Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemeriksaan Kimia
Urine. Terima kasih penulis ucapkan kepada sumber-sumber yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini. Mungkin makalah ini belum sepenuhnya sempurna
oleh karna itu saran beserta kritik tentang makalah ini sangat saya harapkan agar
nantinya saya dapat lebih memperbaiki makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum PATOFISIOLOGI dan
PATOLOGI KLINIK. Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan
bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses
tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan
zat- zat sisa dalam tubuh harus dibuang melalui alat ekskresi. Sistem ekresi
adalah

proses

pengeluaran

zat-zat

sisa

hasil

metabolisme

yang

sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini
adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh.
Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.
Pada uji praktikum kali ini kita lebih khusus membahas tentang alat ekskresi
pada ginjal dimana yang dihasilkan ginjal adalah urin. Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan
homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan
cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut
dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti
biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat
melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab
mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan
adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat
menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang. Oleh sebab itu
dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pemeriksaan urin,
alat- alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam menentukan
diagnosa suatu penyakit. Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui
kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui zat-zat yang
seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila zat yang seharusnya tidak
terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui secara lebih cepat.

kita dapat mengetahui dan meneliti urine sebagai sample untuk mengetahui
tingkat kesehatan atau gangguan-gangguan yang terjadi didalam tubuh manusia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Untuk menentukan kadar pH dalam urine pada mahasiswa.
2. Untuk mengetahui kandungan glukosa dalam urine.
3. Untuk mengetahui kandungan protein dalam urine.
4. Untuk menentukan berat jenis pada urin

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian urin

Sistem ekresi merupakan sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat-zat
yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan bagi
tubuh dalam bentuk larutan. Eksresi terutama berkaitan dengan pengeluaranpengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Manusia memiliki organ atau alat-alat
ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil
metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida
(CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu. Zat sisa metabolisme
tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat
racun dan dapat menimbulkan penyakit.
Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari:
1. Paru-paru,
2. Hati,
3. Kulit, dan
4. Ginjal
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan
mengalirkan urin.

Pada

manusia,

sistem

ini

terdiri

dari

dua ginjal,

dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra. Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra. Urin berasal dari penyaringan darah oleh ginjal yang dialirkan
memelaui uretra selanjutnya dikeluarkan dari tubuh urin. banyak mengandung
bebrapa zat seperti glukosa, garam-garam, asam amino. Urin ditampung dalam
kantung urin sampai sekitar 300cc. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut
berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan

dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung
oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Proses pembentukan urine meliputi 3 tahap yaitu :
1. Tahap penyaringan (filtrasi).
Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus
yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses filtrasi: Ketika
darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel
darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut,
melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan
molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng
filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus
dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer
ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik.
Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.
2. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi).
Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di
dalam tubulus kontortus proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini
dilakukan oleh sel-sel epitelium di seluruhtubulus ginjal. Banyaknya zat yang
direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi
antara lain adalah: glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-,
dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih tinggi. Proses reabsorpsi :
mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal,

kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang


direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-.
Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi
ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder
adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan
bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan
terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap
sehingga terbentuk urine.
3. Tahap Pengeluaran (Augmentasi).
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran
pengumpul (tubulus kolektivas). Dari tubulus kolektivas, urine dibawa ke pelvis
renalis, lalu ke ureter menuju kantung kemih (vesika urinaria).
Kantung kemih merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Jika kantung
kemih sudah penuh oleh urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh,
melalui saluran uretra. Volume urine yang dikeluarkan antara lain tergantung
pada hal-hal berikut:
-

Jumlah air yang diminum.

Jumlah garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis
tetap.

Hormon antidiuretik (Anti Diuretic Hormone = ADH) yang dihasilkan oleh


kelenjar hipofisis di bagian belakang otak.
Pada umumnya, urine normal berwarna bening. Akan tetapi warna urine
dapat juga berubah- ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan warna urine. Faktor yang terpenting adalah kadar air dalam tubuh
kita. Bila warna urine berubah menjadi kuning muda ataupun kuning tua itu
artinya tubuh kita sudah mulai kurang cairan, mungkin asupan yang
kurangan atau aktivitas yang banyak karena cairan tubuh kita paling banyak
dikeluarkan melalui urine dan keringat.
Pemeriksaan Mikroskopik

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan


sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
A. Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan
dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan
sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai
pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai
untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,
urobilinogen dan nitrit.
1. Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip
palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa
seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat
dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara
enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara
enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
2. Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa
harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat
mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini
kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta
hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin
mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin
negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme

karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme


lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang
tinggi.
3. Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau
ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium
dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam
sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif
dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.
Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic
acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif
palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau
serenium.
4. Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh
kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan
di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah
dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau
pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat
dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih
peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga
perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif
palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil
positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti
hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi
saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Penjepit tabung reaksi
4. Gelas ukur 100 ml
5. Indikator universal
6. Pembakar spiritus
7. Pipet tetes
B. Bahan
1. Urine
2. Larutan benedit
3. Larutan biuret
4. Korek api
C. Prosedur Praktikum
a. Carik Celup
- Masukan urin kedalam tabung reaksi.
- Ambil kertas carik celup, lalu masukan kedalam tabung reaksi yang telah
berisi urin.
- Tunggu beberapa saat, lihatlah perubahan warna yang terjadi.
b. Uji PH
- Masukan urin kedalam tabung reaksi.
- Ambil kertas lakmus PH, lalu celupkan kedalam tabung reaksi yang telah
-

berisi urin.
Tunggu beberapa saat, lihatlah perubahan warna yang terjadi.

c. Uji Protein
- Masukan urin kedalam tabung reaksi sebanyak 5ml
- Lalu tetesi dengan asam sulfanilat sebanyak 8 tetes.
- Kocok, lalu lihat apakah jernih atau keruh.
d. Uji Glukosa
- Masukan urin kedalam tabung reaksi sebanyak 5ml
- Lalu masukan 5ml pereaksi benedict dan panaskan.
- Lihatlah apakah ada endapan merah bata atau tidak.
e. Uji BJ
a) Urinometer
- Masukan urin kedalam tabung hingga 50ml.
- Lalu masukan urinometer kedalamnya.
- Tunggu sampai urinometernya naik dan lihat nilai skalanya.
Rumus BJ: Urinometer besar
1+(skala x 0,4)

Urinometer kecil
2+(skala x 0,3)
b) Piknometer
Rumus BJ: W3-W1
W2-W1
Ket: W1=piknometer kosong
W2=piknometer+ air
W3=piknometer+ urin

BAB 1V
PEMBAHASAN
A. Hasil
no
1
2
3
4
5

Mahasiswa

M.Reza.S
Akbar
Febri
Fernando
Miftahudin
R
Yuki

Bj

Uji

(piknometer)

Benedict

1,0107
1,0004

Biru
Putih
Hijau
Putih

0,9073
1,0208

1,0148

Tes

Carik

Ph

Uji Protein
(Asam SulfoSalisilat
20%)

5
5

Jernih (-protein)
Jernih (-protein)

Jernih (-protein)

Putih

Jernih (-protein)

Putih

Jernih (-protein)

Glukosa Protein

Celup

B. Pembahasan

Urin normal merupakan suatu larutan yang sangat kompleks, sebagian terdiri atas
produk- produk sisa proses metabolisme. Senyawa normal yang terdapat dalam urin
antara lain urea, kreatinin, asam urat, kalium, chloride, kalsium.

a. Berat Jenis
Berat jenis yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut. Mengukur kepadatan urin serta dipakai untuk menilai
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Pemeriksaan
berat jenis dalam urin berdasarkan pada perubahan pka (konstanta disosiasi) dari
polielektrolit. Berat jenis urin normal yaitu antara 1,003-1,030. Urin yang
mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukan bahwa faal pemekat ginjal
baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi.
Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake
cairan yang berlebihan, hipotermi

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini yaitu :

Pemeriksaan Kimia Urin


TUGAS MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN
Kelompok 4
Alda
Khasibah Kamilia Firdaus
Miftahudin R
Soraya Annisa

Dosen
Nurhasnah

Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA


Fakultas Farmasi dan Sains
2016

Anda mungkin juga menyukai