lemah. Sekitar 75% hernia abdominal terjadi pada daerah inguinal. Hernia
inguinal lebih banyak ditemukan pada pria, walau juga dapat ditemukan pada
sebagai berikut: usia 25-34 tahun sebesar 1%, sementara 75 tahun sebesar lebih
dari 47%. Terdapat dua subtipe hernia inguinalis, yaitu direk dan indirek, dengan
ANATOMI
pada porsi anterior pelvis. Kanal bermula dari dinding abdomen posterior, dimana
korda spermatikus berjalan melewati cincin inguinal (internal), sebuah hiatus pada
eksternal pada bagian anterior, muskulus oblique internal pada bagian lateral,
pada daerah inferior. Korda spermatikus melalui kanalis inguinalis dan terdiri atas
tiga arteri, tiga vena, dua nervus, pleksus vena pampiniformis, dan vas deferens.
adalah suatu aponeurosis yang bermula dari spina iliaka anterior superior dan
dalam dari fascia transversalis dan abdominis transversus. Tepi ligamen inguinalis
Cooper’s (pektineal) adalah porsi lateral dari ligamentum lakunar yang bergabung
dengan periosteum dari tuberkel pubis. Conjoined tendon adalah fusi dari serat
Hernia inguinalis diklasifikasikan atas tiga tipe, yaitu indirek, direk, dan
ligamnetum inguinal pada inferior, pinggir lateral muskulus rektus pada medial,
melalui cincin femoral kecil dan tidak fleksibel. Pinggir cincin meliputi traktus
posterior, ligamentum lakunar pada medial, dan bena femoralis pada lateral.1
KLASIFIKASI
indirek) dan medial (direk). Menurut asalnya, dibagi dua yaitu kongenital dan
disebut PL3.2
PATOFISIOLOGI
hernia pada orang dewasa diasumsikan sebagai hernia didapat walaupun studi
menggambarkan penyebab pasti dari hernia inguinal, namun faktor resiko yang
paling dapat diterima adalah kelemahan pada dinding otot-otot abdomen. Hernia
melalui kanalis inguinalis dan menjadi prosesus vaginalis. Pada sekitar usia 36-40
inguinalis indirek kongenital pada bayi prematur. Anak dengan hernia inguinalis
perkembangan hernia inguinal. Namun hal ini juga bergantung pada faktor resiko
lain, seperti kelemahan jaringan, riwayat keluarga, dan aktivitas berat. Beberapa
inguinal adalah aktivitas berat. Aktivitas berat yang berulang akan meningkatkan
tekanan intra abdomen, namun, apakah proses ini terjadi atas kombinasi dengan
PPV atau kelemahan otot dinding abdomen karena faktor usia masih belum
diketahui. Studi kasus kontrol pada lebih dari 1400 pasien laki-laki dengan hernia
menunjukkan penurunan signifikan rasio kolagen tipe I hingga tipe III. Kolagen
tipe III tidak berkontribusi terhadap kekuatan daerah, tidak seperti kolagen tipe I.
kolagen pada kulit pasien hernia. Kelainan kolagen seperti sindroma Ehlers-
Pasien akan datang dengan keluhan benjolan pada daerah inguinal yang
hilang timbul. Umumnya keluhan pasien cukup spesifik, yaitu benjolan hilang
saat berbaring, namun muncul kembali saat berdiri atau mengejan. Jika hernia
sudah tahap lanjut, dapat menekan nervus sekitarnya sehingga akan menimbulkan
tekanan general, nyeri tajam terlokalisir, dan referred pain. Tekanan atau rasa
berat pada paha, terutama setelah beraktivitas seharian. Perubahan bowel habit
atau gejala urinarius dapat mengindikasikan hernia sliding berisi organ intestin
atau keterlibatan kandung urin pada kantong hernia. Kemudian jika usus yang
menjadi isi hernia sudah terjepit, akan muncul gejala inkarserata atau strangulata.
Pemeriksaan harus dilakukan pada saat pasien berdiri dan berbaring. Posisi
dapat tampak dan diraba. Palpasi dilakukan dari kantong hernia menggunakan
telunjuk dan menelusuri cincin inguinal. Hal ini akan mempermudah eksplorasi
dapat dioperasi atau tidak. Pemeriksaan sebaiknya juga dilakukan pada sisi
inguina interna dengan jari sementara pasien diminta untuk batuk. Impuls
terkontrol menunjukkan hernia indirek, sementara hernia persisten menunjukkan
hernia direk.1
memperkuat anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan pada kasus yang jelas
dilakukan adalah USG, MRI, dan CT-Scan. USG merupakan teknik minimal
tulang, struktur lain seperti pembuluh epigastrik inferior digunakan untuk mencari
herniasi dari isi abdomen. Pergerakan isi abdomen ini ke dalam kanal penting
dalam penegakkan diagnosis dengan USG, dan kurangnya pergerakan ini akan
menyebabkan hasil negatif palsu. Dari studi meta-analisis ditemukan bahwa USG
dapat mendeteksi hernia inguinal dengan sensitivitas sebesar 86% dan spesifisitas
sebesar 77%.1
Walaupun herniografi direk memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih beasr dari
CT, namun tingkat invasif dan ketersediaannya membuat pemeriksaan ini jarang
digunakan. MRI digunakan pada kasus pembesaran daerah inguinal namun hasil
USG nya inkonklusif. MRI cukup akurat dalam menemukan hernia inguinal,
namun mahal. 1
TERAPI
nonoperatif merupakan suatu pilihan pada pasien dengan minim simptom. Studi
Strategi nonoperatif aman digunakan pada pasien dengan minim simptom dan
reduksi hernia dengan efek gravitasi dan dinding abdomen yang rileks. Tiang
pembesaran dinding abdomen pada defek secara bertahap turut membantu reduksi
spontan.1
Hernia inguinal femoral dan yang simptomatis memiliki resiko yang lebih
ini, kapanpun dapat dilakukan. Pasien dengan peningkatan ukuran hernia dan
pasien.2
Herniotomy
mengeluarkan isi hernia dan menutup kantongnya cukup dilakukan. Tindakan ini
dilakukan (herniorrhapy).2
Tindakan ini merupakan dasar open repair yang dilakukan selama lebih
dari 100 tahun. Dokter bedah memasuki kanal inguinal dengan membuka dinding
hingga tertutup pada bagian lehernya dan ujung kantong yang berlebih dibuang.
Jahitan kemudian dilakukan antara conjoint tendon pada bagian atas dan
ligamnetum inguinal pada bagian bawah, meluas dari tuberkulum pubis ke cincin
Lebih dari 150 modifikasi operasi Bassini telah dilakukan dengan manfaat
sedikit atau tidak ada sama sekali, kecuali modifikasi Shouldice. Pada operasi ini,
fascia transversalis dibuka dengan insisi sentral dari cincin inguinal ke tuberkel
pubis dan kemudian ditutup untuk mengasilkan dinding posterior ketebalan ganda
dan dua lapis (double breasting). Obliqu eksternal ditutup dengan teknik serupa.2
Gambar 6. Shouldice repair. A. Traktus iliopubik dijahitkan kepada flap medial
dari fascia transversalis dan oblique internal dan muskulus abdominis
transversus. B. Empat garis jahitan yang kedua, berlawanan dengan
tuberkel pubis, mengaitkan oblique internal dan muskulus transversus
ke ligamentum inguinal. Dua jahitan lagi ditambahkan secara medial
pada oblique internal dan muskulus transversus.1
conjoint tendon dan ligamentum inguinal. Operasi ini digambarkan oleh Maloney,
yang menghasilkan outcome yang lebih baik dibandingkan teknik mesh menurut
beberapa studi belakangan ini. Operasi ini paling sering digunakan di dunia
di atas kanalis inguinalis diisolasi dari otot utama namun tetap dihubungkan baik
fisiologis pada kekuatan dinding posterior. Teknik operasi ini hingga kini masih
dievaluasi.2
bebas tekanan, simpel, flat untuk hernia inguinal. Permulaan operasi ini identik
dengan operasi Bassini. Setelah kantong hernia dikeluarkan dan defek medial
ditutup, selapis mesh, ukuran 8x15 cm, diletakkan pada dinding posterior, di
belakang korda spermatika pada cincin inguinal. Jahitan longgar menahan mesh
terhadap conjoint tendon dan ligamentum inguinal. Dua keuntungan teknik ini
Studi random menunjukkan kekambuhan hernia pada dua tahun pertama menurun
komplikasi paling banyak dari open flat mesh repair yaitu sebesar 20%. Maka,
hingga kini, teknik Lichtenstein adalah yang paling banyak digunakan untuk
digunakan untuk menutupi defek dan membutuhkan sedikit fiksasi. Namun, mesh
ini dapat menjadi solid (meshoma) dan juga dapat mengalami regresi. Mesh telah
memperkenalkan satu jari melewati cincin inguinal dan buka ruang peritoneal
hingga ke kanalis inguinalis dan di sanalah mesh diletakkan. Mesh dua lapis
dimana lapisan dalam diletakkan pada fascia transversa dan lapisan luar
diletakkan di bagian superfisial juga cukup banyak dipilih. Telah ada studi yang
Pendekatan ini pertama kali dikenalkan oleh Annandale pada 1880, namun
telah lama ditinggalkan hingga pada era 1950 saat Stoppa, seorang dokter bedah
saat banyak teknik pada open surgery gagal dan hernia tetap mengalami
ekstraperitoneal dengan model operasi Stoppa dan pertama kali dikenalkan oleh
Terdapat dua teknik yang telah diuji pada berbagai studi random, yaitu
mesh berukuran 10x15 cm pada dinding abdomen, meluas melewati garis tengah
hingga ruang retropubik dan 5 cm lateral dari cincin inguinal. Mesh ini menutupi
segitiga Hasselbach, cincin inguinal, dan kanalis femoralis. Pada TEP, dokter
bedah dapat membuat ruangan cukup dalam hingga otot abdomen tanpa harus
hernia dan secara umum memasuki ruang yang sama pada teknik TEP. Saat hernia
telah mengecil, mesh serupa dimasukkan lagi, lalu peritoneum ditutup di atas
membutuhkan pengerjaan yang lebih lama, ditemukan bahwa teknik ini memiliki
resiko nyeri yang lebih rendah baik selama post-op maupun hingga lima tahun
laparoskopik merupakan teknik yang cocok pada kasus bilateral dan kekambuhan
kasus gawat darurat, dengan nyeri pada hernia yang tidak bisa dimasukkan lagi
(irreducible) yang umumnya telah berlanjut menjadi strangulata dan dapat terjadi
infark bowel. Morbiditas dan mortalitas pada kasus ini cukup tinggi sehingga
maksimal atau intensive care jika dirasa perlu. Prinsip pengerjaan sama dengan
operasi hernia elektif. Open surgery dilakukan jika hernia sudah memasuki fase
irredducible atau jika ada kemungkinan infark bowel. Infeksi dapat menjadi
KOMPLIKASI
iliaka) dan retensi urin yang akan memerlukan kateterisasi. Anesetik lokal
berlebihan dapat menimbulkan blokade nervus femur, dimana pasien tidak dapat
Setelah satu minggu, dapat terbentuk seroma dan infeksi luka. Seroma
terbentuk karena respon inflamasi berlebihan terhadap jahitan atau mesh dan tidak
dapat dicegah. Pada banyak kasus, cairan dapat menghilang secara spontan,
Pada jangka panjang, hal yang dikuatirkan adalah kekambuhan hernia dan
nyeri kronik. Tidak ada operasi yang dapat menjamin bebash kekambuhan. Bukti
daripada jahitan saja, namun tidak ada perbedaan pada variasi tipe mesh dan tidak
Nyeri kronik, didefinisikan sebagai nyeri yang timbul tiga bulan setelag
operasi, sangat umum ditemukan pada jenis pembedahan apapun. Nyeri ini lebih
jarang dan lebih ringan ditemukan pada teknik laparoskopik. Berbagai tipe nyeri
telah dipaparkan namun yang paling berat adalah nyeri neuralgik karena iritasi
nervus. Nyeri ini dapat timbul karena trauma nervus saat operasi atau iritasi kronis
pada nervus oleh bahan jahitan atau mesh. Identifikasi dan proteksi yang teliti
terhadap tiga nervus yang melewati kanalis inguinalis mengurangi insiden nyeri
neuralgik. Nyeri tipe ini sangat jarang ditemukan pada operasi laparoskopik yang
dilakukan jauh lebih profunda daripada nervus tersebut. Mesh juga dapat
infark testis, yang dapat menjadi komplikasi paling serius pada operasi hernia
inguinalis.2
DAFTAR PUSTAKA
Principles of Surgery. 10th ed. New York: McGraw Hill Education; 2014
NS, et al. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery. 26th ed. Boca Raton: