Anda di halaman 1dari 19

Pendidikan Agama Islam

Tauhid

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu
(dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu
menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari
makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh
manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk
Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja.

Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa kata “tauhid”, secara bahasa,


adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja ‘wahhada–yuwahhidu’,
yang bermakna ‘mengesakan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, “tauhid”
bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan
itu meliputi perkara ‘rububiyah’, ‘uluhiyah’, dan ‘asma’ wa shifat’. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5)

Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid
disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada
sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa
dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha
Esa dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-
Nya. Tauhid yang diserukan oleh para nabi dan rasul telah mencakup ketiga macam tauhid ini
(rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat). Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa
dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu, barang siapa yang mewujudkan
salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid lainnya maka hal itu tidak lain
terjadi karena dia tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang dituntut
oleh agama. (Ibthal At-Tandid, hlm. 5–6)

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 1
Pendidikan Agama Islam

Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan
terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan
penetapan (itsbat). “La ilaha” adalah penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala
sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah itsbat/penetapan, maksudnya: kita
menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhihat Al-Kasyifat, hlm. 49)

Pembagian Tauhid

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak
dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga:
Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam


kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas
bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang
mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini
rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta,
misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang
memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-
bintang, dll. Di nyatakan dalam Al Qur’an:

ُّ ‫ل الظُّ ُلمَاتّ و‬
‫َالنو َر‬ َ ‫َاْلَرْضَ َو‬
َ ‫ج َع‬ ْ ‫السمَاوَاتّ و‬
‫ه‬ َ ‫َلِل ال ه ّذي‬
َ َ‫خل‬
‫ق‬ ْ ‫ْالح‬
ّ ‫َم ُد ّ ه‬

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan
terang” (QS. Al An’am: 1)

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin,
maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah
kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:

ُ‫ن ه‬
‫َللا‬ ‫م لَي َُقولُ ه‬
ْ ‫خلَ َق ُه‬ ْ ‫سأَ ْل َت ُه‬
ْ ‫مم‬
َ ‫َن‬ ْ ‫وَلَ ّئ‬
َ ‫ن‬

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 2
Pendidikan Agama Islam

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang
telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Az Zukhruf:
87)

ْ ‫الش ْمسَ و‬
َ ‫َال َق‬
‫م َر ل‬ ‫ه‬ ‫خ َر‬ َ ‫َاْلَرْضَ و‬
‫َس ه‬ ْ ‫السمَاوَاتّ و‬
‫ه‬ َ َ‫خل‬
‫ق‬ ْ ‫سأَ ْل َت ُه‬
ْ ‫مم‬
َ ‫َن‬ َ ‫ن‬ ُ‫ن ه‬
ْ ّ‫َللاََوَلَئ‬ ‫ي َُقولُ ه‬

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang
telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya
mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bernama
Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian,
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.

Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh
Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan.
Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang
kafir jahiliyah” (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)

Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah
sejak dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa
mereka berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum
kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak
bertauhid uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para
sahabat.

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang
zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:

ُ ‫س َت ّع‬
‫ين‬ َ ‫ك نَ ْع ُب ُد وَإّيها‬
ْ َ‫ك ن‬ َ ‫إّيها‬

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan” (Al Fatihah: 5)

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 3
Pendidikan Agama Islam

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala sesuatu yang
telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan
kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk
ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang
bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak
kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka
juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi
Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid
uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:

ُ ِّ ُ
ُ ‫َاج َتنّ ُبوا الط ه‬
َ ‫اغو‬
‫ت‬ َ ‫اع ُب ُدوا ه‬
ْ ‫َللا و‬ ْ ‫ن‬ّ َ‫وًل أ‬
‫َس ا‬ ٍ ‫ل أ هم‬
ُ ‫ةر‬ ّ ‫وَلَ َق ْد بَ َع ْثنَا فّي ك‬

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan:
‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)

Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling
ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan
diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu
adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya
ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath Thahawiyah).

Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam
penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al
Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat
Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya
dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa
ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

‫سنَى َفا ْد ُعو ُه بّهَا‬


ْ ‫ح‬ ْ َ ‫اْل‬
ُ ‫سمَا ُء ْال‬ ْ ‫ََلِل‬
ّ ‫و ّه‬

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 4
Pendidikan Agama Islam

Beberapa ancaman terhadap tauhid

1. Kristenisasi

Tidak ada satupun negara di dunia ini terutama negara yang mayoritas berpenduduk
Muslim, bebas dan selamat dari serangan gerakan pemurtadan. Gerakannya telah menyebar
ke masyarakat tapi kita masih berdiam diri. Kemaksiatan yang ditimbulkan telah tampak di
depan mata namun kita seakan buta tak melihat apa-apa. Pelanggaran dilakukan terang-
terangan tapi hati kita tidak pernah tergerak untuk melarang atau menghentikannya. Saudara
semuslim kita sebagian telah berpindah agama akan tetapi pemandangan ini tidak pernah
meresahkan dan merisaukan hati kita.

Gerakan kristenisasi adalah sebuah gerakan yang tersusun dengan baik dan rapi
bertujuan untuk mengajak manusia menjadi pengikut umat kristiani. Gerakan ini bersifat
religi, politik dan penjajahan yang muncul akibat kekalahan pasukan Kristen dalam perang
salib yang berlangsung dalam waktu yang panjang.

Sudah banyak hal yang dilakukan manusia muslim/muslimin pada zaman era modern
sekarang ini yang menyimpang tentang kristenisasi contohnya yaitu anak muda sekarang ini
banyak yang ikut-ikutan atau toleran kepada teman ataupun saudaranya yang beragama
kristen untuk merayakan hari valentine, natal dsb secara bersama, Padahal dia tahu akan
agama yang dianutnya.

Sebagai Muslim,kita tentu sangat mencintai keimanan kita. Kita sadar, akidah adalah
harta paling mulia dan paling berharga dalam hidup kita. Karena itu, kita memandang setiap
upaya untuk merusak akidah Islam adalah tantangan dan ancaman besar dalam kehidupan
kita dan kehidupan kaum Muslimin secara keseluruhan.

Kita jangan terlalu membesar-besarkan masalah kristenisasi. Tetapi, kita juga jangan
mengecil-ngecilkan atau menganggap ancaman itu tidak ada. Sebagai Muslim, kita patut
berbangga dan bersyukur, bahwa umat Islam Indonesia punya daya tahan yang sangat tinggi
dalam menghadapi kristenisasi. Beratus-ratus tahun kaum Kristen berusaha mengkristenkan
penduduk Indonesia ini, tetapi mereka gagal.

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 5
Pendidikan Agama Islam

Maka, yang wajib kita lakukan sekarang adalah melakukan upaya perbentengan diri
yang sangat serius, yaitu dengan cara memahami segala macam strategi dan taktik serta
gerakan misi Kristen, dan dengan memperkuat akidah dan keilmuan kita. InsyaAllah, dengan
pertolongan Allah, kita akan sanggup menghadapi segala macam upaya gerakan
penghancuran akidah, baik yang dilakukan secara terangan-terangan seperti gerakan
Kristenisasi atau yang tersamar, seperti yang dilakukan oleh gerakan sekularisasi dan
liberalisasi Islam.

2. Sekulerisme dan materialisme

Sekularisme adalah memisahkan agama dari kehidupan individu/ sosial dengan kata lain
pemikiran yang memisahkan antara agama dengan kehidupan duniawi. Dengan kata lain
agama dianggap hanya sebagai urusan ibadah saja, sebagaimana beribadah kepada yang maha
kuasa. Sementara untuk urusan kehidupan duniawi, agama tidak boleh ikut campur.

Hampir tidak ada satu pun sendi kehidupan yang terlepas dari jeratan sekularisme, mulai
dari sisi-sisi kehidupan pribadi sampai kehidupan bermasyarakat dan bernegara, semua
terwarnai oleh ajaran sekuler.

Terdapat 2 contoh nyata tentang sekularisme dalam kehidupan bermasyarakat atau


pun individual

1. zaman sekarang pacaran sudah dianggap halal dan biasa oleh para anak
muda, tidak hanya pacaran seks bebas pun sudah dianggap biasa oleh
mereka yang melakukannya. Menurut mereka campur tangan ajaran
agama hanya menghalangi mereka untuk mendapatkan pasangan hidup
yang comfortable dan juga menghalangi mereka untuk mendapatkan
kesenangan dimasa mudanya. Mereka tidak memperdulikan sama
sekali ajaran agama yang mengharamkan pacaran apalagi sampai
melakukan hubungan seks.

2. Anak muda sekarang banyak yang meniru berpakaian ala barat


istilahnya “YOU CAN SEE” yang artinya kamu bisa lihat saya.

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 6
Pendidikan Agama Islam

Kelakuan ini jauh dari nilai-nilai budaya Indonesia apalagi mengikuti


syariat Islam. Program TV, Media, Internet sebagai wadah untuk
mempromosikan pemikiran yang mereka bawa pada masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah disuguhkan melalui media,
segala bentuk budaya barat, mulai dari remaja, dewasa dan orangtua.
Mereka telah mengatur sendiri sesuai level yang akan mereka
pengaruhi, jadi tidak aneh lagi, kalau seorang wanita memakai celana
pendek, karena sesuai dengan trendnya bukan sesuai dengan Syariat
lagi.

Materialism adalah segala sesuatu yang diukur dengan bentuk materi dan dapat
dilihat. Sementara orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut materialis.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada
sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme
mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi.

Ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham materialisme

1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah)
2. Tidak meyakini adanya alam ghoib
3. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunyaalat mencapai ilmu
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.

Budaya modern memang banyak menawarkan kemudahan bagi kehidupan manusia.


Tetapi di balik itu, budaya modern juga menyiapkan belenggu-belenggu kemanusiaan yang
baru. Salah satunya adalah dengan adanya paham sekularisme dan materialisme. Dalam
paham sekularisme, manusia modern dituntut untuk hanya mempromosikan ajaran tuhan
pada tempat kehidupan privat atau wilayah kehidupan pribadi saja. Ajaran tuhan tidak
mendapat tempat dalam kehidupan publik. Agama tidak boleh dibawa-bawa dalam proses
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sedangkan materialisme menanamkan pemahaman
bahwa motif dan kepentingan utama manusia lebih terkait dengan segala sesuatu yang

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 7
Pendidikan Agama Islam

bersifat materi. Yang paling berharga dalam hidup adalah materi. Materi menjadi ukuran
kehidupan. Nilai-nilai ketuhanan tidak mendapat tempat dalam paham materialisme.

3. Sinkretisme

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata syin dan kretiozein atau kerannynai,
yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang saling bertentangan. Adapun pengertiannya
adalah suatu gerakan di bidang filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada
hal yang agak berbeda dan bertentangan.

Upaya untuk penyesuaian atau pencampuran kebudayaan pertentangan perbedaan


kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran berpikir. Istilah ini bisa
mengacu pada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri
tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama. Dan dengan demikian menegaskan
sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada
agama lain.

4. Nabi palsu dan sekte menyimpang

Berkata Syaikh Sholeh Al-Fauzan ” …. Dan akhir dari para Rasul adalah Muhammmad
Shalallahu ‘alahi wassalam dialah penutup para nabi dan rasul, yang tidak ada nabi
setelahnya sampai tegaknya hari kiamat, Alloh Subhaanahu wa Ta’ala berfirman

ُ ‫َما كَانَ ُم َح َّم ٌد أَبَا أ َ َح ٍد ِم ْن ِرجَا ِل ُك ْم َولَ ِك ْن َر‬


‫سو َل هللاِ َو َخاتَ َم النَّبِيِين‬

“Muhammad itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki di antara kalian. Akan tetapi,
beliau adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah terhadap segala sesuatu
Maha mengetahui.” (QS. al-Ahzab: 40)

Dan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda : ” Saya adalah penutup para nabi
yang tidak ada nabi setelah ku “ ( HR. Bukhari dan Muslim ) Muhammad adalah akhir
para Rasul ‘Alahi shalawatu wassalam, dan akhir para nabi, karena setiap rasul adalah
nabi. Tidak ada utusan setelahnya tidak seorang rasul tidak pula seorang nabi. Maka
barang siapa yang meyakini adanya rasul atau nabi setelah diutusnya Muhammad
Shalallahu ‘alahi wassalam maka dia kafir. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 8
Pendidikan Agama Islam

bersabda : ” Akan keluar setelahku 30 orang pendusta, setiap dari mereka mengaku
bahwasannya dirinya adalah nabi, dan saya adalah penutup para nabi tidak ada nabi
setelah ku.”
Maka barangsiapa yang tidak menyakini risalah telah ditutup dengan diutusnya
Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, dan meyakini adanya nabi setelah di utusnya,
maka dia telah kafir kepada Alloh, dan mendustakan Alloh, Rasul-Nya dan Ijma kaum
muslimin (Syarh Kasfu Syubhat : 21)

Sesat atau kesesatan bahasa Arabnya adalah dhalâl atau dhalâlah. Ia merupakan
mashdar (gerund) dari dhalla–yadhillu–dhalâl[an] wa dhalâlat[an]; maknanya di antaranya:
ghâba wa khâfa (tersembunyi), dzahaba (pergi/lenyap), dhâ’a (sia-sia), halaka (rusak),
nasiya (lupa), al-hayrah (bingung), dan khatha’a (keliru).

Al-Quran menjelaskan orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang menyekutukan


Allah (QS an-Nisa’ [4]: 116).

Ikut bergabung dengan madzab-madzab (paham-paham) atheis seperti komunisme,


sekulerisme, materialisme dan paham-paham kufur lainnya adalah kufur dan keluar dari
Islam. Jika orang-orang bergabung dengan paham-paham tersebut mengaku Islam, maka ia
termasuk nifaq akbar (kemunafikan besar). Karena sesungguhnya orang-orang munafik itu
mengaku Islam secara lahiriyah, tetapi secara batiniyah (sesungguhnya) mereka bersama
orang-orang kafir. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman tentang mereka,

Artinya:"Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka


mengatakan, 'Kami telah beriman.' Dan bila mereka kembali pada setan-setan mereka,
mereka mengatakan, 'Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-
olok'." (Al- Baqarah: 14).

Artinya:"(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada


dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka
berkata, 'Bukankah kami (turut berperang) besertamu?' Dan jika orang-orang kafir
mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata, 'Bukankah kami turut
memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?' " (An-Nisa': 141).

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 9
Pendidikan Agama Islam

Orang-orang munafik penipu, masing-masing mereka memiliki dua wajah; wajah


untuk menghadapi orang orang beriman dan wajah untuk berpaling pada kawan-kawannya
dari kalangan orang-orang atheis. Mereka juga memiliki dua lisan; lisan yang secara lahiriah
diterima oleh umat Islam dan lisan yang mengungkapkan tentang rahasia mereka yang
tersembuyi. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,

Artinya:"Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka


mengatakan, 'Kami telah beriman.' Dan bila mereka kembali pada setan-setan mereka,
mereka mengatakan, 'Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-
olok'." (Al-Baqarah: 14).

Mereka berpaling dari al-Qur'an dan as-Sunnah dengan mengolok-olok dan


merendahkan para pengikutnya. Mereka enggan tunduk terhadap hukum kedua wahyu
tersebut karena merasa bangga terhadap ilmu yang mereka miliki, padahal memperbanyak
ilmu tersebut tidak bermanfaat, kecuali malah menambah keburukan dan kesombongan.
Karena itu, engkau melihat mereka senantiasa mengolok-olok orang-orang yang berpegang
teguh dengan wahyu yang nyata. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,

Rtinya:"Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-


ambing dalam kesesatan mereka." (Al-Baqarah: 15).

Allah Subhanahu waTa’ala memerintahkan agar kita bergabung dengan orang-orang


beriman,

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar." (At-Tau-bah: 119).

Madzab-madzab atheis tersebut adalah madzab-madzab yang menyimpang, karena


didirikan di atas kebatilan. Komunisme misalnya, mengingkari wujud Pecipta Subhanahu
waTa’ala dan memerangi agama-agama samawiyah. Barangsiapa rela dengan akalnya untuk
hidup tanpa akidah serta mengingkari kepastian hukum-hukum akal, maka berarti ia
menafikan akalnya. Lalu sekulerisme mengingkari agama-agama dan hanya bersandar kepada
materi yang tidak memiliki orientasi dan tujuan dalam hidup ini, selain kehidupan hewani.
Kapitalisme yang dipentingkan hanya mengumpulkan harta dari mana saja, tanpa
memperdulikan halal-haram, kasih sayang dan cinta kepada orang-orang fakir dan miskin.

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 10
Pendidikan Agama Islam

Dasar perekonomiannya adalah riba yang berarti memerangi Allah Subhanahu waTa’ala dan
RasulNya, dan karenanya negara serta pribadi menjadi hancur dan menghisap darah rakyat
miskin. Karena itu, setiap orang yang berakal, apalagi yang memiliki sedikit iman tak
mungkin rela hidup berdasarkan madzab-madzab ini, hidup tanpa akal, agama, tujuan yang
benar yang senantiasa diupayakan dan di pertahankan. Madzab-madzab ini masuk ke negara-
negara Islam saat mayoritas mereka kehilangan dien yang lurus dan terdidik di atas kelalaian
serta hidup sekedar menjadi penurut dan pengekor.

Kedua Bergabung dengan kelompok-kelompok Jahiliyah serta fanatik terhadap


rasialisme adalah suatu kekufuran dan kemurtadan dari Islam. Sebab Islam menolak
fanatisme dan kebangkitan Jahiliyah. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,

Artinya:"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa." (Al-Hujurat: 13).
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

.ٍ‫صيِبَّة‬
َ َ‫ب ِلع‬ َ ‫ َولَي‬،ٍ‫صبِيَّة‬
ِ ‫ْس ِمنَّا َم ْن غ‬
َ ‫َض‬ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن قَاتَ َل َعلَى َع‬
َ ‫ َولَي‬،ٍ‫صبِيَّة‬
َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن دَ َعا إِلَى َع‬
َ ‫لَي‬

"Tidak termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada fanatisme (Ashabiyah),
tidak termasuk golongan kami orang yang membunuh karena ashabiyah, dan tidak
termasuk golongan kami orang yang marah karena ashabiyah." (HR. Muslim).
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫اس بَنُ ْو آدَ َم َوآدَ ُم ُخلِقَ ِم ْن‬


ُ َّ‫ الن‬،‫ي‬
ٌّ ‫ش ِق‬ ِ َ‫ي أ َ ْو ف‬
َ ‫اج ٌر‬ ِ َ‫صبِيَّةَ ْال َجا ِه ِليَّ ِة َوفَ ْخ َرهَا بِاْآلب‬
ٌّ ‫ إِنَّ َما ه َُو ُمؤْ ِم ٌن ت َ ِق‬،‫اء‬ َ ‫َّللاَ قَدْ أَذْه‬
َ ‫َب َع ْن ُك ْم َع‬ َّ ‫إِ َّن‬
.‫لى َع َج ِمي ٍ إِالَّ بِالتَّ ْق َوى‬ ٍ ‫ت ُ َرا‬
ْ َ‫ َوالَ ف‬،‫ب‬
َ ‫ض َل ِلعَ َربِي ٍ َع‬

"Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian ashabiyah Jahiliyah dan kebanggaan
dengan nenek moyang. Sesungguhnya yang ada hanyalah seorang mukmin yang bertakwa
atau pendurhaka yang celaka. Manusia adalah anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari
tanah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang Ajam (non Arab) kecuali dengan
takwa." (HR. at-Tirmidzi dan lainnya).

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 11
Pendidikan Agama Islam

Hizbiyah (fanatik kelompok) inilah yang memecah belah umat Islam, padahal Allah
Subhanahu waTa’ala memerintahkan kita bersatu dan saling tolong-menolong dalam
kebaikan dan takwa serta melarang berpecah belah dan berselisih. Allah Subhanahu
waTa’ala berfirman,

Artinya:"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara." (Ali Imran: 103).

