Anda di halaman 1dari 5

Prospek Perdagangan dalam Negeri dan Internasional

Buah naga merupakan salah satu jenis buah segar yang dewasa ini menjadi
buah yang tren di kalangan masyarakat. Buah ini memiliki beragam manfaat bagi
kesehatan tubuh. Pasar domestik Indonesia saat ini dibanjiri oleh buah naga impor.
Berdasarkan catatan dari eksportir dan importir buah di Indonesia pada tahun 2013,
buah naga impor asal Vietnam dan Thailand masuk ke tanah air mencapai antara
200 - 400 ton per tahun. Semakin banyak yang mengetahui dan mengenal buah
naga, terutama mengetahui kandungan dan khasiat didalamnya. Hal ini berdampak
pada meningkatnya permintaan pasar akan buah naga dan membanjirnya buah naga
di ritel modern seperti supermarket, hypermarket, toserba atau pasar swalayan.
Setiap tempat penjualan buah tersebut tentu harus memiliki persediaan buah yang
cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
Hal menarik pada buah naga adalah manfaat dari kulit buahnya. Kulit buah
naga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, flavonoid,
tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten, dan fitoalbumin (Jaafar et
al. 2009). Menurut Wu et al (2006) keunggulan dari kulit buah naga yaitu kaya
polifenol dan merupakan sumber antioksidan. Selain itu aktivitas antioksidan pada
kulit buah naga lebih besar dibandingkan aktivitas antioksidan pada daging
buahnya, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber antioksidan
alami.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurliyana et al
(2010) yang menyatakan bahwa di dalam 1 mg/ml kulit buah naga merah mampu
menghambat 83,48 1,02% radikal bebas, sedangkan pada daging buah naga hanya
mampu menghambat radikal bebas sebesar 27,45 5,03 %. Selain itu aktivitas
antioksidan kulit buah naga juga didukung dengan penelitian oleh Mitasari (2012)
yang menyatakan bahwa ekstrak kloroform kulit buah naga merah memiliki
aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 43,836 µg/mL.
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Statistik Kementerian Kesehatan menunjukkan pada tahun 2012, jumlah
kematian akibat kanker telah mencapai 8,2 juta kematian. Kanker paru, hati, perut,
kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab kematian terbesar akibat kanker
setiap tahunnya. Berdasarkan statistik GLOBOCAN, sebuah proyek
dari International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012, jumlah
kejadian kanker di dunia secara keseluruhan terjadi pada pria dengan proporsi 2
persen, dan wanita dengan proporsi 1,7 persen, dengan tingkat kematian akibat
kanker sebesar ±1 persen.
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur pada
tahun 2013 mencapai 0,14 persen dari total penduduk, atau sebesar 347.792 orang.
Kanker serviks dan kanker payudara diketahui menjadi jenis kanker terbanyak yang
diderita penduduk wanita. Sedangkan kanker prostat menjadi kanker terbanyak
yang diderita penduduk pria. Penyakit kanker serviks pada tahun 2013 memiliki
prevalensi sebanyak 98.692 penderita, dan penyakit kanker payudara sebanyak
61.682 penderita. Lalu untuk penyakit kanker prostat diderita oleh 25.012
penduduk.
Antioksidan padaa kulit buah naga dapat dimanfaatkan untuk mencegah
penyakit kanker. Pemanfaatan antioksidan pada kulit buah naga dapat dilakukan
dengan mengolahnya menjadi teh herbal. Teh herbal merupakan salah satu produk
minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki khasiat dalam
membantu pengobatan suatu penyakit atau sebagai penyegar (Hambali et al 2005).
Ravikumar (2014) menyatakan teh herbal umumnya campuran dari
beberapa bahan yang biasa disebut infusi/tisane. Infusi/tisane terbuat dari
kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain yang memiliki
manfaat. Teh herbal dapat dikonsumsi dengan instan dengan cara mengolahnya
menjadi bubuk. Hal ini mempermudah konsumen dalam mengonsumsinya.
Pencegahan terhadap penyakit kanker inilah yang mendasari bahwa teh herbal
instan kulit buah naga merupakan proyek yang prospektif untuk diperdagangkan di
Indonesia maupun internasional.

Alternatif Metode

Alternatif 1

Alternatif pertama adalah pembuatan teh herbal instan kulit buah naga
adalah dengan metode pengeringan. Pemilihan metode penggunaan metode
pengeringan (dryer) tergantung pada kebutuhan atau keinginan dari output yang
dihasilkan, bahan yang digunakan, serta biaya dari proses pengeringan tersebut.
Dalam penggunaan metode pengeringan, penggunaaan spray dryer merupakan
metode yang paling sering digunakan untuk pengeringan bahan terutama dalam
skala industri (Mujumdar 2000).
Tahapan pembuatan teh herbal instan kulit buah naga dengan metode
pengeringan spray dryer dimulai dengan pemotongan kulit buah naga ± 1-2 cm.
Lalu, kulit tersebut di blender halus. Kemudian diseduh selama 8 menit dengan
suhu 85 ºC. Setelah itu dilakukan filtrasi untuk memperoleh ekstraknya.
Selanjutnya ekstrak tersebut ditambahkan maltodekstrin 10% dan diaduk dengan
disperser. Lalu dikeringkan dengan sparay dryer dan diperoleh serbuk teh herbal
instan kulit buah naga. Diagram alir pembuatan teh herbal instan kulit buah naga
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Kulit buah naga

Disortasi, dicuci dan dipotong-potong (± 1 − 2 𝑐𝑚) Diblender halus

Ampas Filtrasi Disaring Diseduh t = 8 menit, T = 85 ºC

Ekstrak Maltodekstrin 10% Air

Spray dryer Diaduk dengan disperser

Bubuk

Gambar 1 Diagram alir proses pembuatan teh instan kulit buah naga
dengan metode pengeringan spray dryer

Alternatif 2

Alternatif kedua dalam pembuatan teh herbal instan kulit buah naga adalah
dengan teknologi kristalisasi. Menurut Brown (1978) kristalisasi adalah suatu
proses pembentukan kristal dari larutannya dan kristal yang dihasilkan dapat
dipisahkan secara mekanik. Kristalisasi merupakan peristiwa pembentukan
partikel-partikel zat padat dalam suatu fase homogen. Kristalisasi dari larutan dapat
terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih (diluar kesetimbangan), maka
sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan terlarut
(Dewi dan Ali 2003).
Tahapan pembuatan teh herbal instan kulit buah naga dengan teknologi
kristalisasi dilakukan dengan penyiapan ekstrak kulit buah naga terlebih dahulu.
Penyiapan ekstrak kulit buah naga dilakukan dengan mensortasi dan mencuci kulit
buah naga tersebut. Setelah itu kulit buah naga dihacurkan dengan blender selama
15 menit. Namun sebelum diblender, kulit buah naga tersebut ditambahkan air
panas dengan perbandingan 1:1 b/v. Lalu, larutan kulit buah naga tersebut disaring
(filtrasi). Selanjutnya dilakukan pemanasan dan pengadukan hingga kental. Lalu
didinginkan sambil diaduk hingga lewat jenuh dan mengkristal. Kristal yang
terbentuk dikecilkan ukurannya dengan grinder dan diayak dengan menggunakan
ayakan untuk memperoleh bubuknya. Setelah itu bubuk tersebut dikemas dengan
alumunium foil dan diperoleh teh herbal instan kulit buah naga. Diagram alir
pembuatan teh herbal instan kulit buah naga tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :
Air panas

Kulit buah Disortasi dan dicuci Dihancurkan dengan blender


naga selama 15 menit

Didinginkan dan diaduk Dipanaskan dan Filtrasi


hingga lewat jenuh dan
Diaduk hingga kental
mengkristal

Ampas
Dikecilkan ukurannya
dengan grinder Diayak Dikema Teh herbal instan
s

Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan teh instan kulit buah naga
dengan teknologi kristalisasi

Dari ketiga alternatf metode diatas, dilakukan pemilihan metode dapat


dengan cara menganalisis dari segi teknik maupun segi ekonomi. Pemilihan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Kriteria Metode/Teknologi Alternatif
1 2
Teknologi Spray dryer Blender
Lebih lama dibandingkan Lebih cepat dibandingkan
Waktu Proses
dengan teknologi kristalisasi dengan metode spray dryer
Pelarut Air Air
Lebih sedikit dibandingkan Lebih banyak dibandingkan
Rendemen
dengan teknologi kristalisasi dengan teknologi kristalisasi
Filtrat Ekstrak kulit buah naga Ekstrak kulit buah naga
Relatif mahal karena biaya Relatif murah karena biaya
alatnya lebih mahal alatnya lebih murah
Prakiraan Biaya
dibandingkan teknologi dibandingkan metode
kristalisasi pengeringan spray dryer

Berdasarkan perincian alternatif proses yang telah dikemukan diatas, maka


kami memilih alternatif metode kedua, yakni teknologi kristalisasi karena peralatan
yang digunakan mudah dan murah diperoleh, serta proses pengerjaan lebih mudah.
Selain itu, rendemen yang dihasilkan oleh alternatif metode kedua lebih besar
dibandingkan alternatif metode pertama.

Daftar Pustaka
Brown GG. 1978. Unit Operasi. Tokyo (JP): John Willey and Sons.
Dewi DF, M Ali. 2003. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor
Terfluidasi Menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi. 4 (4): 151-
156.
Hambali E, MZ Nasution, E Herliana. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea. Jakarta
(ID) : Penebar Swadaya.
Jaafar AR, Nazri M, Khairuddin W. 2009, Proximate Analysis of Dragon Fruit
(Hylecereus polyhizus). American Journal of Applied Sciences. 6 : 1341-
1346.
Mitasari, A., 2012, Uji Aktivitas Ekstrak Kloroform Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) Menggunakan Metode DPPH (1,1-
Defenil-2-Pikril Hidrazil). [Skripsi]. Pontianak (ID): Program Studi Farmasi
Universitas Tanjungpura.
Mujumdar AS. 2000. Drying Technology in Agriculture and Food Science. New
York (US): Science Publishers Inc.
Nurliyana R, Zahir IS, Suleiman KM, Aisyah MR, Rahim KK. 2010. Antioxidant
Study of Pulps and Peels of Dragon Fruits: A Comparative Study.
International Food Research Journal. 17 : 367-365.
Ravikumar C. 2014. Review on herbal teas. Journal of Pharmaceutical Sciences
and Research. 6(5): 236-238.
Wu LC, Hsu HW, Chen Y, Chiu CC, Ho YI. 2006. Antioxidant and
Antiproliferative Activities of Red Pitaya. Food Chemistry. 95 : 319-327.

Anda mungkin juga menyukai