Anda di halaman 1dari 21

Sejarah Lengkap Tentang Kemerdekaan Republik Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada tahun 1945 bertepatan ketika di bulan Ramadhan tahu
n 1365 H. Tepatnya terjadi pada hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945. Begitu besar arti dan makna Kem
erdekaan Indonesia terdahap kelangsungan pembangunan Indonesia. Hanya saja sepertinya banyak ya
ng melupakan mengenai sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia ini yang telah banyak menguras korb
an jiwa dan harta benda pada jaman kemerdakaan dahulu yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa I
ndonesia tercinta ini.

Untuk mengingatkan kembali proses proklamasi dan juga kemerdekaan, marilah kita sedikit banyak bel
ajar mengenai sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Dimulai dengan tanggal 6 Agustus 1945 ketika Bo
m itu mengguncang kota Nagasaki dan kemudian di tanggal 9 Agustus giliran kota di Jepang dan Ame
rika Serikat. Dan peristiwa pemboman hirosima Nagasaki ini menjadi pertanda menyerahnya Jepang ke
pada Amerika dan juga sekutunya.

Kemudian di hari BPUPKI ini akan berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indone
sia) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 A
gustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah k
epada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkanoleh Indonesia untuk memproklam
asikan kemerdekaannya.

Sejarah peristiwa menjelang Kemerdekaan Republik Indonesia

Tanggal 6 Agustus tahun 1945

Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang dan Amerika Serikat yang mulai menurun
kan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiap
an Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau Dokuritsu Junbi Cosakai, berganti nama menjadi PPKI ( Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang disebut sebagai Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, u
ntuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai Kemerdekaan Indonesia.

7 Agustus tahun 1945

Pada sidang BPUPKI nama ini diganti menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia).

9 Agustus tahun 1945


Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Tera
uchi. Mereka juga dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang juga m
enginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

10 Agustus tahun 1945

Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah men
yerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap untuk memproklamasikan kemerdekaan
RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahukan
kepada penyair Chairil Anwar tentang jatuhnya bom atom di Nagasaki dan Jepang telah menerima ulti
matum dari Sekutu untuk menyerah. Setelah itu Syahrir juga mengetahui hal itu melalui siaran radio lua
r negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama p
ara pendukung Syahrir.

11 Agustus tahun 1945

Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno Hatta dan Radjima
n bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.

14 Agustus tahun 1945

Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat (250 km di sebelah timur laut dari S
aigon), Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena mengangga
p hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu busuk Jepang, karena Jepang setiap saat menyerah kepada Sek
utu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepan
g. Hatta menceritakan kepada Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi untuk menghadapi bala ten
tara Jepang dalam hal yang akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi da
n telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin bahwa Jep
ang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpah
an darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap, Soekarn
o mengingatkan kepada Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu
adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

15 Agustus tahun 1945

Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia kare
na Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Setelah men
dengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jep
ang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor
tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Ima
m Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di
Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Se
pulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerde
kaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No
2. Setelah itu membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD sebelumnya disiapkan Ha
tta.

16 Agustus tahun 1945

Gejolak tekanan yang menghendaki pengambil ahli kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilanc
arkan para pengikut Syahrir. Pada siang hari mereka juga berkumpul di rumah Hatta, dan sekitar pukul
10 malam di rumah Soekarno. Ada Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan k
emerdekaan melalui radio, yang disusul pengambil alihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PP
KI untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus.

Contoh Pengamalan Pancasila Ke 1,2,3,4 dan 5 dalam kehidupan

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pa
ñca berarti lima dan ś īla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidu
pan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan b
eradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawar
atan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke -4
Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Tentu bukan hanya mengetahui namanya saja, tetapi harus tahu bagaimana pengamalan pancasila dal
am kehidupan sehari-hari. Berikut ini Contoh Pengamalan Pancasila Ke 1,2,4, dan 5 dalam kehidupan S
ebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa Sila ini berhubungan terhadap perilaku ki
ta sebagai umat pertama pada Tuhannya. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Pertama :
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.

Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masin
g-masing.

Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti melakukan pembakaran rumah rumah ibadah.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.

Menjalani perintah agama sesuai ajaran agama yang dianut masing-masing. Kita tidak boleh membeda
-bedakan cara bergaul hanya karena ras, suku dan agama

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Membina kerjasama dan tolong menolong antar umat beragama.

Bersikap toleran kepada umat beragama yang lainya.

Mengembankan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai manusia yang pada hakikatnya semua sama di Dun
ia ini. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Kedua :

Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedakan.

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuha
n Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Tidak semena-mena terhadap orang lain.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti acara acara bakti sosial, memberikan bantuan kepada
panti panti asuhan sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.

Senang membantu teman yang sedang mengalami kesusahan.

Memberikan bantuan kepada korban bencana alam.

Mengembangkan sikap tenggang rasa.

Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.


Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

3. Persatuan Indonesia

Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai warna Negara Indonesia untuk bersatu membangu
n negeri ini. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Ketiga :

Bangga dan cinta terhadap tanah air dan bangsa.

Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara

Mengembangkan sikap saling menghargai.

Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa

Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.

Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.

Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi arau golongan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Sila ini beruhubungan terhadap perilaku kita untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesesaikan mas
alah. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Keempat :

Selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan permasalahan.

Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.

Menghargai hasil musyawarah.

Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.

Memberikan kepercayaan wakil-wakil rakyat yang telah terpilih.

Yang menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.

Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada orang lain.

Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

Berhati besar untuk menerima keputusan apapun yang dihasilkan oleh musyawarah.

Bekerja sama untuk mempertanggung jawabkan keputusan tersebut.


5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil terhadap semua orang. Berikut contoh si
kap yang mencerminkan di sila Kelima :

Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong royong.

Peduli terhadap penderitaan yang dialami orang lain.

Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan pihak umum.

Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.

Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekluargaa
n dan kegotongroyongan.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak-hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras

Tidak bergaya hidup mewah.

Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

dari pengamalan-pengamalan pancasila telah terbukti sudah memenuhi kriteria orang-orang

Hanya itu saja contoh pengamalan pancasila dari sila ke 1 sampai 5. dengan mengetahuinya , semoga k
ita bisa mengamalkannya dan bukan hanya dibaca.

Sejarah Dan Perkembangan Konstitusi Di Indonesia

SEJARAH KONSTITUSI

Sebenarnya. konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang Dasar (Grundgezets), dikarenak


an suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-negara modern sehing
ga pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini diseba
bkan oleh pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis, demi m
encapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham
kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis
itu adalah Undang-Undang Dasar.
Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu :

1) Konstitusi tertulis dan

2) Konstitusi tak tertulis.

Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang pad
a umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara bekerja berbagai lem
baga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.

Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis adalah Inggris dan Ka
nada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-lembaga kenegaraan dan semua hak
asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen ya
ng relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang
memuat jaminan hak-hak azasi manusia rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu ters
ebar dalam berbagai dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris
masuk dalam kategori negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.

Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan berdasarkan jenis-jenis k
ekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu dibentuklah lembaga-lembaga negara. Deng
an demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga ne
gara yang bertanggung jawab untuk melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu.

Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau kewenangan itu, salah sat
u yang paling terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa kekuasaan negara itu terbagi dalam
tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara ketat. Ketiga jenis kekuasaan itu adalah :

Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif)

Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif)

Kekuasaan kehakiman (yudikatif).

Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan di dalam konstitusi dikem
ukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannyaStaatsrecht over Zee. Ia membagi kekuasaan m
enjadi empat macam yaitu :

Pemerintahan (bestuur)

Perundang-undangan

Kepolisian

Pengadilan.
Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan karenanya perlu dipecah menjadi dua
jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan kepolisian. Menurutnya kepolisian m
emegang jenis kekuasaan untuk mengawasi hal berlakunya hukum dan kalau perlu memaksa untuk me
laksanakan hukum.

Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia mendukung gagasa
n Van Vollenhoven ini, bahkan ia mengusulkan untuk menambah dua lagi jenis kekuasaan negara yaitu
kekuasaan Kejaksaan dan Kekuasaan Pemeriksa Keuangan untuk memeriksa keuangan negara serta me
njadi jenis kekuasaan ke-lima dan ke-enam.

Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis k
ekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu umumnya terbagi atas enam dan masing-masi
ng kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau lembaga tersendiri yaitu:

Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)

Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)

Kekuasaan kehakiman (yudikatif)

Kekuasaan kepolisian

Kekuasaan kejaksaan

Kekuasaan memeriksa keuangan negara

Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil da
ri pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan neg
ara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang
besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menj
adi otoriter karena terjadi perubahan dalam konstitusinya

Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan suatu hal yang tidak
dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitus
i yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi bias
anya juga mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedur
nya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan b
ukan berdasarkan keinginan semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompo
k orang belaka.

Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek ketatanegaraan di dunia d
alam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, ma
ka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku secara keseluruhan (penggantian konstitusi). Siste
m ini dianut oleh hampir semua negara di dunia. Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu konstitu
si diubah, maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan a
mandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau
menjadi bagian dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.

PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah Undang-Und
ang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemer
dekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grond
wet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebua
h naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekali
pun Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37
pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi
telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.

Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang sudah dilih
at oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tenta
ng perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pas
al 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia m
elalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendu
m)

Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda sidang Tahu
nan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersama
an dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara ko
mperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pemb
entukan komisi Konstitusi.

Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang yang per
nah berlaku, yaitu :

Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)

Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum
mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undan
g-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami b
eberapa proses.
Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang m
enginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan nega
ra-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya
. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi
2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indone
sia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)

Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan se
mentara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, m
aka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan R
epublik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi b
erkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indon
esia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang ba
ru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang -undang
dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusa
t dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 195
0 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.

Periode 5 Juli 1959 – sekarang

(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)

Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan perubahan M
ajelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusya
waratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 seca
ra murni dan konsekuen.

PERUBAHAN UUD 1945

Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi adalah reformasi kon
stitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang merupakan kebutuhan dan agenda y
ang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan me
ngarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta men
dukung penegakan demokrasi dan hak asasi manusia.

Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda Sidang MPR dari 1999
hingga 2002 . Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang Umum MPR Tahun 1999. Arah perubahan p
ertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakil
an Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.

Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan kedua menghasilkan r
umusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan pembagian pemerintahan d
aerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan¬
-ketentuan terperinci tentang HAM.

Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap ini mengubah dan ata
u menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan bemegara, kelembagaan negara
dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-ketentuan tentang Pemilihan Umum. Sedangkan
perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat tersebut
meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan D
ewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosi
al, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.

Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi UUD 1945. Naskah asli
UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan menghasilkan 199 butir kete
ntuan. Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang ada dalam UUD 1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yan
g tidak mengalami perubahan. Selebihnya, sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang
baru atau telah mengalami perubahan.

Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena mengubah prinsip kedaulatan
rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR menjadi dilaksanakan menurut Undang-Undan
g Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan
melaksanakan kedaulatan rakyat dalam lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah
dari kekuasaan Presiden yang sangat besar (concentration of power and responsibility upon the Presid
ent) menjadi prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip tersebu
t menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.

Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah
pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan UUD 1945 harus dilakukan mulai dari k
onsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum d
asar, UUD 1945 harus menjadi acuan dasarsehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam penyel
enggaraan negara dan kehidupan warga negara (the living constitution).
Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan Negara Yang Demokratis

Sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konstitusi berpesan sebagai sebuah aturan dasar yang mengat
ur kehidupan dalam bernegara dan berbangsa maka aepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakat
an bersama antara negra dan warga Negara . Kontitusi merupakan bagian dan terciptanya kehidupan y
ang demokratis bagi seluruh warga Negara. Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi dem
okratis merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut. Setiap kons
titusi yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokras
i itu sendiri.

LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN

Sebagai kelembagaan Negara, MPR RI tidak lagi diberikan sebutan sebagai lembaga tertinggi Negara
dan hanya sebagai lembaga Negara, seperti juga, seperti juga DPR, Presiden, BPK dan MA. Dalam pasa
l 1 ayat (2) yang telah mengalami perubahan perihal kedaulatan disebutkan bahwa kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar sehingga tampaklah bahwa MPR RI t
idak lagi menjadi pelaku/pelaksana kedaulatan rakyat. Juga susunan MPR RI telah berubah keanggotaa
nya, yaitu terdiri atas anggota DPR dan Dewan Perakilan Daerah (DPD), yang kesemuanya direkrut mel
alui pemilu.

Perlu dijelaskan pula bahwa susunan ketatanegaraan dalam kelembagaan Negara juga mengalami per
ubahan, dengan pemisahan kekuasaan, antara lain adanya lembaga Negara yang dihapus maupun lahi
r baru, yaitu sebagai Badan legislative terdiri dari anggota MPR, DPR, DPD, Badan Eksekutif Presiden da
n wakil Presiden, sedang badan yudikatif terdiri atas kekuasaan kehakiman yaitu mahkamah konstitusi (
MK) sebagai lembaga baru, Mahkamah Agung (MA), dan Komisi Yudisial (KY) juga lembaga baru. Lemb
aga Negara lama yang dihapus adalah dewan Pertimbangan Agung (DPA), dan Badan pemeriksa keua
ngan tetap ada hanya diatur tersendiri diluar kesemuanya/dan sejajar.

