c5 - Lap Fisio 3-Blok 8
c5 - Lap Fisio 3-Blok 8
Kelompok C5:
Jordy 102011015
Jefri 102011161
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2012
Praktikum Faal
Kesanggupan Kardiovaskular
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur kesanggupan kerja sistem jantung dan pembuluh darah untuk
berfungsi optimal pada keadaan istirahat dan kerja.
B. Pendahuluan
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian
kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung
berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Cold pressor test merupakan test peningkatan tekanan darah dengan pendinginan
yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada tangan yaitu
diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat celcius selama kurang
lebih satu menit. Perbedaan tekanan darah setelah intervensi dan saat tekanan basal
menunjukkan aktivitas vascular dimana dikatakan hiperekator jika tekanan sistolik naik ≥
20 mmHg dan tekanan diastolic ≥15 mmHg, dan dikatakan hiporekator jika kenaikan
tekanan darah masih dibawah angka angka tersebut. Lewis, dalam penelitiannya
mengatakan bahwa jika jari diletakkan dalam suhu air 1-18 derajat celcius, akan
menimbulkan rasa nyeri hebat. Akan tetapi, apabila suhu melebih 18 derajat celcius,
rasa nyeri tidak akan terjadi. Rasa nyeri pada temperatur rendah, secara progressive
akan terus meningkat hingga mencapai waktu maksimal 1 menit.
Penilaiannya:
Penilaiannya:
Pada data hasil percobaan di atas, terlihat secara umum bahwa tekanan darah basal
sistol dan diastol mengalami peningkatan setelah tangan dimasukkan ke dalam air es. Dari
tekanan basal 110/70 naik menjadi 120/70 dan 130/80. Saat tubuh manusia berada pada
temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh-pembuluh darah akan menyempit
(vasokonstriksi), terutama pembuluh darah perifer. Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah
untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar. Vasokonstriksi tersebut berdampak pada
naiknya tekanan darah sistol dan diastol.
Di samping itu, adanya respon stress yang ditimbulkan tubuh saat tangan OP
dimasukkan dalam es yang bersuhu 4oC juga mungkin menjadi alasan naiknya tekanan
darah OP. Suhu yang sangat dingin ini akan menyebabkan tubuh tidak mampu
mempertahankan kondisi homeostasis, sehingga menimbulkan respon stress. Respon
stress ini akan memacu disekresikannya hormon adrenalin yang memacu peningkatan
aktivitas kardiovaskuler termasuk peningkatan tekanan darah.
Pada OP Jordy tekanan darah sistolnya naik sebesar 10 mmHg dan tekanan darah
diastolnya naik sebesar 10 mmHg sehingga dapat disimpulkan OP Jordy termasuk golongan
hiporeaktor.
- 0” - 30” = 62x
- 1’ - 1’30” = 54x
- 2’ - 2’30” = 40x
a. Cara lambat
Lama naik turun dalam detik x 100
=
2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”
b. Cara cepat
Lama naik turun dalam detik x 100
=
5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi selama 30” pertama
Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan sampai mana batas
kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Semakin lama ia mampu
bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi
normal, maka semakin baik pula kesanggupannya.
Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah
jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen
meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, curah jantung juga perlu
ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena peningkatan curah jantung inilah
dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam
peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan
yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan
denyut nadi meningkat.
Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan
merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan
epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan kontraksi
pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih banyak darah
yang dikandungnya. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena, yang memeras lebih
banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan
akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut. Peningkatan volume sekuncup dan
peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan denyut nadi meningkat.
F. Pembahasan
Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar
yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh darah di
arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan
kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang
bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan hormonal.
Kontrol ekstrinsik terhadap jari-jari arteriol mencakup pengaruh pengaruh saraf dan
hormonal dengan efek system saraf simpatis yang terpenting. Serat serat saraf simpatis
mempersarafi otot polos arteriol di seluruh tubuh kecuali di otak. Peningatan aktivitas
simpatis (hiperreaktor) menimbulkan vasokonstriksi arteriol umum, sedangkan penurunan
aktivitas simpatis (hiporeaktor) menyebabkan vasodilatasi arteriol umum. Menurut hines-
brown, insiden hioertensi tingi pada golongan yang hipereaktor. Vasokonstriksi umum yang
diinduksi oleh simpatis secara refleks mengurangi aliran darah ke sel sel jaringan perifer,
sehingga kompensasinya adalah peningkatan tekanan arteri rata rata agar darah dapat
mengalir ke semua organ hingga ke jaringan perifer. Aktivitas simpatik tonik juga untuk
mempertahankan tekanan sehingga organ organ dapat menyerap darah sesuai keperluan
melalui mekanisme local yang mengontrol jari jari arteriol. Persarafan parasimpatis ke
arterio tidak bermaksna, vasodilatasi di tempat tempat lain ditimbulkan oleh penurunan
aktivitas vasokonstiktor simpatis di bawah tingkat toniknya, ketika tekanan arteri rata rata
meningkat di atas normal, timbul refleks berupa reduksi aktivitas vasokonstriksi simpatis
yang menyebabkan vasodilatasi arteriol umum yang membantu menurunkan tekanan
pendorong ke tingkat normal.
2. Refleks Baroreseptor
Setiap perubahan tekanan darah rata rata akan mencetuskan refleks baroreseptor
yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk
menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha untuk memulihkan
tekanan darah ke normal. Refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat
integrasi, jalur eferen dan organ efektor. Respon terpenting dalam pengaturan tekanan
darah adalah sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta, yang merupakan
mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan tekanan arteri rata rata dan tekanan nadi.
Ketangggapan reseptor-reseptor tersebut terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan
kepekaan mereka sebagai sensor tekanan, karena perubahan kecil pada tekanan sistolik
atau diastolic dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata rata.
Baroresptor terletak di tempat strategis untuk menyediakan informasi mengenai tekanan
darah arteri di pembuluh –pembuluh yang meglir ke otak (baroresptor sinus karotikus) dan di
arteri utama yaitu baroresptor lengkung aorta.
Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah
beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan
aliran balik vena.
Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk
mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan
kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong
lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi
denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara
detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua factor
tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan
kurang sampai kesanggupan amat baik.
G. Kesimpulan
1. Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat. Tekanan
darah yang meningkat disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau
vasokonstriktor dan adanya respon stress yang merangsang hormon adrenalin.
2. Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah
jantung dan juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf
simpatis sehingga denyut nadi meningkat.
H. Daftar Pustaka
1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2007
2. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011
3. Dorland, W. A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2006
4. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok:
Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.