Sesungguhnya Allah Subhanahu waTa’ala menginginkan agar kita menjadi satu


kelompok (jamaah, hizb) yang satu, yaitu hizbullah yang beruntung. Tetapi, dunia Islam
setelah itu diinvasi oleh Barat, baik secara politik maupun budaya, sehingga mereka tunduk
kepada ashabiyah darah, ras/gender dan tanah air serta mereka percaya itu sebagai perkara
ilmiah, realita yang diakui dan fakta yang pasti, sehingga mereka tidak bisa lagi menghindar
daripadanya. Lalu rakyatnya dengan semangat menghidup-hidupkan ashabiyah tersebut
yang sudah dipadamkan oleh Islam, mereka terus menyanyikan dan menghidupkan syi'ar-
syi'arnya serta bangga dengan masa sebelum kedatangan Islam, padahal itulah masa yang
oleh Islam selalu dinamai dengan Jahiliyah. Allah Subhanahu waTa’ala memberi nikmat
kepada umat Islam untuk keluar dari masa Jahiliyah dan menganjurkan mereka agar
mensyukuri nikmat tersebut.

Naluri seorang mukmin adalah hendaknya ia tidak menyebut tentang Jahiliyah, baik
masa silam maupun yang terdekat kecuali dengan perasaan kebencian, ketidaksukaan,
kemarahan dan hati yang menggeram. Bukankah seorang bekas penghuni penjara yang
disiksa kemudian dilepaskan, lalu ketika diceritakan hari-hari penahanannya, penyiksaan dan
penghinaan terhadap dirinya hatinya begitu menggeram menahan luapan amarah. Dan
bukankah seorang yang telah sembuh dari sakitnya yang parah dan lama bahkan hampir saja
ia mati pada hari-hari sakitnya itu, lalu ketika diingatkan ia menjadi gundah hati dan
wajahnya pucat pasi? Sungguh wajib dipahami bahwa hizbiyah-hizbiyah tersebut adalah
suatu adzab yang diturunkan Allah atas orang-orang yang berpaling dari syariatNya dan
mengingkari agamaNya. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 12
Pendidikan Agama Islam

Artinya:"Katakanlah, 'Dia yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas
kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan
(yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang
lain."[i/] (Al-An'am: 65).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

.‫َّللا ُ بَ ْأسَ ُه ْم بَ ْي َن ُه ْم‬ َّ ِ‫َو َما َل ْم تَ ْح ُك ْم َأئِ َّمتُ ُه ْم ب ِ ِكتَاب‬


َّ ‫َّللا ِ إ ِ َّال َجع َ َل‬

"Dan selama pemimpin-pemimpin mereka tidak memutuskan hu-kum dengan Kitabullah,


maka Allah akan menjadikan siksaan di antara mereka." (HR. Ibnu Majah).

Sesungguhnya fanatik terhadap golongan-golongan menyebabkan ditolaknya kebenaran


yang ada pada orang lain, sebagaimana keadaan orang-orang Yahudi, yang kepada mereka
Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Berimanlah kepada al-Qur'an yang diturunkan
Allah,' mereka berkata, 'Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.'
Dan mereka kafir kepada al-Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedangkan al-Qur'an itu
adalah (Kitab) yang haq, yang membenarkan apa yang ada pada mereka." (Al-Baqarah: 91).

Juga sama dengan keadaan orang-orang Jahiliyah yang menolak kebenaran yang
dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada mereka, karena fanatik dengan
apa yang ada pada nenek moyang mereka.

Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutilah apa yang diturunkan Allah,'
mereka menjawab, '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami'." (Al-Baqarah: 170).

Para pengikut hizbiyah tersebut ingin menjadikan hizbiyahnya sebagai ganti dari
Islam yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu waTa’ala kepada manusia.

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 13
Pendidikan Agama Islam

Tauhid Sebagai Aqidah Dan Pandangan Hidup

Salah satu keunggulan Islam dibanding semua agama lain di dunia adalah identitas
tauhid yang melekat di dalamnya. Sebagai agama tauhid, Islam menempatkan keesaan Allah
pada posisi tertinggi. Dalam pandangan Islam, tuhan hanya satu, the only one; dan the only
one itu adalah Allah yang merupakan sumber atau pusat dari segala sesuatu yang ada di alam
semesta. Prinsip itu dipertegas dengan memposisikan tauhidullah pada urutan pertama rukun
Islam.

Setiap manusia disebut muslim jika ia melaksanakan rukun Islam pertama dengan
mengucapkan laailaahaillallaah muhammadur rasuulullaah. Dalam ikrar itulah, kalimat tauhid
dikumandangkan. Kalimat itu tak pernah lepas dari ucapan muslim setiap kali ia shalat.
Kalimat itu juga dibaca ketika adzan, kala shalat akan ditegakkan. Artinya, setiap muslim
sebenarnya sudah di-setting Allah untuk menjadi manusia tauhid, yakni manusia yang
senantiasa mengesakan Allah dan menerapkan sifat-sifat Illahi dalam jejak kehidupannya di
alam semesta.

