PENDDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami angkatadalah :
1. Pengertian Ensefalitis ?
2. Klasifikasi Ensefalitis?
3. Penyebab terjadinya Ensefalitis?
4. Patofisiologi terjadinya Ensefalitis?
5. Manifestasi klinis Ensefalitis?
6. Pemeriksaan penunjang Ensefalitis ?
7. Komplikasi Ensefalitis?
8. Penatalaksanaan medis Ensefalitis?
9. Teori asuahan keperawatan Ensefalitis?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini
menggunakan metode kepustakaan menelaah suatu kasus. Dimana metode ini
pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari buku,internet dan
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro
organisme lain yang non purulent. (Rahman M, 1998).
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme.
(Purnawan junadi, 1982).
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. Pada
ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak
dan medula spinalis.(hasan, 1997).
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme
(Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:
1) Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang
biakan virus ekstraneural yang hebat
2) Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak
lambat dan kerusakan otak ringan
3) Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hampir tidak adanya viremia, sangat
terbatasnya replikasi ekstraneural
4) Infeksi persisten. Meskipun Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus
encephalitis tetapi baru Japanese B encepalitis yang ditemukan (Soedarmo
dkk,2008).
2.3 ETIOLOGI
2.4 PATOFISIOLOGI
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas dan saluran cerna. Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1. Lokal: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ
tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa
trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala,
kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi
gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
1.Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2.Kesadaran dengan cepat menurun
3.Muntah
4.Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang
di muka)
5.Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
missal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otototot wajah.
2.7 KOMPLIKASI
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari
pada penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa
paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang
sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih
mungkin menderita retardasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.
Dapat terjadi :
-Akut :
Edema otak.
SIADH.
Status konvulsi.
-Kronik :
*Cerebral palsy.
*Epilepsy.
Gangguan visus dan pendengaran
B. Eliminasi:
Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien
tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi. Kebiasaan Miksi
sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal
frekuensi normal. Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan
kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
C. Istirahat/Tidur
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak
dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
D. Personal Higiene
Dapat di temukan berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
diri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
E. Pola Aktifitas
a. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan, karena Ensefalitis dengan gizi
buruk mengalami kelemahan.
b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan
latihan positif.
c. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM (range of motion)
d. Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .
e. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena
infeksi berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan
pertumbuhan.
F. Seksualitas
Dapat menyebabkan masalah pada klien dalam berhubungan dengan pasangannya.
Dapat terjadi perubahan pola pola seksualitas yang membutuhkan
konsultasi/konseling lebih lanjut.
G. Spiritualitas
Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah rutin yang biasa klien
lakukan berhubungan dengan keterbatasan gerak dan nyeri yang dapat
mempengaruhi kegiatan ibadah rutin yang biasa di lakukan klien sehari-hari.
H. Sosial
Faktor menderita ensefalitis, dapat menyebabkan kerusakan interaksi social klien
dengan keluarga atau orang lain : perubahan peran ; isolasi diri.
2 Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
b. GCS: Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c. Keadaan umum: Sakit
d. Kulit: Saat diraba kulit terasa agak panas
e. Ttv : Terjadi peningkatan sistol tekanan darah, penurunan nadi bradikardia,
peningkatan frekuensi pernafasan.
f. Kepala: Wajah tampak lesu, pucat, sakit kepala, varestesia, Terasa kaku pada
semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi(kerusakan pada asaraf
kranial).
g. Mata: Gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, menguji penglihatan, ukuran
pupil, reaksi terhadap sinar dan ketidaknormalan pergerakan mata.
h. Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
i. Hidung : Adanya gangguan penciuman
j. Mulut dan gigi : Membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih dan Kotor.
k. Leher : Terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
l. Dada : Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis, beberapa penyakit
jantung kongenital. ·
m. Abdomen : Biasanya klien mual dan muntah.
n. Genetalia, rectum dan abdomen : Tidak ada kelainan.
o. Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin.
p. BB Dan TB : Penurunan berat badan akibat penurunan nafsu
makan dan tinggi badan di kaji sesuai usia.
3. Pemeriksaan laboratorium
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
3. Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan
kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
5. Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori,
transmisi sensori dan integrasi sensori
6. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 I Tujuan : 1. Pasien bed rest total dengan posisi 1. Perubahan pada tekanan intakranial akan
tidur terlentang tanpa bantal dapat meyebabkan resiko untuk erjadinya
· Pasien kembali pada keadaan status herniasi otak
2. Monitor tanda-tanda status
neurologis sebelum sakit · 2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
neurologis dengan GCS.
Meningkatnya kesadaran pasien dan lanjt
3. Monitor tanda-tanda vital seperti
fungsi sensoris 3. Pada keadaan normal auto regulasi
TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-
hati pada hipertensi sistolik mempertahankan keadaan tekanan darah
4. Monitor intake dan output sistemik berubah secara fluktuatif.
Kriteria hasil : 5. Bantu pasien untuk membatasi Kegagalan autoregulasi akan
muntah, batuk. Anjurkan pasien menyebabkan kerusakan vaskuler
· Tanda-tanda vital dalam batas normal
untuk mengeluarkan napas apabila cerebral yang dapat dimanifestasikan
· Rasa sakit kepala berkurang
bergerak atau berbalik di tempat dengan peningkatan sistolik dan diikuti
· Kesadaran meningkat tidur. oleh penurunan tekanan diastolik.
6. Kolaborasi : Berikan cairan perinfus Sedangkan peningkatan suhu dapat
· Adanya peningkatan kognitif dan dengan perhatian ketat. menggambarkan perjalanan infeksi
tidak ada atau hilangnya tanda-tanda 7. Monitor AGD bila diperlukan 4. Hipertermi dapat menyebabkan
tekanan intrakranial yang meningkat. pemberian oksigen peningkatan IWL dan meningkatkan
8. Berikan terapi sesuai advis dokter resiko dehidrasi terutama pada pasien
seperti: Steroid, Aminofel, yang tidak sadar serta nausea yang
Antibiotika. menurunkan intake per oral
5. Aktifitas muntah atau batuk dapat
meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraabdomen. Mengeluarkan napas
sewaktu bergerak atau merubah posisi
dapat melindungi diri dari efek valsava
6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan intrakranial,
vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral
7. Adanya kemungkinan asidosis disertai
dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral
8. Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri Menurunkan
metabolik sel / konsumsi dan kejang.
3 III Tujuan: 1. Independent :Monitor kejang pada 1. Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
tangan, kaki, mulut dan otot-otot memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
Pasien bebas dari injuri yang
muka lainnya intervensi yang tepat untuk mencegah
disebabkan oleh kejang dan penurunan
2. Persiapkan lingkungan yang aman terjadinya komplikasi.
kesadaran
seperti batasan ranjang, papan 2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
pengaman, dan alat suction selalu 3. Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
berada dekat pasien. vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
3. Pertahankan bedrest total selama 4. Untuk mencegah atau mengurangi
fase akut kejang.Catatan : Phenobarbital dapat
4. Kolaborasi : Berikan terapi sesuai menyebabkan respiratorius depresi dan
advis dokter seperti; diazepam, sedasi.
phenobarbital, dll.
5 V Tujuan : Kesadaran klien dan persepsi 1. Evaluasi secara teratur 1. Kerusakan area otak akan menyebabkan
sensori membaik perubahan orientasi klien, klien mengalami
kemampuan bicara, keadaan gangguan persepsi sensori. Sejalan
emosi serta proses berpikir dengan proses peneymbuhan, lesi area
klien. otak akan mulai membaik sehingga perlu
2. Kaji kemampuan dievaluasi kemajuan klien
menterjemahkan rangsang 2. Informasi tersebut penting untuk
sensori misalnya : respon menentukan tindak lanjut bagi klien
terhadap sentuhan, panas atau 3. Menurunkan kecemasan, dan
dingin, serta kesadaran mencegah kebingungan pada klien
terhadap pergerakan tubuh akibat rangsang sensori berlebihan
3. Batasi suara-suara bising serta 4. Rangsang sensori tetap diberikan pada
pertahankan lingkungan yang klien walaupun dalam keadaan tidak
tenang sadar untuk memacu kemampuan
4. Tetap bicara dengan klien sensori persepsi klien
dengan suara yang tenang, 5. Untuk dapat memberikan penanganan
gunakan kata-kata yang menyeluruh pada klien
sederhana dan singkat serta
pertahankan kontak mata
5. Kolaborasi : Rujuk ke ahli
fisioterapi atau okupasi
6. vI Tujuan : 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Faktor-faktor tersebut menentukan
menelan, batuk dan adanya secret kemampuan menelan klien dan klien
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria 2. Auskultasi bowel sounds, amati harus dilindungi dari resiko aspirasi
tidak adanya tanda malnutrisi dengan penurunan atau hiperaktivitas 2. Fungsi gastro intestinal tergantung pula
nilai laboratorium dalam batas normal suara bpowell pada kerusakan otak, bowelll sounds
3. Timbang berat badan sesuai menentukan respon feeding atau
indikasi terjadinya komplikasi misalnya illeus
4. Berikan makanan dengan cara 3. Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan
meninggikan kepala makanan
5. Pertahankan lingkungan yang 4. Menurunkan resiko regurgitasi atau
tenang dan anjurkan keluarga aspirasi
atau orang terdekat untuk 5. Membuat klien merasa aman sehingga
memberikan makanan pada klien asupan dapat dipertahankan
BAB III
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
a. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pengkajian keluarga klien mengatakan klien
mengeluh lemas badan, nyeri pada bagian abdomen, anus dan alat kelaminnya
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga klien mengatakan bahwa klien mengeluh
nyeri, factor yang memperberat nyeri saat klien bak dan bab, factor yang
memperingan saat klien tidur atau istirahat, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
Penyebaran nyeri hanya didaerah anus, alat kelaminnya dan di abdomen. Tingkat
nyeri 4-6 ( nyeri sedang ), nyeri diraskan saat bab dan bak.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga klien mengatakan klien dahulu sering
mengeluh lemas tetapi tidak mau kedokter/rumah sakit, klien juga mengeluh
susah bab dan bak, klien memiliki kanker rectum sejak agustus 2017. Klien juga
mempunyai riwayat jantung juga CKD.
A. Pengkajian psikologis
1. Support System
Kelarga sangat mendukung penyembuhan pasien
2. Cara Komunikasi
Komunikasi klien sblm sakit maupun pada saat di rumah sakit dengan keluarga
maupun tim medis lainnya baik, pada saat pengkajian adanya gangguan
komunikasi verbal
3. System Nilai Kepercayaan
Baik sebelum dan pada saat sakit nilai kepercayaan atas penciptanya sesuai agama
yang di anutnya baik
4. Konsep Diri
a. Body image
Body image klien baik dan klien menyukai tubuhnya sebagai laki-laki
b. Ideal diri
Keluarga klien megatakan ingin cepat sembuh dan ingin pulang kerumah
c. Harga diri
Keluarga klien mengatkan sangat berharga dan ingin cepat
sembuhmengawasiekerjanya
d. Identitas diri
Keluarga klien mengatakan identitasnya sebagai seorang lai-laki dari sejak
