Karya Tulis
KORNELIA KONDI
NIM : 1104039
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
2007
Mengetahui
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini berupa kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. “H” denagn
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan STIK GIA
Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang diinginkan oleh sejawat dan para
pembimbing serta penguji. Dengan segala kerendahan yang tulus dari lubuk hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa kemampuan
yang penulis miliki rasanya sulit untuk menyelesaikan karya tulis ini, namun berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka akhirnya karya tulis ini dapat
haturkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya karya tulis ilmiah ini,
GIA Makassar
ilmiah ini.
Makassar
Bapak Drs. A. Ilham Mahmud, Dipl, Sc. Apt selaku dosen pengajar
STIK-GIA Makassar
Kepala BPRSUD Labuang Baji beserta staf yang telah menerima
Bapak dan Ibu Dosen yang telah berusaha untuk membekali ilmu
Makassar.
kepada ananda serta seluruh keluargaku Kak Ros, Adik Andi, Tersi,
sedikitpun.
“H” selaku klien dalam kasus ini yang telah membantu dan
Semoga kebaikan seluruh pihak mendapatkan pahala yang setimpal dari Tuhan.
Akhirnya penulis mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dan juga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
telah membantu dlam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, semoga mendapat balasan-
Nya. Amin.
, Oktober 2007
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Oleh karena itu praktek keperawatan merupakan tindakan yang mandiri melalui
kerja sama tenaga kesehatan lainnya dalam bentuk kerja sama dengan pasien
/keluarga sesuai lingkup peran dan fungsi seorang perawat. Perawat sebagai bagian
dari tim kesehatan juga memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan
kasus yang dialami klien, salah satu diantara yang menjadi bahan studi penulis yaitu
Bangkok-Miol : Asma kini merupakan penyakit jangka panjang yang paling sering
terjadi di dunia, demikian hasil yang diumumkan pada pertemuan Asma Dunia di
Bangkok, . ahli yang berbicara atas nama Global Intiative For Asthma
(www.ginasthma,com).
Berdasarkan data dari RSUD Labuang Baji makassar angka kejadian Asma
Bronchiale adalah :
2004 1 6 15 14 46 42 21 53 29 145 5
2005 3 6 10 22 20 10 41 30 71 3
2006 18 24 55 100 109 68 186 97 383 3
12
khususnya Asma Bronchiale, dan meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu,
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Bronchiale.
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam
Asma Bronchiale
Bronchiale
Asma Bronchiale
Manfaat Penulisan
Institusi Pendidikan
Pelayanan kesehatan
Dapat menjadikan bahan masukan bagi perawat yang di Rumah Sakit untuk
Bronchiale
Penulis
Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis memerlukan data subjektif dan
objektif yang relevan dengan teori-teori yang akan dijadikan dasar dalam
pemecahan masalah.
antara lain :
Studi kasus
pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn.
“H” dengan kasus Asma Bronchiale yang dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji
pada tanggal 03 oktober 2007, untuk menghimpun informasi dan pengkajian data
digunakan teknik :
Observasi
Wawancara
Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak terkait yaitu pada pasien dan
perawatan setempat
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
penatalaksanaan medis.
Konsep dasar keperawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan perumusan dari
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Asma bronkiale adalah penyakit obstruksi jalan napas yang bersifat not
yang ditandai dengan spasme bronchus yang reversibel spasme dan kontriksi
Saluran napas ini dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Pada saat udara
masuk rongga hidung, maka udra akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan,
Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari
Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukosa yang disekresi oleh sel
goblet dan kelenjar serose. Partikel debu kasar dapat disaring dalam rongga
hidung, sedangkan yang lebih halus terjerat dalam lapisan mukosa. Selanjutnya
udara akan menuju pharynx dan larynx masuk ke trachea yang bagian ujung
bagian bawah bercabang dua yang merupakan cabang utama bronchus kanan
dan kiri. Cabang utama kana disebut karina yang mengandung syaraf dan dapat
terangsang.
Bronchus kanan lebih pendek dan broncuhus kiri dengan posisi lebih
vertikal dengan bentuk dan ukuran yang lebih besar dari bronchus kiri. Letak
sedmikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang masuk dalam
cabang utama bronchus kanan kalau udara ridak tertahan pada mulut atau
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang yang terkecil yang
diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
gas paru-paru (alveolis) dan sakus alveolaris terminalis, sebagai struktur akhir
Etiologi
debu, jamur
Infeksi saluran nafas: terutama oleh virus seperti
(Sundanu, 1991).
Suhu panas/dingin
Insiden
Asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : Jenis kelamin, umur
pasien, status atropi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Pada masa
insiden asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan
insiden dewasa lebih tinggi dari anak, angka ini juga berbeda-beda antara satu
kota dengan kota lain di negara yang sama. Di Indonesia asma berkisar antara
Dan menurut laporan para ahli internasional pada hari peringatan asma
sedunia tanggal 04 Mei 2004 yang lalu diperkirakan penderita asma di seluruh
dunia mencapai 400 juta orang, dengan pertambahan 180.000 setiap tahunnya
(Vitahealth, 2006).
Patofisiologi
dan terdiri dari spasme otot polos, oedema mukosa dan hipersekresi mukus.
Tromboksa mungkin juga mempunyai peranan reaksi ini karena mediator ini
menyebabkan kontraski otot polos bronchus yang lama dan odema sub mukosa.
Mobilisasi secret pada lumen dihambat oleh penyempitan saluran udara dan
membersihkan mucus.
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada partogenesis asma
adalah sel mast. Sel amst dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya:
alergen, infeksi dan lain-lain. Sel ini akan mengalami degranulasi dan
enzim-enzim dan perosidase. Selain mast sel basofi dan beberapa sel lain dapat
juga mengeluarkan mediator. Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang
masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma/sel pembentuk antibody lainnya
untuk menghasilkan antibody reagenik (IgE). Selanjutnya IgE akan beredar dan
menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel mast yang
demikian disebut sel mast yang tersensitasi. Alergen tersebut akan menempel
pada sel mast yang tersensitasi. Dan kemungkinan akan yerjadi degradasi
dinding dan degranulasi sel mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan
2000).
permeabilitas dinding kapiler sehingga IgE dan leukosit (reaksi konpleks antigen
bronchokontriksi.
Ujung saraf vagus merupakan reseptor batuk dan reseptor taktil (iritan)
bronchus dapat dimulai dari aktifitas biologik pada mediator sel mast dan dapat
besar melalui kerja histamine terdapat otot polos secara langsung atau
tahanan saluran napas yang menghebat maksimum setelah 6-8 jam. Reaksi
netrofil 4-8 jam setelah rangsangan. Reaksi ini juga berhubungan dengan
Mediator PAF (Platlet Actiavting Faktor) yang dihasilkan oleh sel mast, basofil
kuat.
Manifestasi Klinik
Manifestasi linik Asma adalah serangan episode batuk mengi dan sesak
napas pada awal serangan. Gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan
pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin, pada mulanya batuk tanpa
sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulen. Asma alergik sering
berhubungan antara allergen dan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien
asma allergen seperti asap rokok, asap merangsang infeksi saluran pernapasan
Tes Diagnostik
Umumnya diagnosa asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejal yang
bronchus.
komplikasi asma.
meningkat.
Penatalaksanaan Medik
segera
penyakitnya.
Bronkodilator
Yang termasuk obat anti asma :
inhalasi.
pemeliharaan
asma akut.
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiatnya,
Pengkajian
Pada proses pengkajian, yang perlu dikaji pada pasien asma bronchial adalah :
Kaji adanya batuk, sesak napas, nyeri dada, rasa lemah, cepat lelah, demam,
teratur
Diagnos keperawatan
Rencana Tindakan
Intervensi :
Kaji TTV
O2
Rasional : Membentu pemenuhan O2
obat
Batuk berlebihan
Intervensi :
ribut.
Inetervensi :
sore
Intervensi :
mengungkapkan perasaannya
sesak menurun)
Impelementasi
implemetnasi :
masalah klien.
Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses perawatan meliputi penilaian hasil tujuan yang telah
ditentukan :
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien
Tn. “H” dengan gangguan sistem pernapasan asma bronchiale di ruang perawatan
lantai II Baji Pamae II Rumah Sakit Labuang Baji, pada tanggal 03 oktober 2007. dalam
pengkajian sampai evaluasi. Adapun uraian lebih lanjut dari pelaksanaan sebagai
berikut :
Pengkajian
Biodata
Identitas Klien
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Makassar/Indonesia
Jawab
Umur : 35 tahun
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Sesak napas
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 02-10-2007 dengan keluhan sesak
napas disertai demam dan batuk-batuk, klien merasakan sesak sejak 2 hari
memperberat yaitu saat klien beraktivitas dan yang memperingan saat klien
Riwayat kesehatan :
Sebelumnya klien telah dua kali masuk RS. Labuang Baji dengan penyakit
kopi, dan merokok, klien tidak ada riwayat operasi, klien alergi terhadap sinar
matahari dan asap rokok, klien tidak pernah mengalami kecelakaan, serta
klien juga tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.
Kesehatan sekarang
Saat dikaji klienberbaring di tempat tidur dengan keadaan sesak dan batuk,
Riwayat kesehatan
keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
Keterangan :
G II: Orang tua klien meninggal karena faktor usia, serta ayah klien meninggal
G III Klien berada pada generasi ke 3 dan adik klien mengalami penyakit yang
diketahui
Riwayat psikososial
Gambaran diri
Klien mampu mengenal dirinya sendiri dan klien merasa khawatir dan
Identitas diri
Klien mengatakan ia sadar dan puas menjadi seorang ayah yang baik
Harga diri
Peran
Dari keluarga klien berperan sebagai suami yang mencari nafkah bagi
Klien berharap agar lekas sembuh bisa pulangt kembali ke rumahnya dan
Pola Kognitif
Pola koping
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain, perawat dan tim medis lainnya,
Riwayat spiritual
Ketaatan beribadah
Klien beragama Islam, sebelum sakit kloien rajin menjalankan sholat namun
saat ini klien tidak mampu menjalankan sholat karena sakit, tetapi
Dukungan keluarga
Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum klien
dialaminya sekarang.
Ekspresi wajah biasa-biasa saja, bicara klien lancar dan mood klien bagus
TB : 165 cm, BB : 52 kg
Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
S : 37o C
N : 96 x/mnt
P : 30 x/mnt
Sistem Pernapasan
Hidung : lobang
pernapasan cuping
hidung, tidak
terdapat sekret,
pembesaran
pada leher
normal chest :
perbandingannya
posterior dan
transversal (2),
gerakan dada
kanan,
menggunakan otot
bantu pernapasan,
pernapasan klien
28x/mnt. Pola
terdapat wheeing.
Sistem kardiovaskuler
Ukuran jantung normal, iktus kordis teraba pada ics s-midavisula sinistra
Sistem pencernaan
Sklera tidak ikterus, bibir pucat dan kemampuan menelan klien baik
Mulut : tidak ada stomatitis dan tidak palato skizis jumlah gigi 27
Gaster : tidak kambung dan tidak ada nyeri tekan, peristaltik 10x/mnt
Abdomen : hati tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Sistem Indra
menggerakkan buah
matanya (8 arah)
ada disekitarnya
cuping hidung.
Fungsi Syaraf
Fungsi cerebral :
mengingat kejadian yang telah lalu. Klien dapat menghitung secara benar.
dapat mengungkapkan
Fungsi cranial
Nervus I (optikus)
Nervus II (optikus)
pandang 180o C
Visus : mata kanan klien dapat melihat dengan jarak 5/6 dengan
menggunakan jari tangan, dan mata kiri klien dapat melihat dengan
normal
Nervus III
(okutomotorius,
troklear, abdusen)
isokor
Nervus V (trigeminal)
baik
Nervus VIII
(vestibuloklear)
Nervus IX
(nasofaringeus)
Nervus X (vagus)
spiral)
Fungsi motorik
Tidak ada nyeri tekan pada otot ekstrimitas atas maupun bawah, tidak ada
tubuhnya.
Sistem Musculoseoletal
Vertebra; lordosis
jalan normal
dengan baik
tercabut
mudah patah
Sistem Endokrin
Sistem perkemihan
Tidak ada udem palpebra, klien juga tidak mengalami udem …… vesika
urianria tidak teraba, klien juga tidak mengalami nokturia, dysuria dan kencing
Sistem Reproduksi
Sistem Imun
Rokok /ALKOHOL
Klien banyak merokok dan tidak minum-minuman keras, klien juga tidak
minum kopi
Aktivitas / mobilitas Fisik
Klien melakukan pekerjaannya dengan senang hati, tidak ada waktu luang
Pemeriksaan Diagnostik
Urin
Hasil Lab :
Eryth : 0 – 1 / sob
Leuco : 0 – 1 / sob
Cylina : (-)
Baet :-
Lab darah
Hasil N
U/L
U/L
Ureum 12.0 mg/100 ml 10-50
mg/100 ml
1,1 mg/100 ml
160 mg/100 ml
Ly 15,9 HL % 20,5-51,1 HL %
RL 20 tts/mnt
O2 2-3 L/mnt
Cefadroxil 3 x 1
GG 3 x 1
DATA FOKUS
cemas dengan
penyakitnya
Klien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
ANALISA DATA
2. Gangguan pola
DS : Refleks batuk
tidur
Klien mengatakan ↓
sering batuk sehingga Gelisah, REM
susah tidur meningkat
Klien mengatakan jam ↓
tidur malamnya 23.30- Klien terjaga
03.30. ↓
DO : Sulit tidur
Klien nampak ↓
mengantuk Gangguan pola
Jumlah tidur klien 5/24 tidur
jam
3. Defisit perawatan
DS :
Pola napas tidak diri
Klien mengatakan
selama sakit tidak efektif
pernah mandi ↓
badannya gerah ↓
DO : Kelemahan fisik
↓
Klien nampak kotor
Ketidakmampuan
Kepala klien nampak
merawat diri
kotor
↓
Kuku klien nampak
Defisit perawatan
kotor dan panjang Cemas
diri
4.
DS :
Sesak napas
Klien mengatakan ia
↓
cemas dengan
Kurangnya
penyakitnya
pengetahuan
Klien bertanya-tanya
tentang penyakit
tentang penyakitnya
↓
DO
Stress meningkat
Eskpresi wajah sedih.
↓
Koping individu
tidak efektif
↓
cemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
meningkatnya produksi
batuk berlebihan
kelemahan fisik
penyakit
INTERVENSI
Untuk
menget
ahui
tingkat
kebersih
an klien
Agar
klien
tetap
bersih
Agar
klien
bersih
dan
merasa
nyaman
Agar
klien
memah
ami
tentang
fungsi
kebersih
an diri
Menjalin
kerja
sama
Menget
ahui
tingkat
skala
kecema
san
klien
agar
klien
mengert
i
tentang
penyakit
nya
Ungkjap
an
perasaa
n dapat
mengur
angi
rasa
cemas
Mengur
angi
rasa
cemas
IMPLEMENTASI
08.13 N : 96 x/mnt
P : 30 x/mnt
08.36
Mengkaji pola kebersihan diri klien
Hasil : klien nampak kotor
Menganjurkan klien untuk mandi
08.10
setiap pagi dan sore hari
Hasil : Klien mau melakukannya
Memandikan klien, mencuci rambut
08.40
dan memotong kuku
Hasil : klien nampak bersih
Memberi HE tentang kebersihan
Hasil : Klien dapat mengerti tentang
08.00
pentingnya kebersihan
08.25
Merapikan tempat tidur klien
Hasil : tempat tidur klien rapi
Menganjurkan pada pengunjung klien untuk
08.34
Mengkaji pola kebersihan diri klien
Hasil : klien bersih
08.40 Mengajurkan klien untuk mandi
Hasil : Klien mau melakukannya
Memandikan klien
08.00 Hasil : klien hanya dilap basah
EVALUASI
3. 13.10
S : Klien mengatakan selama sakit tidak pernah
mandi
O : Klien nampak kotor
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji pola kebersihan diri klien
Anjurkan klien untuk mandi setiap pagi
dan sore
Mandikan klien, cuci rambut dan
potong kuku
4. 13.30 Beri HE tentang kebersihan diri
S : Klien mengatakan ia cemas dengan
penyakitnya (skala 5)
O : Ekspresi wajah sedih
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Bina hubungan salin percaya
Kaji tingkat kecemasan klien
Beri HE tentang penyakit
Beri support pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Ajarkan pada klien teknik napas dalam
1. Kamis / 12.30
(bila sesak menurun)
04-10-07
2. 12.36 pemberian O2
Kolaborasi dengan tim medik dalam
pemberian obat
S : Klien mengatakan tidurnya membaik (tidur
malam 22.00-04.00)
O : Klien masih mengantuk
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebagaiaman telah diuraikan pada bab sebelumnya dalam karya tulis ini dimana
penulis telah menggambarkan berbagai hal tentang Asma Bronchiale baik teori
perawatan yang termuat dalam tinjauan kasus serta pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn. “H” yang sedang dirawat di ruang perawatan Baji Pamai II (210) RSUD
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang dihadapi di lapangan.
Pengkajian
Pada saat pengkajian (03-10-2007) keluhan yang ditemukan pada Tn. “H”
adalah sesak, batuk, berlendir, cemas, kurang tidur, personal hygiene kurang.
antara teori dengan kasus, yaitu pada landasan teori ditemukan gejala kelemahan
kesulitan bicara karena sesak. Sementara keluhan tersebut tidak ditemukan pada
tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah pernah mendapatkan
Diagnosa Keperawatan
Kecemasan
Kurang pengetahuan
Pola napas tidak efektif b/d meningkatnya produksi mukus di jalan napas.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana
ada 6 diagnosa keperawatan dalam teori sedangkan dalam kasus hanya ditemukan
2 diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori yaitu pola napas tidak efektif
dan kecemasan. 4 diagnosa yang tidak ditemukan pada kasus Tn. “H” yaitu :
Kurang pengetahuan
Hal ini disebabkan karena pada saat penulis mengkaji tidak ada data yang
Sedangkan yang ditemukan dalam kasus tapi tidak ditemukan dalam teori
yaitu defisit perawatan diri dan gangguan pola tidur. Hal ini disebabkan karena pada
teori saat dikaji ada data yang kendukung data tersebut di atas
Perencanaan
Dalam perencanaan penulis melibatkan klien dan keluarganya sehingga
tindakan yang diberikan akan berdampak positif bagi klien, keluarga dan masalah
napas.
Beri O2
kasus yaitu pada teori intervensi yang dilakukan adalah bersihan sekret dari
mukut dan trachea, sedangkan pada kasus intervensi ini tidak dilakukan karena
Pada teori, intervensi pertahankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, pada kasus
tidak dilakukan karena intake cairan Tn. “H” sudah cukup /sesuai kebutuhan
teknik relaksasi napas dalam, pada kasus tidak dilakukan karena saat dikaji
obat, pada teori tidak ditemukan , namun penulis mengangkat ini karena atas
proses penyembuhan
diantaranya intervensi yang tidak terdapat dalam teori namun terdapat pada
kasus yaitu; rapikan tempat tidur dan anjurkan pada pengunjung untuk tidak
ribut, penulis mengangkat ini karena saat dikaji tempat tidur klien ada tumpukan
Intervensi :
klien sehari-hari
penyembuhan
Dalam intervensi ini ada kesenjangan antara teori dan kasus, dimana
intervensi yang dilakukan dalam kasus tidak berdasarkan pada teori ini
diakibatkan karena saat dikaji yang terganggu pada klien adalah salah satu
bagian dari mobilitas fisik yaitu kebersihan diri klien sedangkan pada teori
Intervensi :
Dalam interevensi teori dan kasus terdapat kesenjangan, dimana dalam teori tidak
ada intervensi, dan dalam kasus terdapat intervensi bina hubungan saling percaya
dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam, penulis mengangkatnya agar klien
Implementasi
yang telah ditentukan, pada ksus ini tidak ada implementasi yang tidak
dilaksanakan, ini tidak terlepas dari kerjasama klien dan keluarga serta fasilitas
napas
Memberi O2
Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian obat
sore hari
kuku
Evaluasi
Untuk menilai sampai sejauh mana tujuan yang diharapkan telah dicapai,
maka melalui tahap evaluasi ini penulis menilai hasil asuhan keperawatan yang
telah diberikan selama 3 hari yang tertuang dalam cattan perkembangan, bila
dibandingkan dengan kriteria hasil evaluasi dalam teori, maka dalam tinjauan kasus
sebagian besar teratasi. Hal ini disebabkan oleh faktor respon klien.
napas: pada kasus kriteria hasil belum teratasi karena klien belum
Pada kasus kriteria hasil sudah teratasi karena pada saat penulis mengadakan
dimandikan
penyakitnya.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
teori yaitu gangguan pola tidur b/d batuk berlebihan dan defisit
teori dan tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah
diri b/d kelemahan fisik sedangkan pola naps tidak efektif b/d
Saran-Saran
pelayanan keperawatan.
lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi . : Media Aesculapius
Brunner and Suddarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 1 : EGC.