Anda di halaman 1dari 68

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Tata Cara Revisi Anggaran


Tahun Anggaran 2013
(PMK No. 32/PMK.02/2013, tanggal 6 Februari 2013)

Jakarta, 13 Februari 2013

1
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Pokok-pokok Pengaturan

1 Pendahuluan

2 Ruang Lingkup dan Batasan Revisi Anggaran

3 Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran

4 Penyampaian Pengesahan Revisi Anggaran

5 Pelaporan Revisi Anggaran Kepada DPR RI

6 Ketentuan Lain-lain

7 Ketentuan Penutup

8 Lampiran

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 2


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1 Pendahuluan :
a. Latar Belakang Revisi Anggaran;
b. Dasar Hukum Revisi Anggaran;
c. Kerangka Pikir;
d. Tujuan Revisi Anggaran;
e. Hal-hal yang harus diperhatikan;
f. Perbandingan pengaturan.

Jakarta, 13 Februari 2013

3
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
1.a. Latar Belakang Revisi Anggaran

Beberapa pertimbangan perlunya dilakukan revisi anggaran antara lain :


1) Tenggat waktu antara proses perencanaan anggaran dan pelaksanaan
anggaran cukup lama yaitu sekitar 1 (satu) tahun sehingga sangat
dimungkinkan perencanaan yang disusun belum mencakup seluruh
kebutuhan untuk tahun yang direncanakan.
2) Dalam periode pelaksanaan anggaran sangat dimungkinkan terjadi
perubahan keadaan atau perubahan prioritas yang tidak diantisipasi
pada saat proses perencanaan.
3) Adanya perubahan metodologi pelaksanaan kegiatan, contoh : semula
direncanakan secara swakelola menjadi kontraktual, dari single year
menjadi multi years.
4) Adanya perubahan atau penetapan kebijakan Pemerintah dalam tahun
anggaran berjalan, contoh : penghematan anggaran, penerapan reward
and punishment, atau APBN Perubahan.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 4


1.b. Dasar Hukum Revisi Anggaran

1. UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013 :


Pasal 8 : penyesuaian belanja Subsidi Energi;
Pasal 11 : perubahan/pergeseran rincian lebih lanjut dari anggaran
belanja Pemerintah Pusat.
Pasal 26 : penyesuaian pembayaran bunga utang.
Pasal 29 : penyelesaian kegiatan pembangunan infrastruktur dan
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam TA 2012.

2. Keppres No. 37 Tahun 2012 tentang Rincian Anggaran Belanja


Pemerintah Pusat (RABPP) TA 2013:
Pasal 2 :
 Perubahan/pergeseran rincian lebih lanjut dari anggaran Belanja
Pemerntah Pusat, ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 5


1.c. Kerangka Pikir…(1/2)

1) Kewenangan penyelesaian revisi anggaran, khususnya dalam hal pagu


anggaran tetap, diarahkan lebih besar diberikan kepada masing-masing
KPA/PA sebagai penanggung jawab pelaksanaan Program dan penggunaan
anggaran. Sementara itu, peran Kementerian Keuangan (DJA dan Kanwil
DJPBN) lebih difokuskan pada fasilitasi atas pengesahan revisi anggaran
yang telah dituangkan dalam dokumen RKA-K/L Revisi dan DIPA Revisi. Hal
ini sejalan dengan prinsip lets the manager manages dan semangat
mempertegas pemisahan peran antara Kementerian Keuangan sebagai CFO
dan K/L sebagai COO dalam pengelolaan keuangan negara.
2) Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyelesaian revisi anggaran
kepada stakeholder, maka penyederhanaan proses bisnis dan persyaratan
revisi termasuk format-format yang digunakan terus disempurnakan serta
diikuti dengan pemanfaatan dukungan IT yang handal.
3) Selanjutnya dalam rangka menjamin akuntabilitas dan compliance terhadap
revisi anggaran yang mengakibatkan pagu anggaran berubah, mulai tahun
2013 diharapkan unit pengawasan internal masing-masing
Kementerian/Lembaga dapat berperan sebagai quality assurance dengan
memberikan bimbingan dan pandangan atas usul revisi yang akan diajukan
oleh Unit Eselon I kepada Direktorat Jenderal Anggaran.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 6


1.c. Kerangka Pikir…(2/2)

4) Disamping itu, dalam merumuskan ketentuan yang dituangkan dalam PMK


juga mempertimbangkan beberapa aspek yaitu :
a. Aspek Governance :
 Setiap revisi harus jelas tata kelolanya shg tidak multi tafsir;
 Siapa yg bertanggung jawab, kewenangan, prosedur, dan
persyaratan revisi hrs jelas;
b. Aspek Compliance :
 PMK mrp penjabaran dari amanah UU APBN TA 2013 dan Keppres
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2013;
 Harus in-line dg aturan-aturan lain yg sdh ada;
c. Aspek Akuntabilitas dan Beban Kerja :
 Pertimbangan kewenangan yg lebih besar kpd KPA dan Eselon I
sebagai penanggung jawab Program dan penggunaan anggaran;
 Dg tetap memperhatikan akuntabilitasnya.
d. Aspek Comprehensiveness dan Simplify the process :
 Dapat memayungi seluruh jenis revisi;
 Proses sederhana dan mudah;

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 7


1.d. Tujuan Revisi Anggaran

Menyediakan payung hukum sebagai landasan dalam melakukan revisi


anggaran belanja pemerintah pusat TA 2013 dalam hal :
1) Antisipasi terhadap perubahan kondisi dalam pelaksanaan anggaran dan
perubahan prioritas kebutuhan;
2) Menindaklanjuti kebijakan Pemerintah yang ditetapkan dalam tahun
anggaran berjalan;
3) Mempercepat pencapaian kinerja K/L;
4) Meningkatkan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas dan
meningkatkan kualitas belanja APBN.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 8


1.e. Hal-hal yang harus diperhatikan….(1)

1. Terkait Mekanisme Pengusulan Revisi Anggaran:


a. Satker harus mengunduh ADK RKA-K/L DIPA dari web RKA-K/L
DIPA Kementerian Keuangan sebagai bahan pembuatan
perubahan (semula-menjadi).
b. Sebelum melakukan Revisi Anggaran Satker harus mengecek data
realisasi anggaran terakhir.
c. Dalam hal usulan Revisi Anggaran merupakan kewenangan DJA,
maka usulan Revisi Anggaran yang disampaikan oleh Eselon I ke
DJA harus berasal dari usulan KPA dan menggunakan data ADK
RKA-K/L Satker.
2. Terkait perubahan Lokasi Kantor bayar (KPPN) dan perubahan
pejabat perbendaharaan:
a. Satker menyampaikan usulan kepada Kanwil DJPB setempat.
b. Tata cara revisinya akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
Dirjen Perbendaharaan.

9
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 9
1.e. Hal-hal yang harus diperhatikan….(2)

3. Terkait dengan perubahan halaman III DIPA:


a. Satker menyampaikan usulan kepada Kanwil DJPB setempat.
b. Tata cara revisinya akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
Dirjen Perbendaharaan.
4. Terkait hard copy tindak lanjut DIPA Revisi:
a. Pengesahan revisi tidak akan diikuti dengan pencetakan DIPA
Revisi (hard copy) namun akan diterbitkan surat pengesahan
revisi yang dilanpiri notifikasi dari sistem.
b. Dalam hal Satker membutuhkan DIPA baru hasil revisi, Satker
dapat mengunduh ADK dan PDF file dari web RKA-K/L DIPA
Kementerian Keuangan untuk dicetak di Satker masing-masing
5. Terkait fasilitas akses web RKA-K/L DIPA online:
a. Dalam hal Satker lupa password/belum memiliki akses untuk
mengakses RKA-K/L DIPA online, maka Satker diminta untuk
mendaftar kembali melalui email ke alamat:
• rkakldipa@anggaran.depkeu.go.id atau
• aplikasiDJA@yahoo.com
10
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 10
1.f Perbandingan Pengaturan…(1)

No. uraian PMK 49 tahun 2012 PMK 32 Tahun 2013

1. Ruang Lingkup Ralat Administratif: Ralat administratif:


(pengurangan) • Ralat pencantuman sumber • Dihapus
dana;
• Ralat sumber dana terkait • Dipindah ke Revisi Anggaran dalam
perubahan komposisi hal pagu anggaran tetap
pendanaan;
• Ralat pencantuman volume • dihapus
keluaran yang berbeda
dengan penjumlahan volume
sub keluaran;
• Ralat pencantuman volume, • dihapus
jenis, dan satuan keluaran
yang berbeda antara RKA-
K/L dan DIPA.

11
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 11
1.f Perbandingan Pengaturan…(2)

No. uraian PMK 49 tahun 2012 PMK 32 Tahun 2013

2. Ruang Lingkup - • Penambahan pengaturan terkait


(penambahan penggunaan sisa anggaran
pengaturan) swakelola;
• Penambahan pengaturan
penyelesaian inkracht;
• Revisi Anggaran dapat dilakukan
antarprovins/kabupaten/kota
untuk kegiatan yg dilaksanakan
oleh unit organisasi di tingkat pusat
dan oleh instansi vertikalnya di
daerah selain biaya operasional
kecuali terkait Satker BLU atau
dalam rangka Dekon TP dan UB.
• Antar subbagian anggaran dalam
Bagian Anggaran 999 (BA BUN).
3. Kewenangan • DJA • DJA
• DPBN Pusat • Kanwil DJPBN
• Kanwil DJPB • Eselon I
• KPA • KPA
• DPR • DPR
12
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 12
1.f Perbandingan Pengaturan…(3)

No. uraian PMK 49 tahun 2012 PMK 32 Tahun 2013


4. Batas akhir Revisi DJA : 12 Oktober 2012 DJA : 11 Oktober 2013
DJPBN : 29 Otober DJPBN : 18 Oktober 2013
2012
5. Persyaratan Revisi Sesuai lampiran IV • Surat Usulan Revisi Anggaran dilampir
ke DJA dan DJPBN matriks perubahan (semula-menjadi)
• SPTJM
• ADK RKA-K/L DIPA
6. Mekanisme Revisi • DJA dan Kanwil : • Kanwil : Pengesahan (1 Hari)
menyetujui Revisi • DJA :
Anggaran • Pengesahan (1 Hari)
• pengesahan dengan penelaahan (5
Hari)
7. Tindak Lanjut Pencetakan DIPA Pengesahan revisi tidak akan diikuti dengan
Pengesahan Revisi Revisi. pencetakan DIPA Revisi (hard copy) namun
Anggaran akan diterbitkan surat pengesahan revisi yang
dilanpiri notifikasi dari sistem.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 13


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

2 Ruang Lingkup dan Batasan Revisi


Anggaran :
a. Ruang Lingkup Revisi Anggaran :
1) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah;
2) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap;
3) Perubahan/Ralat kesalahan administratif;
b. Batasan Revisi Anggaran;
c. Perbandingan pengaturan.

Jakarta, 13 Februari 2013

14
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
2.a. Ruang Lingkup Revisi Anggaran

1) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah:


 Penyebab terjadinya perubahan;
 Akibat revisi anggaran;
2) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap:
 Penyebab terjadinya revisi;
 Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level Program;
 Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level APBN;
3) Perubahan/ralat kesalahan administratif:
 Rincian jenis kesalahan administratif;

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 15


2.a.1. Revisi Anggaran dalam hal pagu Berubah...(1/2)

a. Penyebab terjadinya perubahan:


1) kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN;
2) lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN
dan/atau PHDN;
3) Percepatan Penarikan PHLN dan/atau PHDN;
4) penerimaan Hibah Luar Negeri (HLN)/Hibah Dalam Negeri (HDN) setelah
UU mengenai APBN TA 2013 ditetapkan;
5) penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang;
6) penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu
APBN untuk Satker BLU;
7) pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri;
8) perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi; dan/atau
9) perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 16


2.a.1. Revisi Anggaran dalam hal pagu Berubah...(2/2)

b. Akibat revisi anggaran:


1) penambahan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/ Program/
Satker/Kementerian/Lembaga/APBN dan penambahan volume
Keluaran;
2) penambahan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/ Program/
Satker/Kementerian/Lembaga/APBN dan volume Keluaran tetap; atau
3) pengurangan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/ Program/
Satker/Kementerian/Lembaga/APBN dan volume Keluaran tetap.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 17


2.a.2. Revisi Anggaran dalam hal pagu Tetap…(1/4)

a. Penyebab terjadinya revisi :


1) Hasil Optimalisasi;
2) sisa anggaran swakelola;
3) kekurangan Biaya Operasional;
4) perubahan prioritas penggunaan anggaran;
5) perubahan kebijakan pemerintah; dan/atau
6) Keadaan Kahar.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 18


2.a.2. Revisi Anggaran dalam hal pagu Tetap…(2/4)

b. Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level Program :

1) Pergeseran dalam satu Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;


2) Pergeseran antar Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;
3) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar
Satker;
4) Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
5) Pergeseran antar Kegiatan dalam satu Satker;
6) Pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker;

7) Pencairan blokir/tanda bintang (*);


8) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;
9) Penggunaan dana Output Cadangan;
10) Penambahan/perubahan rumusan kinerja;
11) Perubahan Komposisi Pendanaan.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 19


2.a.2. Revisi Anggaran dalam hal pagu Tetap…(3/4)

Rincian revisi anggaran, khusus untuk angka 1) s.d. 6) :


1) Pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran;
2) Pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap;
3) Pergeseran antarjenis belanja;
4) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional;
5) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;
6) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun yang lalu;
7) Pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang sumber dananya berasal dari
PNBP;
8) Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka
Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama, atau dalam satu provinsi untuk Kegiatan
dalam rangka Dekonsentrasi;
9) Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
10) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian kegiatan-kegiatan pembangunan
infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam tahun 2012;
dan/atau
11) Pergeseran anggaran dalam rangka tanggap darurat bencana.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 20


2.a.2. Revisi Anggaran dalam hal pagu Tetap…(4/4)

c. Jenis revisi anggaran untuk pagu anggaran tetap pada level APBN:
1) Pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA
999.08) ke Bagian Anggaran K/L;
2) Pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA
BUN);
3) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 21


2.a.3. Perubahan/ralat kesalahan Administratif

1) ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan
sasaran yang sama;
2) ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
3) perubahan nomenklatur Bagian Anggaran dan/atau Satker sepanjang kode
tetap;
4) ralat kode nomor register PHLN/PHDN;
5) ralat kode kewenangan;
6) ralat kode lokasi;
7) ralat cara penarikan PHLN/PHDN;
8) ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda
antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 22


2.b. Batasan Revisi Anggaran

1) Tidak mengurangi alokasi anggaran :


 Biaya operasional, tunjangan profesi, pengadaaan bahan makanan;
 Pembayaran tunggakan;
 Rupiah Murni Pendamping (RMP);
 Yang sudah direalisasikan.
2) Tidak mengurangi volume Keluaran :
 Kegiatan prioritas Nasional dalam RKP Tahun 2013;
 Kebijakan Prioritas Pemerintah yg ditetapkan setelah RKP Tahun 2013
dan selama tahun anggaran berjalan;
3) Kriteria penggunaan sisa anggaran yang berasal dari Hasil
Optimalisasi dan Kegiatan Swakelola :
 Hal yg bersifat prioritas;
 Hal yg bersifat mendesak;
 Hal yg bersifat darurat;
 Hal yg tidak dapat ditunda.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 23


2.b.1. Tidak Mengurangi Alokasi Anggaran

Revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi alokasi anggaran


untuk :
1. Kebutuhan biaya operasional Satker kecuali untuk memenuhi biaya
operasional pada Satker lain sepanjang masih dalam peruntukan yang sama;
2. Alokasi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan
profesor kecuali untuk memenuhi tunjangan profesi guru/dosen dan
tunjangan kehormatan profesor pada Satker lain;
3. Kebutuhan pengadaan bahan makanan dan/atau perawatan tahanan
untuk tahanan/narapidana kecuali untuk memenuhi kebutuhan pengadaan
bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk tahanan/narapidana
pada Satker lain;
4. Pembayaran berbagai tunggakan;
5. Rupiah murni pendamping (RMP) sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut
(on-going); dan/atau
6. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan
dananya sehingga menjadi minus.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 24


2.b.2. Tidak Mengurangi Volume Keluaran

Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah volume Keluaran yang tercantum


dalam DIPA tercapai dan tidak mengakibatkan pengurangan volume Keluaran
terhadap:
a. Kegiatan prioritas Nasional dalam RKP Tahun 2013;
b. Kebijakan Prioritas Pemerintah yg ditetapkan setelah RKP Tahun 2013 dan
selama tahun anggaran berjalan;

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 25


2.b.3. Kriteria Penggunaan Hasil Optimalisasi
dan Sisa Swakelola...(1/3)

Sisa anggaran yg berasal dari Hasil Optimalisasi dapat digunakan pada tahun
2013 dengan kriteria untuk hal-hal yg bersifat : Prioritas, Mendesak,
Kedaruratan atau Yang tidak dapat ditunda.
1) Hal yang bersifat prioritas yaitu Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau
Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan khususnya bidang
infrastruktur;
2) Hal yang bersifat mendesak yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah yang ditetapkan
dalam sidang kabinet atau rapat ditingkat menteri koordinator;
3) Hal yang bersifat kedaruratan yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya bencana atau keadaan Kahar dan belum
direncanakan sebelumnya;
4) Hal yang tidak dapat ditunda yaitu Kegiatan-Kegiatan yang harus
dilaksanakan dan apabila tidak dilaksanakan akan menimbulkan biaya yang
lebih besar, belum direncanakan sebelumnya, dan ditetapkan dalam sidang
kabinet atau rapat ditingkat menteri koordinator.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 26


2.b.3. Kriteria Penggunaan Hasil Optimalisasi
dan Sisa Swakelola...(2/3)

Sisa anggaran yg berasal dari Sisa anggaran Swakelola dapat digunakan pada
tahun 2013 dengan kriteria untuk hal-hal yg bersifat : Prioritas, Mendesak,
Kedaruratan atau Yang tidak dapat ditunda.

 Hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat
ditunda yaitu Kegiatan-kegiatan Kementerian/Lembaga yang telah
ditetapkan dalam Renja Kementerian/Lembaga dan/atau kebijakan
pemerintah yang ditetapkan dalam tahun anggaran berjalan.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 27


2.b.3. Kriteria Penggunaan Hasil Optimalisasi
dan Sisa Swakelola...(3/3)

Penggunaan Hasil Optimalisasi dan/atau sisa anggaran swakelola dilaksanakan


melalui:
1) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, dalam satu Kegiatan dan satu Satker
dan/atau pergeseran antar Keluaran, dalam satu Kegiatan dan satu Satker;
2) Pergeseran dalam Keluaran yang sama, dalam Kegiatan yang sama dan antar
Satker dan/atau pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar
Satker;
3) Pergeseran antar Kegiatan dan satu Satker dan/atau Pergeseran antar
Kegiatan dan antar Satker;

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 28


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

3 Kewenangan dan Tata Cara Revisi


Anggaran :
a. Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran pada :
1) Direktorat Jenderal Anggaran;
2) Kantor Wilayah DJPBN;
3) Unit Eselon I K/L;
4) Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR RI;
c. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran.

Jakarta, 13 Februari 2013

29
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
3.a. Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran…(1/4)

Kwl
No. Uraian revisi DJA
DJPBN
1. Kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam
APBN;
2. Lanjutan pelaks. Kegiatan yg dananya bersumber dari PHLN
dan/atau PHDN;
3. Percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN;
4. Penerimaan HLN/HDN setelah UU APBN TA 2013 ditetapkan;

5. Penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang;


6. Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas
pagu APBN untuk satker BLU;
7. Pengurangan alokasi pinjaman luar negeri;
8. Perubahan pagu anggaran pembayaran subsidi energi;

9. Perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 30


3.a. Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran…(2/4)

No. Uraian revisi DJA Kwl Esl 1 KPA


1. Pergeseran dalam satu Keluaran, satu Kegiatan dan satu
Satker;
2. Pergeseran antar Keluaran, satu Kegiatan dan satu Satker;

3. Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama


dan antar Satker;
4. Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar
Satker;
5. Pergeseran antar Kegiatan dalam satu Satker;

6. Pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker;

7. Pencairan blokir/tanda bintang (*);

8. Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht;

9. Penggunaan dana output Cadangan;

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 31


3.a. Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran…(3/4)

No. Uraian revisi DJA Kwl Esl 1 KPA

10. Perubahan/penambahan rumusan kinerja;

11. Perubahan komposisi pendanaan;

12. Pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelola Belanja


Lainnya (BA 999.08) ke Bagian Anggaran K/L;

13. Pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian


Anggaran 999 (BA BUN);

Ket :
= kewenangan baru;
= bersifat pengesahan;
= status quo.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 32


3.a. Kewenangan dan Tata Cara Revisi Anggaran…(4/4)

Kwl
No. Uraian revisi DJA
DJPBN
1. Ralat kode akun sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang
sama;

2. Ralat kode KPPN;

3. Perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/atau satker sepanjang


kode tetap;
4. Ralat kode nomor register PHLN/PHDN;
5. Ralat kode kewenangan;

6. Ralat kode lokasi;

7. Ralat cara penarikan PHLN/PHDN;

8. Ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan keluaran yang berbeda


antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 33


3.b. Revisi Anggaran yang Memerlukan
Persetujuan DPR RI

No. Uraian revisi

1. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam Negeri baru setelah Undang-
Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2013 ditetapkan;

2. pergeseran anggaran antar Program selain untuk memenuhi kebutuhan Biaya


Operasional;
3. pergeseran anggaran antar Kegiatan yang tidak berasal dari Hasil Optimalisasi dan/atau
sisa anggaran swakelola;

4. pergeseran anggaran yang mengakibatkan perubahan Hasil (Outcome) Program;

5. penggunaan anggaran yang harus mendapat persetujuan DPR-RI terlebih dahulu;

6. pencairan blokir/tanda bintang (*) yang dicantumkan oleh DPR-RI termasuk pencairan
blokir yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan/penggunaannya; dan/atau
7. pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka Tugas
Pembantuan dan Urusan Bersama, atau antarprovinsi untuk Kegiatan dalam rangka
Dekonsentrasi.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 34


3.c. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran

a. Tanggal 11 Oktober 2013, untuk Revisi Anggaran pada DJA; dan


b. Tanggal 18 Oktober 2013, untuk Revisi Anggaran pada Kanwil DJPBN.
Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan:
1. Kegiatan yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri (PLN), Hibah Luar Negeri
(HLN), dan Hibah Dalam Negeri (HDN) serta Pinjaman Dalam Negeri (PDN);
2. Kegiatan dalam lingkup BA BUN termasuk pergeseran anggaran dari BA BUN (BA
999.08) ke Bagian Anggaran K/L dan pergeseran antar subbagian anggaran dalam
Bagian Anggaran 999 (BA BUN); dan/atau
3. Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan data/dokumen pendukung yang harus mendapat
persetujuan dari unit eksternal K/L seperti persetujuan DPR, persetujuan Menteri
Keuangan, hasil audit eksternal, dan sejenisnya.
batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan
5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir pengajuan pencairan anggaran sebagaimana
diatur dalam ketentuan mengenai langkah-langkah akhir Tahun Anggaran 2013.
Dalam hal ketentuan mengenai langkah-langkah akhir Tahun Anggaran 2013 belum
diterbitkan, batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran
ditetapkan paling lambat tanggal 16 Desember 2013.

35
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

4 Penyampaian Pengesahan Revisi


Anggaran :
a. Penyampaian Pengesahan Revisi Anggaran yang
Ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran;
b. Penyampaian Pengesahan Revisi Anggaran yang
Ditetapkan oleh Kepala Kanwil DJPBN.

Jakarta, 13 Februari 2013

36
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
4. Penyampaian Pengesahan Revisi Anggaran

1) Pengesahan Revisi Anggaran yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal


Anggaran, disampaikan kepada KPA yang bersangkutan dan KPPN terkait,
tembusan kepada:
a. Menteri/Pimpinan Lembaga;
b. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
c. Gubernur;
d. Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur APK dan Direktur PA; dan
e. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait.
2) Pengesahan Revisi Anggaran yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil DJPBN,
disampaikan kepada KPA yang bersangkutan dan KPPN terkait, tembusan
kepada:
a. Menteri/Pimpinan Lembaga;
b. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
c. Gubernur;
d. Direktur Jenderal Anggaran; dan
e. Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur APK dan Direktur PA.

37
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

5 Pelaporan Revisi Anggaran Kepada


DPR RI :
a. Setiap Revisi Anggaran yang ditetapkan dalam
perubahan DHP RKA-K/L dan DIPA Induk;
b. Dilaporkan kepada DPR RI dalam APBN-Perubahan
dan/atau LKPP.

Jakarta, 13 Februari 2013

38
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
5. Pelaporan Revisi Anggaran Kepada DPR RI

1) Setiap Revisi Anggaran yang ditetapkan dalam perubahan DHP RKA-K/L dan
DIPA Induk tembusannya disampaikan kepada DPR-RI oleh Direktur Jenderal
Anggaran atas nama Menteri Keuangan.
2) Seluruh Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada DPR-RI dalam APBN-Perubahan dan/atau Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP).
3) Revisi Anggaran yang dilaporkan dalam APBN-Perubahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan Revisi Anggaran yang dilakukan sebelum
APBN-Perubahan diajukan kepada DPR-RI.
4) Revisi Anggaran yang dilaporkan dalam LKPP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan seluruh Revisi Anggaran yang dilakukan sepanjang Tahun
Anggaran 2013.

39
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

6 Ketentuan Lain-lain :
a. Batas Akhir Pencairan Blokir terkait TOR/RAB;
b. Penyelesaian Pagu Minus Belanja Pegawai;
c. Pemutakhiran Data Anggaran (Rekonsiliasi).

Jakarta, 13 Februari 2013

40
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
6.a. Batas Akhir Pencairan Blokir Karena
Kurang TOR/RAB

Dalam hal terdapat paket pekerjaan yang alokasi


anggarannya diblokir/dibintang sebagai akibat belum
dilengkapi TOR/RAB dan sampai dengan akhir bulan
Maret 2013 KPA tidak melengkapi dokumen yang
dipersyaratkan, alokasi anggaran yang diblokir tersebut
tidak dapat digunakan sampai dengan akhir tahun
anggaran 2013.

41
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
6.b. Penyelesaian Pagu Minus Belanja
Pegawai …(1/2)

1. Dalam hal terdapat pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan yang
melekat pada gaji untuk TA 2013, pagu minus tersebut harus diselesaikan
melalui mekanisme revisi DIPA.
2. Penyelesaian pagu minus melalui mekanisme revisi DIPA TA 2013 sbgmn
dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian administratif.
3. Penyelesaian pagu minus sbgmn dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
ketentuan:
a. Selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran dari sisa anggaran
pada Satker yang bersangkutan.
b. Dalam hal sisa anggaran pada Satker yang bersangkutan tidak mencukupi,
selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran antar Satker dalam
satu Program.
c. Dalam hal selisih minus tidak dapat dipenuhi melalui pergeseran anggaran
antar Satker dalam satu Program, selisih minus dipenuhi melalui
pergeseran anggaran antar Program dalam satu Bagian Anggaran.
d. Dalam hal selisih minus tidak dapat dipenuhi melalui pergeseran anggaran
antar Program dalam satu Bagian Anggaran, selisih minus dipenuhi
melalui Bagian Anggaran 999.08.

42
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
6.b. Penyelesaian Pagu Minus Belanja
Pegawai …(2/2)

4. Mekanisme Penyelesaian pagu minus sbgmn dimaksud pada ayat (3)


huruf a dan huruf b diajukan kepada Kepala Kanwil DJPBN. Dalam hal
lokasi Satker tidak berada dalam satu wilayah Kanwil DJPBN, usul revisi
diajukan kepada Ditjen Anggaran.
5. Mekanisme Penyelesaian pagu minus sbgmn dimaksud pada ayat (3)
huruf c dan huruf d diajukan kepada Direktur Jenderal Anggaran
6. Batas akhir penyelesaian pagu minus sbgmn dimaksud pada ayat (1)
paling lambat tanggal 30 Desember 2013.

43
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
6.c. Rekonsilisasi Data Anggaran

Dalam rangka memperoleh data yang akurat,


Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan melakukan pemutakhiran data
anggaran (rekonsiliasi) berdasarkan revisi DIPA yang
telah disahkan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali.

44
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

7 Ketentuan Penutup :
a. Ketentuan pengaturan lebih lanjut oleh DJA atau DJPBN;
b. Pencabutan PMK No. 49/PMK.02/2012;
c. Ketentuan masa berlaku PMK.

Jakarta, 13 Februari 2013

45
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
7. Ketentuan Penutup

1. Ketentuan teknis yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Revisi


Anggaran Tahun Anggaran 2013 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal
Perbendaharaan secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PMK No. 49/PMK.02/2012
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2012, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
3. Ketentuan mengenai tata cara Revisi Anggaran yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini masih tetap berlaku sebagai acuan tata cara Revisi Anggaran untuk
Tahun Anggaran 2014, sampai dengan ditetapkannya pengganti Peraturan
Menteri ini.
4. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 46


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

8 Lampiran :
1) Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi Atau Sisa
Anggaran Swakelola;
2) Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada DJA;
3) Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPBN ;
4) Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada Unit Eselon I K/L;
5) Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran Pada KPA;
6) Daftar Rincian Ruang Lingkup, Kewenangan Penyelesaian Dan
Persyaratan Revisi Anggaran;
7) Format Surat Usulan Revisi Anggaran (2);
8) Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (2);
9) Format Surat Pengesahan Revisi Anggaran (2);

Jakarta, 13 Februari 2013

47
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI
ATAU SISA ANGGARAN SWAKELOLA
NOMOR:………………………………………… (5)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ……….….. (6)
NIP/NRP : ……….….. (7)
Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran

Dengan ini menyatakan dan bertanggungjawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan Kontrak ………… nomor…….. tanggal……. atau Kegiatan Swakelola………….. (8)
terdapat Hasil Optimalisasi/Sisa Anggaran Swakelola sebesar Rp …….. (9)
2. Hasil Optimalisasi/Sisa Anggaran Swakelola sebesar Rp………….. (10) akan digunakan untuk
mendanai Kegiatan yang bersifat …….(11) sebagaimana diusulkan melalui surat Nomor: S- /
/2013 tanggal 2013 sebagai tindak lanjut ……. (12)
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab. Apabila dikemudian hari
terbukti pernyataan ini tidak benar dan menimbulkan kerugian negara, saya bertanggung jawab
dan bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara.
…………., ..............................2013 (13)
Yang Membuat Pernyataan
Kuasa Pengguna Anggaran

(nama lengkap) (14)


NIP/NRP…..........................
48
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN PADA
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
2

DJA 3
1
 Meneliti Surat usulan revisi
Y
Perlu
Eselon I anggaran dan kelengkapan Menteri
persetujuan
Keuangan DPR
Dokumen pendukung; DPR?
 Surat usulan revisi;
 Update ADK RKA-K/L;
 SPTJM. Y
 Surat pernyataan
Penggunaan HO dan Dokumen N N
Sisa Anggaran Lengkap? Setuju
Swakelola 4 ?
Y Pagu
Penelaahan berubah?
N 7 Y
5
N DJA
6
Revisi
Y
 Pencetakan
 Surat peno- DIPA
N DHP RKA-
lakan revisi. Setuju? K/L.

12

9 8
Eselon I 11
10
 Dalam hal pagu
 Surat pengesahan berubah: Notifikasi dari sistem :  Upload ke
KPA revisi, dilampiri  Cetak DIPA Induk  persetujuan revisi; server
Notifikasi.  Pengesahan DIPA  Kode digital stamp yg RKA-K/L-
Induk DIPA
baru. 49
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN PADA
KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN

2
1
KPA Kanwil DJPBN

 Surat usulan revisi;  Meneliti Surat usulan revisi;


 Matriks perubahan  Mengecek kewenangan;
(semula-menjadi);  Memeriksa kelengkapan
 ADK RKA-K/L-DIPA Revisi; Dokumen pendukung;
 SPTJM KPA;

3 4
4
N Revisi Y  Upload ke server
 Surat penolakan revisi.
DIPA RKA-K/L-DIPA
Setuju?

7 6 5
 Surat pengesahan revisi, Notifikasi dari sistem :
KPA dilampiri Notifikasi.  persetujuan revisi;
 Kode digital stamp yg baru.

50
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN PADA
UNIT ESELON I KEMENTERIAN/LEMBAGA

1 2

KPA Eselon I
3
Melampiran:  Meneliti Surat usulan Eselon I menyiapkan:
 Surat Usulan revisi; revisi;  Surat usulan revisi;
 SPTJM;  Mengecek kewenangan;  Update ADK RKA-K/L;
 ADK RKA-K/L DIPA  Memeriksa kelengkapan  SPTJM.
Revisi; Dokumen pendukung;  Surat pernyataan Penggunaan HO
 TOR dan RAB dan Sisa Anggaran Swakelola
 Surat pernyataan
Penggunaan HO dan Sisa
Anggaran Swakelola

DJA

51
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN PADA
KUASA PENGGUNA ANGGARAN

3
KPA KPA menyiapkan:
1 2  Surat usulan revisi;
 Melakukan revisi DIPA  Download ADK RKA-
anggaran. Y K/L unt menyusun
Petikan
berubah? Matriks Semula-
Menjadi;
 Update ADK RKA-K/L;
N  Dokumen pendukung;
3
 SPTJM.
 Update ADK RKA-K/L;
 Cetak POK;
 Menetapkan POK.

4 5

Satker Y Kanwil
BLU? DJPBN

N
5
6
Y Pagu N
Eselon I Satker
Berubah?

52
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR : .................................................... (6)

Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disusun sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2013.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah disusun
dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja, dan siap untuk diaudit sewaktu-
waktu.
3. Perhitungan kebutuhan anggaran yang dituangkan dalam TOR/RAB telah disusun
mengikuti ketentuan dan merupakan harga yang paling ekonomis.
4. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas kebenaran formil dan materil usulan
Revisi Anggaran yang diajukan.
5. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan menimbulkan kerugian
negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara.
6. Dalam hal terjadi permasalahan hukum yang diakibatkan Revisi Anggaran ini menjadi
tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan sadar, dan tidak
dibawah tekanan.
............................, ............................. (9)
Kuasa Pengguna Anggaran
............................................................. (10)
NIP/NRP. ............................................ (11)
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR : .................................................... (6)

Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran telah diteliti,
diperiksa kebenaran dan kelengkapan dokumen pendukung yang disampaikan.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah disusun
dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja dan unit Eselon I, dan siap untuk
diaudit sewaktu-waktu.
3. Dalam hal pagu anggaran berubah, usul Revisi Anggaran telah dibahas dengan unit
Inspektorat terkait.
4. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan menimbulkan kerugian
negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan sadar, dan tidak di
bawah tekanan.
..................., ............................ (9)
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/
Sekretaris/Pejabat Eselon I

…………………………………….. (10)
NIP/NRP…………………………. (11)
Terima Kasih

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 55


Pasal 8 UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013

Ayat (10) :
“Belanja Subsidi –Subsidi BBM jenis tertentu dan bahan bakar cair dan
Subsidi Listrik TA 2013 – dapat disesuaikan dengan kebutuhan realisasi
pada tahun anggaran berjalan untuk mengantisipasi deviasi realisasi
asumsi ekonomi makro, dan/atau perubahan parameter subsidi,
berdasarkan kemampuan keuangan negara”.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 56


Pasal 11 UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013

Ayat (1) : Perubahan rincian lebih lanjut dari anggaran Belanja Pemerintah Pusat
berupa :
a. Pergeseran anggaran belanja:
1) Dari Bagian Anggaran 999.08 (BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L;
2) Antarkegiatan dalam satu program sepanjang pergeseran tsb mrp hasil
optimalisasi dan tidak mengurangi volume keluaran (output) yg telah
direncanakan;
3) Antarkegiatan yg bersifat swakelola dalam satu program sepanjang
pergeseran tsb tidak mengurangi volume keluaran (output) yg telah
direncanakan untuk hal-hal yg bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan
atau yg tidak dapat ditunda, yg penetapannya dilakukan oleh Pemerintah;
4) Antarjenis belanja dan/atau antarjenis kegiatan dalam satu program
dan/atau antarprogram dalam satu K/L untuk memenuhi kewajiban
pengeluaran yg timbul shbngn dg putusan pengadilan yg telah mempunyai
kekuatan hukum tetap (inkracht);
5) Antarjenis belanja dalam satu kegiatan; dan/atau
6) Antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN).

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 57


Pasal 11 ......(2/3)

b. Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari kelebihan realisasi


PNBP di atas target;
c. Perubahan pagu pinjaman proyek dan hibah luar negeri dan pinjaman
dan hibah dalam negeri (PHDN) sbg akibat dari lanjutan dan percepatan
penarikan pinjaman proyek dan hibah luar negeri dan PHDN, termasuk
HLN/HDN setelah UU APBN ditetapkan;
d. Perubahan pagu pinjaman proyek luar negeri sbg akibat pengurangan
alokasi pinjaman luar negeri; dan
e. Perubahan anggaran belanja bersumber dari penerimaan hibah langsung
dalam bentuk uang.
Ditetapkan oleh Pemerintah.

Ayat (2) :
“Penggunaan anggaran belanja yg bersumber dari PNBP di atas pagu APBN
untuk BLU ditetapkan oleh Pemerintah”.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 58


Pasal 11 .....(3/3)

Ayat (3) :
“Perubahan rincian Belanja Pemerintah Pusat sbmgn dimaksud pd ayat (1)
dapat dilakukan sepanjang masih dalam satu provinsi/kabupaten/kota
untuk kegiatan yg dilaksanakan dalam rangka Tugas Pembantuan (TP) dan
Urusan Bersama (UB) atau dalam satu provinsi untuk kegiatan yg
dilaksanakan dalam rangka Dekonsentrasi”.
Ayat (4) :
“Perubahan rincian Belanja Pemerintah Pusat sbmgn dimaksud pd ayat (1)
dapat dilakukan antarprovinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan yg
dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat dan oleh instansi
vertikalnya di daerah”.
Ayat (5) :
“Perubahan sbgmn dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
dilaporkan Pemerintah kpd DPR dalam APBN P TA 2013 dan/atau LKPP
Tahun 2013”.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 59


Pasal 26 UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013

Ayat (1) :
“Pemerintah dapat melakukan pembayaran bunga utang yang melebihi
pagu yang ditetapkan dalam TA 2013”.
Ayat (2) :
“Pemerintah dapat melakukan transaksi Lindung Nilai dalam rangka
pengedalian risiko pembayaran bunga utang”.
Ayat (3) :
“Pemenuhan kewajiban yang timbul dari transaksi Lindung Nilai
dibebankan pada anggaran pembayaran bunga utang”.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 60


Pasal 29 UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN TA 2013

Ayat (1) :
“Kegiatan dlm rangka pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana alam yg dilakukan dlm tahun 2012, tetapi belum
dapat diselesaikan s.d. Akhir Desember 2012, dapat dilanjutkan
penyelesaiannya ke tahun 2013”.
Ayat (2) :
“Pendanaan untuk kegiatan sbgmn dimaksud pd ayat (1) bersumber dari
pagu K/L masing-amsing dalam TA 2013”.
Ayat (3) :
“Pengajuan usulan lanjutan program/kegiaan sbgmn dimaksud pd ayat (1)
disampaikan kpd Menteri Keuangan dlm bentuk konsep revisi anggaran
paling lambat tgl 31 Januari 2013”.

INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN 61


Pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L

1) Pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08)


ke Bagian Anggaran K/L bersifat insidentil dan menambah pagu anggaran
belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2013 namun tidak menjadi
dasar perhitungan untuk penetapan alokasi anggaran tahun berikutnya.
2) Tata cara Revisi Anggaran untuk pergeseran anggaran belanja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan
Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara pergeseran anggaran
belanja dari BA 999.08 ke bagian anggaran kementerian/lembaga.

62
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Pergeseran anggaran antar Subbagian Anggaran
dalam BA BUN

1) Pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA


BUN) merupakan pergeseran anggaran yang dilakukan dalam rangka
memenuhi kewajiban Pemerintah selaku pengelola fiskal.
2) Pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan hanya
untuk subbagian Bagian Anggaran 999 (BA BUN) mengenai belanja
meliputi BA 999.02, BA 999.07, BA 999.08, dan BA 999.99.

63
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Pergeseran anggaran dlm rangka penyelesaian
Inkracht

1) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht merupakan


kewajiban pengeluaran yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
2) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung jawab Kementerian/Lembaga.
3) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antarjenis belanja dan/atau
antarjenis Kegiatan dalam satu program dan/atau antarprogram dalam satu
Kementerian/ Lembaga.

64
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Penggunaan Dana Ouput Cadangan

1) Kriteria penggunaan dana output Cadangan adalah :


a. Mendanai kebutuhan biaya operasional Satker;
b. Mendanai prioritas nasional yg belum dialokasikan sebelumnya;
c. Menambah volume ouput prioritas nasional;
d. Percepatan pencapaian output prioritas nasional;
e. Mendanai kegiatan yg bersifat mendesak, kedaruratan atau yang tidak
dapat ditunda;
f. Mendanai kebutuhan prioritas K/L;
g. Menyelesaikan kewajiban inkracht.
2) Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan output cadangan dapat
dilakukan dalam Kegiatan yang sama dan/atau antar Kegiatan dalam satu
Program.

65
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Perubahan/penambahan Rumusan Kinerja …(1/2)

1. Dalam rangka meningkatkan kinerja dan/atau memfasilitasi adanya


perubahan dalam Kementerian/Lembaga, Satker dapat mengusulkan
perubahan/penambahan rumusan kinerja terdiri atas:
a. perubahan/penambahan rumusan Keluaran; dan/atau
b. perubahan/penambahan rumusan selain rumusan Keluaran.
2. Perubahan/penambahan rumusan Keluaran dapat dilakukan:
a. sebagai akibat adanya penyempurnaan rumusan nomenklatur, perubahan
tugas fungsi unit dan/atau adanya tambahan penugasan;
b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak mengurangi volume
Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Kebijakan Prioritas
Pemerintah Yang Telah Ditetapkan.
3. Tata cara perubahan/penambahan rumusan Keluaran diatur sbb:
a. usulan perubahan/penambahan rumusan Keluaran diajukan oleh
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I K/L
selaku penangung jawab Program kepada DJA;
b. hasil perubahan/penambahan rumusan Keluaran sebagai dasar untuk
melakukan perubahan database RKA-K/L/DIPA;
c. berdasarkan perubahan database RKA-K/L/DIPA menjadi dasar
pengajuan revisi DHP RKA-K/L dan revisi DIPA kepada DJA.

66
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Perubahan/penambahan Rumusan Kinerja …(2/2)

4. Perubahan/penambahan selain rumusan Keluaran dapat dilakukan:


a. sebagai akibat adanya re-organisasi atau penyempurnaan perumusan
nomenklatur antara lain nomenklatur program, indikator kinerja
program, kegiatan, indikator kinerja kegiatan, fungsi, perubahan tugas
fungsi unit dan/atau adanya tambahan penugasan; dan
b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak mengurangi volume
Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Kebijakan Prioritas
Pemerintah Yang Telah Ditetapkan.
5. Tata cara perubahan/penambahan selain rumusan Keluaran diatur sbb:
a. usulan perubahan/penambahan rumusan selain rumusan Keluaran
diajukan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat
Eselon I Kementerian/Lembaga selaku penangung jawab Program kepada
Ditjen Anggaran dan Deputi Pendanaan Pembangunan Bappenas;
b. perubahan/penambahan rumusan selain rumusan Keluaran dapat
ditetapkan sepanjang telah disepakati dalam pertemuan tiga pihak antara
Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan, dan K/L ybs;
c. hasil perubahan/penambahan rumusan selain rumusan Keluaran sebagai
dasar untuk melakukan perubahan database RKA-KL/DIPA;
d. berdasarkan perubahan database RKA-KL/DIPA menjadi dasar pengajuan
revisi DHP RKA-K/L dan revisi DIPA kepada DJA.

67
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Perubahan Komposisi Sumber Pendanaan

Komposisi sumber pendanaan kegiatan dalam DIPA dimungkinkan untuk


dilakukan perubahan dalam hal :
1. Sumber dana yang direncanakan sulit untuk dipenuhi;
2. Terdapat sumber dana lain yang biayanya lebih murah;
3. Kegiatan harus segera dilaksanakan;
4. Ada perubahan kebijakan Pemerintah;
Persyaratan yg harus dipenuhi :
1. Persetujuan atas perubahan sumber pendanaan yang ditetapkan oleh
Presiden/Menteri Keuangan/Kepala Bappenas;
2. Surat dari lender yg menyatakan batal untuk mendanai kegiatan ybs;
3. Alasan yg dapat dipertanggungjawabkan.

68
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN

Anda mungkin juga menyukai