Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Kelautan

Sebaran Kosentrasi Khlorofil-a dari Citra Sateli Aqua Modis di


Sekitar Teluk Tomini, Sulawesi Tahun 2011-2012

Oleh :

Awalludin Ponco Aji Handoyo 1514511019

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografiis maupun berdasarkan kedalaman
perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari, dan
konsentrasi nutrient yang terdapat di dalam suatu perairan. Secara umum di laut, sebaran
klorofi la lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir, serta rendah di perairan
lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofi la di perairan pantai dan pesisir disebabkan
karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar melalui run-off dari daratan, sedangkan
rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien
dari daratan secara langsung. Namun pada daerahdaerah tertentu di perairan lepas pantai
dijumpai konsentrasi klorofi l-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh
tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air, dimana massa air
dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan (Valiela, 1984 dalam
Tubalawony 2001).
Salah satu contoh satelit penginderaan jauh buatan NASA yang bisa digunakan untuk
mengetahui sebaran kosentrasi klorofil di suatu perairan yaitu satelit Aqua-MODIS. Aqua yang
dalam bahasa latin berarti air, adalah suatu satelit ilmu pengetahuan tentang bumi kepunyaan
NASA (National Ae onautics and Space Administmtion), yang mempunyai misi
mengumpulkan informasi terntang siklus air di bumi, termasuk penguapan dari samudera, uap
air di atmosfer, awan, presipitasi kelembaban tanah, es yang ada di laut, es yang ada di darat,
serta salju yang menutupi daratan. Variabel yang juga diukur oleh Aqua MQDIS antara lain
aerosol, tumbuhan yang menutupi daratan fitoplankton dan bahan organik terlarut di lautan,
serta suhu udara, daratan dan air (Graham, 2005).
Perairan Teluk Tomini merupakan salah perairan yang terdapat di Indonesia. Perairan
Teluk Tomini merupakan laut dalam dengan kedalaman rata-rata >1.500 m, berbentuk corong
yang terbuka ke arah timur dan berhubungan langsung dengan Laut Maluku, Teluk Toto, dan
Laut Sulawesi. Kondisi geografis yang demikian memberi konsekuensi tetjadinya sirkulasi
massa air di antara peraiiran di dalam teluk dengan perairan sekitarnya (Suwarso et al., 2005).
Keadaan fisik Perairan Teluk Tomini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi massa air dari laut
Maluku dan sekitarya, selain itu angin muson juga mempengaruhi terutama di lapisan
permukaam. Sirkulasi massa air di Teluk Tomini diawali dari cabang arus dari Laut Mindanau
masuk ke Laut Sulawesi bergerak ke selatan menuju Laut Banda melewati Laut Maluku dan
Laut Seram dimana sebagian kecil massa airya masuk ke Perairan Teluk Tomini (Wyrtki, 1961)
Menurut Ippen 1966 in Hasanudln (2000) karakteristik perairan teluk sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor baik eksternal maupun internal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum laporan kali ini yaitu:

1) Untuk mengetahui kosentrasi sebaran klorofil-a pada musim timur 2011 dan musim
timur 2012 di perairan laut Teluk Tomini, Sulawesi

1.3 Metodologi

1.3.1 Lokasi Penelitian


Pada Pratikum kali ini mengambil lokasi penelitian bertempat di perairan Teluk
Tomini dimana memiliki letak astronomi 2o LU – (-2)o LS dan 120o BT – 126o BT
(Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Penelitian Laut Indonesia


1.3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dalam yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1. Aplikasi SAGA 5.0.0 Sebagai software dalam mengolah data
lanjutan dari aplikasi SeaDAS (calculated
data).
2. Aplikasi SeaDAS Sebagai software primer dalam mengolah
data citra satelit AquMODIS (cropping
data).
3. Data Citra AquaMODIS Sebagai data cittra clorofil-a yang akan
diolah melalui software yang dibutuhkan.
4. Aplikasi ArcGIS 10.3 Sebagai software dalam proses pemetaan
data yang telah diproses.
5 Laptop Sebagai hardware pengolahan dan analisis
data.

