Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Blok VIII Kardiovaskuler-1


Kesanggupan Kardiovaskular

Kelompok C5:

Nama NIM Paraf

Grace Irene L. Toruan 102010248

Jordy 102011015

Maria Anastasia D. 102011053

Marintan Butarbutar 102011125

Jefri 102011161

Stella Maria Wentinusa 102011245

Melani Sugiarti 102011306

Elia Tiosada 102011337

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2012
Praktikum Faal

Kesanggupan Kardiovaskular

A. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur kesanggupan kerja sistem jantung dan pembuluh darah untuk
berfungsi optimal pada keadaan istirahat dan kerja.

B. Pendahuluan
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian
kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung
berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Cold pressor test merupakan test peningkatan tekanan darah dengan pendinginan
yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada tangan yaitu
diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat celcius selama kurang
lebih satu menit. Perbedaan tekanan darah setelah intervensi dan saat tekanan basal
menunjukkan aktivitas vascular dimana dikatakan hiperekator jika tekanan sistolik naik ≥
20 mmHg dan tekanan diastolic ≥15 mmHg, dan dikatakan hiporekator jika kenaikan
tekanan darah masih dibawah angka angka tersebut. Lewis, dalam penelitiannya
mengatakan bahwa jika jari diletakkan dalam suhu air 1-18 derajat celcius, akan
menimbulkan rasa nyeri hebat. Akan tetapi, apabila suhu melebih 18 derajat celcius,
rasa nyeri tidak akan terjadi. Rasa nyeri pada temperatur rendah, secara progressive
akan terus meningkat hingga mencapai waktu maksimal 1 menit.

C. Alat-alat dan bahan


1. Sfigmomanometer dan stetoskop
2. Ember kecil berisi air es dan termometer kimia
3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)
4. Bangku setinggi 19 inci
5. Metronom (frekuensi 120/menit)
D. Cara kerja
A. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (cold pressor test)
1. Suruhlah orang percobaan berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit
2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas
orang percobaan
3. Setelah OP berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai
terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (tekanan basal)
4. Tanpa membuka manset suruhlah OP memasukkan tangan kirinya ke dalam air es
(4° C) sampai pergelangan tangan
5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendingnan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya
6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan. Bila pada
pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan hiperreaktor.
Bila kenaikan tekanan darah OP masih dibawah angka-angka tersebut di atas, maka
OP termasuk golongan hiporeaktor
7. Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan
sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai ke tekanan darah basal
8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolik pada
detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan dua kali
 Pada percobaan pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik padea
detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan
 Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah
tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan
darah basal
 Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukanlah percobaan yang
kedua untuk menetapkan tekanan diastolik pada detik 30 dan detik ke 60
pendinginan
B. Percobaan naik turun bangku (Harvard step test)

1. Suruhlah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil


mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.
2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada
satu detakan metronom.
3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan
ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku.
4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bengku diturunkan ulang sehingga
orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku.
6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih
dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan
mengunakan sebuah stopwatch.
7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadi
selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-m,asing dari 0”-30”, dari 1”-130” dan dari 2”-
2”30”.
8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya menurut
2 cara berikut ini:
a. Cara lambat:

lama naik-turun dalam detik x 100


Indeks kesanggupan badan =
2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”

Penilaiannya:

 Kurang dari 55 = kesanggupan kurang


 55-64 = kesanggupan sedang
 65-79 = kesanggupan cukup
 80-89 = kesanggupan baik
 Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik

b. Cara cepat: Rumus

lama naik turun dalam detik x 100


Indeks kesanggupan badan =
5.5x harga denyut nadi selama 30” pertama
Dengan daftar:

Pemulihan denyut nadi dari 0'' hingga 30''


Lamanya 40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75- 80- 85- 90-
percobaan 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8
4 9 4 9 4 9 4 9 4 9
0''-29'' 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0''30''-0''59'' 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10
1'0''-1'29'' 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15
1'30''-1'59'' 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20
2'0''-2'29'' 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2'30''-2'59'' 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
3'0''-3'29'' 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3'30''-3'59'' 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45
4'0''-4'29'' 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50
4'30''-4'59'' 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55
5'0'' 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60
Petunjuk-petunjuk:

 Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan


 Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30” pertama
 Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.

Penilaiannya:

 Kurang dari 50 = kurang


 50-80 = sedang
 Lebih dari 80 = baik
E. Hasil pemeriksaan
A. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan (cold-pressor test)
OP: Jordy
Tekanan darah Rata-Rata dalam Keadaan Basal : 110/70 mmHg (Rata-rata dengan 3X
pengukuran).

Tekanan Darah saat memasukan tangan kiri ke air dingin:

Detik ke Tekanan Darah

30” 120/70 mmHg

60” 130/80 mmHg

Pengukuran setiap 2 menit setelah tangan dikeluarkan dari air es:

Waktu Tekanan Darah

2 menit Pertama 120/70 mmHg

2 menit Kedua 120/70 mmHg

2 menit Ketiga 120/70 mmHg

2 menit Keempat 110/60 mmHg

2 menit Kelima 110/60 mmHg

Pada data hasil percobaan di atas, terlihat secara umum bahwa tekanan darah basal
sistol dan diastol mengalami peningkatan setelah tangan dimasukkan ke dalam air es. Dari
tekanan basal 110/70 naik menjadi 120/70 dan 130/80. Saat tubuh manusia berada pada
temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh-pembuluh darah akan menyempit
(vasokonstriksi), terutama pembuluh darah perifer. Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah
untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar. Vasokonstriksi tersebut berdampak pada
naiknya tekanan darah sistol dan diastol.

Di samping itu, adanya respon stress yang ditimbulkan tubuh saat tangan OP
dimasukkan dalam es yang bersuhu 4oC juga mungkin menjadi alasan naiknya tekanan
darah OP. Suhu yang sangat dingin ini akan menyebabkan tubuh tidak mampu
mempertahankan kondisi homeostasis, sehingga menimbulkan respon stress. Respon
stress ini akan memacu disekresikannya hormon adrenalin yang memacu peningkatan
aktivitas kardiovaskuler termasuk peningkatan tekanan darah.

Pada OP Jordy tekanan darah sistolnya naik sebesar 10 mmHg dan tekanan darah
diastolnya naik sebesar 10 mmHg sehingga dapat disimpulkan OP Jordy termasuk golongan
hiporeaktor.

B. Percobaan naik turun bangku (harvard step test)


OP = Jefry, denyut nadi awal = 60x/menit, kesanggupannya berhenti 5 menit. Denyut
setelah melakukan Harvard step test, sbb:

- 0” - 30” = 62x
- 1’ - 1’30” = 54x
- 2’ - 2’30” = 40x

Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara:

a. Cara lambat
Lama naik turun dalam detik x 100
=
2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”

300 detik x 100


= = 95
2 x (62+54+40)
Sehingga kesanggupan OP amat baik

b. Cara cepat
Lama naik turun dalam detik x 100
=
5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi selama 30” pertama

300 detik x 100


= = 88
5.5 x 62
Jadi kesanggupan OP amat baik

Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan sampai mana batas
kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Semakin lama ia mampu
bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi
normal, maka semakin baik pula kesanggupannya.
Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah
jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen
meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, curah jantung juga perlu
ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena peningkatan curah jantung inilah
dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam
peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan
yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan
denyut nadi meningkat.

Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan
merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan
epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan kontraksi
pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih banyak darah
yang dikandungnya. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena, yang memeras lebih
banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan
akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut. Peningkatan volume sekuncup dan
peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan denyut nadi meningkat.

Hasil akhir menunjukan bahwa OP mendapat nilai sebesar 95 dengan menggunakan


rumus lambat. Nilai ini menunjukan bahwa OP memiliki kesanggupan yang amat baik.
Sementara itu, dengan menggunakan rumus cepat OP mendapat nilai 88. Hal ini
menunjukan juga OP memiliki kesanggupan yang amat baik sesuai dengan kriteria. Hal ini
terjadi karena OP sering berolahraga.

Pada prinsipnya olahraga memang dapat meningkatkan kapasitas fungsional individu


dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada tingkatan latihan
fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua
perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi
aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Kesanggupan badan
seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang dapat dihitung
dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka
kesanggupan badannya semakin baik.

F. Pembahasan
Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar
yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh darah di
arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan
kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang
bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan hormonal.

Kontrol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang


mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah melalui
efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka dan
jantung, yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan kebutuhan akan pasokan
darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas metabolic keseluruhannya dan
kebutuhan akan pasokan darah tetap konstan. Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat
kimiawi atau fisik.

Pengaturan Tekanan Darah

1. Kontrol Ekstrinsik, saraf dan hormonal

Kontrol ekstrinsik terhadap jari-jari arteriol mencakup pengaruh pengaruh saraf dan
hormonal dengan efek system saraf simpatis yang terpenting. Serat serat saraf simpatis
mempersarafi otot polos arteriol di seluruh tubuh kecuali di otak. Peningatan aktivitas
simpatis (hiperreaktor) menimbulkan vasokonstriksi arteriol umum, sedangkan penurunan
aktivitas simpatis (hiporeaktor) menyebabkan vasodilatasi arteriol umum. Menurut hines-
brown, insiden hioertensi tingi pada golongan yang hipereaktor. Vasokonstriksi umum yang
diinduksi oleh simpatis secara refleks mengurangi aliran darah ke sel sel jaringan perifer,
sehingga kompensasinya adalah peningkatan tekanan arteri rata rata agar darah dapat
mengalir ke semua organ hingga ke jaringan perifer. Aktivitas simpatik tonik juga untuk
mempertahankan tekanan sehingga organ organ dapat menyerap darah sesuai keperluan
melalui mekanisme local yang mengontrol jari jari arteriol. Persarafan parasimpatis ke
arterio tidak bermaksna, vasodilatasi di tempat tempat lain ditimbulkan oleh penurunan
aktivitas vasokonstiktor simpatis di bawah tingkat toniknya, ketika tekanan arteri rata rata
meningkat di atas normal, timbul refleks berupa reduksi aktivitas vasokonstriksi simpatis
yang menyebabkan vasodilatasi arteriol umum yang membantu menurunkan tekanan
pendorong ke tingkat normal.

Bagian utama di otak yang bertanggung jawab menyesuaikan keluaran simpatis ke


arteriol arteriol adalah pusat kontrol kardiocaskular di medulla batang otak. Ini adalah pusat
integrasi bagi pengaturan tekaan darah, beberapa bagian lain juga mempengaruhi distribusi
darah, yang paing menonjol adalah hipotalamus, yang sebagian dari fungsinya mengnotrol
suhu, mengontor aliran darah ke kulit untuk menyesuaikan julah panas yang keluar ke
lingkungan. Selain aktivitas refleks saraf, beberapa homron juga memepngaruhi jari jari
arteriol hormon ini mencakup hormon medulla adrenal epinefrin dan norepinefrin, yang
secara umum memperkuat system saraf simpatis di sebagian besar jaringan serta
vasopressin dan angiotensin II, yang penting dalam mengontrol keseimbangan cairan.
Stimulasi simpatis pada medulla adrenal menyebabkan kelenjar endokrin ini mengeluarkan
epinefrin dan norepinefrin. Norepinefrin medulla adrenal berkaitan dengan reseptor α seperti
yang secara simpatis dilepaskan norepinefrin untuk menimbulkan vasokonstriksi umum.
Namun ,epinefrin, hormon medulla adrenal yang paling banyak, berikatan dengan reseptor α
dan β2 . Pengaktifan reseptor β2 menimbulkan vasodilatasi, reseptor tersebut paling banyak
di arteriol jantung dan otot rangka, selama aktivitas simpatis epinefrin yang dikeluarkan
berikatan dengan resepton β2 di jantung dan otot rangka untuk memperkuat mekanisme
vasodilator local di jaringan ini.

2. Refleks Baroreseptor

Setiap perubahan tekanan darah rata rata akan mencetuskan refleks baroreseptor
yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk
menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha untuk memulihkan
tekanan darah ke normal. Refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat
integrasi, jalur eferen dan organ efektor. Respon terpenting dalam pengaturan tekanan
darah adalah sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta, yang merupakan
mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan tekanan arteri rata rata dan tekanan nadi.
Ketangggapan reseptor-reseptor tersebut terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan
kepekaan mereka sebagai sensor tekanan, karena perubahan kecil pada tekanan sistolik
atau diastolic dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata rata.
Baroresptor terletak di tempat strategis untuk menyediakan informasi mengenai tekanan
darah arteri di pembuluh –pembuluh yang meglir ke otak (baroresptor sinus karotikus) dan di
arteri utama yaitu baroresptor lengkung aorta.

Baroresptor secara kontinue mengahasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap


tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata rata atau nadi) meningkat,
potensial reseptor di kedua baroreseptor itu meningkat, sehingga kecepatan pembentukan
potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga meningkat, berlaku juga jiga
sebaliknya, apabila tekanan darah menurun kecepatan pembentuka aksi di neuron aferen
oleh baroreseptor berkurang. Pusat integrasi yang menerima impuls aferen adalah pusat
kontrol kardiovaskular, terletak di medulla di system batang otak. Sebagai jalur aferen
adalah system sara otonom, pusat kardiovaskular mengubah rasio antara aktivitas simpatis
dan parasimpatis ke organ organ efektor (jantung dan pembuluh darah).

I. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold-presor test)


Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu
contoh pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila
pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p
tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah o.p masih di bawah angka-
angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor.

II. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)


Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi.
Sebab olahraga menyebabkan:

a. Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolism


menggunakan lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan
ATP.
b. Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif
c. Peningkatan asam – lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari
peningkatan produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi
penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP
adalah jalur glikolitik.
d. Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan mengalahkan
kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat,
menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.
e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena
meningkatnya pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.
f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas
metabolism atau kekurangan O2, terutama di otot jantung.
g. Pengeluaran prostaglandin

Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah
beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan
aliran balik vena.
Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk
mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan
kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong
lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.

Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi
denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara
detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua factor
tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan
kurang sampai kesanggupan amat baik.

G. Kesimpulan
1. Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat. Tekanan
darah yang meningkat disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau
vasokonstriktor dan adanya respon stress yang merangsang hormon adrenalin.
2. Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah
jantung dan juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf
simpatis sehingga denyut nadi meningkat.

H. Daftar Pustaka
1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2007
2. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011
3. Dorland, W. A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2006
4. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok:
Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.

Anda mungkin juga menyukai