Kalimat tauhid merupakan esensi dari ajaran Islam. Ia adalah fondasi dari seluruh
bangunan Islam. Pandangan hidup tauhid bukan saja mengesakan Allah, melainkan juga
meliputi keyakinan kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of
mankind), kesatuan tuntunan hidup (unity of the guidance of life), dan kesatuan tujuan hidup
(unity of the purpose of life); yang semuanya merupakan derivasi dari kesatuan ketuhanan
(unity of Godhead).

Wujud dari kesatuan ketuhanan itu terpancar jelas dari persaksian manusia tauhid
bahwa laailaahaillallaah, tidak ada tuhan selain Allah. Dengan mengatakan “la”, berarti
manusia tauhid menyatakan “tidak” terhadap segala sumber keyakinan dan kekuatan
nonilahiah. Jadi, pada setiap yang bukan tauhid, manusia tauhid harus berani mengatakan
tidak. Sehingga, tidak ada tuhan, tidak ada kekuatan lain kecuali Allah, laa haula wa laa
quwwata illaa billaah. Itu berarti, sebelum meyakini Allah, kita wajib mengingkari yang
selain Allah.

Karena itu, karakteristik pertama manusia tauhid adalah sikap penolakannya terhadap
pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah. Dalam QS Al Baqarah ayat 256
ditegaskan: “Barangsiapa mengingkari, mengufuri, dan menolak semua objek persembahan

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 14
Pendidikan Agama Islam

kecuali Allah, maka dia memegang tali yang kokoh.” Sebagai objek persembahan, Allah
adalah sumber kebenaran. Dengan meyakini Allah sebagai sumber kebenaran, manusia tauhid
harus berani mengatakan tidak pada semua ketidakbenaran. Ia harus berani melawan
kebatilan, kekufuran, kebobrokan, keburukan. Tiada rasa takut untuk melakukan itu karena
ketakutan hanya ditujukan kepada Allah.

Ketiadaan rasa takut itu juga mengandung makna pembebasan bagi manusia. Manusia
dibebaskan dari menyembah sesama manusia dan mengalihkanya kepada menyembah Allah
semata. Semuanya tak mempunyai kewajiban mengamba pada manusia lain dan tak memiliki
hak menundukkan manusia lain. Hanya kepada Allah lah manusia wajib menghamba dan
hanya Allah yang berhak menuntut ketertundukan manusia. Pembebasan itu adalah titik balik
(turning point) paling penting dalam sejarah kehidupan umat manusia. Betapa tidak, dengan
pembebasan itu, manusia tidak ada yang lebih tinggi dan juga tak ada yang lebih rendah
dibanding manusia lain. Semuanya dalam posisi setara. Semuanya berkedudukan sama. Yang
membedakannya hanya tingkat ketakwaannya (QS Al Hujurat: 13).

Kedua, manusia tauhid memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Tauhid berarti
komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari segala sumber. Allah lah satu-satunya
sumber nilai. Segala sesuatu bersumber dari Allah dan segala sesuatu pasti akan kembali
kepada Allah. Apa yang dikehendaki Allah, akan menjadi pedoman manusia tauhid dalam
melangkahkan kaki menyusuri jalan kehidupan. Misalnya saja, Allah mencintai keindahan,
maka keindahan itu pula yang akan digelorakan manusia tauhid. Keindahan itu bisa berwujud
dalam perilaku yang santun, tampilan yang bersih, sikap yang tawadhu’, atau tutur kata yang
sopan. Manusia tauhid tak mau menerima otoritas dan petunjuk selain dari Allah. Ia berusaha
secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah sesuai dengan kadar
kemampuan yang ada.

Ketiga, manusia tauhid mempunyai tujuan hidup yang jelas. Dengan bertauhid,
seorang muslim juga memproklamasikan kehidupannya hanya untuk Allah. Deklarasi itu
berbunyi inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbil ‘aalamin, laa
syariikalahuu wa bidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiin. Artinya: “Sesungguhnya
shalatku dan ibadahku, hidupku dan matiku, aku persembahkan semata-mata hanya kepada
Allah, Tuhan sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan dan
aku ini termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dekalarasi itu selalu diucapkan setiap
shalat dan berlaku sepanjang hayat. Itulah visi hidup manusia tauhid. Berlandaskan visi itu, ia
Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 15
Pendidikan Agama Islam

akan melihat dunia ini sebagai panggung kehidupan yang jelas, tertuju, terfokus; bukannya
pangung sandiwara yang penuh dengan rekayasa, kepura-puraan, ilusi, dan fatamorgana.
Karenanya, bagi manusia tauhid, everything in the world is so clear, semuanya terang
benderang.

Muhammad Iqbal mempertegas posisi manusia tauhid itu dengan manusia kafir. Kata
Iqbal: “the sign of a muslim is that the horizon is lost in him, the sign of a kafir is that he is
lost in the horizon.” Artinya, orang kafir selalu tersesat dalam cakrawala kehidupan, dan
sebaliknya seorang muslim berjiwa tauhid bakal mampu melarutkan cakrawala kehidupan itu
dalam dirinya. Pendek kata, orang kafir tak tahu tujuan hidupnya. Ia mudah terbujuk rayu
godaan harta, tahta, dan wanita. Sedangkan, manusia tauhid memiliki kepribadian kokoh,
karakter kuat, tak mudah terombang-ambing. Oleh sebab itulah, manusia tauhid tak akan
tergelincir. Lewat tangan Allah, ia menyetir kehidupan, bukannya kehidupan yang menyetir
dia.

Setiap fenomena kehidupan di alam semesta seperti siang dan malam, lautan dan
daratan, matahari, bumi, bulan, bintang, manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh isi alam
semesta dianggap manusia tauhid sebagai ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah yang
menunjukkan adanya tauhidul wujud (kesatuan eksistensi). Eksistensi Allah terpapar jelas
secara horizontal.

Wujud Allah tidak hanya di atas. Wujud Allah ada dimana-mana.


Karenanya, manusia tauhid tidak melulu melihat ke atas, tetapi ia akan melihat ke segala
arah. Manusia tauhid tak hanya bertindak secara vertikal, tetapi juga horizontal. Ia senantiasa
menebarkan rahmat ke alam semesta. Baginya, alam semesta adalah arena memperbanyak
amal shaleh. Ia berupaya sekuat tenaga agar mampu memberikan manfaat seluas-luasnya
kepada seluruh umat manusia beserta bumi tempatnya berpijak. Makanya, tak ada cerita
manusia tauhid merusak lingkungan. Bohong apabila manusia tauhid buang sampah
sembarangan. Dusta jika manusia tauhid berbuat kejahatan. Sebab, jika ia melakukan itu
semua, berarti ia mengingkari deklarasinya menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan.

Keempat, manusia tauhid juga mempunyai misi jelas tentang kehidupan yang hendak
dibangun bersama manusia lain. Misi manusia tauhid adalah mewujudkan sebuah orde
kehidupan yang sesuai dengan keinginan Allah. Maka, perubahan harus selalu didengungkan
oleh manusia tauhid. Tentu, bukan perubahan menuju keburukan, tetapi perubahan menuju

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 16
Pendidikan Agama Islam

kebaikan. Ia harus terpanggil untuk menjebol kejumudan masyarakat. Ia harus tergerak untuk
mengubah tatanan masyarakat menjadi tatanan yang berkeadilan sosial, berperikemanusiaan,
dan berkesejahteraan menuju tatanan yang beradab; bukannya tatanan yang biadab.
Pembentukan orde sosial yang adil dan etis adalah tugas yang diperintahkan Allah melalui Al
Quran.

Manusia tauhid tak boleh diam kala kerusakan melanda bumi. Ia harus terlibat dalam
upaya jihad memberantas segala kemunkaran di sekelilingnya. Tetapi, itu bukanlah tujuan
akhir, sebab tujuan akhir dari perjalanan manusia tauhid adalah kebahagiaan akhirat. Untuk
itu, totalitas jihad dengan mengerahkan segala daya upaya tak boleh berhenti
dikumandangkan demi terciptanya nilai-nilai yang diridhai Allah (At Taubah: 40).

Kelima, manusia tauhid bersikap progresif dengan selalu menilai kualitas


kehidupannya. Apabila ditemukan unsur-unsur syirik, ia akan membongkar kehidupannya
dan membangunnya kembali agar sesuai dengan pesan-pesan Illahi. Ia tak menganggap
dirinya sebagai orang besar karena yang besar hanyalah Allah. Anggapan seperti itulah yang
menggiringnya untuk selalu merasa kecil di hadapan Allah. Karenanya, ia tidak akan
menyombongkan diri, sebab yang berhak sombong hanyalah Allah.

Dua Konsekuensi Penting


Konsekuensi pertama dari Tauhid Tindakan ialah, bahwa manusia hendaknya tidak
memandang siapa pun dan apa pun yang berhak disembah selain Allah swt. Seperti yang
telah kami isyaratkan sebelumnya, bahwa apa pun selain Pencipta dan Pengatur makhluk
tidak berhak disembah, yakni bahwa Uluhiyyah berkaitan erat dengan Khaliqiyah dan
Rububiyah.
Konsekuensi kedua -dari Tauhid dengan makna terakhir- ialah bahwa manusia –dalam
segala keadaannya– harus bersandar dan bertawakkal kepada Allah, serta memohon
pertolongan kepada-Nya dalam segala upaya. Hendaknya ia tidak meminta bantuan kecuali
kepada-Nya, tidak mengharap atau merasa cemas kecuali kepada-Nya dan dengan-Nya;
sehingga seandainya sebab-sebab yang biasa tidak memenuhi kebutuhan dan keinginannya,
maka ia tidak mengalami rasa putus asa dan kecewa, karena Allah mampu memenuhi
kebutuhannya melalui jalur-jalur dan sebab-sebab yang tidak biasa. Keadaan orang seperti

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 17
Pendidikan Agama Islam

ini, sungguh berada di bawah naungan kekuasaan khusus Allah, sehingga ia hidup dalam jiwa
yang tenang yang tidak ada bandingannya. Allah swt. berfirman:
"Ketahuilah, sesungguhnya awliya Allah itu tidak pernah merasa khawatir dan bersedih hati”.
(Qs. Yunus:62).
Dua konsekuensi di atas terkandung di dalam ayat yang sering dibaca oleh setiap muslim,
minimal sepuluh kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon perlindungan” (Qs.
Al-Fatihah: 5).

Tauhid Sosial

Tauhid sosial dimaksudkan sebagai dimensi sosial dari pengakuan kita bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad itu adalah Rasul-Nya. Sebagai muslim, tidaklah
cukup kalimat tauhid tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan (lisan) dan diyakini
dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk perbuatan. Sebagai konsekuensi pemikiran
ini, berarti semua ibadah murni (mahdhah) seperti salat, puasa, haji, dan seterusnya memiliki
dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang sangat tergantung pada sejauh mana ibadah
tersebut mempengaruhi perilaku sosialnya.
Tauhid sosial bermakna adanya keberpihakan kaum muslimin kepada kaum tertindas
atau termarjinalkan. Hal ini sangat penting mengingat yang pertama kali mengikuti ajaran
para Rasul adalah kaum yang terpinggirkan. Begitu juga dengan Nabi Muhammad ketika
menyampaikan risalahnya, yang mengikuti pertama kali adalah orang-orang miskin dan
tertindas, bukan orang-orang kaya dan bangsawan. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk
mencintai kaum miskin dan tertindas, karena ada sistem yang menyebabkan mereka menjadi
seperti itu.

Keadilan adalah salah-satu nilai Islam yang paling tinggi. Rasulullah tidak hanya
datang untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual, tetapi juga membentuk masyarakat yang
berperadaban. Keadilan adalah salah-satu pilar peradaban itu. Rasulullah SAW membawa
ajaran yang merombak sistem sosial masyarakat Arab pada waktu itu yang sangat kental
dengan ketidakadilan. Rasulullah membawa semangat perubahan. Islam bukan hanya agama
spiritual tetapi juga agama keadilan, persamaan, dan kemanusiaan.

Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 18
Pendidikan Agama Islam

Dalam hal ini, Rasulullah menekankan bahwa Islam bukan melulu ritual belaka,
melainkan agama yang membawa perubahan moral. Islam adalah agama yang lengkap. Sisi
spiritual harus berbarengan dengan sisi material. Sepertinya, Pak Amien Rais terpengaruh
oleh pemikiran Ali Syariati dan teologi pembebasan.

Menurut Amien Rais, tauhid sesungguhnya menurunkan atau mengisyaratkan adanya


lima pengertian. Pertama, unity of Godhead, yaitu kesatuan ketuhanan. Kedua, unity of
creation, yaitu kesatuan penciptaan. Seluruh makhluk di alam semesta ini, baik yang
kelihatan maupun yang tidak, yang lahir maupun yang gaib, merupakan bagian dari ciptaan
Allah. Ketiga, unity of mankind, yaitu kesatuan kemanusiaan. Jadi, perbedaan warna kulit,
bahasa, geografi, sejarah, dan segala perbedaan yang melatarbelakangi keragaman umat
manusia tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan diskriminasi. Keempat, unity of
guidance, yaitu kesatuan pedoman hidup. Bagi orang yang beriman, hanya ada satu pedoman
hidup, yakni yang datangnya dari Allah yang berupa wahyu. Karena Allah yang menciptakan
manusia, maka Allah pula yang paling tahu apa yang baik atau buruk bagi manusia, sehingga
kita betul-betul dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Kelima, unity of the
purpose of life, yaitu kesatuan tujuan hidup. Bagi orang yang beriman, satu-satunya tujuan
hidup adalah untuk mencapai rida Allah.
Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan pernah berwasiat bahwa penyakit sejati
adalah mensekutukan Tuhan dalam hal kekuasannya. Sedangkan obat sejati, adalah
mengesakan Allah dengan sesungguh-sungguhnya. "Namun jangan dilupakan bahwa tauhid
juga menuntut ditegakkannya keadilan sosial. Dan keadilan sosial adalah realisasi tauhid
sosial,"
Selama ini umat Islam di Indonesia menjadi obyek dari penindasan. Selama Orde
Baru, umat Islam hanya dijadikan bemper oleh penguasa. Penguasa selalu memanfaatkan
umat Islam untuk kepentingan politiknya sendiri. Umat Islam di Indonesia melulu
menitikberatkan pemahaman agamanya pada sisi spiritual. Umat Islam tidak bisa bertindak
lebih jauh karena sistem sosial dan politik yang mengungkung mereka. Almarhum Gus Dur,
menurut Abdul Hadi W.M, juga pernah mengkritik anggapan sebagian pemuka Islam yang
menitikberatkan pengamalan Islam hanya pada ibadah ritual.

Lagi-lagi masalah politik mengganjal di sini. Penguasa di Indonesia selalu pro-Barat.


Mereka rela mengemis kepada IMF untuk minta tambahan hutang. Demokrasi di Indonesia
menciptakan korupsi dan kolusi dalam jenisnya yang baru.
Kelompok 6
Uhamka Farmasi Page 19

Anda mungkin juga menyukai