Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

B. LATAR BELAKANG
Seiring dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, usia

harapan hidup dapat semakin meningkat dan jumlah lansia pun semakin

banyak. Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program

kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat.

Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga

yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat

(Maryam, dkk., 2008).


Suatu proses alami yang tidak dapat dihindari , berjalan secara

terus menerus dan berkesinambungan adalah menjadi tua.

Permasalahan menjadi tua ini memiliki arti tersendiri dan setiap orang

mungkin menghindarinya karena merasa tidak nyaman dengan gejala

penuaan. Proses degenerasi telah membuat lansia mengalami berbagai

masalah kesehatan dan penyakit (Erpandi, 2014).


Lansia yang mengalami masalah kesehatan pasti membutuhkan

pelayanan kesehatan. Puskesmas adalah pelayanan kesehatan strata

pertama milik pemerintah yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pelayanan kesehatan primer di masyarakat, meliputi pelayanan

kesehatan masyarakat (public health service) dan pelayanan kesehatan

perorangan (medical services). Untuk pelayanan masyarakat yang

terpenting adalah pemberdayaan masyarakat (Ekasari dkk, 2008).


Secara individu pengaruh proses menua dapat menimbulkan

berbagai masalah baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial

ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan

mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat


1
2

mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini

mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi

kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang

memerlukan bantuan orang lain (Padila,2013).

Allah SWT. telah menjelaskan dalam Q.S Yasin ayat 68 bahwa

siapa yang dipanjangkan umurnya sampai usia lanjut maka akan

dikembalikan menjadi lemah seperti keadaan semula.

‫نونمون نننعكمور هه هنننككوسهه قفىِ ا لولنخولققق أن نفنل نيوعققل لوونن ۝‬

Artinya: “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya, niscaya Kami

akan kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka apakah mereka

tidak memikirkan?”

Dari ayat diatas dapat diambil makna bahwa usia lanjut pasti akan

mengalami perubahan-perubahan. Keadaan yang berubah itu ditandai

dengan rambut yang mulai memutih, penglihatan mulai kabur,

pendengaran sayu sayup sampai gigi mulai berguguran, kulit mulai

keriput, langkahpun telah gontai. Bahkan semua ilmu yang dimiliki telah

lenyap. Daya ingatnya akan terbatas, ia tidak ingat dan tidak tahu apa

yang baru saja diucapkannya. Keadaan ini adalah Sunnatullah yang tidak

bisa ditolak oleh siapapun. Siapa yang disampaikan oleh Allah SWT. pada

usia lanjut maka bersiaplah untuk mengalami keadaan seperti itu (Fadhil,

2013).

Prevalensi lansia di dunia pada tahun 2012 mencapai 500 juta

jiwa dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2015 mencapai angka
3

1,2 milyar jiwa (Hidayaty, 2012). Untuk prevalensi lansia di Indonesia,

pada tahun 2014 mencapai 20,24 juta. Jumlah lansia perempuan

mencapai 10,77 juta jiwa, dan untuk laki-laki mencapai 9,47 juta jiwa

(Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia, 2014). Sedangkan untuk

jumlah lansia di Jawa Barat pada tahun 2014 mencapai 8.994.810 juta

jiwa (BPS Prov Jabar, 2015).


Para lansia yang masih sehat dan segar bugar harus mendapat

kesempatan untuk berkarya dalam lingkungan rumah atau bekerja di luar

dalam batas-batas kemampuan fisik yang semakin berkurang. Sebaliknya

lansia yang tidak mampu secara fisik dapat memperoleh kesempatan

untuk mendapatkan tempat terhormat di lingkungan keluarga dan

masyarakat. Untuk membantu lansia agar tetap menjaga kesehatannya

maka lansia dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan di pusbila.

Pusbila dapat menjadi ajang untuk bekerja sama di antara lansia

sehingga mereka mempunyai kegiatan bersama yang menyenangkan.

Para lansia dapat menjadi panutan untuk generasi yang lebih muda

(Erpandi, 2014).
Karena lansia pada umumnya akan mengalami penurunan fungsi

fisik sehingga kondisi kesehatannya akan menurun, dalam Al-Quran juga

telah dijelaskan bahwa perubahan fisik pada usia tua pasti akan terjadi.

Dalam Al-Quran dianjurkan untuk berobat demi menjaga dan

memepertahankan kesehatan terutama bagi para lansia. Pada masa Nabi

Muhammad SAW. ada seorang sahabat bertanya kepada rasul tentang

bolehkah untuk berobat, datanglah serombongan Arab dusun. Mereka

bertanya, “Wahai Rasululloh, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab:

“iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah SWT tidaklah
4

meletakan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali

satu penyakit”. Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab:

”Penyakit tua” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad)

(Kedokteran Islam, 2010).


Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasullulloh SAW

bersabda:
‫ل ان وننز نل الددنء نو نجنعنل لقلككل ندا قء ند نواءء نفنتندا نو ووا نولن نتنتندا نو ووا‬
‫قا دناَّ ن‬

(‫ ) ا بو دا ود صحيح‬. ‫قبنحنر مم‬


Artinya :“Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan penyakit dan

obatnya, dan menjadikan untuk kamu bahwa setiap penyakit ada

obatnya. Oleh karena itu, berobatlah tetapi jangan berobat dengan yang

haram” (H.R Abu Daud).


Tafsiran dari hadist tersebut diatas yaitu para lansia harus bisa

memilih sarana yang baik ketika datangnya penyakit, harus bisa

mengambil tindakan yang baik ketika sakit. Karena penyakit akan datang

seiring dengan proses menua dan penurunan proses degeneratif. Maka

dari itu, berobatlah ke fasilitas yang tepat seperti puskesmas, rumah sakit,

maupun pusbila.
Pusbila adalah langkah yang cukup strategis dalam rangka

pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia agar

dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu

ditingkatkan pembinaanya (Sulistyorini, Pebriyanti, Proverawati, 2010).


Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun

1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Usia lanjut dapat dikatakan

usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut,
5

maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik

yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa

usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam,

dkk., 2008).
Dalam surat Ar-Rum ayat 54 dijelaskan tentang memberikan

perhatian pada badan dan kesehatan yang semakin lemah karena

dimakan usia. Dalam hal ini ada ketentuan yang tidak dapat ditolak.
‫ف قلدو ءة لثدم‬ ‫ف لثدم نجنعنل قمون ۘ نبوعقد ن‬
‫ضوع م‬ ‫اللله ا لدقذ ى نخلننقلكوم قمون ن‬
‫ضوع م‬

‫ضوعءفاَّ و ننشوينبءة ۚ نيوخلللق نماَّ نيشناَّ لء ق نولهنواولنعلقويلم اولنققد‬


‫نجنعنل قمون ۘ نبوعقد قلدو مة ن‬

‫ويلر ۝‬
Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi

kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)

dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah

Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.


Dari ayat diatas dapat diambil makna bahwa sudah termasuk hak

yang seharusnya engkau tunaikan adalah dengan memperhatikan

kesehatan. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah, lemah

kemampuan panca indra, bahkan ada sebagian orang yang sudah tua,

perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka harus

diperhatikan juga. Oleh sebab itu manfaatkanlah fasilitas kesehatan

misalnya pusbila (Kendari, 2012).


Pusbila merupakan perwujudan pelaksanaan program

pengembangan dari bijak Pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi

lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta

masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial


6

dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan

secara optimal (Sulistyorini, Pebriyanti, Proverawati, 2010).


Pusbila adalah sebagai salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Berbasis Masyarakat (UKBM) yang semakin dikenal oleh masyarakat.

Akan tetapi dalam upaya pelaksanaannya sering terdapat kendala. Hal ini

disebabkan karena berbagai faktor misalnya dari kurangnya kemampuan

pengelolaan dari masyarakat, keterbatasan tenaga pendukung maupun

dari faktor lansianya sendiri. Pengalaman yang ditemui dilapangan,

pelayanan dan kegiatan di posyandu lansia terkesan monoton sehingga

kurang menarik minat lansia untuk menghadirinya baik laki-laki maupun

perempuan, yang pada akhirnya jumlah kunjungan ke posyandu semakin

menurun (Erpandi, 2014).


Dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2016,

jumlah lansia yang berkunjung ke puskesmas mencapai 9.688 jiwa (Dinas

Kesehatan Kab. Ciamis, 2016). Pada penelitian ini peneliti mengambil

Puskesmas Handapherang. Peneliti mengambil puskesmas

Handapherang karena pada saat studi pendahuluan ke puskesmas

Handapherang peneliti mendapatkan data lansia yang harus dicapai

untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya ke pusbila adalah sekitar

4.185 jiwa. Sedangkan untuk lansia yang sudah memeriksakan

kesehatannya ke posyadu lansia sampai bulan April tahun 2017 sebanyak

1.058. Jika dipersentasikan maka didapatkan hasil 25,28% yang

mengunjungi posyandu lansia. Peneliti mengambil desa yang paling

banyak lansianya untuk melakukan penelitian. Desa yang tertinggi jumlah

lansianya terdapat di desa Pamalayan sebanyak 1180 orang. Para lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang tidak bekunjung ke pusbila


7

karena berbagai alasan, diantaranya karena tidak mengetahui pentingnya

pemeriksaan kesehatan, pekerjaan dan berbagai alasan lainnya.


Pengetahuan masyarakat yang baik mempunyai pengaruh yang

besar terhadap peningkatan status kesehatan seseorang, sedangkan

pengetahuan yang buruk dapat menyebabkan kegagalan dalam

peningkatan status kesehatannya. Pusbila di Wilayah Kerja Puskesmas

Handapherang aktif mengadakan pelayanan setiap bulan secara teratur.

Namun meskipun Pusbila sudah tersedia dengan baik tetapi lansia yang

datang ke Posyandu lansia sangat rendah tidak lebih dari 50 % lansia

setiap kali pertemuannya dengan berbagai alasan. Dari jumlah lansia

4.185 orang yang hadir mengunjungi pusbila hanya 1.058 orang untuk

sampai bulan April tahun 2017.


Berdasarkan penelitian Klaudia, Mardjan, dan Trisnawati (2015),

posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan

lansia di tingkat desa/kelurahan dalam masing-masing Wilayah Kerja

Puskesmas. Hasil observasinya mengatakan bahwa masih masih banyak

lansia yang tidak datang ke posyandu lansia untuk memeriksa

kesehatannya sendiri karena berbagai alasan seperti kurang

pengetahuan, sikap lansia yang tidak mendukung, jarak tempat tinggal

yang jauh, kurangnya dukungan dari keluarga, petugas kesehatan dan

lansia yang bekerja. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa ada

hubungan antara umur, jarak tempat tinggal, dukungan keluarga,

dukungan petugas kesehatan, sedangkan untuk jenis kelamin, pendidikan

dan pekerjaan tidak ada hubungan dengan perilaku lansia dalam

pemanfaatan posyandu lansia.


Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk

menggerakan sumber daya manusia dalam mengoptimalkan derajat


8

kesehatan. Pemanfataan pusbila sangat penting untuk lansia. Karena

dengan mengikuti posyandu maka akan meningkatkan kesehatan sesuai

dengan kebutuhan lansia. Pemanfaatan posyandu lansia juga untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan

kesehatan. Dengan adanya fasilitas ini maka lansia akan tetap aktif,

produktif dan mandiri serta meningkatkan komunikasi di antara

masyarakat lansia (Erpandi, 2014).


Lansia memerlukan pemeliharaan kesehatan yang terjangkau

untuk mengatasi masalah kesehatannya. Pusbila adalah sarana yang

tepat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan lansia. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sumiati (2012), menunjukan bahwa pengetahuan dan

sikap yang positif terhadap pemanfaatan pusbila sangat berpengaruh.

Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi

oleh jarak rumah dengan pusbila. Bagi lansia yang jarak rumahnya dekat

dengan pusbila maka akan aktif dalam memanfaatkan pelayanan pusbila.


Kegiatan pusbila yang berjalan dengan baik akan memberikan

kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar,

sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan

baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program pusbila banyak

memberikan manfaat bagi para lanjut usia. Seharusnya para lansia

berupaya memanfaatkan adanya pusbila tersebut sebaik mungkin, agar

kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal

(Rahayu, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Pemanfaatan Pusbila Di Desa Pamalayan Wilayah Kerja Puskesmas

Handapherang Kabupaten Ciamis”.


9

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan dan

sikap dengan pemanfaatan pusbila di Desa Pamalayan Wilayah Kerja

Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis ?


C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap dengan

pemanfaatan pusbila di Desa Pamalayan Wilayah Kerja Puskesmas

Handapherang Kabupaten Ciamis.


2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan

pusbila di Desa Pamalayan Wilayah Kerja Puskesmas

Handapherang Kabupaten Ciamis.


2. Diketahuinya hubungan sikap dengan pemanfaatan pusbila di

Desa Pamalayan Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang

Kabupaten Ciamis.

D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan di dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan untuk

mempertahankan kualitas hidup lansia, mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu kajian dalam bentuk hasil penelitian

yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap lansia dalam

pemanfaatan pusbila.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan penulis dan pengetahuan serta

pengalaman dalam melakukan penelitian.


b. Bagi Institusi Pendidikan
10

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

atau bacaan bagi mahasiswa/i untuk melakukan penelitian lebih

lanjut.

c. Bagi Lansia
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan

lansia tentang pentingnya berkunjung ke pusbila dan meningkatkan

jumlah kunjungan lansia dalam pemanfaatan pusbila.


d. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan dasar kajian untuk penelaahan lebih lanjut

dalam mengevaluasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

khususnya meningkatkan kunjungan lansia ke pusbila.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Rosyid, Uliyah,

Hasanah, (2009) dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di RW VII Kelurahan

Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya”. Metode penelitian yang

digunakan desain Cross Sectional dengan populasi para lansia di

posyandu jumlah 32 orang dengan sampel 30 orang. Variabel

penelitiannya kunjungan lansia ke posyandu, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tingkat pengetahuan dan pola tempat

tinggal. Hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan pola tempat tinggal tidak mempengaruhi kunjungan

lansia ke posyandu lansia. Sedangkan pekerjaan dan pendapatan

merupakan faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu

lansia.
Persamaan dengan penelitian yang peneliti buat adalah objek

penelitian yang sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia, sedangkan untuk


11

perbedaanya terdapat pada waktu penelitian, tempat penelitian, populasi,

sampel, dan variabel penelitian tentang faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan pusbila.

Anda mungkin juga menyukai