Tugas dan kewenagan MPR RI sesudah perubahan, menurut pasal 3 UUD 1945 ( perubahan Ketiga ).

a. Majelis Permusyawaran Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UUD

b. Majelis Permusyawaran Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

c. Majelis Permusyawaran Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau Wakil Presiden dala
m masa jabatannya menurut undang-undang dasar ( impeachment ).

Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan di
jalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) ke
pada 6 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyaw
aratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemerik
sa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Perubahan (Amandemen) UUD 1945:

* Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum [Pasal 1 ayat (3)] dengan menempatkan kekuas
aan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, penghormatan kepada hak asasi manusia serta keku
asaan yang dijalankan atas prinsip due process of law.

* Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara, seperti Hakim.

* Sistem konstitusional berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and balances) yaitu setiap kekuasa
an dibatasi oleh Undang-undang berdasarkan fungsi masing-masing.

* Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.

* Menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada serta membentuk beberapa lembaga negara ba
ru agar sesuai dengan sistem konstitusional dan prinsip negara berdasarkan hukum.

* Penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan maing-masing lembaga negara disesuaikan d
engan perkembangan negara demokrasi modern.

Tugas Lembaga Tinggi Negara sesudah amandemen ke – 4 :

A. MPR

· Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden,
DPR, DPD, MA, MK, BPK.

· Menghilangkan supremasi kewenangannya.

· Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.

· Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melal
ui pemilu).

· Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.

· Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota De
wan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui pemilu.
B. DPR

· Posisi dan kewenangannya diperkuat.

· Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya m
emberikan persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU.

· Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.

· Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai me
kanisme kontrol antar lembaga negara.

C. DPD

· Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan daerah dalam bada
n perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat
sebagai anggota MPR.

· Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.

· Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.

· Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daer
ah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.

D. BPK

· Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

· Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) sert
a menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak huk
um.

· Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

· Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dal
am BPK.

E. PRESIDEN

· Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhenti
an presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem pemerintahan presidensial.

· Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.

· Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.


· Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan pertimbangan DPR.

· Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan DPR.

· Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih
secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam mas
a jabatannya.

F. MAHKAMAH AGUNG

· Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan pe
radilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].

· Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang
-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.

· Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradil
an Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

· Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang
-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.

G. MAHKAMAH KONSTITUSI

· Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution).

· Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga
negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UU
D.

· Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan
pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaa
n negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.

H. KOMISI YUDISIAL

· Tugasnya mencalonkan Hakim Agung dan melakukan pengawasan moralitas dan kode etik para Haki
m.

TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN


menurut Undang Undang No. 10 tahun 2004 jenis dan tata urutan/susunan (hirarki) peraturan p
erundang-undangan sekarang adalah sebagai berikut :

UUD-RI tahun 1945

Undang-undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);

Peraturan Pemerintah (PP);

Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan lembaga negara atau organ/badan negara yang dianggap
sederajat dengan Presiden antara lain : Peraturan Kepala BPK, Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Ko
misi Pemilihan Umum (KPU), Peraturan Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Konstitusi, Peraturan
Komisi Yudisial,

Peraturan Daerah Propinsi;

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;

Peraturan Desa (Perdesa).

tatanan Negara

Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat

Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM

Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan modern

Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara

Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara

Tahapan dan Hasil Amandemen UUD 1945

Sejak Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar dalamdelapan peri
ode yaitu :

Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949 (UUD 1945)

Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (RIS 1949)

Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (UUDS 1950)

Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999 (UUD 1945 amandemen)

Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000(amandemen ke 1)


Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001(amandemen ke 2)

Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)

Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang(amandemen ke 4)

Pada kurun waktu tahun1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yaitu sebag
ai berikut:

Amandemen UUD 1945 Pertama diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999

Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5 ayat (1), 7, 9 ayat (1
) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat
(1).

Amandemen UUD 1945 Kedua diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000

Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal 18 ayat (1) s/d (7),
18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25
A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F,
28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A,
36B, 36C.

Amandemen UUD 1945 Ketiga diadakan pada tanggal 9 November 2001

Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal 1 ayat (2) dan (3),
3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3)
, 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1)
dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/
d (6).

Amandemen UUD 1945 Keempat diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002

Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1),
6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (
4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I
dan II.

Demikian penjelasan tentang Amandemen UUD 1945. Silakan kunjungi artikel SistemPemerintahan lain
nya.