1.3.3 Bagan Penelitian


Mendownload Data Chlorofil-a dari
Citra Satelit AquaModis Level 2 di
website OCEAN COLOR NASA

Pilih satelit citra MODIS (Aqua dan


Tera), tahun, memasukan koordinat
perairan Teluk Tomini

Order

Pengolahan Data

(2)
(1) Calculated Data (Aplikasi
Create Mosaic SAGA 5.0.0)
(Aplikasi SeaDAS)

(3)

Layout Data (Aplikasi


ArcGIS 10.3)

Analisis Data

Hasil
1.3.4 Prosedur Penelitian
 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini tahap pengolahan data dibagi menjadi tiga sub-proses, yaitu
proses create mosaic yang dilakukan pada aplikasi SeaDAS, proses calculated data
yang dilakukan pada aplikasi SAGA 5.0.0, dan proses pemetaan data yang dilakukan
pada aplikasi arcQGIS 10.3 Dasar dari proses create mosaic yaitu memasukan citra
di I/O Parameters, memilih jenis file yg akan di save berupa NetCDF-CF dan tempat
folder, kemudian pada Map Projection definition masukan koordinat tempat daerah
penelitian yaitu teluk Tomini 2 (North latitude), 120 (West longitude), -2 (South
latitude), dan 126 (East longitude), selanjutnya Variables & Condinitions yaitu
unrtuk memasukan variable apa yang akan kita pilih yaitu variable Clorofil-a
kemudian klik run..
Selanjutnya pada proses calculated data dilakukan pada aplikasi SAGA 5.0.0,
yang pada dasarnya untuk menggabungkan data sehingga akan mempermudah
dalam tahap analisis data. Pada penelitian ini dilakukan proses calculated data
perbulan. Sehingga menghasilkan data musim timur dari bulan Juni, Juli, Agustus
pada tahun 2011-2012. Proses calculated data dilakukan di Grid Calculator pada
menu bar Geoprocessing. Setelah dilakukan proses calculated, selanjutnya
dilakukan Export GeoTIFF.
Kemudian, arcGIS 10.3 digunakan untuk proses pemetaan data agar data yang
dihasilkan dapat diinterpretasikan dengan visualisasi yang baik. Hal yang dilakukan
pertama kali adalah masukkan citra MODIS yang sebelumnya telah dikoreksi
dengan Seadas dengan cara pilih menu File ► Add Data. Pilih data citra klorofil
telah di calculated dalam bentuk GeoTIFF dan memasukkan peta wilayah Indonesia
dalam format .shp. Kemudian atur Layer Properties sesuai keinginan dan export
berupa JPEG.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perairan Laut Teluk Tomini
Teluk Tomini merupakan salah teluk terbesar di Indonesia yang terletak di Kepulauan
Sulawesi termasuk dalam Propinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah dengan
luasan kurang lebih 17.220 mil2. Perairan Teluk Tomini adalah laut dalam dengan kedalaman
rata-rata >1.500 m, berbentuk corong yang terbuka ke arah timur dan berhubungan langsung
dengan Laut Maluku, Teluk Toto, dan Laut Sulawesi. Kondisi geografis yang demikian
memberi konsekuensi tetjadinya sirkulasi massa air di antara peraiiran di dalam teluk dengan
perairan sekitarnya (Suwarso et al., 2005)
Keadaan fisik Perairan Teluk Tomini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi massa air dari laut
Maluku dan sekitarya, selain itu angin muson juga mempengaruhi terutama di lapisan
permukaam. Sirkulasi massa air di Teluk Tomini diawali dari cabang arus dari Laut Mindanau
masuk ke Laut Sulawesi bergerak ke selatan menuju Laut Banda melewati Laut Maluku dan
Laut Seram dimana sebagian kecil massa airya masuk ke Perairan Teluk Tomini (Wyrtki, 1961)
Menurut Ippen 1966 in Hasanudln (2000) karakteristik perairan teluk sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor baik eksternal maupun internal. Pengaruh eksternal dapat berasal dari laut lepas
yang mengelilinginya antara lain arus pasang surut, glombang, suhu, salinitas maupun dari
daratan yang berupa masukan air tawar dari sungai. Pengaruh internal antara lain untuk teluk
maupun untuk topografi dasar teluk. Laut Maluku pada musim barat menerima arus yang
datang dari Laut Banda dimana sebagian kecil masuk ke Perairan Teluk Tomini. Tetapi pada
musim timur arus kuat di perairan ini datang dari utara Irian yang terlebih dahulu melingkari
ujung selatan Halmahera untuk kemudian berbelok ke utara dan kembali ke Samudra Pasifik
beman dengan Arus Sakal Khatulistiwa (Equatorial Counter Current) (Wyrtki, 1961)
Perairan Teluk Tomini merupakan salah satu perairan yang mempunyai sumberdaya ikan
yang cukup basar yang mencapai 585.542 ton per tahun. Potensi sumber daya ikan pelagis
diperkirakan 486.000 ten per tahun (83 %), dimana sebagian besar (80%) diantaranya
merupakan ikan pelagis kecif (BRPL, 2003).
2.2 Khlorofil-a
Klorofil-a merupakan zat hijau daun yang terkandung dalam tumbuhan. Klorofil-a
merupakan pigmen yang mampu melakukan fotosintesis dan terdapat seluruh organisme
fitoplankton (Barnes dan Hughes, 1988). Jumlah klorofil-a yang ada di perairan taut umumnya
dapat dilihat dari jumlah fitoplankton yang ads di perairan tersebut. Klorofil-a tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam alkohol, dietieter, benzen dan aseton. Absorpsi cahaya maksimum oleh
klorofil-a bersama pelarutnya terjadi pada panjang gelombang 430 nm dan 663 nm (Lee, 1980).
Pada sebagian baser tumbuhan laut terdapat pigmen-pogmen pelengkap sebagai alat tambahan
bagi klorofil-a dalam mengabsorpsi cahaya matahari. Fungsi pigmen-pigmen ini adalah
menangkap dan mengumpuikan energi cahaya matahari, kemudian memindahkan energi
tersebut ke klorofil-a. Pigmen-pigmen pelengkap ini mampu mengabsorpsi cahaya pada
panjang gelombang yang berbeda dari klorofil-a (Basmi, 1995). Pigmen-pigmen pelengkap
tersebut antar lain:
 Klorofil-b, merupakan pigmen yang terdapat pada deberapa jenis alga, dan 645 nm.
 Karoten, merupskan pigmen yang terdapat pada sebagian besar alga, 470 nm.
 Xanthophyll, merupakan pigmen yang juga terdapat pada sebagian besar alga, mampu
menyerap cahaya Racers maksimat pada panjang gelombang 480 nm dam 540 nm.
 Phycoerithrin, merupakan pigmen yang terdapat pada alga tertentu, mampu menyerap
cahaya secara maksimal pada panjang gelombang 540-560 nm.
 Phycocyanln, merupakan pigmen yang terdapat pada beberapa jenis alga, yang mampu
menyerap cahaya antara panjang gelombang 610-830 nm.
Penelitian mengenai kandungan klorofil-a telah dilakukan di beberapa wilayah perairan
Indonesia. Nontji (1964) mengatakan bahwa rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan
Indonesia sebesar 0,19 mg/m3. Pada musim timur nilai rata-rata klorofil-a sebesar 0,21 mg/m3,
sedangkan pada musim barat sebesar 0,16 mg/m3. Menurut Arinardi et el. (1995), perairan
Indonesia yang memiliki kandungan kloroffl-a yang tinggi hampir selalu berkaitan dengan
adanya pengadukan dasar perairan, dampak aliran sungai (pantai utara Jawa, pantai timur
Sumatera bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya) serta berlangsungnya proses
penaikan massa air lapisan dalam ke permukaan (Laut Banda, Lout Arafura, Selat Bali, dan
Selatan Jawa).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fitoplankton atau klorofil-a. Selain unsur
hara, kelimpahan, dan penyebaran fitoplankton di laut sangat dipengaruhi kondisi fisik perairan
seperti penetrasi cahaya matahari, suhu, salinitas dan arus permukaan sehingga kelimpahan
fitoplankton pada dasamya sangat fluktuatif menurut musim den lokasi perairan (Arinardi et
el. 1995).
2.3 Satelit Aqua Modis
Altimetry MODIS atau Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer merupakan
sensor yang terpasang pada satelit Terra dan Aqua. Sensor Modis diperuntukan sebagai
penyedia data darat, laut, dan udara. Modis termasuk dalam tipe hybrid cross-track scanner
atau kombinasi pushbroom dengan whiskbroom scanner, dengan lebar cakupan 2300 km,
dengan sudut 55 dengan ketinggian 705 km diatas permukaan bumi. Dibawanya sensor modis
pada dua satelit, memungkinkan melakukan perekaman dua kali yaitu pagi dan sore hari. Modis
memiliki 36 saluran dengan rentang panjang gelombang 0.4 – 14.4 μm. Sensor ini memiliki 3
resolusi spasial yaitu 250 m untuk saluran 1 dan 2, 500 m untuk saluran 3-7, dan 1 km untuk
saluran 8-36. Namun, citra ini memiliki satu kekurangan yaitu adanya efek bow-tie yang
menjadikan pixel yang tadinya meiliki resolusi spasial 1 km menjadi 6 km pada area yang
terrekam secara pushbroom dan 2 km pada area yang terrekam secara whiskbroom. Namun,
efek ini dapat dihilangkan dengan melakukan koreksi bow-tie. Dibawah ini tabel saluran yang
digunakan pada sensor modis. Selain aplikasi penggunaan untuk mengetahui suhu permukaan
laut dan konsentrasi klorofil, sensor modis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui indeks
vegetasi, kelembapan tanah, kadar aerosol di atmosfer, dan sebagainya. Lebih dari 40 produk
data modis yang dihasilkan dari pengolahan raw data modis dan didistribusikan secara gratis
melalui website NASA. Berdasarkan evolusi pengolahan data, modis dapat dibedakan menjadi
6 level pengolahan. 14 Selain itu, data modis ini juga tersedia berdasarkan parameter-parameter
geofisik kelautan, atmosfer, maupun lahan. Semua data modis disimpan dalam format HDF
(Hierarchical Data Format) dan dalam ukuran yang berbeda. Semakin tinggi level
pengolahannya, ukuran data modis semakin kecil karena datanya sudah diolah. Level 0
merupakan data asli perekaman sensor atau disebut dengan raw data. Level 0 ini kemudian di
format kembali dengan data posisi koordinat kalibrasi data dan data tambahan lain
menghasilkan data modis level 1A. Data level 1B merupakan data level 1A dimana suda
diaplikasikan logaritma kalibrasi radiometrik dan menghasilkan nilai radian atau iradian serta
sudah memiliki informasi koordinat. Level 2 merupakan hasil pengolahan data level 1B dimana
nilai pixelnya sudah menunjukkan nilai parameter geofisik seperti SPL. Level 3 berupa data
parameter geofisik yang sudah mengalami georeferensi dan sudah dirata-ratakan atau
dikompositkan berdasarkan waktu dan area. Dan level 4 merupakan data level 3 yang sudah
dimodelkan berdasarkan model geofisik tertentu.
Aqua yang dalam bahasa latin berarti air, adalah suatu satelit ilmu pengetahuan tentang
bumi kepunyaan NASA (National Ae onautics and Space Administmtion), yang mempunyai
misi mengumpulkan informasi terntang siklus air di bumi, termasuk penguapan dari samudera,
uap air di atmosfer, awan, presipitasi kelembaban tanah, es yang ada di laut, es yang ada di
darat, serta salju yang menutupi daratan. Variabel yang juga diukur oleh Aqua MQDIS antara
lain aerosol, tumbuhan yang menutupi daratan fitoplankton dan bahan organik terlarut di
lautan, serta suhu udara, daratan dan air (Graham, 2005).
Satelit Aqua membawa sensor MQDIS (Modemte Resolution imaging Sp.ectromdiometel)
yang mempunyai 36 kanal spektfal dengan kisaran panjang gelombang antara 0,4 µm sampai
14,4 µm. Dua kanal ada pada resolusi spasial 250 m (kanal 1-2), lima kanal pada 500 m (kanal
3-7) dan sisanya 29 kanal pada 1000 m (kernel 636). Sensor MQDIS dapat dilihat pada Gambar
3b.

