TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Stek
Menurut Widiarsih et al (2008), setek merupakan cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman baru.
Stek adalah reproduksi vegetatif suatu tumbuhan dari potongan batang, daun, akar , tunas
yang kemudian ditanam. Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian
dari tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut
membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang
relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara stek ini pada
umumnya dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan
serta mempercepat perbanyakan tanaman (Abdullah, 2007).
Menurut Widiarsih et al (2008), faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda
mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang
keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara setek, tanaman sumber seharusnya mempunyai
sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap
kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber atau induk juga penting dilakukan agar
tingkat keberhasilan setek tinggi (Widiarsih et al, 2008).
Untuk klasifikasi tanaman yang akan di stek dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut:
2.2.1. Klasifikasi Tanaman Anggrek
Menurut Dressier dan Dodson (2000) dalam Widiastoety, dkk. (2010), kiasiflkasi
anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Subfamili : Epidendroideae
Suku : Epidendreae
Subsuku : Dendrobiinae
Genus : Dendrobium
Spesies : D. macrophyllum, D. canaliculatum, D. lineale, D. bifalce,
D. Secundum.
2.4. Pestisida
Pestisida (Inggris : Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme pengganggu
tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau racun. Jadi pestisida adalah racun yang
digunakan untuk membunuh hama. Menurut USEPA (United States Environmental Protection
Agency), pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan unuk mencegah,
memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman dan
mikroorganisme pengganggu (Soemirat, 2003 dalam Zulkanain, 2010). Berdasarkan SK Menteri
Pertanian RI NO. 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida
menyatakan pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta zat renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian;
2. Memberantas rerumputan;
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk
pupuk;
5. Memeberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air;
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;
8. Memberantas atau mencegah biatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau
air.
Sampai saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 80.000-100.000 hama dan penyakit
tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, organisme yang menyerupai mikoplasma, riketsia,
jamur patogen, gang-gang, dan tumbuhan parasit tingkat tinggi. Diperkirakan terdapat 30.000
jenis gulma yang tersebar secara merata dengan 1 .800 jenis gulma yang dapat menurunkan hasil
panen secara serius, terdapat 3.000 jenis nematoda yang menyerang tanaman dengan 1.000 jenis
nematoda yang dapat menimbulkan kerusakan, dan terdapat lebih dari 800.000 serangga dengan
10.000 jenis serangga dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman (Sastroutomo, 1992).
Beberapa jenis formulasi pestisida yang umum digunakan dan diperdagangkan
(Sastroutomo, 1992):
1. Emulsi Pekat (Emulsifiable Concentrate)
Bahan ini merupakan formulasi cairan yang bahan aktifnya dapat larut dalam pelarut
yang tidak larut dalam air seperti minyak. Oleh karena itu, jika formulasi ini dicampurkan
dengan air maka akan membentuk emulsi pekat. Sehingga untuk mengurangi emulsi, maka
dicampurkan zat penahan emulsi. Selain ditambahkannya zat penahan emulsi, pencampuran
dosis yang sesuai dapat mengurangi terjadinya emulsi. Kestabilan emulsi sangat dipengaruhi
oleh pH air dan kondisi penyimpanan.
2. Serbuk Basah (Wettable Powders)
Serbuk basah merupakan formulasi pestisida yang kering dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Apabila formulasi ini dicampurkan dengan air, maka akan terbentuk dua
lapisan yang terpisah dimana bagian serbuknya akan berada di bagian atas. Untuk menghindarai
hal ini, formulasi dicampurkan dengan bahan pembasah (wetting agent), karena tanpa adanya
bahan ini serbuk tidak akan dapat bercampur dengan air. Pada umumnya, formulasi serbuk basah
mengandung 50-75% tanah liat atu bedak sehingga formulasi ini dapat cepat tenggelam ketika
dicampur air dan mengendap di bagian bawah tangki penyemprot. Sehingga apabila akan
digunakan harus diaduk terlebih dahulu.
3. Serbuk Larut Air (Water Soluble Powders)
Sama halnya dengan formulasi serbuk basah, formulasi ini merupakan formulasi kering.
Perbedaannya adalah formulasi ini dapat membentuk larutan jika dicampur dengan air.
Formulasi ini biasanya mengandung 50% bahan aktif. Biasanya diperlukan bahan pembasah atau
bahan perata jika digunakan untuk menyemprot tanaman yang mempunyai permukaan batang
atau daun yang licin dan berbulu.
4. Suspensi
Terdapat jenis-jenis pestisida yang dapat terlarut dalam air atau pelarutan minyak. Selain
itu ada beberapa jenis pestisisda yang hanya larut pada jenis-jenis pelarut orgaik yang sulit untuk
diperoleh sehingga formulasinya mahal dan sulit diperdagangkan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka bahan murninya harus dicampur terlebih dahulu dengan serbuk tertentu dan
sedikit air sehingga terbentuk campuran pestisida dengan serbuk halus yang basah. Campuran ini
dapat bercampur dengan rata jika larutan dalam air sebelum disemprotkan. Komposisi inilah
yang dikelan dengan suspensi.
5. Debu
Debu merupakan formulasi pestisida yang paling sederhana untuk dipakai, debu
merupakan formulasi kering yang mengandung konsentrasi bahan aktif yang sangat rendah yaitu
berkisar 1 -10%. Bahan murninya dicampurkan dengan bahan liat kemudian dihancurkan
menjadi halus seperti debu. Formulasi ini biasanya digunakan dalam bentuk kering tanpa perlu
dicampur dengan air atau zat pelarut lainnya. Pestisida jenis ini sangat mudah utuk digunakan
dikawasan yang sempit. Debu pestisida mudah melekat pada daun yang basah, oleh karena itu
sering digunakan pada waktu masih pagi.
6. Butiran (Granules)
Formulasi ini menyerupai debu tetapi dengan ukuran yang besar dan dapat digunakan
langsung tanpa cairan atau dicampur dengan bahan pelarut. Bahan aktif dari formulasi ini pada
mulanya berbentuk cair tetapi setelah dicampur dengan butiran, bahan aktifnya akan menyerap
atau melekat pada butiran. Jumlah bahan aktif yang terdapat pada formulasi ini biasanya berkisar
antara 2-45%.
7. Aerosol
Penyemprotan nyamuk, penyemprotan wangi-wangian, penyemprot rambut dan lain
sebagainya merupakan beberapa contoh aerosol yang sering kita gunakan. Insektisida semprot
telah banyak dikembangkan sejak Perang Dunia II. Jenis insektisida tersebut hanya efektif
terhadap serangga yang terbang atau merayap dengan pengaruh residu yang sangat rendah.
Bahan aktifnya mudah larut dan menguap dengan ukuran butiran kurang dari 10µm sehingga
mudah terhisap manusia pada saat bernafas, oleh karena itu pada waktu melakukan
penyemprotan sebaiknya nafas ditahan.
8. Umpan
Umpan merupakan makanan atau bahan-bahan tertentu yang telah dicampur dengan
racun. Bahan ini menjadi daya penarik jasad pengganggu sasaran. Umpan dapat digunakan di
rumah, kantor, kebun ataupun sawah dan bisa digunakan pada tikus, lalat, burung ataupun siput.
Pestisida dengan formulasi ini sangat mudah untuk digunakan karena kita hanya perlu
meletakkannya di tempat-tempat tertentu yang strategis. Jumlah bahan aktif racun di dalam
umpan sangat rendah sehingga tidak menimbulkan pengaruh apa-apa terhadap lingkungan.
9. Gas
Fumigan merupakan formulasi dalam bentuk gas atau cairan yang mudah menguap. Gas
ini dapat menyerap dikulit. Fumigan sering digunakan untuk mengendalikan hama-hama gudang,
hama-hama, dan jamur patogen yang berada di dalam tanah.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
Populasi kacang hijau yang hidup adalah 67 buah, dan ada 3 buah yang mati. Jarak
tanam yang digunakan yaitu 30cm x 40cm. Pestisida yang digunakan sebanyak 2 mL yang
dilarutkan dalam air sebanyak 2 L. Pupuk kandang yang digunakan adalah 1 karung yaitu untuk
pemupukan dasar. Pemupukan ulang menggunakan pupuk anorganik yaitu pupuk urea, tsp dan
1.1.2. Stek