lahir hingga sekarang
e. Peran diri
Keluarga klien mengatakan perannya sebgai suami dan tanggung jawabnya
kepada istri dan anaknya
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x1 hari 1x1 hari
Warna Kuning kemerahan Kuning kemerahan
Konsistensi Agak keras Agak keras
Keluhan Tidak ada Susah BAB dan terasa
nyeri saat BAB
Bak
Frekuensi Sedikit Sedikit
Warna Kuning Kemerahan Kuning Kemerahan
Gangguan Tidak ada Terpasang Cateter (+)
Keluhan Tidak ada Susah BAK dan terasa
nyeri saat BAK
3 Istirahat tidur
Tidur siang Tidak pernah 1-2 jam/hari
Frekuensi
Tidur malam
Frekuensi 6 - 7 jam/hari 6 - 8 jam/hari
( 21°° – 04°° ) ( 20°° – 04°° )
Gangguan Tidak ada Tidak ada
4 Personal hygiene
V. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem syaraf
GCS : 15 4 M6 V5 ket. Composmentis
b. Sistem pernafasan
Keadaan hidung simetris, spektrum kokon berada di tengah , tidak ada lesi maupun
kemerahan, terdapat pernafasan cuping hidung, palpasi sinus frontalis dan sinus
maklaris tidak terdapat nyeri, palpasi dada tidak teraba massa, pergerakan asimetris
focal fremitus tidak seimbang pada kedua sisi paru asimetris, perkusi terdapat bunyi
resonan frekuensi pernafasan 20 x / menit, irama reguler.
c. Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, aurikula sejajar dengan sudut mata, palpasi tidak teraba
massa dan nyeri, fungsi pendengaran sedikit menurun. Keadaan kotor, tidak ada
akumulasi cairan.
d. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien tampak bau mulut, tidak ada kesulitan dalam menelan, pada saat di
inspeksi terdapat sianosis, dilakukan auskultasi pada semua 4 kuadran terdapat bising
usus di kuadran ke 2, tapi saat dilakukan penghitungan 1 menit penuh 4x menit, nyeri
tekan pada area simpisi, tidak menggunakan NGT.
e. Sistem kardiovaskuler
Nadi klien 80x/menit dengan irama teratur dan denyut nadi kuat distensi vena
jugularis 5+3 cmH20, temperature kulit hangat, warna kulit sawo matang tampak
pucat, sianosis, crt > 2 detik, dan tampak edema. Irama jantung teratur, bunyi jantung
normal pada saat diauskultasi, tidak terdengar kelainan bunyi jantung, tidak ada
keluhan pada jantung, tidak ada pembesaran pada jantung.
f. Sistem perkemihan
Pada saat dilakukan pengkajian terdapat nyeri tekan , terpasang kateter.
g. Sistem muskulostelekal
Tidak ada keterbatasan dalam pergerakan baik ektremitas atas atau bawah, tidak ada
sakit pada tulang baik ektremitas atas atau bawah, tidak ada
tanda-tanda fraktur, kekuatan otot baik
h. Sistem Endokin
Pada daerah leher tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening bentuk
simetris. Kaku kuduk (+)
i. Sistem Integumen
Keadaan rambuttampak kurang rapih, rambut tampak lepek, terdapat uban, keadaan
warna kuku kekuningan, kebersihan kurang, kuku tampak panjang, turgor kulit
>2detik, warna sawo matang, tidak ada radang decubitus, klien mengeluh, pruritus,
tidak ada luka bakar.
j.Sistem pengelihatan
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, ketajaman penglihatan kurang jelas, tidak
ada masa, pergerakan bola mata dan lapang pandang baik, ukuran isokor, tidak ada
tanda-tanda radang, dan tidak menggungakan alat bantu penglihatan.
VI. Tes Diagnostik atau pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Tgl Pemeriksaan Lab : 06-12-17 17:43
Fungsi hati
- Rasio
0,25 1,1 – 1,5 Lost
albumin/blobulin
Penatalaksaan Medis
Human albumin 25% 1x 1 vial Mengatasi volume darah
yang menurun (hipovolemik)
Ranitidine 2 x 1 amp Untuk mengurangi produksi
asam lambung sehingga
mengurangi dapat rasa nyeri
ulu hati
Paracetamol 3 x 500 mg Mengobati Rasa sakit ringan,
mulai dari sakit kepala,
nyeri,sakit gigi, sendi, nyeri
yang di rasakan selama flu,
paracetamol juga di gunakan
untuk meredakan demam.
Data Fokus
Data subjektif :
keluarga klien mengatakan nyeri pada bagian anus dan alat kelaminnya
keluarga klien mengatakan merasa lemas di seluruh tubuh
keluarga klien mengatakan pada saat BAB dan BAK klien sering mengeluh sakit
keluarga klien mengatakan ada nyeri tekan pada bagian abdomen
keluaraga klien mengatakan nafsu makan hilang, mual dan muntah
Data Objektif
skala nyeri (5) (1-10)
badan klien lemah
muka pucat
kaki bengkak
konjungtiva anemis
bibir kering
daerah simpipis kencang
pembengkakan di daerah skrotum
Analisa Data
No Symptoms Etiologi Problem
1 Ds : Nyeri
- keluarga klien
mengatakan klien
mengeluh nyeri
saat bab dan bak
- keluarga klien
mengatakan nyeri
diskala 5 dari (1-
10)
Do :
- muka pucat
- gelisah
- lemas
- daerah simpisis
kencang
- pembengkakan di
daerah skrotum
2. Ds : Gangguan nutrisi kurang
- keluarga klien dari kebutuhan
mengatakan nafsu
makan hilang,
mual dan muntah
Do :
- mual
- mukosa bibir
kering
- lemas
- BB 45 kg
- IMr : 16,52 BB
(<)
- Rasio albumin c
:0,25
3 Do:
- Keluarga klien
mengatakan klien
mengeluh merasa
lemas di seluruh
tubuh.
- Sering merasa
pening
Ds :
- CRT >2 turgor >2
- Klien tampak
lemah
- Muka pucat
- Konjungtiva
anemis
- Pemeriksaan TTV
- TD : 110/80
mmgH
- R : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
- S :37 c
PEMAKAIAN
1 Dexametason 1 amp 4x1 amp (IV) Merupakan kelompok obat Hipersensitifitas terhadap obat ini
kortikosteroid, obat ini bekerja
dengan cara mencegah pelepasan
zat zat di dalam tubuh yang
menyebabkan peradangan
2 Ranitidin 500mg 2x 500mg (IV) Obat untuk menangani gejala atau Hipersensitifitas terhadap obat ini
penyakit yang berkaitan dengan
peningkatan asam lambung
3 Rifampisin 450 mg 450mg 1x450mg (NGT) Adalah obat golongan Hipersensitifitas terhadap obat ini
antibiotikspektrum luas, dan
banayak dipakai untuk penyakit
infeksi TB
4 Isoniazid 300mg 300mg 1x300mg (NGT) Adalah obat untuk menangani Hipersensitifitas terhadap obat ini
bakteri tuberkolosis atau TB
5 Ethambutol 500mg 500mg 1x100mg (NGT) Adalah antibiotik yang berfungsi Hipersensitifitas terhadap obat ini
mengurangi pertumbuhan bakteri
contohnya tuberkolosis atau TB
6 Peresetamol 500mg 1x3 tub (NGT) Adalah obat untuk golongan Hipersensitifitas terhadap obat ini
analgesik, sebagai penurun
demam dan mengurangi rasa sakit
kepala dan pusing
1. Data Subjektif
Klien mengeluh nyeri kepala pusing skala 6
Keluarga klien mengatakan 1 hari sblm di bawa kerumah sakit pasien mengalami penurunan kesadaran
klien mengatakan pengelihatan buram
2. Data Objektif
pada saat pengkajian adanya gangguan komunikasi verbal
terdapat pernafasan cuping hidung
pergerakan asimetris focal fremitus tidak seimbang pada kedua sisi paru asimetris, perkusi terdapat bunyi resonan frekuensi
pernafasan 24 x / menit, irama reguler, bunyi nafas ronchi.
Bibir dan selaput mukosa kering
oral trush (+) NGT (+) kateter (+)
nadi 90 x / menit, Irama teratur, tekanan darah teratur 110/70 mmhg, akral hangat, Suhu 370C, CRT. Kurang dari 3 detik,
terlihat lemah dan kaku . kekuatan otot 3 3
kulit nampak kotor tercium bau keringat, kuku panjang, rambut kotor dan kusut, keluarga klien menyatakan selama dirawat tidak pernah
mandi dan cuci rambut.
fungsi pendengaran sedikit menurun
fungsi pengelihatan sedikit menurun
Klien mengalami gejala seklera anemia, yaitu tampak pallor dan sesak
ANALISA DATA
Mengenai CNS
Do :
nyeri
Do :
Klien mengalami Iritasi lapisan otak
gejala seklera
anemia, yaitu
tampak pallor dan
sesak sakit kepala pusing
terdapat
pernafasan cuping
hidung
Suplai O2 dalam darah Menurun
pergerakan
asimetris focal
fremitus tidak
seimbang pada Jaringan <O2
Do :
klien mengatakan
pengelihatan buram
Mengenai CNS
DO :
pada saat
Ensafalitis
pengkajian adanya
gangguan
komunikasi verbal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi Tupan : 1. Pasien bed rest total dengan posisi 1. Perubahan pada tekanan intakranial
jaringan berhubungan Setelah dilakukan tindakan tidur terlentang tanpa bantal akan dapat meyebabkan resiko
dengan peningkatan keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor tanda-tanda status untuk erjadinya herniasi otak
jam diharapkan masalah neurologis dengan GCS. 2. Dapat mengurangi kerusakan otak
tekanan intrakranial
lebih lanjt
Gangguan perfusi jaringan 3. Monitor tanda-tanda vital seperti
3. Pada keadaan normal auto regulasi
dapat teratasi. TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan mempertahankan keadaan tekanan
hati-hati pada hipertensi sistolik darah sistemik berubah secara
Tupen : 4. Monitor intake dan output fluktuatif. Kegagalan autoregulasi
Setelah dilakukan tindakan 5. Bantu pasien untuk membatasi akan menyebabkan kerusakan
keperawatan selama 1x24 muntah, batuk. Anjurkan pasien vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan
jam diharapkan masalah untuk mengeluarkan napas
peningkatan sistolik dan diikuti
Gangguan perfusi jaringan apabila bergerak atau berbalik di oleh penurunan tekanan diastolik.
dapat teratasi. Dengan tempat tidur. Sedangkan peningkatan suhu dapat
kriteria hasil : 6. Kolaborasi : Berikan cairan menggambarkan perjalanan infeksi
perinfus dengan perhatian ketat. 4. Hipertermi dapat menyebabkan
Tanda-tanda vital dalam peningkatan IWL dan meningkatkan
7. Monitor AGD biladiperlukan
batas normal resiko dehidrasi terutama pada
pemberian oksigen
· Rasa sakit kepala pasien yang tidak sadar serta nausea
8. Berikan terapi sesuai advis dokter yang menurunkan intake per oral
berkurang
seperti: Steroid, Aminofel, 5. Aktifitas muntah atau batuk dapat
· Kesadaran meningkat Antibiotika. meningkatkan tekanan intrakranial
dan intraabdomen. Mengeluarkan
· Adanya peningkatan napas sewaktu bergerak atau
kognitif dan tidak ada atau merubah posisi dapat melindungi
hilangnya tanda-tanda diri dari efek valsava
tekanan intrakranial yang 6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
meningkat. vaskuler dan tekanan intrakranial,
vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral
7. Adanya kemungkinan asidosis
disertai dengan pelepasan oksigen
pada tingkat sel dapat menyebabkan
terjadinya iskhemik serebral
8. Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel /
konsumsi dan kejang.
4 Gangguan sensori Tupan : 1. Evaluasi secara teratur 1. Kerusakan area otak akan
persepsi berhubungan perubahan orientasi klien, menyebabkan klien mengalami
dengan kerusakan Setelah dilakukan tindakan gangguan persepsi sensori. Sejalan
kemampuan bicara, keadaan
penerima rangsang keperawatan selama 3 x 24 dengan proses peneymbuhan, lesi
emosi serta proses berpikir
sensori, transmisi sensori jam diharapkan masalah area otak akan mulai membaik
klien.
dan integrasi sensori Gangguan sensori persepsi sehingga perlu dievaluasi kemajuan
2. Kaji kemampuan
dapat teratasi. klien
menterjemahkan rangsang
sensori misalnya : respon 2. Informasi tersebut penting untuk
Tupen : menentukan tindak lanjut bagi klien
terhadap sentuhan, panas
Setelah dilakukan tindakan 3. Menurunkan kecemasan, dan
atau dingin, serta kesadaran
keperawatan selama 1x24 mencegah kebingungan pada klien
terhadap pergerakan tubuh
jam diharapkan masalah akibat rangsang sensori berlebihan
3. Batasi suara-suara bising
Gangguan sensori persepsi 4. Rangsang sensori tetap diberikan
serta
dapat teratasi. pada klien walaupun dalam keadaan
pertahankan lingkungan
Dengan kriteria hasil : tidak sadar untuk memacu
yang tenang
- fungsi atau rangsang kemampuan sensori persepsi klien
4. Tetap bicara dengan klien
sensori membaik atau 5. Untuk dapat memberikan
dengan suara yang tenang,
normal penanganan menyeluruh pada klien
gunakan kata-kata yang
sederhana dan singkat serta
pertahankan kontak mata
5. Kolaborasi : Rujuk ke ahli
fisioterapi atau okupasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan,
Keperawatan pada Ny. U dengan Ensapalitis.
Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam pengkajian data
yang kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang memperkuat diagnosa tersebut.
Diagnosa tambahan tersebut akan muncul saat pasien apabila terjadi komplikasi – komplikasi
lebih lanjut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit
kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain
menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan
produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-
lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan
penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga
menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya
pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur,
dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital
acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular
infeksi lebih besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara
pasien, lingkungan/vektor, dan mikroba.
5.2 Saran
Setelah membaca makalah ini semoga wawasan pembaca lebih luas mengenai
asuhan keperawatan pada gangguan sistem neurobihavior : Ensefalitis khususnya bagi
saya dan umumnya bagi kita. Semoga makalah ini menjadi makalah yang baik bukan
yang sempurna, karena kesempurnaan milik Alloh SWT. Dan semoga Dosen stase KMB
memaklumi kekurangan dan memberikan nilai yang maksimal mengenai makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
http://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18608
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/ensefalitis/
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.Jakarta : EGC; 2001.2. Tucke
Ribera JM, Oriol A. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults. Hematol
Oncol Clin North Am. Oct 2009;23(5):1033-42.2.
Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo PAPoplack DG,
eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology. 15th ed. 2006:538-90.3.
Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based
guidelines for pediatric cancer survivors: the Children'sOncology Group Long-Term Follow-Up
Guidelines from the Children's OncologyGroup Late Effects Committee and Nursing Discipline.
J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta :
Salemba Medika; 2001.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA
LAMPIRAN
SEVENT JUMP
TAHAP 3
TAHAP 4
Menjawab pertanyaan- pertanyaan penting:
**Analisis sintesis
Mengenai CNS
Ensefalitis
MK : Hipertermi
Mengikuti aliran darah sistemik
Kejang
Penyebaran infeksi sistemik
koordinasi otot
menurun Sepsis
TAHAP 5
Tujuan pembelajaran:
TAHAP 6
TAHAP 7