Gambar 3. Satelif Aqua C (a) dan senso MQDIS C (b)


Satelit Aqua MQDIS mempunyai Orbit polar sun-synchronus, yang artinya satelit akan
melewati tempat-tempat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang
sama pula. Satelit melintasi equator pada siang hari mendekati pukul 13:30 waktu lokal. Selama
mengelilingi bumi setiap satu sampai dua hari dengan arah lintasan dari kutub selatan menuju
kutub utara (ascending node) pada ketinggian 705 km (Maconerone, 2005). Desember 1999
dibawa oleh satelit Terra yang spesifikasinya lebih ke daratan laIu, pada tanggal 4 Mei 2002
diluncurkan MODIS yang dibawa oleh satelit Aqua dam spesftfkasinya ke lautan (Maccherone,
2005).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

3.2 Pembahasan
Musim timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yang ditandai dengan curah hujan
yang rendah. Pada musim ini berhembus angina muson tenggara atau angin timur yang
berhembus dari arah timur ke arah barat. Pergerakan angin ini timbul karena adanya
perpindahan massa udara bertekanan tinggi dari Australia menuju Asia yang bertekanan rendah
(Wyrtki, 1961). Angin muson membawa pengaruh terhadap curah hujan. Untuk daerah-daerah
disebelah selatan garis khatulistiwa, pada umunya musim timur sedikit membawa hujan.
Berdasarkan hasil peta sebaran kosentrasi klorofil-a di atas pada (a) Musim timur tahun
2011, (b) Musim timur tahun 2012, tingkat kosentrasi klorofil-a pada musim timur tahun 2011
memiliki rentang tertinggi yaitu 14,67 mg/m3 dan nilai tengah kosentrasinya 7,35 mg/m3 ,
sedangkan tingkat kosentrasi klorofil-a pada musim timur tahun 2012 nilai tertingginya hanya
4,67 mg/m3 dan nilai tengah kosentrasinya 2,33 mg/m3 . Berdasarkan nilai tertinggi
kosentrasinya pada musim timur tahun 2011 lebih tinggi dari pada musim timur tahun 2012.
Dimana pada musim timur tahun 2012 tingkat kosentrasi tertinggi tersebar di perairan
sekitar wilayah pesisir dari provinsi Gorontalo dan sebelah utara dari provinsi Sulawesi Tengah
dekat denga teluk Poso. Tingginya kosentrasi klorofil –a di wilayah pesisir tersebut disebabkan
adanya masukan bahan organic dari daratan. Di bagian utara Provinsi Gorontalo terdapat dua
muara sungai yang besar, muara sungai merupakan tempat penimbuhan bahan organic yang
dibawa oleh sungai dari daratan, sehingga di muara sungai tersedia cukup nutrient untuk
mendukung penumbuhan fitoplankton (klorofil-a) di daerah tersebut. Penyebab lainnya
tinggniya kosentrasi klorofil-a pada daerah pantai disebabkan oleh adanya masukan air tawar
dari sungai (run-off) yang berada pada perairan pantai Provinsi Gorontalo dan Sulawesi
Tengah.
Distribusi fitoplankton dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi seperti arus, suhu
permukaan, kecerahan, salinitas dan nutrient (Arinardi, et al,. 1997). Pada musim timur Laut
Maluku bergerak arus permukaan dari selatan kea rah utara (Laut Sulawesi), massa air
permukaan ini dari Samudra Pasifik yang mengalir di sebelah utara Irian, melalui Halmahera
dan masuk ke Laut Maluku (Wyrtki, 1961) di daerah luar teluk arus cabang mengalir ke dalam
teluk. Meskipun tipe-tipe massa air permukaan tersebut belum jelas diperkirakan pola arus
permukaan yang terkait dengan pola angina sangat berpengaruh terhadap distribusi plankton di
daerah ini. Proses dinamik antara produktivitas primer kaitannya dengan nutrient belum
diketahui.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada pratikum kali ini yaitu:
1. Sebaran kosentrasi klorofil-a di perairan Teluk Tomini berdasarkan citra Aqua
MODIS pada musim timur 2011 dan musim timur 2012. didapatkan data klorofil-
a yang dimana terdapat penurunan tingkat kosentasi dari musim timur 2011 dengan
musim timur 2012. Tingkat kosentrasi tertinggi pada musim timur 2011 mencapai
yaitu 14,67 mg/m3 , sedangkan pada musim timur 2012 tingkat tertinggi
kosentrasinya hanya mencapai 4,67 mg/m3.
4.2 Saran
Adapun saran yang di berikan pada pratikum clorofil-a kali ini yaitu pada pratikum kali
ini data clorofil-a yang di analisis hanya sebatas rentang 2 tahun dan hanya pada musim
timur saja, dimana dalam hal tersebut membuat sedikitnya perbedaan pada sebaran clorofil-
a dan terbatasnya dalam menganalisis sebaran clorofil-a. Mungkin dalam pratikum
selanjutnya bisa menggunakan data dengan rentang tahun yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. 2002. Hubungan Kondtsi Oseanografi (Suhu, Permukaan Laut, Klorofil-a dan Arus)
dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan saint Sunda. Thesis. Program
Pascasarjana. Instifof Perfarlian Sogor.
Amri, K., Suwarso dan Herlisman. 2005. Dugaan Upwelling Berdasarkan Ana|Isa Komparatif
Cifra Saharan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Teluk Tomini. Jumal
Penelifian Perikanan Indonesia. 11 (6): 57-71.
Arinardi, O. H. 1995. Saharan Beeton, Klorofife Plankton dan Bakteri di Teluk Jakarta. Hal.
101-107 in Suryano (Ed.) Atlas Oseanologi Teluk Jakarta. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi. Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta
Awaluddin, Suwarso, dan Rahmat S. 2005. Distribusi Kelimpahan dan Strukfur Komunitas
Plankton pada Musim Timur di perairan Teluk Tomini. Jumal Penelitian Perikanan
Indonesia. 11 (6); 3866
Barnes, R. S. K. dan R. N. Hughes. 1988. An Introduction to Marine Ecology. Second edition.
Blackwell Scientf5c Publications. London.
Basmi, J. 1995. Planktonologi: Produsen Primer. Fakultae Perikanan. Inefifut Pertanian Bogor.
Bogor.
Burhanuddin, Ague S., Tony W. (Eds.). 2004. Profit Sumber Daya Kelautan teluk Tomini~
Badan Riset Perikanan dan Kelautan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Gaol, J. L. 1997. Pengkajian Kualifas Perairan Pantai Utara Jawa Dengan
Menggunakan Cifra Satelif Landsat-TM: Hubungan Radiasi Spektral Dengan Konsentrasi
Klorofil-a dan Muatan Padatan Tersuspenst. Thesis. Program Pascasarjana. Insitut
Perfanian Bogor. Bogor.
Graham, S. 2005. Aqua Project Science. Retrived October 3, 2005. 03:25 PM. From The World
Wide Web: httptlaqua.nasa.gov/
Hendarti, N. 2003. Investigation on Ocean Color Control Remote Sensing in Indonesian Water
Using SeaWiFS. PhD Thesis. The Faculty of Mathematics and Natural Sciences.
Universtfat Rostock.
Lee, R. E. 1980. Phycology. Second edition. Cambridge University Press. Cambridge.
Lillesand, T. M., Kiefer R. W. 1967. Remote Sensing and Image Interpretation. Second edition.
Lo, C. P. 1996~ Penginderaan Jauh Terapan. Penerbft Universitas Indonesia. Jakarta.
Maccherone, B. 2005. About MODIS. Retrived October 3, 2005. 03: 20 PM From The World
Wide Web : http//madfs.gsfc.nasa.gov/abouf:/
Mann, KH. dan J. R. N. Luier. 1991. Dynamics Of Marine Ecosystem. Biological Physical
Interactions in The Ocean Blackwell Scientific Publication. Boston.
Manoppo, A. K S~ 2003. Kajian Konsentrasi Klorofif-a di Perairan Laut Jawa, Laut Flores,
&slat Makasar dan Samudera Hindia dart Citfa Satelft Fengyun dan SeaWiFS : Suatu
Perbarfdingan. Skripsf. Dspartsmsn limo dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Insituf Pertanian Bogor. Bogor.
McClain C dan G. Feldman. 2004. MODIS/Aqua Evaluations. NASA Ocean Color Research
Team Meeting. April 14-16, 2004. Washington, DC. Retrived October 3, 2005. 03; 40
PM. From The World Wide Web: http//oceancolor.gsfc.nasa.govi
DOCS/ScienceTeam/OCRT_Apr2OO4/mccl ain_aqua_ocrtO4.pdf
Natsir, M., Bambang S., dan Wudianto. 2005. Pendugaan Biomassa Ikan Pelagis di
Perairan Teluk Tomini dengan Menggunakan Metods Akustfk Sim Terbagi. Jumal
Peneliffan Perikanan Indonesia 11 (6): 101-107
Nontji, A. 1964. Biomassa dan Produktivffas Fftoplankton di Perafran Teluk Jakarta Berta
Kaftannya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Disertasf. Fakultas Pascasarjanan.
Institut Pertanian Bogor.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbff Djambatan. Jakarta.
Prasasti, I., K. A. Sambodo dan H. Ismaya. 2003. Pengembangan Model Apltkasi Data Satelft
Lingkungan Terra/fdODIS Untuk Penentuan Suhu Permukaan Laut dan Kloroffl.
LAPAN. Jakarta.
Robinson, I. S. 1985. Satellite Oceanography: An Introduction for Oceanographers and
Remote-Sensing Scientist. Ellis Horwood Limited Chichester, England. 455 pages.
Bar.kin, J.,.1960.Vertical Distribution Of Phytoplankton and The Primary Production in The
Sea. J. du Conseil. 26: 49-56
Suwafso, Herlfsman, dan Wudianto. 2005. Karafdsristfk Fisik Massa Air di Teluk Tomini.
Jumal Penelffian Perfkanan Indonesia. 11 (6):17-31
Syamsudin F. 2004. Mencaft Lokasi Upwelling. Artfkel Ilmlah Harlan Kompas Benin, 2
Pebruari 2004. Jakarta.
Tubalawony, S, 2001. Pengaruh Faktor–Faktor Oseanografi Terhadap Produktivitas Primer
Perairan Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai