Anda di halaman 1dari 2

Kemuliaan Dan Kehormatan Dibangun Atas Dasar Nilai Taqwa

Manusia dalam pandangan Islam adalah sama, sebagai hamba Allah SWT, tidak
dibedakan anatar bangsa Arab atau non Arab, tidak dibedakan karena suku dan
bangsa, warna kulit, ataupun status sosial, antara yang kaya dan miskin, antara
bangsawan dan rakyat jelata, semuanya sama dalam pandangan Islam, yang membuat
manusia mulia dari yang lainnya adalah ketaqwaan.
Perhatikan firman Allah :

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat (49):
13)
Pernyataan ini memberikan ketegasan tidaklah sama antara mukmin dan kafir,
tidaklah sama antara muslim dan non muslim dalam pandangan Allah SWT. Karena
taqwa berarti “ Imtitsaal al-awamir wa al- ijtinabu al-nawahi (melaksanakan perintah
dan menjauhi larangan)” dan itu bermakna melaksanakan Islam dengan benar.

Islam sebagai Agama yang sempurna, kesempurnaan Islam dinyatakan sendiri


oleh Allah sebagai pemilik ajaran mulia ini, Islam sempurna bukan karena penilaian
ataupun anggapan manusia manapun, bukan pula berdasarkan perkiraan, bukan juga
dinyatakan sempurna karena ingin dibilang sempurna. Tapi kesempurnaan ajarannya
yang tanpa celah kekurangan, tidak memerlukan tambahan dan pengurangan di sisi
manapun juga. Tidak membutuhkan renovasi maupun validasi dari zaman dan
kondisi apapun. Kesempuranaan Islam karena ajaran ini adalah ajaran Allah yang
telah menciptakan bumi dan langit yang diperuntukkan bagi manusia yang juga
ciptaanNya.
Hal itu menjadi keyakinan seluruh umat Islam semenjak para sahabat dan
mereka yang mendapat hidayah Allah mengikuti jejak mereka dengan ihsan. Mereka
meyakini bahwa hanya Islam yang mampu menyelesaikan setiap persoalan dalam
setiap kondisi dan waktu. Mereka yakin solusi lain selain Islam justru akan membawa
ke dalam masalah yang lebih besar, membawa malapetaka dan kerusakan terhadap
manusia di dunia dan akhirat.
Namun perjalanan sejarah yang panjang, semenjak wafatnya Rasulullah
SAW, empat belas abad yang silam, fase-fase sejarah telah mencatat berbagai
peristiwa yang menimbulkan berbagai usaha yang memalingkan pemahaman umat
terhadap ajarannya yang suci. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor, baik oleh
faktor internal maupun faktor eksternal, secara terus menerus tanpa henti berusaha
merubah dan memalingkan arah pemahaman terhadap ajaran Islam menurut
keinginan dan kehendak mereka. Namun Allah SWT telah menjamin akan
memelihara dan menjaga DinNya dari usaha-usaha busuk yang dilandasi hawa nafsu
manusia.

Kebenaran dikenal sebagai kebenaran dan kebaikan dikenal sebagai kebaikan,


namun kebanyakan kebenaran tidak jarang justru dianggap sebagai keburukan dan
keburukan dikenal sebagai kebaikan, itu semua karena pandainya manusia berhati
Iblis membungkus dan menghiasi sesuatu keburukan ataupun kebaikan sehingga
terlihat berbeda dengan yang ditampilkan.
Kebaikan tidaklah diukur dari selera dan kesenangan, dia juga tidak diukur dari
kepatutan dan kepantasan, salah besar menakar kebaikan dengan pandangan umum
masyarakat, kebaikan mestilah diukur dari wahyu Allah, karena hanya Dialah sumber
kebenaran yang hakiki. Dia telah menjelaskan perbedaan antara haq dan batil itu
melalui RasulNya, maka sebagai seorang mukmin mestilah menakar dengan takaran
wahyu ini.

Perhatikanlah Firman Allah SWT:


     
    
  
  
“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal,
agar kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Al-Maidah (5) : 100)

Anda mungkin juga menyukai