Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin surut.
Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju
demokrasi, seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukan
melemah. Alasannya, eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga
prasyarat pokok yang sangat esensial bagi terwujudnya demokrasi.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan
sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu
adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan
individu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai
nilai-nilai kemanusiaan .
Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-
akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini
ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru
yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi
tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah
semudah membalikan telapak tangan.namun, memerlukan proses panjang dan
waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk
mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.
Selanjutnya, wacana tentang masyarakat madani oleh banyak bangsa dan
masyarakat di negara berkembang, secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan
di eliminasi, sebgaimana realitas empiris yang dihadapi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masyarakat madani ?
2. Bagaimana sejarah Masyarakat madani ?
3. Bagaimana karagteristik masyarakat madani ?
4. Bagaimana masyarakat madani di indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat madani ?

1
2. Untuk mengetahui sejarah Masyarakat madani ?
3. Untuk mengetahui karagteristik masyarakat madani ?
4. Untuk mengetahui mengenai masyarakat madani di indonesia ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat Madani
Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.
Pemaknaancivil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan
bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat
Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan
pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil
society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan
masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata
“societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali
dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari
pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini
mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan
otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond,
2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil
society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang
dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim
modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan
asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani

3
sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-
nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif,
2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki
banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,
sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate
(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of
voluntary activity which takes place outside of government and the market.”
Merujuk pada Bahmueller (1997).
Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya
dalam perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas
dengan istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya
karagter dari masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada umumnya
memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.
Istilah “Masyarakat Madanii” dimunculkan pertama kalinya di kawasan
asia tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim.
Masyarakat madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi
penuh pada kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu
Masyarakat Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang
berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-
undang dan bukan nafsu keinginan individu. Ia juga mngatakan masyarakat
madani memiliki ciri-ciri yang khas yaitu kemajemukan kebudayaan
(Multicultural), Hubungan timbal balik (Reprocity) dan sikap yang saling
memahami dan menghargai. Anwar Menjelaskan watak masyarakat madani yang
ia maksud adalah guiding ideas,dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari
keberadaanya yaitu prinsip moral, keahlian, kesamaan, musyawarah dan
demokratis.
Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi masyaraakat madani
adalah proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan

4
bersama. Menurutnya masyarakat madani adalah warga negara bekerja samaa
membangun ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan yang
bersifat non negara. Ia juga mengemukakan dasar utama masyarakat madani
adalah persatuan dan integrasi nasional yang didasarkan pada suatu pedoman
hidup, menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang menyebabkan
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa
masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada
pembentukan masyarakat bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh
cendikiawan muslim indonesia Norcholish Madjid istilah masyarakat madani
mengandung makna toleransi kesediaan priadi untuk menerima berbagai macam
pandangan politik dan tingkah laku sosial.
2.2 Sejarah Singkat Masyarakat Madani
Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau
identik dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society
dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat
warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam
mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk
menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara
didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami
perubahan dengan pengertain Civil Societyyaitu masyarakat sipil diluar dan
penyeimbang warga negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan
Masyarakat Sipil dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang
mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen
utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma
menjadi entitas dan teorganisir.

5
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes
(1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan
civil society sebagai lanjutan darievaluasi masyarakat yang berlansung secara
alamiah. Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk
meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak
untuk mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pla interaksi setiap warga
negara.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi
kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil
society tidak absolut dan tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak
dapat dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan
profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil
society dengan konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan
kapitalisme yang berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan
sebelumnya ia lebih menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan
sosial. Menurutnya ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia
yakin bahwa publik secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen
moral yang menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia
semakin menguatnya sistem individualistis dan berkurangnya tanggung jawab
sosial mayarakat mewarnai paandangan tenag civil society waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika
yang bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan
lembaga negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan
paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini
negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah
menurut pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan
oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian
menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara dapat
mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya
secara bebas dan tanpa paksaan.

6
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818-1883),
dan Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilahcivil society ialah
elemen ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas
pandangan paine yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan
pandangan paine, Hegel Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif
terhadap negara. Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia,
menurutnya pandangan ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat
borjuasi eropa yang ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi
negara.
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat
tiga entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan
ruang sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan.
Sedangkan masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai
kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya
negara merupaka ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik
warganya dan mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai
masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil
society merupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia dari
penindasan kelas pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan
demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil
dalam konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan
masyaraakat madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut
sebagai Political society. Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan
posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan
pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama
perubahan sosial dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian
dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari
pengalamanya mengamati budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville

7
kekuatan politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang kuat. Berkaca pada
budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan berpolitik warga
negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan
masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga
negara. Sebaliknya civil societybersifat otnom dan memiliki kepastian politik
cukip tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap
kecenderungan intervensi negara atas warga negara.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab
Gramscian dan Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di
eropa timur dan eropa tengah pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini
hidup dibawah dominasi negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan
masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikirancivil
society tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia
Dawam Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo
mengilustrasikan bahwa peranan pasar sangat menenukan unsur-unsur dalam
masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-
unsur pokok masyarakat madani faktor Valuntary sangat menentukan pola
interaksi antara negara dan pasar.
Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut
masyarakat madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam
sistem demokrasi kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan
rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya proses
keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan yang baik, seketika peran
swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan publik berkolusi
dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun
usahawan.

8
Gambar hubungan kerja tiga komponen Good Governance (Mifthah Thoha, 2000)
2.3 Karakteristik Masyarakat Madani
Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam
tatanan masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan
menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus dimiliki
masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial.
1. Wilayah Publik Yang Bebas
Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang mana
didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk
melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh
kekuatan-kekuatan civil society.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society yang
murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana
demokrasi adalah suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh,
dari, dan untuk warga negara
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Menurut Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang

9
menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami
sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar. Toleransi bukan hanya
tuntutan sosial masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting
pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus
mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai
dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang
alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional
atas hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan
ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan
sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang
dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.
Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat
Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :
a. Free public sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga
negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta memublikasikan informasi kepada publik.
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana
kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya
demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu
menjamin masyarakat madani.
c. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan

10
sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan
sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang
dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap
tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif
dan merupakan rahmat tuhan.
e. Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.
f. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal
yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang
bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi
individu terjaga.
g. Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya
keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada
pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.
h. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
i. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
j. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
k. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara
karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan
masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

11
l. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
m. Adanya pemisahan kekuasaan
n. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau pemerintahan.
Civil Society atau masyarakat Madani tersusun atas berbagai organisasi
kemasyarakatan, yang mempunyai cirri-ciri:
1. Lahir secara mandiri
2. Keanggotannya bersifat sukarela,atau atas kesadaran masingmasing
anggota
3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) sehingga bergantung pada
bantuan Negara atau pemerintah
4. Bebas atau mandiri dari kekuasaan Negara, sehingga berani mengontrol
penggunaan kekuasaan Negara
5. Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau seperangkat nilai/norma
yang diyakini bersama
2.4 Masyarakat Madani di Indonesia
Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa
indonesia berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh
kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam
merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak
HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam
seperti syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah
menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam
perkembangan masyarakata sipil indonesia.
Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa tterwujud di indonessia :
1 Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem
demokrasi tidak mungkin berlansung dalam kenyataan hidup sehari-hari
dalam masyarakat sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang

12
kuat. Bagi pengikut pandangan ini praktik demokrasi ala barat hanya akan
berakibat konflik antara sesama warga bangsa.
2 Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu
bergantung pada kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi demokratis
lebih diutamakan oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi.
3 Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai basis utama
pembangunan demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua pandangan
yang pertama yang dianggap gagal dalam pembangunan demokrasi.
Pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran poitik
warga negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan
demokrasi membutuhkan topangan kultural sselain mendukung struktural.
Bersandar dari tiga paradigma diatas pengembangan demokrasi masyarakat
madani selayaknya tidak hanya tergantung pada salah satu pandangan tersebut.
Sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan
kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma
diatas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi dimasa transisi
sekarang melalui :
1 Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas
menegah untuk berkembang menjadi kelompok masyaraat madani yang
mandiri secara politik dan ekonomi.
2 Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
3 Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga
negara secara keseluruhan.
Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-
siste yang dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol
dibandingkan ciri struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes
daripada mengajukan solus, lebih banyak menuntut daripada memberi sumbangan
terhadap pemecahan masalah.

13
Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia dalam
pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis mahasiswa
dalam proses perjuangan demokrasi menumbangkan rezim otorier seharusnya
ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi bangsa
dan pembangunan masyarakat demokrasi madani indonesia. Karenaa mahasiswa
merupakan bagian dari kelas menengah, ia memiliki tanggung jawab terhadap
nasib masa depan demokrasi dan masyarakat madani indonesia.
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam proses
pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan bermartabat.
Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati, mengkritik,
mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik terkait,
khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa depan bangsa.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
dengan kestabilan masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan
pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau
keinginan individu.
2. Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-
322 SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem
kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang
konsep Civil Society dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu
sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat terlibat lansung dalam
peraturan ekonomi-politik dalam mengambil keputusan. Istilah Koinonia
Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan sebuah
masyarakat politis dan etis dimana warga negara didalamnya
berkedudukan sama didepan hukum.
3. Karakteristik masyarakat madani adalah : republik yang bebas, demokrasi,
toleransi, kemajemukan, dan keadilan sosial.
4. Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa
indonesia berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili
oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan penggerakan
nasional dalam merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi
peejuang penegak HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial.
Organisasi berbasis islam seperti syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama
(NU), dan muhammdadiyah telah menunjukan kiprahnya sebagai
komponen civil society yang penting dalam perkembangan masyarakata
sipil indonesia.
3.2 Saran
Sekiranya melalui makalah ini kita dapat lebih memahami arti penting
menjadi masyarakat madani.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya

Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast
Asi No.22

Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya
Dengan Cita-cita Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999.Pembangunan


Masyarakat Madani dan Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan
Ke-1, Jakarta : LP3ES

Suito, Deny. Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September 1995 :
Jakarta

Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion.
MUI: Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai