Abstrak
Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana pembangunan, terutama
pembangunan gedung sangatlah pesat. Maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan
menjalankan sebuah proyek gedung semakin tinggi, Risiko dapat dikatakan merupakan
akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah
direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti
akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya
pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak.
Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada
penambahan waktu. . Adapun temuan yang didapat dari faktor resiko keterlambatan
tersebut yaitu : faktor resiko yang terdiri dari 11 pengelompokan faktor yaitu:
Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap (X1), rangking 1 (4,575);
Intensitas curah hujan (X14), rangking 2 (4,550); Komunikasi antara tenaga kerja dan
kepala tukang/ mandor (X32), rangking 3 (3,875); Keterlambatan pengiriman barang
(X17), rangking 4 (3,800); Kekurangan bahan konstruksi (X18), rangking 5 (3,600); dan
Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan (X2), rangking 6 (3,575).
Abstract
The Progress of industry and development today, especially the construction of the
building is very rapid. Then the level of difficulty to manage and execute a building
project more higher. Risk can be said is a result that may occur unexpectedly. Although
an activity was planned as possible, but still bears the uncertainty that will be goes
according to plan. When a construction project late, meaning that the implementation of
the project work can not be completed in accordance with the contract. If the project work
can not be performed under the contract then will have additional time. As for the findings
of risk factors for the delay are: a risk factor consist of 11 groupof factors : Planning
(drawings / specifications) incorrect or incomplete (X1), rank 1 (4.575); Rainfall intensity
(X14), ranking second (4,550); Communication between labor and foreman / supervisor
(X32), ranking third (3,875); Delays in delivery of goods (X17), ranking fourth (3,800);
1
Shortage of construction materials (X18), ranking fifth (3,600); and Changes in scope of
work on execution time (X2), ranking sixth (3,575).
1. Pendahuluan
2
a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak
tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari
penyusunan jadwal proyek.Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi
durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.
b. Ketidak tepatan perencanaan tenaga kerja jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan
jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat
menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak
mudah didapat dan mahal sekali harganya.
c. Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya ketrampilan dan ke ahlian pekerja dapat mengakibatkan produktivitas
tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu yang lama
dalam menyelesaikan proyek.
d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor. Salah satu
faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung adalah
tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan
penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan
pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material
itu sendiri. Penyediaaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun
karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.
e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek. Peralatan merupakan
salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung didalam pelaksanaan
proyek. Perencanaan jenis peralatan harus disesuaikan dengan karakteristik dan
besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.
f. Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi
proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi
proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu
pengiriman alat ataupun material.
g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena cacat/salah Faktor
ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secara
struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan
proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan
akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu
Excusable Delays
a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanah
longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas
pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang
berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak
sesuai yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.
Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek
terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.
b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk dapat
mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan pekerjaan
akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang akan
memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.
c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek Respon
dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang mendukung dan ada
pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari masyarakat sekitar
menyebabkan adanya demo yang berakibat pada berhentinya kegiatan proyek
sesaat yang berarti mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.
3
Compensable Delays
Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakian
yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu
sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang telah
direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu.
b. Persetujuan ijin kerja yang lama
Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu
aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses persetujuan ijin ini
akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan
apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mengambil keputusan.
c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah
terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah
dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek
memerlukan tambahan waktu penyelesaian.
d. Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau
penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung
berakibat pada mundurnya jadwal proyek.
e. Keterlambatan penyediaan meterial
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang
disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat
menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan.
Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena menganggur,
yang mengakibatkan keterlambatan proyek.
f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi dan proyek dapat berhenti dan
mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek yang tidak cukup.
g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak. Pelaksanaan
pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang
waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana
secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari
pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena akan
mengacaukan semua sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi
kelancaran pekerjaan kontraktor.
h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan
kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada
akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat.
2. Metode Penelitian
Setelah disederhanakan, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan
survei ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey.
2. Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan.
3. Adakalanya hipotesis tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional.
4. Mengambil sampel.
5. Membuat kuesioner
6. Melakukan pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih wawancara.
7. Mengolah data.
8. Menganalisis dan melaporkan.
4
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey melalui pengisian kuesioner dan
wawancara kepada responden. Data yang akan diteliti dan dianalisa secara rinci terdiri
dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi lapangan.
Data primer didapat melalui survey dengan teknik wawancara kepada pakar yang
bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan
yang dianggap mengetahui tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota
Medan.
b. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana, konsultan
pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan
pengembangan gedung.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada responden.
Dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut :
a. Penelitian akan dilakukan terhadap proyek konstruksi gedung yang berada di Kota
Medan.
b. Difokuskan pada pelaksanaan pengadaan proyek jasa konstruksi pemerintah
dengan menerapkan Keppres 80 Tahun 2003.
c. Kontraktor galongan kecil dan menengah.
d. Populasi penelitian ini melibatkan owner, kontraktor, konsultan perencana dan
konsultan supervisi.
Sedangkan sampel responden yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria
dalam penelitian ini berdasarkan dari reputasi, pengalaman dan kerjasama sebagai berikut
:
a. Responden penelitian adalah owner dan konsultan Supervisi dan kontraktor.
b. Owner adalah Kepala satker dan penjabat pembuat komitmen serta pengendali
teknis.
c. Bagi konsultan supervisi dan kontraktor memiliki pengalaman memimpin
perusahaan jasa konstruksi.
d. Memiliki pendidikan yang menunjang dibidangnya dan reputasi yang baik.
Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder
- Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi lapangan. Data
primer didapat melalui survey dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di
bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan yang dianggap
mengetahui tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota Medan.
- Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana, konsultan
pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan
pengembangan gedung.
5
IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI
KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN
GEDUNG DI KOTA MEDAN
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Proyek pembangunan di Kota Medan
Pengolahan Data
Program SPSS
Selesai
6
Tabel 3.1. deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu
pelaksanaan proyek konstruksi
Tingkat Resiko
Variabel Faktor Penyebab Keterlambatan Mean Median
X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap 4,575 5
X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3,575 4
X3 Keterlambatan pemilik dalam pembuatan keputusan 3,375 3
X4 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan 3,300 3
X5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 3,375 3
Ketidak sepahaman antara pembuatan gambar kerja antara
X6 perencanaan dan kontraktor 2,525 3
X7 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 2,575 3
X8 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu 2,300 2
X9 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 2,425 2
X10 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah 2,600 3
X11 Pengalaman manajer lapangan 2,950 3
X12 Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 2,925 3
X13 Komunikasi antara perencana dan kontraktor 2,725 3
X14 Intensitas curah hujan 4,550 5
X15 Faktor sosial dan budaya 3,025 3
Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca amat 2,275
X16 buruk,badai,angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor 2
X17 Keterlambatan pengiriman barang 3,800 4
X18 Kekurangan bahan konstruksi 3,600 4
X19 Kualitas bahan yang kurang baik 3,075 3
X20 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 2,825 3
X21 Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi 2,975 3
X22 Kelangkaan karena kekhususan 3,325 3
X23 Ketidaktepatan waktu pemesanan 3,025 3
X24 Keterlambatan pengiriman / penyediaan peralatan 3,275 3
X25 Kerusakan peralatan 3,300 3
X26 Ketersediaan peralatan yang memadai/ sesuai kebutuhan 3,200 3
X27 Produktifitas peralatan 2,800 3
Kemempuan mandor atau operator yang kurang dalam 2,775
X28 mengoperasikan peralatan 3
X29 Keahlian tenaga kerja 3,400 3
X30 Kedisiplinan tenaga kerja 3,325 3
Jumlah pekerja yang kurang memadai/ sesuai dengan aktifitas 3,375
X31 pekerjaan yang ada 3
X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor 3,875 4
X33 Harga material 3,050 3
X34 Kesulitan pendanaan di kontraktor 3,175 3
X35 Kesulitan pembayaran oleh pemilik 2,975 3
X36 Terjadi perubahan desain oleh owner 3,200 3
X37 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 3,175 3
7
X38 Kesalahan dalam penyelidikan tanah 2,975 3
X39 Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 2,825 3
X40 Tempat penyimpanan bahan/ material 2,700 3
X41 Akses ke lokasi proyek 2,475 2
X42 Kebutuhan ruang kerja 2,350 2
X43 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 2,275 2
X44 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 2,350 2
X45 Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan 2,275 2
Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/ 2,475
X46 tidak benar 2
8
- Seringnya melakukan pengontrolan tiap-tiap pekerjaan yang
dilakukan khususnya pada pekerjaan yang berada pada jalur-jalur
kritis.
3 Intensitas curah hujan - Membuat saluran drainase kecil di sekitar area proyek yang sering
(X14) di genangi oleh air.
- Menambah peralatan pompa air untuk mempercepat pekerjaan di
area-area yang tergenangi air.
4 Keterlambatan - Melakukan komunikasi terus menerus kepada pihak pengiriman
pengiriman barang barang dan sekaligus mengkoordinasikan pekerjaan yang bisa
(X17) dikerjakan terlebih dahulu oleh pekerja.
- Melakukan kesepakatan terlebih dahulu kepada pihak pengiriman
barang sebelum memulai proyek.
5 Kekurangan bahan - Melakukan pengontrolan bahan-bahan konstruksi bangunan
konstruksi (X18) sesering mungkin , terkhusus dengan material yang sulit di dapat.
6 Komunikasi antara - Seringnya melakukan rapat antara kontraktor dan konsultan
tenaga kerja dan kepala perencana dan pihak owner mengenai permasalahan penyelesaian
tukang/ mandor (X32) proyek.
- Selalu melakukan pendekatan terhadap tukang.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpula sebagai
berikut :
1. Hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang sangat
berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di kota
Medan, penilaiannya di lihat dari 46 faktor resiko yang terdiri dari 11
pengelompokan faktor yaitu: Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau
tidak lengkap (X1), rangking 1 (4,575); Intensitas curah hujan (X14), rangking 2
(4,550); Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor (X32),
rangking 3 (3,875); Keterlambatan pengiriman barang (X17), rangking 4 (3,800);
Kekurangan bahan konstruksi (X18), rangking 5 (3,600); dan Perubahan lingkup
pekerjaan pada waktu pelaksanaan (X2), rangking 6 (3,575).
2. Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan
konstruksi gedung harus melakukan beberapa cara atau strategi diantaranya:
pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan, mengubah metode atau
cara kerja bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja, melakukan pendekatan
terhadap tukang yang bekerja di lapangan, dan seringnya melakukan rapat-rapat
antara pekerja yang terkait.
3. Perusahaan konstruksi yang akan melaksanakan proyek hendaknya
memperhatikan metode pelaksanaan, kebutuhan tenaga kerja dan peralatan, dan
dengan mengetahui faktor resiko yang dominan dapat menbantu untuk mengambil
keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai.
5. SARAN
Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta evaluasi terhadap kuesioner, ada
beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu:
1. Agar tidak terjadi penundaan dalam melaksanakan proyek, maka pekerjaan-
pekerjaan di jalur kritis perlu diawasi dan kontrol dengan ketat agar tidak terlambat
dan juga mengakibatkan pekerjaan yang tidak dalam jalur kritis terganggu.
9
2. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi, sebaiknya metode pelaksanaan dan
manajemen pelaksanaan proyek dapat diperhatikan yang lebih karena peranan
metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan sangat penting mulai dari awal
sampai akhir pelaksanaan proyek gedung, dan juga pada manajemen k3 sangat
dibutuhkan terutama pada pembangunan konstruksi gedung , dan sebaiknya pada
manajemen k3 perlu juga diawasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan pada k3
agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan pelaksanaan konstruksi gedung.
DAFTAR PUSTAKA
10
11