kes ( Koord )
GLOMERULONEFRITIS AKUT
Oleh
KELOMPOK : I
LINDAYANI
WAHYUNI AGUS
MINAR WATI
VIVI SOFIYANI
RAHMAT SULHAJI
RIZKI HARUN
WAHYU ZULIKRA
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesikan Akep ini sesuai dengan harapan. Askep
yang berjudul “GLOMEROLUS AKUT“ . Kami selaku penyusun sangat berterima kasih
kepada IBU ISLAELI RUDI, S.Kep.,Ns.,M.kes ( Koord ) yang telah membimbing kami
Kami selaku penyusun menyadari bahwa masih begitu banyak kekurangan dalam
penulisan, penyusunan serta pembahasan.Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran
yang membangun agar menjadi pelajaran, dan lebih baik berikutnya. Dan jika terdapat
(Kelompok I)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang
pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai
dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun
lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami
kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh
Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit
dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk
glomerulonefritis
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit
pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien
laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun
(40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun
(kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat
berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab
kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep medis glomerulonefritis akut dan kronis?
b. Bagaimana Asuhan keperawatan tentang glomerulonefritis akut dan kronis?
C. Tujuan
a. Mengetahui Konsep medis glomerulonefritis akut dan kronis?
b. Mengetahui Asuhan keperawatan tentang glomerulonefritis akut dan kronis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komsep Medis
1. Glomerulo Nefritis Akut
A. Pengertian
Glomerulo nefritis akut adalah istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu pada sekelompok penyakit ginjal di mana inflamasi terjadi di glomerulus.
(Brunner dan Suddarth, 2001).
GNA adalah inflamasi glomeruli yang terjadi ketika kompleks antigen-
antibodi terjebak dalam membran kapiler glomerular.
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal
terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis
B. Etiologi
1. Kuman streptococus.
2. Perhubungan dengan penyakit auto imun lain.
3. Reaksi obat.
4. Bakteri.
5. Virus.
C. Patofisiologi
Kasus glomerulonefritis akut terjadi setelah infeksi streptokokus pada
tenggorokan atau kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1 sampai 2 minggu.
Organisme penyebab lazim adalah streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 12
atau 4 dan 1,jarang oleh penyebab lainnya. Namun sebenarnya bukan streptokukus
yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Di duga terdapat suatu antibodi yang
ditujukan terhadap antigen khusus yang merupakan membran plasma streptokokal
spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi dalam darah bersikulasi ke dalam
glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam
membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan
peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dan trombosit menuju
tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan
membran basalis glomerulus (GBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi ,
timbul poliferasi sel-sel endotel yang di ikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya
sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan
protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urin yang sedang di bentuk oleh
ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya, kompleks komplemen
antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel(atau sebagai
bungkusan epimembanosa)pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular
dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi,pada pemeriksaan
mikroskop cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperselular di sertai
invasi PMN.
PATWAY
D. Manifestasi klinis
E. Pemeriksaan diagnostik
3. Diet
a) Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum meningkat
b) Tinggi Karbohidrat
c) Rendah Garam
d) Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi,
e) Berikan obat antihipertensi jika diperlukan
f) Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan diuretik
g) Observasi tanda-tanda vital waspada terhadap adanya CHF
h) Jika sudah ambulasi,monitor proteinure dan hematuria jika meningkat
bedrest tetap dijalankan,jika ambulasi dapat ditolelir pasien boleh pulang
G. Komplikasi
Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan
anoksia dan edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah,
pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang
menetap dan kelainan di miocardium.
Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik
yang menurun.
2. Glomerulus Nefritis Kronik
A. Definisi
Penyakit Glomerulus Nefritis Kronis bersifat progresif dan irreversible dimana
terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan
ini dapat terjadi akibat glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan
((Arif muttaqin & kumala Sari, 2011)
Glomerulus Nefritis Kronik merupakan lanjutan dari glomerulonefritis akut,dalam
jangka waktu panjang atau pendek.
Glomerulus Nefritis Kronis ini merupakan penyakit ginjal tahap akhir (“and stage”)
dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga
menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible.
B. Etiologi
1. Glomerulonefritis akut
2. Pielonefritis
3. Diabetes mellitus
4. Hipertensi yang tidak terkontrol
5. Obstruksi saluran kemih
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Gangguan vaskuler
8. Lesi herediter
9. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
10. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
C. Patofisiologi
Glomerulonefritis kronis,awalnya seperti glomerulonefritis akut atau tampak
sebagai tipe reaksi antigen/antibody yang lebih ringan,kadang-kadang sangat
ringan,sehingga terabaikan. Setelah kejadian berulang infeksi ini, ukuran ginjal sedikit
berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal,dan terdiri dari jaringan fibrosa yang
luas, korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1-2 mm atau kurang. Berkas
jaringan parut merusak sistem korteks,menyebabkan permukaan ginjal kasar dan
ireguler. Sejumlah glomeruli dan tubulusnya berubah menjadi jaringan parut,dan
cabang-cabang arteri renal menebal. Akhirnya terjadi perusakan glomerulo yang
parah, menghasilkan penyakit ginjal tahap akhir (ESRD).
D. Manifestasi Klinik
1. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pembesaran vena leher
c. Pitting edema
d. Edema periorbital
e. Friction rub pericardial
2. Pulmoner
a. Nafas dangkal
b. Krekels
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
3. Gastrointestinal
a. Konstipasi / diare
b. Anoreksia, mual dan muntah
c. Nafas berbau amonia
d. Perdarahan saluran GI
e. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
4. Muskuloskeletal
a. Kehilangan kekuatan otot
b. Kram otot
c. Fraktur tulang
5. Integumen
a. Kulit kering, bersisik
b. Warna kulit abu-abu mengkilat
c. Kuku tipis dan rapuh
d. Rambut tipis dan kasar
e. Pruritus
f. Ekimosis
6. Reproduksi
a. Atrofi testis
b. Amenore
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urin
a. Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
b. Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine
(anuria)
c. Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
d. Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular
dan rasio urin/serum sering 1:1
e. Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
f. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
g. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
2. Darah
a. Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
b. BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
c. SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
d. GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
e. Protein (albumin) : menurun
f. Natrium serum : rendah
g. Kalium: meningkat
h. Magnesium: meningkat
i. Kalsium ; menurun
3. Osmolalitas serum:
Lebih dari 285 mOsm/kg
4. Pelogram Retrograd:
Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasonografi Ginjal :
Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas
6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi:
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor
selektif
7. Arteriogram Ginjal:
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa
8. EKG:
Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)
F. Penatalaksanaan Medis
1. Dialisis
2. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid
3. Diit rendah uremi
Pembatasan cairan dan Na, tinggi KH & rendah protein, Rendah K Bila Ada gagal
ginjal. Antibiotik jika ada infeksi pemberian korticosteroid & Cytotoxic.Anti
Hypertensi, diuretic, plasmapheresis.
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)
Keperawatan
G. Komplikasi
1. Hipertensi
2. Hiperkalemia
3. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
4. Anemia
5. Penyakit tulang
6. Malnutrisi
7. Infeksi sekunder
8. Gangguan koagulasi
9. Akselerasi aterosklerosis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)
B. Asuhan Keperawatan Glomerulonefriris Akut
1. Pengkajian
a. Aktifitas /istirahat
Gejala:
Kelemahan malaise
Kelelahan ekstrem,
Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi lama atau berat
Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak
tangan
Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik
Disritmia jantung
Pucat pada kulit
Friction rub pericardial
Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, misalnya masalah finansial, hubungan dengan orang lain
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan
Tanda:
Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian, mudah terangsang
d. Eliminasi
Gejala:
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
Diare, Konstipasi, abdomen kembung,
Tanda:
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat, kemerahan, berawan
Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala:
Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
Anoreksia, mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut (
pernafasan amonia)
Tanda:
Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
Edema (umum, tergantung)
Perubahan turgor kulit/kelembaban
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
f. Neurosensori
Gejala:
Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada Sakit
kepala, penglihatan kabur
telapak kaki
Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati
perifer)
Tanda:
Gangguan status mental, contohnya ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, penurunan lapang
perhatian, stupor, koma
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
Rambut tipis, kuku tipis dan rapuh
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala:, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki, nyei panggul
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala: Dispnea, nafas pendek, nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda:
Dispnea, takipnea pernapasan kusmaul
Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
i. Keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
Pruritus
Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Seksualitas
Gejala: amenorea, infertilitas, penurunan libido
k. Interaksi sosial
Gejala:
Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran dalam keluarga
l. Penyuluhan
1. Pengkajian
a. Keadaan umum :
b. Riwayat :
1) Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
2) Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini?
3) Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami,
imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
4) Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola
istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.
c. Riwayat penyakit saat ini:
1) Keluhan utama
2) Alasan masuk rumah sakit
3) Faktor pencetus
4) Lamanya sakit
d. Pengkajian sistem
1) Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (adanya edema
).
2) Sistem kardiovaskuler :irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya
cyanosis, diaphoresis.
3) Sistem pernafasan :kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi
dada, cuping hidung.
4) Sistem persarafan :tingkat kesadaran, tingkah laku (mood, kemampuan
intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori,
fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
5) Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali /
splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
6) Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
e. Pengkajian keluarga
1) Anggota keluarga
2) Pola komunikasi
3) Pola interaksi
4) Pendidikan dan pekerjaan
5) Kebudayaan dan keyakinan
6) Fungsi keluarga dan hubungan
2. Diagnosa Keperawatan
A. Kesimpulan
Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus (seperti
sirkulasi triglobulin) atau ekgsogenus (agent infeksius atau proses penyakit sistemik yang
menyertai). Glomerulonefritis akut adalah istilah yang secara luas yang mengacu kepada
sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus, yang menyebabkan
reaksi inflamasi atau lesi nekrosis dalam glomerulus yang biasaanya disebabkan oleh
respon imunologis.
Glomerulonefritis kronik adalah glomerulonefritis tingkat akhir (“end stage”)
dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga
menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang ireversibel.
Untuk kasus glomerulonefritis akut umumnya terjadi pada anak-anak 6-8 tahun dan
pada usia dewasa muda dengan insidensi glomerulonefrits akut 60-80 % mewakili infeksi
sal.napas bagian atas atau otitis media. Sedangkan pada glomerulonefritis kronik adalah
bentuk progresi dari G.akut. Ini memerlukan waktu 30 tahun untuk merusak ginjal
sampai pada tahap akhir.
Penatalaksanaan :
a. Glomerulonefritis akut.
1. Intervensi Terapeutik :
Batasi masukan cairan, kalium dan natrium.
Pembatasan protein sedang dengan oliguri dan peningkatan
BUN; pembatasan lebih drastis bila terjadi gagal ginjal akut.
Peningkatan karbohidrat untuk memberikan energi dan menurunkan
katabolisme protein.
2. Intervensi Farmakologis
Anti HT dan diuretic untuk mengontrol HT dan edema.
Penyekat H2 untuk mencegah ulkus stress pada penyakit akut.
Agens ikatan fosfat untuk mengurangi kadar fosfat dan meningkatkan
kalsium.
AB bila infeksi masih ada.
b. Glomerulonefritis kronik :
1. Medik :
Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
Pemberian antibiotik untuk infeksi.
Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup
pasien.
2. Keperawatan :
Disesuaikan dengan keadaan pasien.
Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada
ahlinya.
Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai
kemampuannya.
Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut
ke sindrom nefrotik atau GGK.
Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada glomerulonefritis akut dan kronik
berdasarkan penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia terhadap patogenesis adalah :
B. Saran
1. Bagi Penulis
Sebagai mahasiswa haruslah dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit glomerulonefritis, agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang glomerulonefritis lebih
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit
glomerulonefritis.
DAFTAR PUSTAKA