubungan saling percaya

 Mengkaji tingkat kecemasan klien

 Memberi He tentang penyakit

 Memberi support pada klien

 Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.

 Evaluasi

Untuk menilai sampai sejauh mana tujuan yang diharapkan telah dicapai,

maka melalui tahap evaluasi ini penulis menilai hasil asuhan keperawatan yang

telah diberikan selama 3 hari yang tertuang dalam cattan perkembangan, bila
dibandingkan dengan kriteria hasil evaluasi dalam teori, maka dalam tinjauan kasus

sebagian besar teratasi. Hal ini disebabkan oleh faktor respon klien.

 Pola napas tidak efektif b/d peningkatan produksi mukus di jalan

napas: pada kasus kriteria hasil belum teratasi karena klien belum

mampu bernapas secara normal.

 Perubahan pola tidur b/d batuk berlebihan

Pada kasus kriteria hasil sudah teratasi karena pada saat penulis mengadakan

evaluasi terakhir klien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak.

 Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik, sudah teratasi karena

pada evaluasi terakhir klien dalam keadaan bersih karena sudah

dimandikan

 Kecemasan b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, sudah

teratasi, pada evaluasi terakhir klien tenang menghadapi

penyakitnya.

BAB V

PENUTUP

 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan penulis menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :


 Pengkajian pada Tn. “H” ditemukan keluhan sesak, batuk cemas

serta pada pemeriksaan fisik adanya perubahan irama pernafasan,

tipe pernafasan, adanya bunyi nafas tambahan (wheezing).

 Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus dan

ditemukan pula dalam teori adalah : pola napas tidak efektif

berhubungan dengan peningkatan produksi mukus di jalan napas.

Kecemasan b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit.

Sedangkan diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak

ditemukan dalam kasus adalah = bersihan jalan napas tidak efektif.

Dan diagnosa yang ditemukan dalam kasus namun tidak dalam

teori yaitu gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan dan defisit

perawatan diri b/d kelemahan fisik

 Penanganan klien asma bronchiale dengan mengadakan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga

masalah kebutuhan klien terpenuhi

 implementasi tindakan keperawatan pada Tn. “H” dengan

gangguan fungsi pernapasan asma bronchiale penulis melakukan

implementasi sesuai dengan yang direncanakan : mengkaji

frekuensi napas observasi tanda-tanda vital, memberi posisi yang

nyaman, menganjurkan klien istirahat, membantu dalam keberihan

diri, mengkaji tingkat kecemasan.


 secara umum tampak adanya beberapa perbedaan antara tinjauan

teori dan tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah

pernah mendapat pengobatan dan perawatan sebelumnya.

 Pendokumentasian hasil pelaksanaan keperawatan pada klien Tn.

“H” dengan gangguan fungsi pernafasan penuylis mengevaluasi 4

diagnosa keperawatan yang ditemukan, dimana hanya 3 yang

teratasi yaitu gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan, kecemasan

b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit, defisit perawatan

diri b/d kelemahan fisik sedangkan pola naps tidak efektif b/d

peningkatan produksi mukus di jalan napas.

 Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dibawah ini penulis akan

mengemukakan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu

pelayanan keperawatan.

 Diharapkan kepada seluruh anggota keluarga Tn. “H” untuk tetap

memelihara kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit yang

lebih parah.

 Diharapkan kepada keluarga untuk membawa segera anggota

keluarganya ke rumah sakit bila ada yang sakit dan membawa

untuk kontrol ke rumah sakit.

 Meningkatkan penyuluhan tentang penyakit asma.

 Petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan mutu

pelayanan dan fasilitas kesehatan rumah sakit.


 Hendaknya mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan

bersungguh-sungguh dan dapat menerapkan teori dan

keterampilan yang telah didapatkan pada waktu kuliah.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi . : Media Aesculapius

Brunner and Suddarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 1 : EGC.

Corwin, E. J. 1997. Patofisiologi, ; EGC.

2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, : EGC


Suyono Slamet, 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Jilid II. FKUI.

Vitahealth, 2006. Asma, Jilid II, .

Anda mungkin juga menyukai