Anda di halaman 1dari 9

Nama : Andra Daffa Alifian

Kelas : Manajemen D
NIM : 20170410153
MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DOSEN : Drs. Mujiyana, M.Si
Peran dan Upaya Mahasiswa dalam
Memberantas Korupsi

Kata korupsi sudah bukan hal yang asing bagi kita. Korupsi berasal dari bahasa latin
Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dari bahasa latin itu turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption,
Corrupt kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie. Kemudian arti kata korupsi yang
telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia disimpulkan oleh
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: Korupsi ialah perbuatan yang
buruk seperti pengertian penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya
(Poerwadarminta : 1976).1) Sedangkan pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999
jo UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah perbuatan
setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara.2)

Korupsi sudah merebak di hampir seluruh lapisan masyarakat dan sepertinya sudah
menjadi sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia maka tidak mengherankan apabila
negara seringkali mengalami kerugian finansial yang cukup signifikan. Misalnya pada
tahun 2006, negara menderita kerugian akibat tindakan korupsi, terutama dalam sektor
BUMN sehingga mencapai angka yang cukup mengejutkan yaitu Rp 161 triliun. Angka ini
mengalami akselerasi yang cukup cepat karena sebelumnya di tahun 2005 yaitu Rp 125
triliun (data ICW 2006). Akibat tindak kejahatan korupsi ini juga meletakkan Indonesia
pada posisi 134 dari 163 negara (yang diurutkan dari negara terbersih sampai ke negara
terkorup) dan TI Perception Index Indonesia 2,4. Jumlah kasus juga banyak terjadi,
terutama di daerah Barat, Jakarta, Sumatra Selatan dan Bangka Belitung yang mencapai 14-
17 kasus per tahun.3) Banyaknya uang negara yang mengalir di kantong-kantong orang-
orang tidak bertanggung jawab tentu menimbulkan beberapa dampak menurut Soejono
Karni yaitu:
a. Rusaknya sistem tatanan masyarakat.
b. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi.
c. Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat.
d. Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi,
politik, maupun hukum yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi,
ketidakpercayaan, apatis terhadap pemerintah yang berdampak kontraproduktif
terhadap pembangunan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka sangat penting dalam menangani
tindakan korupsi. Maka ada beberapa strategi menurut Hong Kong dengan ICAC-nya
dengan pendekatan tiga pilar yaitu:

a. Strategi Preventif
Upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan prosedur dengan membangun
budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency,
accountability and responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk
melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.

b. Strategi Investigative
Upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap
para pelaku korupsi.

c. Strategi Edukatif
Upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta
memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing maka
masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap
korupsi melalui pesan-pesan moral.5)
Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat.
PERAN DAN UPAYA MAHASISWA DALAM MEMBERANTAS KORUPSI
Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran masyarakat dalam
memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah masyarakat
intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena
mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang
sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup
signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi
lain mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak
mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa
dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia
dalam melawan penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para mahasiswa
kedokteran Stovia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan
RI merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu
pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno mengalami keadaan politik yang tidak
kondusif dan memanas kemudian mahasiswa tampil dengan memberikan semangat bagi
pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya, ketika masa orde baru,
mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang kemudian melahirkan
reformasi.6)
Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk
memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka
tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme
mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur
idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut
ternyata membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang
ada di sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal
perjuangan mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk
diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi.

Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya
keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa
sadar dan bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:

a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.


Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan
kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi
walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus,
menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para
pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya. Memang hal tersebut
kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan dikhawatirkan akan menjadi
kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi sebuah karakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus memperhatikan
kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan peluang kepada
pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika
penerimaan mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus
kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk mempertanyakan dan
menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan hal lainnya. Jadi posisi
mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal universitas.

Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak pengontrol
kebijakan internal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah
mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih
mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang
berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut
diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya
korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol terhadap
kebijakan internal kampus.
Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam BEM) ITB
2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu
pula mereka yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap
rektorat mereka yang ternyata memang terjerat kasus korupsi.7)
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan
merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta
dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi
di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap
kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi
memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif,
artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.

c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.


Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan
demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil
negosiasi yang terbaik.

Korupsi menjadi salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Statistik
terbaru menunjukkan bahwa kasus korupsi di Indonesia terus meningkat. Di tahun 2004
penuntutan terhadap kasus korupsi hanya berjumlah 2 dalam setahun, namun terus
meningkat hingga menjadi 62 tuntutan kasus korupsi di tahun 2015 kemarin.
Faktor terjadinya korupsi :

1. politik – Faktor politik merupakan salah satu faktor yang paling umum yang mendasari
suatu tindakan penyebab korupsi. Tindakan korupsi berupa suap atau yang biasa kita kenal
sebagai tindakan sogok menyogok sangat sering terjadi. Korupsi suap biasa terjadi untuk
kepentingan khusus seperti suap untuk “naik jabatan”, suap untuk “menutupi” sesuatu.
2. Ekonomi – Desakan ekonomi membuat seorang karyawan yang merasa gajinya kurang
mencukupi melakukan korupsi, tindakan yang dilakukan biasanya berupa pencurian uang
Negara atau uang rakyat. Korupsi yang dilandasi oleh faktor ekonomi inilah yang membuat
Negara kita tak kunjung maju, karena uang yang seharusnya digunakan untuk
pembangunan dan kesejahteraan rakyat justru digunakan untuk kepentingan pribadi.
Mirisnya, mengambil uang Negara cukup mudah dilakukan karena kurangnya pengawasan
pemerintah, hukuman yang diberikan kepada para pencuri uang Negara pun tidak setimpal
dengan kesengsaraan yang mereka sebabkan.
3. hukum – Tindakan korupsi berupa penyuapan penegak hukum juga sangat umum terjadi di
Indonesia, dengan tujuan meringankan bahkan menghapus hukuman, melegalkan yang
illegal, untuk merubah atau meniadakan suatu peraturan, korupsi suap hukum bukan hal
yang jarang terjadi. Kemudahan melakukan suap hukum yang terjadi di Indonesia
menggambarkan betapa lemahnya penegakkan hukum di Negara ini.
4. Faktor interpersonal – Faktor ini merupakan perluasan dari ketiga faktor diatas dimana
penyebab tindakan korupsi adalah karena sifat manusia yang tidak pernah puas, minimnya
moral masyarakat Indonesia, dan gaya hidup yang tinggi. Kasus korupsi di Indonesia
mencapai tingkat yang memprihatinkan, namun seiring berjalannya waktu, peluang yang
kita miliki untuk memberantas korupsi pun kian besar, salah satu caranya adalah melalui
mahasiswa. Dari faktor faktor penyebab korupsi diatas bisa disimpulkan mengenai
bagaimana peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi?

Berikut adalah peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi :

1. Moralitas

Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan


interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa bertanggung
jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia dengan memberantas korupsi. Mahasiswa
yang menyelesaikan pendidikannya cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik
terhadap Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci terhadap tindakan
korupsi.

2. Identifikasi korupsi

Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi) memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa suatu tindakan korupsi lebih baik daripada masyarakat
pada umumnya. Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar standar identifikasi
dan analisis korupsi dari segi finansial maupun hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa
diharapkan dapat memperbaiki kualitas penegakkan hukum di Indonesia.

3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi oleh suatu
entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada pemerintah
karena mahasiswa dianggap memiliki suara yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan
mampu menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk
melaporkan tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki pengetahuan akan
prosedur dan langkah hukum untuk melaporkan suatu tindakan korupsi.

4. Generasi masa depan

Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki kemampuan interpersonal
tinggi naik dan menggantikan generasi sekarang yang dianggap penuh dengan koruptor,
Tindakan korupsi diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya kesadaran
dalam diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak melakukan korupsi.

Kualitas kualitas professional maupun interpersonal yang ditanamkan pada mahasiswa


saat ini diharapkan mampu untuk memberantas korupsi yang terus menggerogoti Negara
Indonesia. Dengan artikel peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi ini, kami
harapkan anda dapat lebih mengerti pentingnya pendidikan bukan hanya untuk
memperoleh hard skill, namun juga untuk mendapatkan kemampuan interpersonal dan
moralitas yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai