PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benigna prostatic hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran non kanker
(noncancerous) dari kelenjar prostat (prostate gland) yang dapat membatasi urin (kencing)
dari kandung kemih (bladder). Prostat hyperplasia merupakan pembesaran glandula dan
aringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan. Kelenjar prostat mengitari leher kandung kemih dan uretra, sehingga
hipertropi prostat sering menghalangi pengosongan kandung kemih (Doenges, 2002).
Kejadian BPH pada pria usia 55 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, pada usia80
tahun angka kejadiannya 60%. Tidak lancarnya dalam pengeluaran urin, kencing terasa panas,
kencing menetes dan lama – lama bisa menyebabkan tidak bisa kencing (anuria). Hal ini
dipengaruhi karena kebiasaan para pria mengangkat beban berat dalam rentang waktu lama,
faktor penuaan dan faktor hormonal. Dalam menangani Benigna Prostat Hyperplasia adalah
melakukan insisi (operasi) BPH. Untuk menjaga dan mempertahankan kondisi pasien post
operasi BPH agar dalam keadaan baik dan stabil adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi
terhadap tubuh. Benigna Prostat hyperplasia biasanya di derita oleh Pria dengan usia lanjut 55
tahun ke atas (Harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/07 askep hipertrofi-prostat).
Proses seseorang dari usia dewasa menjadi usia tua merupakan suatu proses yang
harus dijalani dan disyukuri. Proses ini biasanya menimbulkan suatu beban karena
menurunnya fungsi organ tubuh orang tersebut sehingga menurunkan kualitas hidup
seseorang, akan tetapi banyak juga seseorang yang menginjak usia senja juga mengalami
kebahagiaan (Fitrah & wahyunita, 2010).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi m segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber
nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot
dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar
tubuh seperti yang sehari – hari dimakan oleh manusia (Hidayat, 2006).
Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi
yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristiknya, seperti jenis kelamin,
usia, aktivitas dan lain-lain (Asmadi, 2008).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar,
melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari nutrisi di antaranya adalah
sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh yang rusak,
mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya (Asmadi, 2008).
Benigna prostatic hyperplasia (BPH) 1
Nutrisi merupakan zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Nutrien merupakan zat kimia organik maupun anorganik yang ditemukan dalam
makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Nutrien tersebut
diabsorbsi di saluran pencernaan kemudian didistribusikan ke sel-sel tubuh, nutrien digunakan
untuk proses fungsional sel tersebut, sumber energi, dan sintesis protein. Untuk itu, intake
nutrisi kedalam tubuh harus adekuat, artinya nutrisi yang kita makan harus mengandung
nutrien esensial tertentu yang seimbang. Nutrien esensial tersebut meliputi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Makanan yang masuk ke dalam tubuh sampai di
keluarkan dalam tubuh dalam bentuk sampah metabolisme terjadi melalui proses pencernaan.
Gangguan pada proses pencernaan dapat menyebabkan individu mengalami
gangguan nutrisi (Asmadi, 2008).merupakan sumber energi untuk 3 Kebutuhan energi pada
lansia mengalami penurunan kebutuhan kalori pada saat tingkat metabolis menurun dengan
bertambahnya umur. Kebutuhan rata-rata yang diperbolehkan untuk laki-laki adalah 2300
kkal/hari dan untuk wanita 1900 kkal/hari. Pada umumnya, ketika kebutuhan energi dipenuhi
lengkap oleh asupan kalori pada makanan, maka berat badan tidak berubah, Jika pemasukan
kalori melebihi kebutuhan energi, maka berat seseorang akan menambah, ketika pemasukan
kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan energi, maka seseorang akan kehilangan berat badan
(Potter & Perry, 2006).
Hasil penelitian status gizi lansia post operasi Benigna Prostat Hyperplasia berisiko
untuk masalah nutrisi yang berhubungan dengan proses penyakitnya dan penggunaan
medikasi obat-obatan dapat mempengaruhi absorpsi dan metabolisme yang menyebabkan
menurunkan nafsu makan. Untuk itu kebutuhan dasar nutrisi harus diperhatikan. Melihat
permasalahan diatas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada pasien post operasi Benigna prostat hyperplasia dengan gangguan
kebutuhan dasar nutrisi di Kelurahan Harjosari II Kec. Medan Amplas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian BPH?
2. Apa etiologic BPH?
3. Apa manisfestasi BPH?
4. Bagaimana patofisiologi BPH?
5. Apa penatalaksanaan BPH?
6. Apa komplikasi BPH?
7. Bagaimana konsep keperawatan pada penyakit BPH ?
Benigna prostatic hyperplasia (BPH) 2
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi BPH
2. Untuk mengetahui etiologic BPH
3. Untuk mengetahui manistasi klinis BPH
4. Untuk mengetahui patofisiologi BPH
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan BPH
6. Untuk mengetahui komplikasi BPH
7. Untuk mengetahui konsep keperawaran pada penyakit BPH
I. KONSEP MEDIK
A. DEFENISI
Benigna Prostat Hiperplasia adalah kelenjar prostat mengalami, memanjang keatas
kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra
(Brunner & suddarth, 2001)
Benigna Prostat Hiperplasi adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan (Price, 2006)
Benigna Prostat Hiperplasi adalah hiperplasia kelenjer periuretra yang
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (Mansjoer, 2000).
Benigna Prostat Hiperplasi adalah kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ
ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine
keluar dari buli-buli (Purnomo 2011).
Dari pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa benigna prostat
hyperplasia adalah pembesaran dari prostat yang biasanya terjadi pada orang berusia lebih
dari 50 tahun yang mendesak saluran perkemihan
B. ETIOLOGI
Menurut Alam tahun 2004 penyebab pembesaran kelenjar prostat belum diketahui
secara pasti, tetapi hingga saat ini dianggap berhubungan dengan proses penuaan yang
mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama testosteron. Para ahli berpendapat
bahwa dihidrotestosteron yang mamacu pertumbuhan prostat seperti yang terjadi pada masa
pubertas adalah penyebab terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Hal lain yang dikaitkan
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
a. Obstruksi :
Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)
Pancaran waktu miksi lemah
Intermitten (miksi terputus)
Miksi tidak puas
Distensi abdomen
Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
b. Iritasi : frekuensi sering, nokturia, disuria.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.
3. Gejala di luar saluran kemih :
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Purnomo 2011 pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra
prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik
buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada bulu-buli tersebut, oleh pasien disarankan
sebagai keluhkan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom
F. KOMPLIKASI
Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi (meskipun prostatektomi
perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal yang tidak dapat
dihindari). Pada kebanyakan kasus, aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai
8 Minggu, karena saat ini fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi, maka cairan
seminal mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin (Brunner &
Suddarth, 2002).
Apabila buli-buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin. Karena produksi
urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin
sehinnga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis dan gagal
ginjal (Mansjoer, 2000).
B. ANALISA DATA
1. Data subyektif :
Pasien mengeluh sakit pada luka insisi, karakteristik luka, luka berwarna
merah
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
2. Data Obyektif:
Terdapat luka insisi, karakteristik luka berwarna merah.
Takikardia, normalnya 80-100 kali/menit.
Gelisah.
Tekanan darah meningkat, normalnya 120/80 mmHg.
Ekspresi wajah ketakutan.
Terpasang kateter.
C. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan fisik
a. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapatmeningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok.
b. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah
supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi
Penyimpangan KDM
E. INTERVENSI
A. KESIMPULAN
Benigna prostatic hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran non kanker (noncancerous) dari
kelenjar prostat (prostate gland) yang dapat membatasi urin (kencing) dari kandung kemih
(bladder). Prostat hyperplasia merupakan pembesaran glandula dan aringan seluler kelenjar
prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan.
Kelenjar prostat mengitari leher kandung kemih dan uretra, sehingga hipertropi prostat sering
menghalangi pengosongan kandung kemih (Doenges, 2002).
Kejadian BPH pada pria usia 55 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, pada usia80 tahun
angka kejadiannya 60%. Tidak lancarnya dalam pengeluaran urin, kencing terasa panas, kencing
menetes dan lama – lama bisa menyebabkan tidak bisa kencing (anuria). Hal ini dipengaruhi
karena kebiasaan para pria mengangkat beban berat dalam rentang waktu lama, faktor penuaan
dan faktor hormonal. Dalam menangani Benigna Prostat Hyperplasia adalah melakukan insisi
(operasi) BPH. Untuk menjaga dan mempertahankan kondisi pasien post operasi BPH agar
dalam keadaan baik dan stabil adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi terhadap tubuh.
Benigna Prostat hyperplasia biasanya di derita oleh Pria dengan usia lanjut 55 tahun ke atas
(Harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/07 askep hipertrofi-prostat).
B. SARAN
Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan asuhan keperawaan dengan semaksimal
mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik