Lapkas By. Khoirunisa-Dyspneu Sc. BP
Lapkas By. Khoirunisa-Dyspneu Sc. BP
Laporan Kasus
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orang tua pasien pada tanggal 20
September 2017 di Bangsal Manggis RSUD Adjidarmo.
• Keluhan utama
Sesak nafas yang memberat sejak 1 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke rumah sakit oleh orang tua dengan keluhan tampak sesak sejak 1
hari yang lalu. Sebelumya pasien sudah ada batuk-batuk dan demam sejak 5 hari yang
lalu. Ibu pasien tidak mengukur suhu saat demam dan mengatakan batuk anaknya
cenderung kering. Namun terkadang pasien batuk sampai terangsang muntah dan
mengeluarkan lendir putih. Pasien jadi tampak lemah dan tidak mau menyusu. Tidak
terdengar mengi saat pasien sesak. Pasien telah dibawa berobat ke puskesmas dekat
rumah, mendapatkan obat penurun panas dan obat batuk.
Menurut ibu pasien tidak ada keluarga di rumah yang sedang menderita batuk
ataupun dalam pengobatan plek paru. Menurut orang tua, pasien tidak mengalami
kejang, gangguan buang air besar cair maupun saat buang air kecil.
• Riwayat Kehamilan
Selama hamil ibu pasien rutin kontrol dengan bidan setiap bulan. Tidak terdapat
adanya keluhan apapun selama kehamilan. Ibu pasien rutin mengkonsumsi vitamin
dan obat penambah darah.
Kesan : Riwayat kehamilan baik dan tidak ada yang bermakna
• Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif sejak lahir hingga saat ini, durasi
sekali minum 5-10 menit, ± 10 kali sehari. Selain ASI pasien belum mengonsumsi
makanan lainnya.
Kesan : Kuantitas cukup, kualitas baik
• Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar Ulangan
I II III I II III
BCG - - - - - -
DPT - - - - - -
Polio - - - - - -
Campak - - - - - -
Hepatitis B √ - - - - -
Hib - - - - - -
PCV - - - - - -
Rotavirus - - - - - -
MMR - - - - - -
Varisela - - - - - -
Hepatitis A - - - - - -
Tifoid - - - - - -
Influenza - - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap.
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : -
Laju nadi : 160 x/menit (reguler, kuat, isi cukup)
Laju pernapasan : 90 x/menit (reguler)
Suhu : 38,5 °C (axilla)
Saturasi O2 : 82-85% (dengan masker, O2 6 lpm)
Status Generalis
Sistem Deskripsi
1.5 Resume
By. SK, perempuan, usia 1 bulan 23 hari datang dengan keluhan tampak sesak sejak 1
hari yang lalu. Sebelumya pasien ada batuk-batuk dan demam sejak 5 hari yang lalu.
Batuk anaknya cenderung kering, terkadang pasien batuk sampai terangsang muntah
dan mengeluarkan lendir putih. Pasien jadi tampak lemah dan tidak mau menyusu.
Tidak terdengar mengi saat pasien sesak.
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien sadar, tampak sesak berat dengan laju pernafasan
90 x/menit dengan menggunakan masker O2 8 lpm. Ditemukan pasien demam dengan
suhu tubuh 38,5 °C dan hasil abnormal lain berupa nafas cuping hidung, sianosis
pada bibir, retraksi epigastrium, interkostal, dan suprasternal. Sementara dari
pemeriksaan darah rutin ditemukan nilai leukosit tinggi dan cenderung mengarah
kepada infeksi bakteri. Pemeriksaan rontgen thorax sedang direncanakan dan
menunggu hasil.
1.6 Diagnosis
Dyspneu ec. Pnemonia Berat
Diagnosa Banding :
Bronkiolitis, pertussis.
1.7 Tatalaksana
O2 NRM 8-10 lpm
IVFD D5¼NS 330 ml/24 jam
Inj. Ceftriaxone 1x300 mg
Inj. Gentamycin 1x18 mg
Inj. Dexamethasone 3x0,5 mg
Inhal. Ventolin + NaCl 0,9% 3cc/8jam, dengan tetap tersambung ke sumber O2
Paracetamol drip 3x100 mg
Puasa, anjuran pasang NGT bila RR <60x/menit
1.8 Saran
Pemeriksaan rontgen thorax
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan kultur darah dan uji resistensi
Pemberian antibiotik yang sesuai
1.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial.
Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis serta perjalanan penyakitnya.
WHO mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada
pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan.
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, seperti virus, bakteri, dan jamur.
Bakteri tersering yang menyebabkan pneumonia pada semua umur ialah S. pneumoniae.
Sedangkan untuk virus biasanya Respiratory Syncytial Virus (RSV). Namun, tidak menutup
kemungkinan organism jenis lain juga dapat menyebabkan pneumonia. Beberapa faktor risiko
dapat meningkatkan angka kejadian pneumonia dan derajatnya, antara lain defek anatomi
bawaan, defisit imunologis, polusi udara, GERD, aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir
rendah, imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk.
Infeksi biasanya dimulai dari inhalasi mikroba dari udara (droplet), lalu menyebabkan
kerusakan epitel pada trakea dan bronkus, akhirnya menyebabkan fungsi mucociliary
clearance menurun. Mikroorganisme berkolonisasi di seluruh saluran pernapasan, dan reaksi
inflamasi pun terjadi. Penumpukan hasil reaksi inflamasi pada saluran pernapasan terutama
alveolar menyebabkan pertukaran oksigen berkurang, yang dapat menyebakan gagal napas
dan sepsis dan akhirnya menyebabkan kematian.
Untuk mendiagnosis pneumonia, dari anamnesis, dapat ditemukan: batuk yang awalnya
kering kemudian menjadi produktif bahkan berdarah, sesak napas, demam, kesulitan
makan/minum, tampak lemah, serangan tidak berulang. Dari pemeriksaan fisik, dapat
ditemukan: takikardia, takipnea, kesadaran dapat menurun, gejala distress respiratorik: selain
takipnea, batuk, retraksi subkostal, penurunan suara paru, demam, sianosis, hipoksia (saturan
oksigen menurun).
Pemeriksaan leukosit dan hitung jenis, penting untuk menentukan perlunya diberikan
antibiotic atau tidak. Pemeriksaan kultur dan Gram sputum direkomendasikan bagi anak
dengan pneumonia berat, namun tidak direkomendasikan bagi rawat jalan. Pada anak <18
bulan, pemeriksaan untuk mendeteksi antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika
fasilitas tersedia. Pemeriksaan CRP, LED tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.
Pertimbangkan uji tuberkulin apabila terdapat riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.
Lakukan pungsi pleura apabila sudah terdapat komplikasi yakni efusi pleura.
Derajat keparahan dalam diagnosis pneumonia dalam buku ini dapat dibagi menjadi
pneumonia ringan yang bisa rawat jalan dan pneumonia berat yang harus di rawat inap.
1. Pneumonia ringan
a. Diagnosis
Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat atau takipneu
saja.
Takipneu :
• Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
• Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
b. Tatalaksana
• Anak di rawat jalan
• Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3
hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
c. Tindak Lanjut
• Anjurkan ibu untuk memberi makan anak.
• Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat
kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
• Ketika anak kembali : Jika pernapasannya membaik (melambat), demam
berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3
hari.
• Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti
ke antibiotik lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari lagi.
2. Pneumonia Berat
a. Diagnosis
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
• Kepala terangguk-angguk
• Pernapasan cuping hidung
• Tarikan/retraksi dinding dada bagian bawah ke dalam
• Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)
Ø Napas cepat:
§ Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
§ Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
§ Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
§ Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
Ø Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Ø Pada auskultasi terdengar: Crackles (ronki) , suara pernapasan menurun,
suara pernapasan bronkial
Ø Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:
§ Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya
§ Kejang, letargis atau tidak sadar
§ Sianosis
§ Distres pernapasan berat.
§ Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda
(misalnya: pemberian oksigen, jenis antibiotik).
b. Tatalaksana
• Anak dirawat di rumah sakit
• Berikan antibiotik :
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang
harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons
yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah
atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari)
untuk 5 hari berikutnya.
• Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat
(tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang,
letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
• Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai
alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
• Apabila diduga pneumonia stafilokokal ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5
mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam)
atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian).
• Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4
kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara
oral selama 2 minggu.
• Terapi Oksigen :
Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat. Bila tersedia pulse
oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan pada anak dengan
saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup).
• Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri
parasetamol.
• Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat
• Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak,
hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan.
• Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak
• Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral
• Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan rumatan
dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Follow-Up
Tanggal Followup
22 September S : Tampak sesak berat sampai kepala terangguk-angguk. Saat ini masih
2017 terdapat demam (+). Ada batuk terkadang, dahak seperti sulit untuk keluar.
09.00 O : SS/CM
TTV : nadi 150-160 x/menit, RR 80-90 x/menit, suhu 37,8 ºC,
Sat. O2 70-80%
Kepala : Ubun-ubun besar belum menutup, cekung (-), bonjol (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, cekung (-) air mata tampak
THT : nafas cuping hidung (+)
Leher : limfadenopati (-)
Thorax : cor : S1S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pul : suara nafas vesikuler +/+, rhonki +/+ wheezing -/-, retraksi +
Abdomen : BU(+), cembung, supel, turgor baik
Ekstrrimitas : akral hangat, edema (-), CRT <2S
A : Dyspneu ec. Bronkopneumoia
P : O2 NRM 8-10 lpm
IVFD D5¼NS 330 ml/24 jam
Inj. Meropenem 3x70 mg
Inj. Dexamethasone 3x0,5 mg
Inhal. Ventolin + NaCl 0,9% 3cc/8jam, dengan tetap tersambung ke
sumber O2
Paracetamol drip 3x100 mg
Puasa, anjuran pasang NGT bila RR <60x/menit
Obs. TTV dan Sat. O2/15 menit
Anjuran rujuk PICU oleh dokter spesialis anak
AGD :
pH : 7,39
pCO2 : 50,7 mmHg
Kelebihan BE : 6,1 mmol/L
Bikarbonat (HCO3) : 31,3 mmol/L
Total CO2 : 32,8 mmol/L
Saturasi O2 : 67,3%
pO2 : 34,6 mmHg
Kesan : Acidosis respiratorik terkompensasi
25 September S : Tampak sesak berat sampai kepala terangguk-angguk. Saat ini masih
2017 terdapat demam (+). Ada batuk terkadang, dahak seperti sulit untuk keluar.
08.30 O : SS/CM
TTV : nadi 150-160 x/menit, RR 80-90 x/menit, suhu 36,8 ºC,
Sat. O2 80-90%
Kepala : Ubun-ubun besar belum menutup, cekung (-), bonjol (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, cekung (-) air mata tampak
THT : nafas cuping hidung (+)
Leher : limfadenopati (-)
Thorax : cor : S1S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pul : suara nafas vesikuler +/+, rhonki +/+ wheezing -/-, retraksi +
Abdomen : BU(+), cembung, supel, turgor baik
Ekstrrimitas : akral hangat, edema (-), CRT <2S
A : Dyspneu ec. Bronkopneumoia + Sepsis
P : O2 NRM 8-10 lpm
IVFD D5¼NS 330 ml/24 jam
Inj. Meropenem 3x70 mg
Inj. Dexamethasone 3x0,5 mg
Inhal. Ventolin + NaCl 0,9% 3cc/8jam, dengan tetap tersambung ke
sumber O2
Paracetamol drip 3x100 mg
Puasa, anjuran pasang NGT bila RR <60x/menit
Obs. TTV dan Sat. O2/15 menit
Anjuran rujuk PICU oleh dokter spesialis anak, DR/ 3hari, MDT,
Ro. Thorax, GDS
Hemoglobin 9.70
Hematokrit 27.6
Eritrosit (RBC) 3.54
MCV 78.0
MCH 27.4
MCHC 35.1
Leukosit (WBC) 90,530
Trombosit 570,000
26 September S : Tampak sesak berat sampai kepala terangguk-angguk. Saat ini masih
2017 terdapat demam (+). Ada batuk terkadang, dahak seperti sulit untuk keluar.
09.00 O : SS/CM
Ajuran diet cair (ASI) via NGT : mulai 6x5cc, bertahap di naikkan sesuai
toleransi.
Daftar Pustaka
1. Behrman, R. E., Kliegman, R., & Nelson, W. E., et al. Nelson Essentials of Pediatrics, 19 ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Pediatri Respirologi. Ed.2. Badan penerbit IDAI;
Jakarta: 2010
3. Batuk dan atau Kesulitan Bernapas. In: Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia; 2008. p. 86-93.
4. Gott K, Froh DK. Alterations of Pulmonary Function in Children. In: McCance, KL, Huether
SE, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and
Children. 6th ed. Canada: Mosby Elsevier; 2010. p. 1327-9.
5. Pneumonia. In: Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastudi S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009. p. 250-4