Anda di halaman 1dari 12

KESEHATAN KERJA

SEKTOR INFORMAL
Chapter 3 :
Sektor Informal

Dosen Pengampu :
DIAH AYU WULANDARI S, S.T., M.Si
PERSONAL DATA
Nama : DIAH AYU WULANDARI SULISTYANINGRUM, S.T., M.Si.
HP : 0821 80 700 880
E-MAIL : diahayu_tly2k@yahoo.com

PENDIDIKAN UMUM
S1 : Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang
S2 : Program Pascasarjana Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung

SERTIFIKASI KOMPETENSI
Safety Passport, Balai K3 Ranaco Safety Passport, Ranaco Marine Sdn Bhd, 2011
Sertifikasi Kompetensi Basic Industrial Hygiene, Occupational Safety and Health Institute,
Bandung, 2011
Sertifikasi Kompetensi Ahli K3 Umum, Jakarta, 2014
Sertifikasi Kompetensi Ahli K3 Fasilitas Kesehatan, Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP), 2017
Sertifikasi Kompetensi Anggota Tim Penyusun AMDAL (ATPA), LSP-LH INTAKINDO, Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), 2017

PEKERJAAN
Kepala K3 dan Sanitasi RS. Pertamina Bintang Amin Lampung
Kepala K3 dan Sanitasi RS. Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh
Dosen Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Lampung
Anggota Tim Penyusun AMDAL Bersertifikat ATPA, Tenaga Ahli Fisik – Kimia, Konsentrasi
Pencemaran Air 2
PENGERTIAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat
2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970


"Tempat Kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk Tempat kerja ialah
semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
PENGERTIAN
Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart (1971)
dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja
kota yang berada diluar pasar tenaga terorganisasi (Mulyana, 2011).

Menurut Alma, memberikan pengertian bahwa, istilah sektor informal


biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi
yang berskala kecil

sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan


kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka
yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan
untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh
keuntungan.
PENGERTIAN
Sektor informal menurut pengertian Badan Pusat Statistik :
adalah Perusahaan Non Direktori (PND) dan Rumah Tangga (RT) dengan
jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang.

Sektor informal mempunyai ciri-ciri khusus antara lain :


1. bekerja pada diri sendiri
2. bersifat usaha keluarga
3. jam kerja dan gaji tidak teratur
4. pekerjaan sering dilakukan di rumah
5. tidak ada bantuan pemerintah
6. dan pada umumnya tidak berbadan hukum.
PENGERTIAN
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan
ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun
penerimaanya.
2. Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang
diterapkan oleh pemerintah.
3. Modal, peraturan dan perlengkapan maupun pemasukan biasanya kecil dan
diusahakan atas dasar hitungan harian.
4. Pada umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan tidak
terpisah dengan tempat tinggal.
5. Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar.
6. Pada umumnya dilakukan oleh golongan masyarakat yang berpendapatan
rendah.
7. Tidak selalu membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga
secara luwes dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam
tingkat pendidikan.
LATAR BELAKANG
 Perkembangan industrialisasi di Indonesia berkembang sangat pesat baik
pada sektor formal maupun informal, seiring dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk yang bekerja, sektor informal menyerap tenaga kerja 76,69
juta jiwa.
 Keberhasilan usaha di sektor informal juga didukung oleh kesehatan kerja
yang berupaya mengatasi masalah kesehatan akibat dari pekerjaan, sehingga
meningkat kesejahteraan dan produktifitasnya.
 Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1/ 1970 yang
menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas kerja (Kemenkes RI, 2012,
Sholihah, 2014).
LATAR BELAKANG
Latar belakang timbulnya sektor informal adalah :

• meluapnya atau membengkaknya angkatan kerja di satu pihak (Sektor Formal)


dan menyempitnya lapangan kerja di pihak yang lain.
• lapangan kerja yang tersedia (Sektor Formal) tidak cukup menampung angkatan
1 kerja yang ada.

• Permasalahan ini menimbulkan banyaknya pengangguran


2

• Oleh karenanya, secara naluri masyarakat ini berusaha kecil-kecilan sesuai


dengan kebiasaan mereka. Inilah yang memunculkan usaha sektor informal
3 (DepKes RI, 1994).
LATAR BELAKANG
Pada saat pekerja sektor informal maupun formal bekerja, kesehatan
dan keselamatan kerjanya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
1. Beban pekerjaan, baik berupa beban fisik, mental dan sosial,
termasuk juga penempatan pekerja yang sesuai dengan
kemampuannya dan lain-lain
2. Kapasitas pekerja, banyak tergantung pada tingkat pendidikan,
tingkat keterampilan, kebugaran jasmani, standar fisik, asupan gizi
dan sebagainya
3. Lingkungan kerja seperti faktor cuaca, listrik, radiasi, kimia, biologi
maupun faktor psiko-sosial seperti interaksi antar pekerja, atasan
dan bawahan, pekerja dengan masyarakat dan lain-lain.
TUJUAN
 Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran
lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
 Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan
pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara
menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak
kepada masyarakat luas.
 Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja secara maksimal.
TUJUAN
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal
merupakan strategi pengembangan kesehatan kerja
sektor informal di Indonesia yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal
merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat di
kelompok pekerja informal untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan pekerjaan (Kemenkes,
2012).
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Kaitannya tenaga kerja dengan keselamatan kerja maka di dalam pasal 12 UU
No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak
tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai