PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang pada kebanyakan
kasus disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Namun, beberapa
kasus dapat disebabkan oleh spesies Mycobacterium lainnya di
kompleks M.tuberculosis. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang serius di Eropa selama revolusiindustri, ketika
peningkatan aglomerasi populasi dan populasi di kota-kota besar
biasa terjadi; Pada saat itu,TB bertanggung jawab atas lebih dari 30%
kematian.
Kejadian TB meningkat, terutama di negara berkembang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitarsembilan juta kasus baru
terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Sebagian besar kasus berada di
Asia (55%)dan Afrika (31%), diikuti oleh wilayah Mediterania timur
(6%), Eropa (5%), dan Amerika (3%). Brasil adalahsatu dari 20
negara dengan jumlah kasus yang lebih tinggi, dan memiliki 72.194
kasus baru di tahun 2007,yang sesuai dengan tingkat kejadian 38
kasus / 100.000 orang.
TB ekstrapulmoner menjadi lebih umum terjadi dengan
munculnya infeksi human immunodeficiency virus(HIV) dan
peningkatan transplantasi organ, yang mengakibatkan penekanan
kekebalan pada penerimaorgan.TB Urogenital mewakili 27% kasus TB
ekstrapulmoner, menurut data dari Amerika Serikat, Kanada,dan
Inggris. Ini adalah bentuk TB ekstrapulmoner paling awal ketiga
setelah TB pleura dan TB lymphatic dan terjadi dengan penyebaran
hematologis TB paru di hampir semua kasus.
Sistem Urinaria. 1
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan
Sistem Urinaria. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
Tuberculosis ( TBC ) adalah suatu infeksi kronik, akut
atau sub akut yang disebabkan oleh mikobakterium tuberculosis
yang bersifat tahan asam, anaerob dan merupakan basil gram
posistif. Yang umumnya menyerang struktur alveolar paruparu.
TB yang menyerang ginjal dapat disebut TB RENAl.
Setelah tuberkulosis paru, saluran ginjal merupakan lokal infeksi
yang paling sering, biasanya disebabkan penyebaran
hematogen baik dari tuberkulosis paru maupun tulang. Setiap
bagian dari saluran ginjal dapat terkena. Sekitar 15% dari
individu dengan tuberkulosis paru aktif akan mengalami
tuberkulosis ginjal.
Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri yaitu
micobakterium tuberculosis. Bakteri tuberculosis berbentuk
batang dengan ukuran 2-4µ x 0,2-0,5µm, bentuknya seragam,
tidak berspora, dan tidak bersimpati.
TBC Renal merupakan penyakit infeksi yang menyerang
organ tubuh pada Renal dan disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010)
menyebutkan tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai
organ, termasuk Renal dengan gejala sangat bervariasi.
Sistem Urinaria. 3
2. Etiologi
TBC disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulosis.
M. tuberculosis termasuk familie mycobacteriaceae yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah
mycobacterium, yang salah satu spesiesnya adalah
M.tuberculosis. M. tuberculosis yang paling berbahaya pada
manusia adalah typehumanis. sejenis kuman berbentuk batang.
Basil TBC mempunyai dinding sel lipid (lemak), sehingga tahan
asam, Oleh karena itu, kuman ini disebut pula basil Tahan asam
(BTA). Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan
keadaan dingin karena sifatnya yang dormant, yaitu dapat
bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini
juga bersifat aerob
Tuberculosis ginjal dan saluran kemih disebabkan oleh
organisme mikrobakterium tuberkulosa. Organisme ini biasanya
berjalan dari paru-paru melalui aliran darah ke ginjal.
Mikroorganisme kemudian menjadi dorman di ginjal selama
bertahun-tahun.
3. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis
dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan
nafas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan
mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan
melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh
lainya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru
lainya (lobus atas). System imun berespon dengan
melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag)
menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis
melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
Sistem Urinaria. 4
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi
awalbiasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah
pemajanan. (Smeltzer, Suzanne C, etal.2001
Pada awalnya, bagian ginjal yang terinfeksi adalah
korteks dan medulla renalis. Kerusakan jaringannya bersifat
progresif. Infeksi dapat menyebar melalui mukosa ke
saluran kemih. Infeksi pada ureter dapat menyebabkan
striktur. Struktur akan menyebabkan obstruksi. Suplai darah
pada jaringan ginjal dapat terganggu karena kerusakan
jaringan oleh gumpalan tuberkel. Terganggunya suplai
darah dapat menyebabkan iskemia. TB ekstra paru dapat
menular, tapi penularannya tidak seperti TB paru yang
melalui kontak langsung lewat udara yang tercemar bakteri
tuberkulosis. TB ekstra paru menular melalui darah dan
cairan tubuh yang terinfeksi bakteri tuberkulosis. Biasanya
penularan terjadi melalui transfusi darah.
Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh arganisme
microbakterium tuberculosis. Organism ini biasanya berjalan
dari Paru melalaui aliran Darah ke Ginjal. Mikroorganisme
kemudian menjadi dorman di Ginjal selama bertahun-tahun.
Proses tuberculosis biasanya dimulai dari Glomelurus dan
kemudian menyebar keseluruh nefron menyebabkan duktus
renal progresif. Ketika piala ginjal terinfeksi, organism menyebar
ke bawah kekandung kemih dan pada pria juga
menginfeksi prostat, epididimis dan testis. (brunner dan
suddarth) buku KBM.
4. Manifestasi Klinis
Penurunan berat badan
Sistem Urinaria. 5
Anoreksia
Sputum purulem/hijau, mukoid kuning
Demam
Malaise
Hematuria (adanya darah dalam urin) dan piuria
Nyeri
Nyeri bagian abdomen
Di suria
Sering berkemih
5. Pemeriksaan Diagnostik
Croflon, John, et al. (2002) mengajukan beberapa jenis
pemeriksaan untuk menegakkan diagnose tuberculosis renal pada
orang dewasa yaitu Pemerisaan dahak pada sediaan langsung :
a. Pemeriksaan dilakukan dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen
(ZN) atau dipusat-pusat kesehatan yang lebih lengkap dengan
menggunakansinar ultraviolet.
b. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan ini mempunyai arti penting untuk menegakkan
diagnosis. Bahannya bisa berupa dahak/sputum, cairan pleura,
cairan serebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, fese, dan
jaringan biopsy (termasuk biopsi jarum halus).
Sistem Urinaria. 6
Cara pemeriksaan bakteriologi dilakukan secara
mikroskopis dan kultur. Pemeriksaan mikroskopis dapat dengan
pewarnaan Ziehl-Nielsen atau dengan fluorosens pewarnaan
auramin-rhodamin. Sedangkan, pemeriksaan kultur dilakukan
dengan metode konvensional, yaitu dengan menggunakan media
Lowenstein-jensen, ataupun media agar.
Sistem Urinaria. 7
volar lengan bawah. Setelah 48-72 jam, daerah suntikan dibaca
dan dilaporkan diameter indurasi yang terjadi dalam satuan
milimeter. Perlu diperhatikan bahwa diameter yang diukur adalah
diameter indurasi bukan diameter eritema! Untuk meminimalkan
kesalahan pengukuran, lakukan palpasi secara halus pada daerah
indurasi, lalu tentukan tepinya.
Hasil uji tuberkulin dapat dipengaruhi oleh status BCG .
Pengaruh BCG terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama
berlangsung hingga 5 tahun setelah penyuntikan. Jadi, ketika
membaca uji tuberkulin pada anak di atas 5 tahun, status BCG
dapat dihiraukan.
Uji tuberkulin dinyatakan positif apabila diameter indurasi ≥5
mm pada anak dengan faktor risiko seperti menderita HIV dan
malnutrisi berat; dan ≥10 mm pada anak lain tanpa memandang
status BCG. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter
indurasi 10-15 mm masih mungkin disebabkan oleh BCG selain
oleh infeksi TB. Bila indurasi ≥15 mm lebih mungkin karena infeksi
TB daripada BCG.
f. Interferon gamma
Dasar pemikirannya adalah bahwa Mycobacterium
tuberculosis dalam makrofag akan dipresentasikan ke sel Th
(Thelper) 1 melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas
II. Sel Th1 selanjutnya akan mensekresi IFN g yang akan
mengaktifkan makrofag sehingga dapat menghancurkan kuman
yang telah difagosit. Sitokin IFN-g yang disekresi oleh Th1 tidak
hanya berguna untuk meningkatkan kemampuan makrofag
melisiskan kuman tetapi juga mempunyai efek penting lainnya yaitu
merangsang sekresi tumor necrosis factor (TNF) a oleh sel
makrofag.
Hal ini terjadi karena substansi aktif dalam komponen dinding
sel kuman yaitu lipoarabinomannan (LAM) yang dapat merangsang
Sistem Urinaria. 8
sel makrofag memproduksi TNF-a. Respons DTH pada infeksi TB
ditandai dengan peningkatan sensitiviti makrofag tidak teraktivasi
terhadap efek toksik TNF-a. IFN g inilah yang kemudian dideteksi
sebagai petandan telah terjadi rekasi imun akibat infelsi
tuberculosis.
g. pemeriksaan utogram intravena. Untuk melihat adanya
pembentukan rongga dan pengapuran di ginjal/kandung kemih
h. Pemeriksaan Lab untuk melihat adanya Basil TB dalam darah.
Biasanya pasien ini mendapatkan basil TB lewat tranfusi darah.
6. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
b. Pencegahan
c. Pemberian obat-obatan :
OAT (obat anti tuberkulosa)
OBH
Vitamin
d. Konsultasi secara teratur
7. Farmakologi
a. Isoniazid (INH)
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH.
Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan
perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri).
Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis
asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat
biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur
penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat
tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh
metanol dari mikobakterium.
Sistem Urinaria. 9
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun
parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah
pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada
manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik
yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma.
Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau
toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap hari. Dosis obatnya
yaitu 5-15 mg/kg BB/hari (maks. 300mg)/ hari
b. Rifampisin
Rifampisin merupakan obat anti tuberkulosis yang bersifat
bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah
transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri.
Dosis obatnya yaitu 10-20 mg/kg BB/hari (maks. 600 mg/hari).
c. Pirazinamid
Pirazinamid adalah analog nikotinamid yang telah dibuat
sintetiknya. Obat ini tidak larut dalam air. Pirazinamid di dalam tubuh
di hidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang
aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam.
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan
asam lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri. Pirazinamid
mudah diserap diusus dan tersebar luas keseluruh tubuh.
Ekskresinya terutama melalui filtrasi glomerulus. Dosis obatnya yaitu
15-30 mg/kg BB/hari (maks. 2g/hari).
d. Ethambutol
Ethambutol merupakan tuberkuloslatik dengan mekanisme
keria menghambat sintesis RNA. Absorbsi setelah pemberian per oral
cepat. Eksresi sebagian besar melalui ginjal, hanya lebih kurang 10%
diubah menjadi metabolit yang inaktif.
Ethambutol tidak dapat menembus jaringan otak tetapi pada
penderita meningitis, tuberkulosa dapat ditemukan kadar terapeutik
dalam cairan serebrospinal. Dosis obatnya yaitu 15 mg/kg BB PO,
Sistem Urinaria. 10
untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg/kg BB/hari selama 60
hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kg BB/hari.
e. Streptomisin
Streptomisin merupakan obat antibiotik yang termasuk dalam
golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba dengan
cara menghambat sintesis protein. Obat ini larut dalam air dan sangat
larut dalam alkohol.
Obat ini terdistribusi ke dalam cairan ekstraselular termasuk
serum, absces, ascitic, perikardial, pleural, sinovial, limfatik, dan
cairan peritoneal; menembus plasenta; dalam jumlah yang kecil
masuk dalam air susu ibu. Dosis obatnya yaitu 15-40 mg/kg BB/hari
(maks. 1g/hari).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola aktifitas dan istirahat
Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur,
Berkeringat pada malam hari.
b. Pola Nutrisi
Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi
Batuk produktif (pada tahap lanjut), Nyeri abdomen
d. Riwayat Keluarga
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang
sama (penyakit yang sama)
e. Riwayat lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi
rumahyang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak
f. Aspek Psikososial :
Merasa dikucilkan
Sistem Urinaria. 11
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang bayak
Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien
Tidak bersemangat, putus harapan
g. Riwayat Penyakit sebelumnya
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh
Pernah berobat, tetapi tidak sembuh
Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out)
h. Pendidikan pasien dan keluarga :
Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik
yang
maksimal mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian
terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat
dihentikan.
Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi,
yang lebih sering terjadi pada pasien dengan serosis berat.
Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan
dari makanan yang tinggi potasium dan garam.
Sistem Urinaria. 12
2. Penyimpangan KDM
Kerusakan sel
Batuk
Kavitasi kuman
Merangsang nosiseptori nyeri
(reseptor nyeri) Gangguan rasa
Infeksi pada piala ginjal nyaman
Dihantarkan
Penyempitan lumen
Menyebar ke kandung
uretra pars prostalika
kemih
Medulla spinalis
Ansietas
Gangguan eliminasi urine
Sistem Urinaria. 13
3. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut
b) Ansietas
c) Gangguan eliminasi urine
d) Gangguan rasa nyaman
4. Intervensi
Sistem Urinaria. 14
- Kurangi factor presipitasi
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
control nyeri
- Tingkatkan istrahat
- Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
menejemen nyeri
Sistem Urinaria. 15
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, katakutan,
persepsi
- Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
3 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan - Gunakan pendekatan
Definisi : Merasa kurang keperawatan selama 2x24 yang menenangkan
senang, lega dan sempurna jam, diharapakan nyeri - Nyatakan dengan jelas
dalam dimensi fisik, berkurang dengan: harapan terhadap pelaku
psikospiritual, lingkungan dan pasien
social Kriteria Hasil : - Jelaskna semua
Mamapu mengontrol prodsedur dan apa yang
kecemasan diarasakan selama
Status lingkungan yang prosedur
nyaman - Pahami prespektif pasien
Mengontrol nyeri terhadap situasi strees
Kualitas tidur dan - Temani pasien untuk
istirahat adekuat memberikan keamanan
Agresi pengendalian diri dan mengurangi takut
Respon terhadap - Dorong keluarga untuk
pengobatan menemani anak
Control gejala - Dengarkan penuh
Status kenyamanan perhatian
meningkat - Identifikasi tingkat
Dapat mengontrol kecemasan
ketakutan - Bantu pasien mengenal
Support social situasi yang
Keinginan untuk hidup menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,persepsi
- Intruksikan pasien
mengggunakan teknik
relaksasi
Sistem Urinaria. 16
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Sistem Urinaria. 17
- Memantau asupan dan
pengeluaran
- Memantau tingkat
dispense kantung
kemih dengan palpasi
dan inpeksi
- Membantu dengan
toilet secara berkala
- Memasukkan pipa
kedalam lubang tubuh
untuk sisa
- Menerapkan
kateterisasi intermiten
Sistem Urinaria. 18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPILAN
Penyakit TB tidak hanya menyerang paru-paru namun juga
dapat menyarang organlain seperti selaput otak, selaput jantung,
persendian, kulit, usus, ginjal dan saluran kemih.pasien TB dengan
riwayat ginjal bermasalah dapat menimbulkan komplikasi berupa renal
tuberculosis ( tuberculosis ginjal ). Untuk memastikan pasien tb
dengan fungsi ginjal yang abnormal perlu dilakukan pemeriksaan foto
thoraks dan perlu pengobatan dengan dosis yang tepat sesuai dengan
fungsi ginjalnya.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan-
rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat
memahami mengenai penyakit TB Renal menjadi bekal dalam
pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas
ini.
Sistem Urinaria. 19
DAFTAR PUSTAKA
Sistem Urinaria. 20