SIKLUS KONVERSI
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
JAKARTA
2008
2
PERUSAHAAN KELAS-DUNIA
Siklus konversi tradisional terdiri atas dua sub sistem: sistem produksi dan
sistem akuntansi biaya. Sistem produksi melibatkan perencanaan, penjadwalan, dan
kontrol produk fisik melalui proses manufaktur. Dalam hal ini termasuk juga
menentukan kebutuhan bahan baku, otorisasi pelepasan bahan baku ke produksi
dan pekerjaan yang harus dilakukan, serta mengarahkan pergerakan WIP ke
berbagai tahap proses manufaktur. Sistem akuntansi biaya mengawasi arus
informasi biaya yang berkaitan dengan produksi. Informasi yang dihasilkan oleh
sistem ini digunakan untuk penilaian persediaan, penganggaran, kontrol biaya,
pelaporan kinerja, dan keputusan-keputusan manajemen seperti keputusan
"membuat-atau membeli.
SISTEM PRODUKSI
suatu perusahaan akan menerapkan satu dari metode produksi berikut ini:
Proses berkelanjutan menciptakan produk yang homogen melalui serangkaian
prosedur standar yang berkelanjutan. Semen dan petrokimia diproduksi dengan
metode manufaktur ini. Biasanya, menurut pendekatan ini perusahaan berusaha
untuk memelinara persediaan barang jadi pada tingkat yang dibutuhkan untuk
memenuhi harapan penjualan yang ditetapkan.
Pemrosesan batch menghasilkan kelompok-kelompok (batch) produk yang
terpisah. Setiap item dalam batch adalah samaa, membutuhkan bahan baku dan
operasi yang sama. Untuk menjustifikasi biaya perencanaan dan menyusun kembali
peralatan untuk menjalankan setiap batCh, jumlah item dalam batch biasanya besar.
Pemrosesan membuat-untuk-pesanan melibatkan pabrikasi produk-produk
terpisah sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Proses ini dimulai oleh pesanan
penjualan dan bukannya oleh tingkat persediaan yang menipis. .
Prosedur aktual yang membentuk sistem produksi ini bervariasi sesuai
dengan metode manufaktur yang digunakan. Diskusi berikut ini akan terfokus pada
sistem pemrosesan batch. Sistem ini menentukan di muka kuantitas dan jenis yang
pasti dari input bahan baku, juga kegiatan operasi fisik yang diperlukan untuk
memproduksi setiap batch.
3. Tagihan bahan baku (bill of material -- BOM) , adalah sebuah contoh yang
diilustrasikan dalam Gambar 7-3, menspesifikasi jenis dan kuantitas bahan baku
dan bahan perakitan yang digunakan dalam memproduksi satu unit barang jadi.
Kebutuhan bahan baku untuk seluruh batch ditentukan dengan mengalikan BOM
dengan jumlah item dalam batch.
4. Kertas rute (route sheet), digambarkan dalam Gambar 7-4, menunjukkan jalan
produksi untuk sekelompok produk tertentu selama proses manufaktur. Ini secara
konseptual serupa dengan BOM. Jika BOM menspesifikasi. kebutuhan bahan
baku, kertas rule menunjukkan urutan operasi (mesin atau perakitan) dan waktu
standar yang dialokasikan ke setiap pekerjaan.
5. Pesanan pekerjaan (work order) atau pesanan produksi diambil, dari BOM dan
kertas rule untuk menspesifikasi bahan baku dan produksi (proses mesin atau
perakitan) untuk setiap batch. Ini semua, bersama dengan tiket untuk bergerak,
memulai proses manufaktur di departemen produksi. Gambar 7-5 menampilkan
pesanan pekerjaan.
KERTAS RUTE
PRODUK
MESIN TR6
2500 CC
Waktu/Unit
Pusat Oper Standar
Keterangan
Kerja asi Persiap
Proses
an
Penggilingan balok kayu
101 1a 0,6 1,6
dan men-cocokkan kayu
Membersihkan balok kayu
153 4a dan mencocokkan poros 0,3 1,5
mesin
Mencocokkan piston dan
154 1 0,1 b,7
daya tahan
Mencocokkan pompa air,
pompa bahan bakar,
340 2 0,1 1,4
pompa minyak, dan kepala
silinder
6. Tiket untuk bergerak (move tickets), ditampilkan dalam Gambar 7-6, mencatat
pekerjaan yang dilakukan untuk setiap pusat pekerjaan dan mengotorisasi
pergerakan pekerjaan atau batch dari satu pusat kerja ke pusat kerja lainnya.
7. Permintaan bahan baku (material requisition) mengotorisasi penjaga ruang
penyimpanan untuk melepaskan bahan baku (dan bahan perakitan lainnya)
kepada individu atau pusat kerja dalam proses produksi. Dokumen ini biasanya
men-spesifikasi hanya kuantitas standar. Kebutuhan bahan baku yang lebih dari
jumlah standar memerlukan permintaan terpisah yang dapat diidentifikasi secara
eksplisit sebagai kelebihan permintaan bahan baku.
Tingkat
persediaan
Tkt pemesanan
kembali, TKP
Waktu (hari)
Waktu Tunggu
kan kertOas kerja biaya (cost sheet) dari file WIP. Hal ini mewakili transfer produk
dari persediaan WIP ke persediaan barang jadi (finished good-Fe). Secara berkala,
rangkuman informasi tentang pembebanan (debit) ke WIP, pengurangan (kredit) WIP,
dan varian-varian dicatat dalam sebuah voucher jurnal dan dikirim ke departemen
buku besar umum untuk diposkan ke akun kontrol.
KONTROL DALAM LINGKUNGAN TRADISIONAL
Ingat kembali penjelasan dalam bab sebelumnya tentang enam kelompok
umum kegiatan kontrol internal: otorisasi transaksi, pemisahan tugas, supervisi,
kontrol akses, catatan akuntansi, dan verifikasi independen. Kontrol tertentu ketika
diterapkan dalam siklus konversi dirangkumkan dalam Tabel7-1 dan penjelasan lebih
lanjut di bawah ini.
Otorisasi Transaksi
Berikut ini penjelasan prosedur otorisasi transaksi dalam siklus konversi.
2. Tiket untuk bergerak ditandatangani oleh supervisor di setiap pusat kerja, meng-
otorisasi kegiatan untuk setiap batch dan untuk pergerakan produk melalui ber-
bagai pusat kerja.
Pemisahan Tugas
Salah satu tujuan prosedur kontrol ini adalah memisahkan tugas otorisasi transaksi
dan pemrosesan transaksi. Akibatnya, departemen perencanaan produksi dan
kontrol secara organisasi terpisah dari pusat-pusat kerja. Tujuan kontrollainnya
adalah memisahkan tugas pembukuan dari pengawasan aktiva. Pemisahan ini
menerapkan hal-hal berikut:
1. Bagian kontrol persediaan memelihara catatan akuntansi untuk persediaan bahan
baku dan barang jadi. Kegiatan ini dilakukan terpisah dari gudang bahan baku dan
dari fungsi gudang barang jadi, yang mengawasi aktiva-aktiva tersebut.
2. Dengan cara yang samaa, fungsi akuntansi biaya menghitung WIP dan harus
dipisahkan dari pusat-pusat kerja dalam proses produksi.
Akhirnya, untuk mempertahankan fungsi buku besar umum yang independen
sebagai suatu langkah verifikasi, departemen buku besar umum harus terpisah dari
departemen yang mencatat akun buku besar pembantu. Oleh karena itu,
departemen buku besar umum secara organisasi dipisahkan dari departemen kontrol
persediaan dan akuntansi biaya.
Supervisi
Prosedur supervisi berikut ini diterapkan ke siklus konversi:
1. Para supervisor dalam pusat-pusat kerja mengawasi pemakaian bahan baku
dalam proses produksi.
2. Penggunaan biaya standar menjadi suatu kontrol akses. Dengan menspesifikasi
jumlah bahan baku dan tenaga kerja yang diotorisasi untuk setiap produk,
perusahaan membatasi akses yang tidak diotorisasi ke sumber daya tersebut.
Akses Tidak Langsung ke Aktiva. Aktiva-aktiva, seperti kas dan
persediaan, dapat dimanipulasi melalui akses ke dokumen sumber yang
mengontrol mereka. Dalam siklus konversi, dokumen-dokumen kritikal antara lain
adalah permintaan bahan baku, permintaan kelebihan bahan baku, dan time card
pegawai.
Catatan Akuntansi
Seperti yang telah kita lihat di bab sebelumnya, tujuan dari teknik-teknik
kontrol ini adalah membangun suatu jejak audit untuk setiap transaksi. Dalam siklus
konversi hal ini dilakukan, melalui penggunaan pesanan pekerjaan, kertas kerja
biaya, tiket untuk bergerak, job ticket, permintaan bahan baku, file WIP, dan file
persediaan barang jadi. Dengan dokumen sumber yang sudah diberi nomor
sebelumnya dan mereferensi ini dalam catalan WIP, suatu perusahaan dapat
menelusuri setiap item persediaan barang jadi kembali ke sumbernya melalui proses
produksi. Hal ini renting untuk mendeteksi kesalahan dalam produksi dan
pembukuan, melokasikan batch yang "hilang" dalam produksi, dan melakukan audit
periodik.
Verifikasi Independen
Langkah-Iangkah verHikasi dalam siklus konversi dilakukan sebagai berikut:
1. Departemen akuntansi biaya merekonsiliasikan pemakaian bahan baku dan
tenaga kerja dari permintaan bahan baku dan job ticket dengan standar yang telah
ditetapkan.
2. Departemen buku besar umum juga menjalankan fungsi verifikasi yang renting
dengan mencek total pergerakan produk dari WIP ke barang jadi.
3. Akhirnya, auditor internal dan eksternal secara periodik memverifikasi persediaan
bahan baku dan barang jadi di tangan melalui perhitungan risiko mereka
membandingkan kuantitas aktual dengan catatan persediaan dan melakuan
penyesuaian catatan, jika perlu.
secara fisik ke unit-unit pabrik yang disebut sel. Pengaturan ini memperpendek jarak
fisik di antara kegiatan, karenanya mengurangi biaya persiapan dan waktu
pemrosesan, serta biaya penyimpanan dan persediaan dalam arus tersebut.
Kantor
Penerimaan
Administrasi
Sub
Perakitan
Perakitan
Pengiriman Tes
Akhir
melalui otomatisasi.
PENGURANGAN PERSEDIAAN
Bahayanya Persediaan
KUALITAS PRODUK
Terdapat dua alasan utama mengapa kualitas menjadi penting bagi
perusahaan manufaktur kelas-dunia. Pertama, kualitas yang buruk sangat mahal
bagi perusahaan. Pertimbangkan biaya bahan sisa, pengerjaan kembali, penundaan
jadwal, persediaan yang berlebih untuk mengkompensasi produk yang rusak, klaim
jaminan, dan servis lapangan. Biaya-biaya ini dapat berkisar 25 sampai 35 persen
dad total biaya produk.
Kedua, kualitas merupakan suatu basis persaingan di antara perusahaan-
perusahaan kelas-dunia. Kualitas telah berhenti menjadi alat tukar dengan harga.
Sekarang pelanggan menuntuk kualitas dan mencari produk berkualitas dengan
harga terendah.
UNIX (stasiun kerja banyak pengguna), dan IBM AS 400 (komputer mini). R/3 juga
mendukung database majemuk termasuk Informix, Oracle, DB2, ADABAS D, MS
SQL, dan DB2/4000.
R/3 memberikan modul-modul bisnis yang mendukung lebih dari 1.000
proses bisnis yang diorganisasikan dalam empat kategori umum berikut ini:
keuangan, logistik, sumber daya manusia, dan pendukung proses bisnis. Beberapa
tahun lalli, organisasi hams merancang dan memrogram aplikasi baku in-house
untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut. Para pemakai R/3 dapat mencampurkan
dan mencocokkan komponen-komponen perangkat lunak pra. pabrikasi untuk
merakit aplikasi ERP yang memenuhi keperluan bisnisnya. Salah satu kekuatan
pemicu di belakang evolusi ERP adalah pemeliharaan sistem menjadi lebih murah.
Akan tetapi, motif yang lebih penting adalah keinginan banyak organisasi untuk
semakin dekat mencapai status kelas dunia melalui rekayasa teknologi proses
bisnis. Suatu sistem R/3 yang terintegrasi dapat meningkatkan pelayanan
pelanggan, mengurangi waktu produksi, menambah produktivitas, dan meningkatkan
pengambilan keputusan. Bentuk-bentuk operasional R/3 dan beberapa sistem ERP
kelas dunia lainnya disajikan dalam Bab 11.
dan produk jadi harus dikode-bariskan (bar-coded). Situasi yang ideal adalah
memiliki kode baris bahan baku menurut pemasoknya. Untuk menelusuri dan
memonitor pembebanan tenaga kerja sekaligus untuk pertimbangan otorisasi dan
keamanan, para pegawai menggunakan kartu identifikasi kode-baris atau kode-garis
magnetis. Pada kenyataan-nya, semua sumber daya (bahan baku, peralatan
portabel, dan pegawai) yang bergerak di sekitar lantai pabrik harus diberi kode-baris
untuk tujuan penelusuran dan pengawasan.
Otomatisasi Transaksi
Penggunaan EDI secara ekstensif untuk pemrosesan transaksi menghapus
dokumen sumber tradisional yang memerlukan tanda tangan dan bukti otorisasi
transaksi. Berdasarkan timbulnya suatu peristiwa seperti penerimaan pesanan
penjualan atau persediaan jatuh pada titik pemesanan kembali, transaksi-transaksi
dimulai secara otomatis dalam sistem MRP dan ditransmisikan melalui EDI. Karena
kurangnya keterlibatan manusia dalam sistem pemrosesan transaksi, kontrolnya
terfokus pada validitas, kelengkapan, dan akurasi dari transaksi-transaki yang
dihasilkan secara otomatis tersebut. Satu-satunya dokumen kertas mungkin hanya
kontrak orisinil antara pihak-pihak yang menjalin hubungan dagang. Pihak mana-
jemen dan akuntan mencari kepastian hal berikut berkaitan dengan kinerja sistem:
Sistemnya menempatkan pesanan hanya ketika persediaan dibutuhkan.
Pesanan persediaan dilakukan hanya dengan para pemasok yang telah disetujui.
Kuantitas item yang dipesan benar untuk kebutuhan organisasi.
Prosedur diprogram dengan benar agar cocok dengan dokumen kontrol elektronik
(yaitu pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur) sebelum memulai
fungsi pembayaran.
Suatu WCIS akan dirancang di sekitar jaringan kerja area lokal, komputer-
mini, dan/ atau mainframe, bergantung papa kebutuhan perusahaan manufaktur
tersebut. Arsitektur jaringan kerja dapat melibatkan tanggungjawab distribusi
database danj atau pemrosesan transaksi di antara berbagai pemakai di lokasi yang
berbeda-beda. Distribusi teknologi memiliki implikasi terhadap akurasi dan
konsistensi catatan akuntansi. Misalnya, para auditor berkepentingan bahwa akun-
akun buku besar umum mencerminkan dengan akurat jumlah total transaksi yang
R A N G KU M A N
Mempelari siklus konversi, di mana suatu perusahaan mentrans-formasikan
input sumber daya (bahan baku, tenaga kerja, dan modal) ke produk dan jasa yang
mudah diperdagangkan. Tujuan utamanya adalah untuk menyoroti perubahan
lingkungan manufaktur dari Junia bisnis kontemporer dan untuk menun-jukkan
bagaimana ia memanggil untuk berpindah dari bentuk-bentuk organisasi bisnis
tradisional ke cara "kelas-dunia" dalam melakukan bisnis. Kita telah melihal bagai-
mana perusahaan yang ingin mencapai status kelas-dunia harus mengejar
Heksibelitas proses manufaktur melalui peningkatan otomatisasi, pengurangan
persediaan, dan perbaikan kualitas produk.
Kita juga telah melihal bahwa mencapai status kelas-dunia membutuhkan
pergerakan yang signifikan dari teknik-teknik akuntansi tradisional. Dalam menang-
gapi kekurangan metode akuntansi tradisional, perusahaan-perusahaan kelas-dunia
telah mengadopsi sistem ABC yang menyediakan alokasi biaya yang lebih akurat
dan lebih tepat ke produk. Teknikteknik baru dalam manajemen aktivitas melengkapi
ABC dan memampukan para manajer untuk memahami lebih baik hakikat aktivitas
dan pemicu biaya. Model-model akuntansi yang dibutuhkan adalah model-model
yang memungkinkan organisasi mengombinasikan data keuangan dan non-
keuangan dalam database yang terintegrasi, yang akan mendukung kebutuhan
pemakai majemuk. Akhirnya, kita akan mengkaji bentuk-bentuk kunci clari sistem
informasi kelas-dunia dan secara singkat mendiskusikan isu-isu kontrol potensial.