Makna Dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 merupakan penjabaran dari proklamasi, yang mana Pembukaan UUD 1945 itu s
endiri dijabarkan kembali dalam batang tubuh UUD 1945.Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-p
okok yang melandasi lahirnya hukum tertulis dan tidak tertulis di Indonesia.

Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental mempunyai
hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, maka secara hukum tidak dapat diubah. Karena mengubah
pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran negara RI, sedangkan Batang Tubuh bisa diu
bah (diamandeman). kedudukan pembukaan uud 1945 adalah lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD 194
5.

Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 45 pada hakikatnya telah memenuhi syarat sebagai Pok
ok Kaidah Negara yang Fundamental. Pokok kaidah negara yang fundamental dapat di rinci sebagai be
rikut :

Ditentukan oleh Pendiri Negara (PPKI) dan terjelma dalam suatu pertanyaan lahir sebagai penjelmaan k
ehendak Pendiri Negara.

Pernyataan Lahirnya sebagai Bangsa yang mandiri

Memuat Asas Rohani (Pancasila), Asas Politik Negara (Republik berkedaulatan Rakyat), dan Tujuan Neg
ara (menjadi Negara Adil Makmur)

Memuat Ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD Negara

Makna Setiap Alenia Pembukaan Pembukaan UUD 1945

Adapun makna yang terkandung dalam setiap alenia pembukaan Pembukaan UUD 1945

adalah sebagai berikut :

Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945 berisi tentang:

Pernyataan obyektif bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan semua bangsa di dun
ia dapat menjalankan hak kemerdekaannya yang merupakan hak asasinya.

Pernyataan subyektif bangsa Indonesia untuk menentang segala bentuk penjajahan.

Alinea Kedua Pembukaan UUD 1945 berisi tentang:

Perjuangan pergerakan bangsa Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan Momentum yan
g telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan Kemerdekaan yang telah
dicapai bukan merupakan tujuan akhir dari bangsa Indonesia tetapi masih harus diisi dengan mewujud
kan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, adil dan makmur.

Alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945 berisi tentang:


Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan adalah berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa

Motivasi riil dan material bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya

tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaannya

Pernyataan kembali atau pengukuhan proklamasi kemerdekaan Indonesia

Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 berisi tentang :

Tujuan negara atau tujuan nasional.

Negara berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.

Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Semua alinea Pembukaan UUD 1945 di atas, didasari oleh empat pokok pikiran, yaitu sebagai berikut:

Pokok Pikiran I menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat In
donesia.Ini berarti, dalam Pembukaan UUD 1945 menyatakan adanya (paham) negara persatuan, (integ
ralistik atau kekeluargaan).Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-3 dari Pancasila.

Pokok Pikiran II menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Ind
onesia.Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari Pancasila.

Pokok Pikiran III menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan danpermu
syawaratan perwakilan.Di sini tampak bahwa pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-4 dari Pancasila.

Pokok Pikiran IV menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar k
emanusiaan yang adil dan beradab.Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari Pancasila.

Kesimpulan penjelasan diatas menegaskan bahwa Pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945 ada
lah Pancasila itu sendiri dan dijabarkan dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945.

Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945

Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan dalam pasal-pasal oleh Undang-Undang
Dasar 1945. Sehingga Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan langsung yang bersifat kausal org
anis dengan batang tubuh UUD 1945,karena isi dalam Pembukaan dijabarkan ke dalam pasal-pasal UU
D 1945. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:

Pokok pikiran yang berkaitan dengan Ketuhanan atau sila pertama, dijabarkan di pasal 29 UUD 1945, p
asal 28 (UUD 1945 amandemen)

Pokok pikiran yang berkaitan dengan kemanusiaan atau Sila kedua, dijabarkan di pasal-pasal yang me
muat mengenai hak asasi manusia.

Pokok pikiran yang berkaitan dengan Persatuan atau Sila ketiga, dijabarkan di pasal 18, pasal 35, pasal
36 UUD 1945

Pokok pikiran yang berkaitan dengan Sila keempat dijabarkan pada pasal 2 s.d 24 UUD 1945

Pokok pikiran yang berkaitan dengan Keadilan sosial atau Sila kelima dijabarkan pada pasal 33 dan 34
UUD1945

Berikut Bunyi Teks Pembukaan UUD 1945:

Teks Pembukaan UUD 1945

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pembukaan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia de
ngan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara In
donesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya ber
kehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segena
p bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerde
kaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Re
publik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kem
anusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebij
aksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi sel
uruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai