Anda di halaman 1dari 107

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi pilar penting bagi terciptanya kehidupan yang lebih

baik, yang merujuk pada perkembangan kemampuan fisik dan psikis. Berdasarkan

tujuan tersebut, dapat diketahui bahwa sejauh ini pemerintah telah memiliki arah

dan landasan yang jelas untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Selanjutnya

hal itu dipertegas kembali melalui Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan yang menjadi aturan dasar untuk pemenuhan standar minimal

pendidikan. Adapun standar minimal pendidikan yang ditentukan oleh Peraturan

Pemerintah No.32 Tahun 2013 dalam pasal 2 ayat 1 terdiri atas : (1) Standar Isi, (2)

Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7)

Standar Pembiayaan; (8) Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan beberapa

standar tersebut, maka standar minimal dari standar proses yang harus dipenuhi

dalam meningkatkan kompetensi dan kualitas peserta didik.

Salah satu faktor untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah

proses pembelajaran, proses pembelajaran ini meliputi pelaksaanan pembelajaran,

model pembelajaran, dll. Didalam suatu satuan pendidikan pasti ada yang namanya

model pembelajaran, model pembelajaran sendiri diciptakan untuk memberikan

suatu bentuk pembelajaran yang menarik minat peserta didik untuk mempelajari
suatu materi, tanpa adanya model pembelajaran aktifitas pembelajaran terhambat

karena interaksi antara guru dan siswa tidak berjalan dengan baik.

Sugihartono dkk (2007:81) menyebutkan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem

lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal.

Salah satu model pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran

konvensional dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komuninasi untuk

meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah Blended Learning. Yusuf (2011)

mendefinisikan blended learning sebagai integrasi antara face to face dan

Elektronik learning untuk membantu pengalaman kelas dengan mengembangkan

teknologi informasi dan komunikasi. Thorne (2003: 2) dalam Sjukur (2012)

mendefinisikan blended learning sebagai berikut. It Represents an opportunity to

integrate the innovative and technological advances offered by Elektronik learning

with the interaction and participation offered in the best of traditional learning.

Definisi diatas mengandung makna bahwa blended learning menggambarkan

sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi dan keuntungan teknologi pada

pembelajaran Elektronik dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan

pembelajaran tatap muka. Sementara itu, Chaeruman (2011) menjelaskan blended

learning sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan setting pembelajaran

synchronous dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Beberapa definisi diatas, memberikan gambaran bahwa blended


learning merupakan kombinasi antara pembelajaran Elektronik dengan bantuan

teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Adapun untuk dapat menerapkan model blended learning dalam

pembelajaran tentu diperlukan perencanaan terlebih dahulu yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Herman Dwi Surjono pada acara

Workshop Student Center Learning di Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada 10

Oktober 2016 mengemukakan :

“Blended learning merupakan aspek pembelajaran terbaik dari


pembelajaran tatap muka dengan keunggulan pembelajaran Online”
Beberapa alasan mengapa perlu diterapkannya pembelajaran berbasis

blended learning antara lain : kemudahan akses dan kenyamanan, peningkatan

pembelajaran, rancangan instruksional meningkat, petunjuk lebih jelas, aktivitas

belajar lebih terarah, keterlibatan meningkat melalui interaksi sosial, pengaturan

waktu lebih baik dll.

Hal lain yang memperkuat perlunya blended learning di aplikasikan dalam

pemblajaran yaitu jika dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan

menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, maka dengan diterbitkannya surat

keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 107/U/2001 pada 2 Juli 2001 tentang

penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh, maka kapasitas penyelenggaraan

pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan blended learning telah diizinkan.

Lembakan-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus juga telah

menafaatkan keunggulan blended learning untuk program-program unggulannya.

Karena secara spesifik dalam pendidikan, blended learning memiliki makna salah

satunya adalah menafaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana dalam hal ini guru
dan siswa sama-sama dapat berkomunikasi dengan relatif lebih mudah tanpa

dibatasi oleh hal-hal yang protokoler sehingga dapat dikatakan aktivitas siswa

dalam belajar lebih terarah.

Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak

dikembangkan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu model pembelajaran variatif yang dapat merangsang aktivitas

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa akan berperan aktif

dan memberikan feedback yang positif. Solusi pembelajaran yang diharapkan harus

mampu memberikan peningkatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan mengkaji

masalah tersebut dengan melakukan penelitian Research and Development dengan

judul “Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Web design Siswa Kelas XI Jurusan Multimedia SMK

Miftahul Falah Kudus”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti telah mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional, membuat siswa

menjadi kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran

2. Media pembelajaran yang digunakan guru belum maksimal untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa, sehingga siswa hanya membaca buku

sebagai sumber belajar.


3. Siswa memiliki prestasi yang bagus tetapi masih kurang aktif.

4. Faktor yang menyebabkan aktivitas siswa rendah Karena siswa hanya

mengandalkan guru untuk mendapatkan pengetahuan.

5. Perlunya metode yang inovatif dalam pembelajaran yang berkaitan dengan

internet karena guru belum optimal dalam memanfaatkan Internet dalam

pembelajaran

6. Kebanyakan siswa menggunakan fasilitas Internet hanya untuk mengakses

account sosial media mereka dibanding mengunduh materi-materi pelajaran.

7. Penggunaan model pembelajaran blended learning yang sesuai dengan

kebutuhan siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan, maka penelitian yang dilakukan akan membahas mengenai hasil belajar

siswa, yaitu hasil belajar mata pelajaran web design. Hal ini bertujuan untuk

memperjelas penelitian yang dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang

fokus, serta penafsiran terhadap hasil penilitian tidak berbeda, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini hanya berfokus pada

Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Web design Siswa Kelas XI Program Multimedia SMK Miftahul

Falah Kudus
1.4 Rumusan Masalah

Dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang

telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji antara

lain :

1. Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran blended learning pada

mata pelajaran web design di kelas XI Program Multimedia SMK Miftahul

Falah Kudus.?

2. Bagaimanakah keefektifan model pembelajaran blended learning pada mata

pelajaran web design di kelas XI Program Multimedia SMK Miftahul Falah

Kudus.?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan apa yang ingin dicapai oleh peneliti dalam

melakukan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk :

1. Mengembangkan model pembelajaran blended learning pada mata

pelajaran web design di kelas XI Program Multimedia SMK Miftahul Falah

Kudus.

2. Menguji keefektifan model pembelajaran blended learning pada mata

pelajaran web design di kelas XI Program Multimedia SMK Miftahul Falah

Kudus.
1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Manfaat praktis artnya bermanfaat bagi

berbagai pihak untuk memperbaiki kinerja terutama bagi sekolah, guru dan peserta

didik. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut :

1.6.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang

positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam

bidang pendidikan . Wujud sumbangan ini adalah hasil dari penelitian ini dapat

menjadi rujukan untuk perkembangan ilmu pendidikan dalam menerapkan

pembelajaran. Selain itu manfaat teoritis dari penelitian ini antara lain :

a. Memberikan informasi bagi pihak-pihak tertentu tentang pentingnya

penggunaan model belajar dalam pembelajaran web design..

b. Memberikan sumbangsih pengetahuan tentang model-model yang menunjang

pembelajaran.

1.6.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1.6.2.1. Bagi Guru

Menambah wawasan dan strategi tentang model pembelajaran blended

learning sehingga meningkatkan kulitas pembelajaran yang dilakukan.

1.6.2.2. Bagi Kepala Sekolah


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan masukan bagi

pihak sekolah terutama pada bidang model pembelajaran sekaligus sebagai bahan

supervisi dari kepala sekolah untuk guru kelas.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Commented [WU1]: Aku bingung


BAB II

KERANGKA TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kerangka Teoretik

2.1.1 Deskripsi Teori

2.1.2 Model Teori

2.2 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D) model

Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE). Penelitian

pengembangan atau R&D merupakan salah satu jenis dari penelitian kuantitatif non

eksperimental. Sugiyono (2015:407) menyatakan bahwa metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunkan untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat

menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis

kebutuhan (digunakan metode wawancara atau kualitatif) dan untuk menguji

keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka

diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut (digunakan

metode eksperimen). Adapun desain penelitian ini terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu

desain penelitian perencanaan, implementasi, dan keefektifan model pembelajaran

blended learning. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan model

pembelajaran blended learning pada materi web design di program Multimedia

SMK Miftahul Falah Kudus.

3.2. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development) yang bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran blended

learning . Menurut Wina Sanjaya (2013:129), research and development


merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan. Dalam research

and development setidaknya ada tiga hal yang harus dipahami yakni; 1) tujuan akhir

research and development adalah suatu produk yang andal karena melewati

pengkajian terus menerus; 2) produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan

lapangan; 3) proses pengembangan produk dari mulai pengembangan produk awal

sampai produk jadi yang sudah divalidasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pengembangan ADDIE. ADDIE dikembangkan oleh Dick dan Carry (Endang

Mulyatiningsih, 2012:200) untuk merancang sistem pembelajaran. Metode

pengembangan ADDIE terdiri dari tahap analysis, design, development,

implementation, dan evaluation, berikut uraian tiap tahapan.

1. Analysis

Pada tahap ini dilakukan analisis masalah perlunya suatu pengembangan.

Tahap analisis memuat analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis

karakteristik siswa. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan menganalisis bahan

ajar yang tersedia. Pada tahap ini akan diketahui bahan ajar apa yang perlu

dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik. Analisis selanjutnya adalah

analisis kurikulum yang dilakukan dengan memperhatikan karakteristik kurikulum

yang digunakan. Hal ini dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai

dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Langkah selanjutnya adalah mengkaji KD

(Kompetensi Dasar) untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian

pembelajaran. Analisis yang terakhir adalah analisis karakter peserta didik yang

dilakukan dengan observasi saat pembelajaran Multimedia.


2. Design

Setelah tahap analisis selesai, tahap selanjutnya yaitu tahap design. Pada

tahap ini dilakukan penentuan komponen-komponen penyusun perangkat

pembelajaran baik berupa RPP (rancangan pelaksanaan pembelajaran) maupun

LKS (lembar kerja siswa). Penyusunan rancangan awal RPP (rancangan

pelaksanaan pembelajaran) dan LKS (lembar kerja siswa) dilakukan dengan

langkah-langkah yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Pada tahap

ini juga dilakukan penyusunan instrumen penilaian perangkat pembelajaran dan

angket respons. Instrumen disusun dengan memperhatikan aspek penilaian LKS

(lembar kerja siswa) yaitu aspek kesesuaian dengan syarat didaktif, syarat

konstruksi, syarat teknis dan kesesuaian dengan model yang digunakan.

Selanjutnya instrumen tersebut divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan guru

Multimedia

3. Development

Setelah selesai tahap design, tahap selanjutnya yaitu tahap development.

Tahap ini merupakan tahap pengembangan RPP (rancangan pelaksanaan

pembelajaran) serta model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu model

pembelajaran blended learning. Kemudian RPP (rancangan pelaksanaan

pembelajaran) serta pengembangan model tersebut divalidasi oleh ahli materi, ahli

media, dan guru Multimedia. Validasi dilakukan hingga pada akhirnya RPP

(rancangan pelaksanaan pembelajaran) serta produk pengembangan dinyatakan

valid.
4. Implementation

Setelah RPP serta produk pengembangan model pembelajaran dinyatakan

valid, perangkat tersebut diuji cobakan secara terbatas pada sekolah yang telah

ditentukan sebagai tempat penelitian. Pada tahap ini dilakukan pengujian tes hasil

belajar peserta didik untuk mengetahui keefektifan dari model pengembangan

blended learning yang dikembangkan. Kemudian pada tahap ini juga dilakukan

pengisian angket respons yang diisi oleh peserta didik. Angket respons ini bertujuan

untuk mengetahui tingkat kepraktisan model pembelajaran yang dikembangkan.

Setelah didapatkan data dari tes hasil belajar dan angket respons maka data tersebut

diolah kemudian dianalisis.

5. Evaluation

Pada tahap ini peneliti melakukan revisi terhadap model pengembangan

berdasarkan masukan yang didapat dari angket respons. Hal tersebut bertujuan agar

model pengembangan yaitu blended learning yang dikembangkan benar-benar

sesuai dan dapat digunakan oleh sekolah yang lebih luas lagi.

3.3. Sumber Data dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Miftahul Falah Kabupaten Kudus

Jawa Tengah pada kelas X Program Multimedia. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas X program Multimedia di SMK Miftahul Falah Kudus. Penelitian ini

dilaksanakan di SMK Miftahul Falah Kudus selama kurang lebih selama 3 bulan.
1. Siswa

Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Miftahul

Falah Program Multimedia Kudus tahun ajaran 2017/2018. Siswa menjadi

subyek pada tahap analisis dan pemakaian produk.

2. Guru

Guru yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah guru yang mengajar

pelajaran web design di kelas X SMK Miftahul Falah Program Multimedia

Kudus tahun ajaran 2017/2018. Guru dijadikan subyek saat peneliti

menganalisis kebutuhan media dan pemakaian produk.

3. Ahli

Ahli berperan dalam menguji kevalidan dan kelayakan media yang

dikembangkan, yang meliputi ahli media dan ahli materi.

3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

1) Kuesioner Terbuka (Open Questionaire)

Quesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2011). Open Questionaire adalah seperangkat pertanyaan-

pertanyaan yang masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi responden

untuk memberikan jawaban atau tanggapannya terhadap kuesioner terbuka (open

questionaire). Jawaban dari penggunaan kuesioner terbuka yaitu bersifat opini.

(Sugiyono, 2015: 216).


2) Wawancara Tidak Struktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Creswell (2012)

menyatakan, wawancara dalam penelitian survey dilakukan oleh peneliti dengan

cara merekam jawaban atas pertanyaan kepada responden dengan pedoman

wawancara, mendengarkan atas jawaban, mengamati perilaku, dan merekam semua

respon dari yang disurvei (Sugiyono, 2015: 210).

3) Data Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, (life histories),

ceritera, biografi, peraturan, kebijakan (Sugiyono, 2015: 239).

4) Pretes dan Post test

Anastari menyatakan bahwa tes merupakan pengukuran yang objektif dan

standar. Cronbach menambahkan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis guna

mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan

bantuan skala numerik atau suatu sistem kategoris. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun

berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukan

secara terperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir

tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding (Sugiyono, 2015:208).
a. Pretes

Pretest dapat diartikan sebagai kegiatan menguji tingkatan pengetahuan

siswa terhadap suatu materi yang akan disampaikan, kegiatan pretest dilakukan

sebelum kegiatan pengajaran diberikan. Manfaat dari diadakannya pretest adalah

untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai suatu materi pelajaran yang

disampaikan. Dengan mengetahui kemampuan awal siswa ini, guru akan dapat

menentukan cara penyampaian pelajaran yang akan di tempuhnya. Adapun dalam

penelitian ini tujuan dari dilaksanakannya pretest adalah untuk mengetahui tingkat

hasil belajar siswa terhadap materi Multimedia sebelum menggunakan produk

media pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti atau untuk mengetahui

tingkat hasil belajar siswa ketika diajarkan dengan menggunakan media

pembelajaran konvensional.

b. Postes

Posttest merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau

materi telah disampaikan. Posttest adalah evaluasi akhir saat materi yang di ajarkan

pada hari itu telah diberikan. Seorang guru memberi posttest dengan maksud

apakah siswa sudah mengerti dan memahami mengenai materi yang baru saja

diberikan pada hari itu. manfaat dari diadakannya posttest adalah untuk mengetahui

tentang kemampuan yang dicapai setelah berakhir penyampaiannya materi

pelajaran. Adapun dalan penelitian ini, hasil posttest dibandingkan dengan hasil

pretest yang telah dilakukan sehingga akan diketahui seberapa jauh tingkat

keefektifan atau pengaruh dan perbedaan hasil belajar dari pengajaran

menggunakan media pembelajaran konvensional dan menggunakan produk media


pembelajaran dari peneliti. Tujuan lain yaitu untuk mengetahui bagian mana dari

bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa.

3.5. Uji Keabsahan Data, Uji Validitas, dan Reliabilitas

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015:117). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program Multimedia di SMK

Miftahul Falah Kudus yang berjumlah 60 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2015:118). Sampel pada penelitian ini peneliti mengambil

sampel siswa XI program Multimedia di SMK Miftahul Falah Kudus. Dalam uji

coba skala kecil, sampel yang digunakan adalah beberapa siswa kelas XI program

Multimedia di SMK Miftahul Falah Kudus yang diambil dengan menggunakan

teknik random sampling. Sedangkan sampel pada uji coba skala besar, sampel

penelitiannya adalah siswa kelas XI program Multimedia di SMK Miftahul Falah

Kudus diambil dengan cara sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu seluruh populasi

yang tidak begitu besar. Jumlah sampel sebanyak 60 siswa.

3.5.1. Uji Validitas

Terdapat perbedaan istilah antara validitas dan valid. Validitas merupakan

sebuah kata benda sedangkan valid merupakatan kata sifat. Dalam pembicaraan
evaluasi pada umumnya orang hanya mengenal istilah “valid” untuk alat evaluasi

atau instrument evaluasi (Arikunto,2013:73). Jika data yang dihasilkan dari sebuah

instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena

dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan

atau keadaan sesungguhnya (Arikunto, 2013:7).

Mencari suatu validitas pada data, validitas dapat diperoleh melalui uji

coba perangkat tes. Jenis tes yang digunakan adalah pilihan ganda. Teknik uji

validitas item yang digunakan yaitu Corrected Item Total Correlation yaitu dengan

cara mengkorelasikan skor item dengan skor totalnya dan melakukan korelasi

terhadap nilai koefisien item total yang overestimasi (estimasi nilai yang lebih

tinggi dari sebenarnya). Pada metode ini tidak perlu memasukkan skor total, karena

sudah dihitung secara otomatis. Kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan

kriteria menggunakan r table pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika

hasil perhitungan didapat rhitung > rtabel maka dikatakan butir soal tersebut telah

signifikan atau valid. Apabila rhitung < rtabel maka dikatakan butir soal tersebut

tidak signifikan atau tidak valid. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas yang tinggi. Untuk mencari suatu validitas data, dapat ditentukan oleh

rumus korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2010: 211).

Keterangan:
rxy= koefisien validitas
N = jumlah subjek
X = skor soal benar
Y = skor total setiap siswa
3.5.2. Reliabilitas Commented [WU2]: Kurang rumus ketoke

Penggunaan kata realibilitas sering dikacaukan dengan kata reliable.

Realibilitas merupakan kata benda sedangkan reliable merupakan kata sifat atau

keadaan (Arikunto, 2013:74). Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil tes

tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para siswa tes yang

sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan

(ranking) yang sama dalam kelompoknya.

Uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbach Alpha. Uji realibilitas

merupakan kelanjutan dari uji validitas, dimana item yang masuk pengujian adalah

item yang valid saja. Instrumen berupa tes dengan jumlah 20 pertanyaan berupa

pilihan ganda telah dilaksanakan uji coba terhadap siswa kelas XI di SMK Miftahul

Falah Kudus. Perhitungan menggunakan skor dikotomi yaitu jawaban benar diberi

skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Hasil rhitung yang diperoleh

dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 0,05. Jika rhitung > rtabel

maka tes dikatakan reliabel (Arikunto, 2012: 125). Jika soal termasuk kriteria

reliabel maka akan digunakan untuk soal pretest- posttest saat uji coba pemakaian.

Reliabilitas item soal termasuk kriteria sangat tinggi jika rhitung 0,80-1,00; kriteria

tinggi jika rhitung 0,60-0,80; kriteria sedang jika rhitung 0,40-0,60; kriteria rendah

jika 0,20-0,40; dan termasuk sangat rendah jika rhitung 0,00-0,02.


Tabel 3.4
Kriteria Besarnya Reliabilitas
Besarnya reliabilitas Kriteria
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20- 0,40 Rendah
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 - 1,00 Sangat tinggi

3.6. Teknik Analisis Data

3.6.1. Uji Normalitas Commented [WU3]: Rumus

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui nilai siswa pada saat pretest

dan posttest kelas XI MM3 SMK Miftahul Falah Kudus berdistribusi normal atau

tidak. Peneliti menggunakan rumus kolmogorov-smirnov Test untuk mengetahui

normalitas data. Hipotesis perhitungan meliputi Ho yaitu data berdistribusi normal

dan Ha data tidak berdistribusi normal. Ho diterima apabila signifikansi > 0,05 dan

Ha diterima apabila signifikansi < 0,05.

3.6.2. Uji Homogenitas Commented [WU4]: Rumus

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui nilai siswa pada saat pretest

dan posttest kelas IX SMK Miftahul Falah Kudus sama atau tidaknya variansi-

variansi dua buah distribusi atau lebih. Peneliti menggunakan rumus one-way

ANOVA Test untuk mengetahui homogenitas data. Hipotesis perhitungan meliputi

Ho yaitu data homogen dan Ha data tidak homogen. Ho diterima apabila

signifikansi > 0,05 dan Ha diterima apabila signifikansi < 0,05. Hasil uji

homogenitas disajikan dalam tabel berikut.


3.6.3. Uji Peningkatan Rata-rata (N-Gain) Commented [WU5]: Rumus

Peningkatan rata-rata hasil belajar posttest pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning dapat dihitung menggunakan

uji N-Gain. N-Gain merupakan normalisasi gain yang diperoleh dari perbandingan

selisih skor pretest dan posttest dengan selisih SMI dan pretest.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pengembangan model pembelajaran blended learning pada mata

pelajaran web desain dengan materi tag html dan html dasar di kelas XI SMK NU

Miftahul Falah Kudus sesuai dengan langkah-langkah prosedur penelitian Research

and Devlopment (R and D) model Analysis, Design, Devolopment, Implementation,

Evaluation (ADDIE) yang telah dimodifikasi peneliti. Ada 5 tahapan yang telah

dilakukan peneliti dalam proses penelitian ini, tahapan tersebut yaitu (1) Analisis

Masalah, (2) Desain pengembangan, (3) Pengembangan, (4) Implementasi

Pengembangan, (5) Evaluasi Pengembangan. Hasil dari penelitian dan

pengembangan model pembelajaran Blended Learning dengan 5 tahapan ADDIE

adalah sebagai berikut :

4.1.1. Hasil Analisis Potensi dan Masalah

Analisis potensi dan masalah dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

observasi dan wawancara dengan siswa dan guru di SMK NU Miftahul Falah

Kudus. Peneliti melakukan observasi terhadap siswa pada bulan September 2017

dan wawancara terhadap guru multimedia terkait materi web desain sebagai

responden. Hasil analisis dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel 4.1
Hasil Analisis Potensi dan Masalah

Kondisi yang ditemukan Peneliti berdasarkan


No Analisis
observasi dan hasil wawancara
1 Analisis Penggunaan 1. Guru membutuhkan suatu model terobosan
model dalam baru untuk membuat siswa aktif dalam
pembelajaran pembelajaran.
2. Perlunya pengembangan model
pembelajaran agar siswa tidak pasif dan
lebih memahami materi.
2 Kondisi Guru Guru membutuhkan model dengan pelaksaan
yang sesuai dengan materi yang lebih terpusat
pada e-learning.
3 Kondisi Siswa 1. Siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi.
2. Sebagian besar siswa tidak tuntas atau
kurang dari KKM saat mengerjakan soal.
3. Siswa sulit memahami materi bila hanya
dengan membaca saja.
4 Analisis Karakteristik 1. Mata pelajaran web desain mempunyai
Mata pelajaran Web cakupan materi yang luas, namun jam
Desain pelajaran di kelas sangat singkat, sangat
sulit bagi siswa memahami materi dalam
waktu singkat.
2. Materi web desain membutuhkan
penjelasan teori yang lebih menarik, agar
mudah diterima dan dipahami siswa.
5 Analisis Pembelajaran di Pembelajaran masih berpusat pada guru,
kelas cenderung membuat siswa pasif.
Setelah itu peneliti mengumpulkan data berdasarkan hasil analisis masalah

berupa silabus dan RPP (rancangan pelaksanaan pembelajaran), buku dan sumber

belajar web desain untuk kemudian menyusun RPP (rancangan pelaksanaan

pembelajaran) terbaru dengan pengembangan model pembelajaran Blended

Learning.

4.1.1.1. Data Angket Kebutuhan

Data angket kebutuhan digunakan untuk mengetahui apa saja yang

dibutuhkan siswa dan guru dalam pengembangan model pembelajaran blended


learning. Pada angket kebutuhan siswa ditanyakan mengenai penerapan model

pembelajaran pada mata pembelajaran web desain, kesulitan pada saat

pembelajaran, penggunaan media, pemahaman materi dan ketertarikan pada model

pembelajaran blended learning. Angket kebutuhan untuk guru, guru ditanyakan

mengenai pentingnya pembelajaran dengan model yang dapat menarik perhatian

siswa dan agar siswa lebih mudah memahami materi, kebutuhan guru dalam

pengunnan model serta persetujuan guru mengenai pengembangan model

pembelajaran blended learning. Berikut adalah hasil dari pengambilan data angket

siswa dan guru.

Tabel 4.2
Hasil Angket Kebutuhan Siswa

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah pembelajaran web desain penting diterapkan di 25 0
kelas XI Multimedia
2 Apakah pembelajaran web desain itu sulit 22 3
3 Apakah pelaksanaan pembelajaran web desain monoton 9 16
4 Apakah anda keberatan jika ada tugas online 18 7
5 Apakah anda ingin pembelajaran yang lebih menarik dari 25 0
yang sudah ada terima selama ini
6 Apakah nilai mata pelajaran web desain rendah 11 14
7 Apakah pembelajaran web desain membosankan 9 16
8 Apakah anda menyukai pembelajaran online 14 11
9. Apakah anda suka jika pembelajaran di kelas tidak ada 12 13
guru

Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa siswa setuju bahwa

pembelajaran web desain penting diterapkan di kelas XI Multimedia, sebagian

besar siswa yaitu sebagian besar siswa menjawab Ya pada poin tersebut dengan

nilai total 24 dari 5 yaitu apakah pembelajaran web desain perlu diterapkan di kelas

XI Multimedia. Nilai terendah adalah 4 yang terdapa pada poin nomor 8 yaitu
apakah anda menyukai pembelajaran online sehingga terbukti bahwa model

pembelajaran berbasis online sebagai terobosan terbaru agar siswa tidak bosan

dalam pembelajaran dan memancing antusias siswa terhadap pembelajaran berbasis

online sangat diperlukan. Sedangkan untuk angket kebutuhan guru hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 4.3
Hasil Angket Kebutuhan Guru

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah pembelajaran web desain penting diterapkan di 1 0
kelas XI Multimedia
2 Apakah pembelajaran web desain itu sulit 1 0
3 Apakah nilai mata pelajaran web desain rendah 0 1
4 Apakah pembelajaran web desain menggunakan beberapa 1 0
model pembelajaran
5 Apakah bapak/ibu membutuhkan model pembelajaran 1 0
yang lebih menarik dari yang sudah ada
6 Apakah bapak/ibu menyukai pembelajaran online 1 0
7 Apakah bapak/ibu mempunyai kegiatan yang tidak bisa 1 0
ditinggalkan diluar kegiatan pembelajaran
8 Apakah bapak/ibu pernah mendengar model pembelajan 0 1
blended learning

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa guru sudah

menerapkan beberapa model pembelejaran namun diketahui dari hasil angket

kebutuhan siswa diatas, model tersebut diketahui belum mampu menarik perhatian

siswa terhadap pembelajaran oneline. Sehingga diperlukan suatu model dengan

perpaduan permbelajaran tatap muka dan e-learning yang dapat menarik antusias

siswa dalam belajar online dan web desain yang sulit.

Saran dari guru mengenai kebutuhan pada model pembelajaran

blended learning adalag agar model ini mampu memotivasi siswa agar tetap belajar

dan merubah pola pikir siswa bahwa belajar web desain tidak hanya terpaku pada
penjelasan dari guru dan dari modul saja. Diharapkan pula dengan adanya

pengembangan model pembelajaran ini pembelajaran web desain akan lebih

dipahami siswa dan kondisi kelas akan jauh dari rasa bosan serta siswa mampu

menyampaikan kembali materi yang telah diberikan. Dengan adanya

pengembangan model pembelajaran ini siswa akan lebih antusias.

4.1.2. Hasil Desain Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning

Peneliti membuat desain pengembangan Perencanaan model pembelajaran

menggunakan blended learning dengan pendekatan konstuktif. Adapun

penyusunan pembelajaran mencakup penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun dengan memperhatikan komponen perangkat

pembelajaran, komponen dan karakteristik model blended learning, serta kunci

model blended learning.

Penyusunan silabus dan RPP dalam penelitian ini dibatasi pada materi web

desain dengan 4 pertemuan tentang materi tag html pada pertemuan 1 dan 2 serta

html dasar pada pertemun 3. Adapun pembatasan materi dilakukan mengingat hasil

analisis kebutuhan yang menunjukkan perlunya penguasaan kompetensi teori dan

praktik yang harus seimbang dengan cakupan materi yang sangat luas pada materi

tersebut. Namun, materi tersebut tidak dapat tersampaikan secara tuntas dalam

pembelajaran tatap muka saja.

Hasil dari perencanaan yang telah dibuat dengan model blended learning

selama 3 pertemuan adalah sebagai berikut:


1) Silabus

Silabus yang dibuat didasarkan pada standar ini dan standar kompetensi

lulusan mata pelajaran web desain kelas XI. Pada penyusunan silabus dengan model

blended learning memuat :

a) Identitas mata pelajaran atau tema pelajaran terdiri atas : nama sekolah, mata

pelajaran, kelas/semester, kode kompetensi, dan alokasi waktu.

b) Kompetensi Inti

c) Standar Kompetensi (SK) yaitu mengoperasikan software web desain.

d) Kompetensi Dasar (KD) yaitu software web desain, peritah tag html, serta

pembuatan halaman web dengan software web desain;

e) Pendekatan dan model pembelajaran yaitu model blended learning ;

f) Materi pembelajaran, meliputi : software web desain, tag html dan cara

membuat halaman web dengan software web desain.

g) Kegiatan pembelajaran, mencakup kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup

yang dijabarkan dalam menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

pengenalan konsep dasar materi, pengenalan materi, merangsang pemahaman

siswa, mereview pemahaman siswa, presentasi pemahaman, dan evaluasi;

h) Indikator pencapaian kompetensi, memuat sejumlah indikator kompetensi

yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran;

i) Penilaian dilakukan dengan tes tertulis, tes praktik, tugas mandiri, dan tugas

terstruktur kelompok. alokasi waktu dibuat selama 4 x 45 menit.


j) Sumber belajar dikemas dalam buku paket, modul web desain, e-materi,

internet, dan bahan ajar pendukung lainnya.

Hasil dari silabus yang disusun kemudian dijabarkan secara lebih terperinci

tentang kegiatan pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Hasil dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model blended

learning selama 3 pertemuan adalah sebagai berikut :

a) Identitas mata pelajaran, terdiri dari : satuan pendidikan, mata pelajaran

kompetensi keahlian, kelas/semester, materi pokok serta alokasi waktu dan

pertemuan ke.

b) Kompetensi Inti (K13)

c) Standar Kompetensi : tentang software web desain.

d) Kompetensi Dasar : tentang software web desain, perintah tag html dan

pembutaan halaman web dengan menggunakan software web desain.

Pada keempat pertemuan dalam perancangan pembelajaran dengan model

blended learning memuat identittas mata pelajaran, KI, standar kompetensi, dan

kompetensi dasar serta indikator. Sedangkan perincian tujuan, materi, media dan

evaluasi dari masing-masing pertemuan, yaitu sebagai berikut :

a) Pertemuan 1

- Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menyebutkan jenis program web desain

2. Siswa dapat menginstall salah satu program web desain

3. Siswa dapat menjalankan program web desain.


- Materi : macam-macam program web desain, menjalankan program web

desain.

- Metode : model pembelajaran blended learning dengan pendekatan

konstruktif :

1. Pembelajaran synchronous : pembelajaran tatap muka, praktik,

presentasi.

2. Synchronous maya (online) : Berupa chatting

3. Pembelajaran asynchronous : Pembelajaran mandiri melalui e-materi.

4. Asynchronous kolaboratis (online) : berupa forum diskusi online.

- Media : Modul web desain, maupun digital (pptx, pdf, flv, dan html yang

diakses melalui e-learning)

- Evaluasi : pretest,posttest tugas mandiri, praktik

b) Pertemuan 2

- Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menjelaskan tag html

2. Siswa dapat menggunakan tag html

3. Siswa dapat membuat contoh lain dari penggunaan tag html

- Materi : tag html, contoh tag html

- Metode : model pembelajaran blended learning dengan pendekatan

konstruktif :

1. Pembelajaran synchronous : pembelajaran tatap muka, praktik,

presentasi.

2. Synchronous maya (online) : Berupa chatting


3. Pembelajaran asynchronous : Pembelajaran mandiri melalui e-materi.

4. Asynchronous kolaboratis (online) : berupa forum diskusi online.

- Media : Modul web desain, maupun digital (pptx, pdf, flv, dan html yang

diakses melalui e-learning)

- Evaluasi : tugas mandiri, praktik

c) Pertemuan 3

- Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat membuat halaman web statis

2. Siswa dapat membuat hubungan antar web (links)

3. Siswa dapat menguji halaman web statis

- Materi : halaman web statis.

- Metode : model pembelajaran blended learning dengan pendekatan

konstruktif :

1. Pembelajaran synchronous : pembelajaran tatap muka, praktik,

presentasi.

2. Synchronous maya (online) : Berupa chatting

3. Pembelajaran asynchronous : Pembelajaran mandiri melalui e-materi.

4. Asynchronous kolaboratis (online) : berupa forum diskusi online.

- Media : Modul web desain, maupun digital (pptx, pdf, flv, dan html yang

diakses melalui e-learning)

- Evaluasi : posttest, tugas mandiri, praktik

Diskripsi di atas merupakan gambaran singkat hasil perencanaan pembelajaran

yang telah dibuat dengan model pembelajan blended learning selama 4 perteman.
Hasil dari perencanaan pembelajaran tersebut kemudian dikonsultasikan dengan

guru mata pelajaran dan diuji kelayakannya melalui uji validitas konstruk oleh ahli

materi dan ahli model pembelajaran.

4.1.2.1. Hasil Validasi Ahli Materi Pembelajaran

Ahli materi dalam penelitian ini adalah Bapak Syafi’udin selaku guru mata

pelajaran di jurusan multimedia Kelas XI SMK NU Miftahul Falah Kudus. Setelah

melihat dan mempertimbangkan perencanaan pembelajaran dengan model blended

learning pada materi software web desain dengan pokok bahasan tag html dan html

dasar, diperoleh hasil validasi sebagai berikut :

Tabel 4.4
Hasil Valdiasi Ahli Materi Pembelajaran
N Variabel Sub Variabel Skor Skor Prese Ket
o Maksimal diperoleh ntase
1 Dasar - Tujuan yang 50 42 84% Layak
pertimbanga hendak
n pemilihan dicapai
model - Bahan/
pembelajara materi
n blended - Sudut
learning pandang
peserta didik
- Efektivitas
dan efisiensi
2 Komponen - Tujuan 50 40 80% Layak
sistem - Isi/Materi
pembelajara - Metode
n - Media
- Evaluasi

Dari tabel diatas maka dapat dibuat bagan/ grafik presentasi perolehan

sebagai berikut :
84
83 Dasar Pertimbangan
pemilihan model
82 pembelajaran
blended learning
81
80
Komponen sistem
79 pembelajaran

78
Presentase Validasi Ahli
Materi

Bagan 4.1
Presentase Validasi Ahli Materi Pembelajaran

Berdasarkan hasil validasi di atas, diperoleh hasil 84% persen untuk aspek

dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran blended learning dan 80%

untuk aspek komponen sistem pembelajaran. Dari hasil dasar pertimbangan

pemilihan model pembelajaran blended learning menunjukkan bahwa :

1) Tujuan model blended learning sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai dilihat dari rumusan audience, behavior, condition, dan degree, serta

kandungan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik;

2) Ketersediaan materi yang relevan untuk kegiatan pembelajaran dilihat dari

akses materi pembelajaran dan dukungan bahan ajar yang tersedia dalam

bentuk cetak dan digital yang sesuai dengan model blended learning;

3) Kesesuaian model blended learning dengan tingkat kematangan dilihat

darikarakteristik, usia, gaya belajar, dan kecakapan berpikir siswa, serta sesuai

dengan gaya belajar siswa dilihat dari cara berpikir, cara belajar, cara

mengkonstruksikan ide, dan cara berkomunikasi;


4) Keefektifan model blended learning yang dapat digunakan sebagai suplemen

kegiatan pembelajaran tatap muka dilihat dari adanya belajar mandiri yang

melengkapi kegiatan pembelajaran tatap muka, pengemasan materi yang dapat

mencapai cakupan yang luas dengan kompetensi teori maupun praktik, dan

adanya kombinasi pembelajaran tatap muka dan online yang tersistematis.

Sedangkan dari hasil validasi komponen sistem pembelajaran oleh ahli materi

menunjukkan :

1) Kesesuaian tujuan model blended learning dengan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai dilihat dari ketercapaian tujuan pembelajaran pada setiap

pertemuan;

2) Kesesuaian materi pembelajaran dengan model blended learning dilihat dari

sifat dan karakteristik materi yang diajarkan secara urut dan mampu mencapai

tujuan pembelajaran;

3) Kesesuaian metode yang digunakan dalam model blended learning dengan

metode pembelajaran dilihat dari penggunaan metode yang mendukung,

bervariasi, dan berkesinambungan untuk materi pembelajaran teori dan praktik;

4) Ketepatan media dalam model blended learning dengan media pembelajaran

dilihat dari variasi dan kesinambungan media yang mendukung pembelajaran

tatap muka dan online secara proporsional;

5) Kesesuaian evaluasi dalam model blended learning yang mendukung

pembelajaran Web Desain dilihat dari kombinasi bentuk penilaian tatap muka

dan online serta evaluasi yang dilakukan secara proses dan akhir kegiatan

belajar.
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dengan

model pembelajaran blended learning pada pokok bahasan software web desain dan

tag html digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

sedikit perbaikan dilihat dari dasar pertimbangan pembilihan model pembelajaran

blended learning dan komponen sistem pembelajaran blended learning.

4.1.2.2. Hasil Validasi Ahli Model Pembalajaran

Ahli model pembelajaran dalam penelitian ini adalah Ibu Sony Zulfikasari

selaku dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNNES. Setelah

melihat dan mempertimbangkan perencanaan pembelajaran dengan model blended

learning, diperoleh hasil validasi sebagai berikut :


Tabel 4.5
Hasil Validasi Ahli Model Pembelajaran
N Variabel Sub Variabel Skor Skor Prese Ket.
o Maksima diperoleh ntase
l
1 Komponen - Identitas mata 55 40 89% Sangat
perangkat pelajaran Layak
pembelajara - Standar
n dengan Kompetensi
model - Kompetensi Dasar
blended - Indikator
learning Pencapaian
- Tujuan
Pembelajaran
- Materi Ajar
- Alokasi Waktu
- Metode
Pembelajaran
- Kegiatan
Pembelajaran
- Penilaian Hasil
Belajar
- Sumber Belajar
- Kelengkapan
perangkat
pembelajaran
2 Kunci model - Live event 45 40 93% Sangat
Blended (pembelajaran Layak
Learning tatap muka)
- Self paced
learning
(pembelajaran
mandiri)
- Collaboration
(kolaborasi)
- Assesment
(Penilaian/
pengukuran hasil
belajar)
- Performance
support materials
(dukungan bahan
belajar)
Dari data tabel diatas, maka prosesntase hasil validasi ahli model

pembelajaran dapat digambarkan dalam bagan berikut :

84
83 Komponen
Perangkat
82 Pembelajaran
dengan Model
81 Blended Learning
80 Komponen sistem
pembelajaran
79
78
Presentase Validasi Ahli
Materi

Bagan 4.2
Presentase Validasi Ahli Model Pembelajaran

Melalui data hasil validasi pada tabel 4.4 dan bagan 4.2 di atas, dapat

disimpulkan bahwa pengkaji model pembelajaran menyebutkan dari aspek

komponen perangkat pembelajaran dengan model blended learning memiliki

kategori sangat layak dengan presentase 83,33%. Dari hasil aspek komponen

perangkat pembelajaran dapat di deskripsikan sebagai berikut :

1) Kejelasan identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar

(KD), dan indikator pembelajaran dengan model blended learning;

2) Kesesuaian tujuan pembelajatan dilihat dari rumusan audience, behavior,

condition, dan degree;

3) Kesesuaian penyajian materi ajar dalam model blended learning dengan materi

pembelajaran yang disajikan pada konsep umum menuju khusus;


4) Kecukupan pengelolaan waktu dalam model blended learning dengan waktu

pembelajaran yang dilihat dari proporsi teori dan praktik dalam kegiatan

pembelajaran yang mencakup langkah 1 hingga 5;

5) Kesesuaian metode pembelajaran model blended learning dengan kegiatan

pembelajaran yang dilihat dari situasi dan kondisi siswa, karakteristik blended

learning, karakteristik indikator, serta kompetensi yang hendak dicapai;

6) Kesesuaian langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model blended

learning yang mencakup kegiatan orientasi, organisasi, investigasi, presentasi,

serta analisis dan evaluasi yang diberi penjelasan setiap poin;

7) Kejelasan penilaian hasil belajar yang mengkombinasikan penilaian tatap

muka dan online yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik;

8) Kecukupan sumber belajar yang mengkombinasikan bentuk pembelajaran

tatap muka dan online yang sesuai dengan model blended learning;

9) Kelengkapan perangkat pembelajaran dengan model blended learning yang

memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator pencapaian

kompetensi/indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi

waktu, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Sedangkan dari aspek kunci model pembelajaran blended learning mencapai

kategori 90%. Dari hasil aspek kunci model pembelajaran blended learning dapat

di deskripsikan sebagai berikut :


1) Tersedianya pembelajaran tatap muka (live event) dalam model blended

learning yang disusun secara jelas dengan strategi dan metode pembelajaran

yang sesuai;

2) Tersedianya akses belajar mandiri (self paced learning) yang memungkinkan

siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja dengan dukungan bahan belajar

cetak dan sebagian digital berupa teks, video, dokumen, internet;

3) Tersedianya ruang kolaborasi antar siswa dan guru yang dilihat dari kombinasi

kolaborasi pada pembelajaran tatap muka (contoh: diskusi) maupun

pembelajaran online (contoh: chatting, project work) yang bersifat 2 arah;

4) Tersedianya penilaian hasil belajar secara tatap muka dan online baik berupa

tes (tes pilihan ganda, tes praktik, penugasan mandiri) maupun nontes

(observasi sikap terhadap pembelajaran);

5) Tersedianya dukungan bahan belajar yang mendukung pembelajaran tatap

muka dan online berupa bahan cetak (buku, modul) dan digital (presentasi, file

dokumen pdf, html).

Dari hasil penilaian ahli model pembelajaran pada aspek pembelajaran

perangkat dan kunci model blended learning, menunjukkan bahwa perencanaan

pembelajaran dengan model blended learning layak digunakan sebagai pedoman

dalam pelaksanaan pembelajaran dengan sedikit perbaikan.

Berdasarkan hasil validasi ahli dan ahli model pembelajaran dapat diambil

keputusan bahwa perencanaan pembelajaran dengan model blended learning pada

materi tag html dan html dasar layak digunakan dalam penelitian dan digunakan

sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran.


4.1.3. Hasil Implementasi Model Pembelajaran

4.1.3.1. Presentase Hasil Obsevasi Implementasi Model Pembelajaran

Implementasi pembelajaran dengan model blended learning dilakukan

berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah layak dan divalidasi oleh ahli

materi maupun ahli model pembelajaran. Pada penelitian ini, implementasi

dilakukan dengan membandingkan kelas ekperimen yang diberikan perlakuan

blended learning dan kelas kontrol yang menggunakan mdetode konvensional.

Hasil obsevasi implementasi pembelajaran dideskripsikan secara terperinci dan di

kualifikasikan dalam presentase.

Tabel 4.6
Presentase Hasil Obsevasi Implementasi Model Pembelajaran

Perte Pembelajara
muan Materi Kelas Pelaksanaan Keterangan
n
1 Mempersi Eksperime Senin, 04 Tatap muka Pembelajaran
apkan n (Kelas XI September dan synchronous disertai
MM 2) 2017 online pretest
software Jam ke 4
web Online Pembelajaran
desain asynchronous
mandiri dan
kolaboratif
Tatap muka Pembelajaran
dan synchronous
online disertai posttest
Kontrol Senin, 04 Tatap muka Pembelajaran tatap
(Kelas September muka disertai pretest
XI MM 1) 2017
Jam ke 1
Tatap muka Pembelajaran tatap
muka disertai posttest
2 Pengenalan Eksperimen Senin, 11 Tatap muka Pembelajaran
perintah/tag (Kelas September dan synchronous disertai
html XI MM 2) 2017 online pretest
Jam ke 4 Online Pembelajaran
asynchronous mandiri
dan kolaboratif

Tatap muka Pembelajaran


dan synchronous disertai
online posttest
Kontrol Senin, 11 Tatap muka Pembelajaran tatap
(Kelas September muka disertai pretest
XI MM 1) 2017
Jam ke 1
Tatap muka Pembelajaran tatap
muka disertai posttest

3 Melakukan Eksperimen Senin, 18 Tatap muka Pembelajaran


pembuatan (Kelas September dan synchronous disertai
halaman web XI MM 2) 2017 online pretest
Jam ke 4
Online Pembelajaran
asynchronous mandiri
dan kolaboratif

Tatap muka Pembelajaran


dan synchronous disertai
online posttest
Kontrol Senin, 18 Tatap muka Pembelajaran tatap
(Kelas September muka disertai pretest
XI MM 1) 2017
Jam ke 1
Tatap muka Pembelajaran
tatap muka disertai
posttest

Penjabaran pelaksanaan pembelajaran web desain dengan model

blended learning pada kelas XI SMK Miftahul Falah Kudus adalah sebagai berikut:
4.1.3.2. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning pada

Pertemuan 1

Secara umum pengimplementasian model blended learning pada 3

pertemuan mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Adapaun deskripsi secara detail dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan langkah penyampaian tujuan

pembelajaran yang akan dilakukan hari ini yang dilakukan oleh guru untuk

selanjutnya memberikan apresiasi tentang pengenalan software web desain. Dalam

tanya jawab siswa diminta aktif menanggapi pertanyaan oleh guru. Kegiatan ini

berlanjut pada pemberian motivasi tentang pentingya mempelajari pengenalan

software web desaim.

Setelah melakukan motivasi siswa diberikan tes awal pada awal kegiatan yang

berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Tes awal ini dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami materi pada pokok bahasan

perintah/tag html.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan langkah pengenalan konsep dasar dimana guru

login e-learning untuk mengakses pembelajaran online dan mengenalkan materi.

Selanjutnya, guru memberikan memberikan gambaran macam macam program web

desain, cara menginstall program web desain dan menjalankan program web desain

Kegiatan ini berlanjut pada langkah pemberian materi, dimana guru

memberikan arahan tentang materi sudah ada di web elearning, setelah pengarahan
pemberian materi guru mengajak siswa untuk mengakses web dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tentang macam macam

program web desain, cara menginstal program web desain dan menjalankan

program web desain, didalam pemberian materi guru juga membuat kelompok kecil

untuk lebih membantu proses pemberian materi

Setelah kegiatan pemberian materi berlanjut pada tahap merangsang

pemahaman siswa dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok

untuk mengajukan pertanyaan, selain memberikan kesempatan bertanya, guru juga

memberikan lembar kerja siswa (LKS).

Kegiatan berlanjut dengan pahap mereview pemahaman siswa, dalam tahap ini

guru mereview pertanyaan yang timbul dari materi tersebut, selain mereview guru

juga mengkoreksi lembar kerja siswa (LKS).

Setelah mereview pertanyaan dan materi guru memberikan kesempatan pada

siswa atau kelompok untuk mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok kecil

yang telah di bagi waktu pemberian materi, setelah mempresentasikan hasil diskusi

siswa diminta memberikan simpulan atau hasil dari diskusi untuk di upload di web

elearning.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dilakukan dengan langkah evaluasi berupa penyimpulan

materi pembelajaran oleh guru dan siswa. Kegiatan ini berlanjut dengan

pemberian penugasan oleh guru pada siswa untuk mengerjakan penugasan mandiri

melalui forum diskusi online dengan e-learning yang dilakukan secara

asynchronous mandiri maupun kolaboratif.


Dari deskripsi di atas, dapat diketahui kegiatan pelaksanaan pembelajaran

dengan model blended learning pada pertemuan 1 di kelas eksperimen. Adapun

deskripsi secara kualitatif setiap langkah pembelajaran pada pertemuan 1, baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan model konvensional,

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7
Perbandingan Implementasi Pembelajaran dengan Model Blended Learning
dan Model Konvensional Pertemuan 1
Model Blended Model
No Fase
Learning Konvensional
1. Menyampaikan 95 85
tujuan dan
mempersiapkan
siswa
2. Pengenalan konsep 80 80
dasar materi
3. Pemusatan, 85 80
menerangkan dan
pemberian materi
4. Merangsang 80 78
pemahaman siswa
5. Menginformasikan 80 77
hasil tugas siswa
6. Mempublikasikan/ 85 80
mengupload hasil
karya ke web
elearning
7. Evaluasi 88 83
Rata-rata 85 81
Adapun perbandingan pelaksanaan pembelajaran dari tabel 4.7

digambarkan dalam bagan berikut.


Perbandingan Pembelajaran Blended Learning dan
Konvensional Pertemuan 1

95 8883
100 85 8080 8580 8078 8077 8580
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7

Model Blended Learning Model Konvensional

Bagan 4.3
Perbandingan Pembelajaran Blended Learning dan Konvensional Pertemuan 1

4.1.3.3. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning pada

Pertemuan 2

Secara umum pengimplementasian model blended learning pada 3

pertemuan mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Adapaun deskripsi secara detail dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan langkah penyampaian tujuan

pembelajaran yang akan dilakukan hari ini yang dilakukan oleh guru untuk

selanjutnya memberikan apresiasi tentang pengenalan perintah/tag html. Dalam

tanya jawab siswa diminta aktif menanggapi pertanyaan oleh guru. Kegiatan ini

berlanjut pada pemberian motivasi tentang pentingya mempelajari pengenalan

software web desaim.


Setelah melakukan motivasi siswa diberikan tes awal pada awal kegiatan yang

berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Tes awal ini dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami materi pada pokok bahasan

perintah/tag html.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan langkah pengenalan konsep dasar dimana guru

login e-learning untuk mengakses pembelajaran online dan mengenalkan materi.

Selanjutnya, guru memberikan memberikan gambaran tentang tag-tag atau perintah

pada program web desain, menggunakan tag html dan membuat contoh lain dari

penggunaan tag html.

Kegiatan ini berlanjut pada langkah pemberian materi, dimana guru

memberikan arahan tentang materi sudah ada di web elearning, setelah pengarahan

pemberian materi guru mengajak siswa untuk mengakses web dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tentang tag/perintah html

Setelah kegiatan pemberian materi berlanjut pada tahap merangsang

pemahaman siswa dimana guru memberikan sebuah contoh web sederhana, setelah

itu guru mengintruksikan siswa untuk membuat/mencontoh web tersebut dengan

tag/perintah html, selain guru memberikan arahan siswa untuk membuat, guru juga

tak lupa memberikan lembar kerja siswa

Kegiatan berlanjut dengan pahap mereview pemahaman siswa, dalam tahap ini

guru mereview dengan mengkoreksi web sederhana yang telah diunggah di web

elearning, selain mereview guru juga mengkoreksi lembar kerja siswa (LKS).
Setelah mereview pertanyaan dan materi guru menunjuk salah satu siswa untuk

mempresentasikan hasil dari pembuatan web sederhana.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dilakukan dengan langkah evaluasi berupa penyimpulan

materi pembelajaran oleh guru dan siswa. Kegiatan ini berlanjut dengan

pemberian penugasan oleh guru pada siswa untuk mengerjakan penugasan mandiri

melalui forum diskusi online dengan e-learning yang dilakukan secara

asynchronous mandiri maupun kolaboratif.

Dari deskripsi di atas, dapat diketahui kegiatan pelaksanaan pembelajaran

dengan model blended learning pada pertemuan 2 di kelas eksperimen. Adapun

deskripsi secara kualitatif setiap langkah pembelajaran pada pertemuan 2, baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan model konvensional,

adalah sebagai berikut:


Tabel 4.8
Perbandingan Implementasi Pembelajaran dengan Model Blended Learning
dan Model Konvensional Pertemuan 2
Model Blended Model
No Fase
Learning Konvensional
1. Menyampaikan 90 83
tujuan dan
mempersiapkan
siswa
2. Pengenalan konsep 80 80
dasar materi
3. Pemusatan, 80 78
menerangkan dan
pemberian materi
4. Merangsang 83 80
pemahaman siswa
5. Menginformasikan 85 80
hasil tugas siswa
6. Mempublikasikan/ 90 85
mengupload hasil
karya ke web
elearning
7. Evaluasi 90 80
Rata-rata 86 81

Adapun perbandingan pelaksanaan pembelajaran dari tabel 4.8

digambarkan dalam bagan berikut.


Perbandingan Pembelajaran Blended Learning dan
Konvensional Pertemuan 2

95
90 90 90
90
85 85 85
85 83 83
8080 80 80 80 80
80 78
75
70
1 2 3 4 5 6 7

Model Blended Learning Model Konvensional

Bagan 4.4
Perbandingan Pembelajaran Blended Learning dan Konvensional Pertemuan 2

4.1.3.4. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning pada

Pertemuan 3

Secara umum pengimplementasian model blended learning pada 3

pertemuan mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Adapaun deskripsi secara detail dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan langkah penyampaian tujuan

pembelajaran yang akan dilakukan hari ini yang dilakukan oleh guru untuk

selanjutnya memberikan apresiasi tentang pengenalan cara melakukan pembuatan

halaman web dengan software web desain. Dalam tanya jawab siswa diminta aktif

menanggapi pertanyaan oleh guru. Kegiatan ini berlanjut pada pemberian motivasi

tentang pentingya mempelajari pengenalan software web desaim.


Setelah melakukan motivasi siswa diberikan tes awal pada awal kegiatan yang

berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Tes awal ini dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami materi pada pokok bahasan

perintah/tag html.

4) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan langkah pengenalan konsep dasar dimana guru

login e-learning untuk mengakses pembelajaran online dan mengenalkan materi.

Selanjutnya, guru memberikan memberikan gambaran tentang cara melakukan

pembuatan web dengan software web desain diantaranya menginstall salah satu

program web desain, mendesain dan membuat halaman web, membuat links,serta

menguji halaman web statis

Kegiatan ini berlanjut pada langkah pemberian materi, dimana guru

memberikan arahan tentang materi sudah ada di web elearning, setelah pengarahan

pemberian materi guru mengajak siswa untuk mengakses web dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tentang menginstall salah satu

program web, cara menginstal program web desain dan menjalankan program web

desain, didalam pemberian materi guru juga membuat kelompok kecil untuk lebih

membantu proses pemberian materi

Setelah kegiatan pemberian materi berlanjut pada tahap merangsang

pemahaman siswa dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok

untuk mengajukan pertanyaan, selain memberikan kesempatan bertanya, guru juga

memberikan lembar kerja siswa (LKS).


Kegiatan berlanjut dengan pahap mereview pemahaman siswa, dalam tahap ini

guru mereview pertanyaan yang timbul dari materi tersebut, selain mereview guru

juga mengkoreksi lembar kerja siswa (LKS).

Setelah mereview pertanyaan dan materi guru memberikan kesempatan pada

siswa atau kelompok untuk mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok kecil

yang telah di bagi waktu pemberian materi, setelah mempresentasikan hasil diskusi

siswa diminta memberikan simpulan atau hasil dari diskusi untuk di upload di web

elearning.

5) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dilakukan dengan langkah evaluasi berupa penyimpulan

materi pembelajaran oleh guru dan siswa. Kegiatan ini berlanjut dengan

pemberian penugasan oleh guru pada siswa untuk mengerjakan penugasan mandiri

melalui forum diskusi online dengan e-learning yang dilakukan secara

asynchronous mandiri maupun kolaboratif.

Dari deskripsi di atas, dapat diketahui kegiatan pelaksanaan pembelajaran

dengan model blended learning pada pertemuan 3 di kelas eksperimen. Adapun

deskripsi secara kualitatif setiap langkah pembelajaran pada pertemuan 3, baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan model konvensional,

adalah sebagai berikut:


Tabel 4.9
Perbandingan Implementasi Pembelajaran dengan Model Blended Learning
dan Model Konvensional Pertemuan 3
Model Blended Model
No Fase
Learning Konvensional
1. Menyampaikan 98 83
tujuan dan
mempersiapkan
siswa
2. Pengenalan konsep 85 80
dasar materi
3. Pemusatan, 88 80
menerangkan dan
pemberian materi
4. Merangsang 85 80
pemahaman siswa
5. Menginformasikan 97 80
hasil tugas siswa
6. Mempublikasikan/ 90 77
mengupload hasil
karya ke web
elearning
7. Evaluasi 95 80
Rata-rata 91 82

Adapun perbandingan pelaksanaan pembelajaran dari tabel 4.9

digambarkan dalam bagan berikut.


Perbandingan Pembelajaran Blended Learning dan
Konvensional Pertemuan 3

120
98 97 95
100 83 85 80 88 85 80 90
80 80 77 80
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7

Model Blended Learning Model Konvensional

Bagan 4.5
Perbandingan Pembelajaran Blended Learning dan Konvensional Pertemuan 3

4.1.3.5. Rekapitulasi Hasil Implementasi Model Pembelajaran Blended

Learning

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan

model blended learning selama 3 pertemuan, diperoleh deskripsi rata-rata

kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4.10
Rata-Rata Implementasi Kegiatan Pembelajaran dengan Model Blended Learning

Pertemuan Blended learning Kriteria


1 85 Sangat Baik
2 86 Sangat Baik
3 90 Sangat baik
Rata-rata 87 Sangat Baik

Data tabel 4.10 di atas, menunjukkan rata-rata implementasi kegiatan

pembelajaran dengan blended learning yang dijelaskan pada bagan berikut.


Rata-rata Implementasi Kegiatan Pembelajaran
dengan Model Blended Learning

91 90
90
89
88 Pertemuan 1
87 86 Pertemuan 2
86 85
85 Pertemuan 3
84
83
82
Blended Learning

Bagan 4.6
Rata-Rata Implementasi Kegiatan Pembelajaran dengan Model Blended
Learning
Berdasarkan data tabel 4.3 sampai 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa rata-

rata implementasi kegiatan pembelajaran dengan model blended learning telah

dapat dilaksanakan dengan baik pada pertemuan 1-3. Hal ini menunjukkan

pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan web desain dasar dapat

dilaksanakan dengan baik sesuai perencanaan pembelajaran menggunakan model

blended learning.

4.1.3.6. Hasil Persentase Pembelajaran Tatap Muka dan Online

Berdasarkan hasil observasi implementasi pembelajaran dengan model

blended learning selama 4 pertemuan, maka diperoleh hasil persentase berikut.

Tabel 4.11
Persentase Pembelajaran Tatap Muka dan Online dalam Model Blended Learning
No. Pembelajaran Persentase Kriteria
1. Tatap muka 60 % Sesuai proporsi
2. Online 40% Sesuai proporsi
Dari data tabel 4.11 di atas, maka apabila digambarkan dalam

bagan adalah sebagai berikut.

Presentase Pembelajaran Tatap Muka dan Online dalam


Model Blended Learning

70%
60%
60%
50%
40%
40% Tatap Muka
30% Online
20%
10%
0%
Pembelajaran

Bagan 4.7
Persentase Pembelajaran Tatap Muka dan Online dalam Model Blended
Learning
Berdasarkan hasil tabel 4.7 sampai 4.9 menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan model blended learning telah dilaksanakan dengan mengkombinasikan

pembelajaran tatap muka dan online. Adapun proporsi dari kegiatan pembelajaran

tatap muka dan online didapat berdasarkan jumlah kegiatan pembelajaran yang

telah dilaksanakan. Pada kegiatan pembelajaran tatap muka dilaksanakan sebesar

60% yang diperoleh dari jumlah kegiatan pembelajaran tatap muka sebanyak

kegiatan 18. Sedangkan kegiatan pembelajaran online sebesar 40% diperoleh dari

jumlah kegiatan pembelajaran online sebanyak 12. Kegiatan dari jumlah total

keseluruhan kegiatan sebanyak 30.


Berdasarkan hasil pengamatan implementasi pembelajaran Web Desain

kelas XI di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model blended learning

mampu meningkatkan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tampak

lebih antusias, semangat, termotivasi, dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran.

Hal ini menunjukkan pembelajaran dengan model blended learning mampu

memberikan pengalaman belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan model

konvensional. Pada pembelajaran konvensional, sebagian siswa tampak lebih

sibuk sendiri selama proses pembelajaran berlangsung.

4.1.4. Hasil Keefektifan Model Pembelajaran Blended Learning

4.1.4.1. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes (Uji Coba)

Berdasarkan hasil uji coba Ulangan Harian 1 (UH 1), Ulangan Harian 2 (UH),

dan Ulangan Harian 3 (UH 3), diperoleh hasil validitas dan reliabilitas sebagai

berikut :

Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Uji coba pretest-postest UH1,UH 2 dan UH 3

No Butir
Jumlah Jumlah No Butir Soal
Aspek Materi Soal Tidak
Butir Valid Valid
Valid
Uji Mempersiapkan 25 20 2,3,4,5,7,8,9, 1,6, 15,16,
Coba software web Butir, 5 1011,12, 13,14 24
Soal desain. butir ,17,18,19, 20,
UH 1 tidak 21,22,23,25
valid
Uji Pengenalan 25 20 butir, 1,2,3,5,7,9,11, 4,6,8,10,21
Coba perintah/tag 5 butir 12,13,14,15,16,
Soal html tidak 17,18,19,20,
UH 2 valid 22,23,24,25
Uji Pembuatan 25 20 butir, 1,4,5,6 ,8,10, 2,3,7,,9,11
Coba halaman web 5 butir 12,13 ,14,15,16
Soal dengan tidak ,17,18,19,20,
UH 3 software web valid 21,22,23,24,25
desain
Dari tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa hasil uji coba soal Ulangan

Harian 1 dari 25 soal didapatkan hasil 20 soal yang valid dengan nomor soal

2,34,5,7,8,9,10,11,12,13,14,17,18,18,20,21,22,23,25 dan terdapat 5 butir soal yang

tidak valid yaitu nomor 1,5,15,16 dan 24 sehingga kelima butir soal yang tidak valid

tersebut tidak dipergunakan lagi dalam penelitian. Selanjutnya hasil uji coba soal

Ulangan Harian 2 dari 25 soal terdapat 20 butir soal yang valid dengan nomor soal

1,2,4,5,7,9,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,23,24,25 dan 5 butir soal yang juga

tidak valid yaitu nomor 4,6,8,10 dan 21 sehingga kelima butir soal tersebut tidak

dipergunakan untuk penelitian. Sedangakan untuk hasil uji coba Ulangan Harian 3

juga dari 25 soal terdapat 20 soal yang valid dengan nomor soal 1,4,5,6 ,8,10, 12,13

,14,15,16 ,17,18,19,20, 21,22,23,24,25 dan terdapat pula 5 nomor soal yang tidak

valid yaitu nomor 2,3,7,9,11 sehingga kelima nomor tersebut tidak pula di sertakan

dalam penelitian.

Sedangkan untuk hasil Reliabilitas Uji coba Ulangan Harian 1, Ulangan

Harian 2 dan Ulangan Harian 3 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13
Uji Reliabilitas Uji Coba pretest-postest UH 1

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,721 26
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas 0,721 > 0,352 maka Uji coba

ulangan harian 1 dinyatakan reliabel karena r hitung > r tabel dan reliabilitasnya

tinggi.

Tabel 4.14
Uji Reliabilitas Uji Coba pretest-postest UH 2

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,729 26

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas 0,729 > 0,352 maka Uji coba

ulangan harian 2 dinyatakan reliabel r hitung > r tabel dan reliabilitasnya tinggi.

Tabel 4.15
Uji Reliabilitas Uji Coba pretest-postest UH 3

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,733 26
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas 0,733 > 0,352 maka Uji coba

ulangan harian 3 dinyatakan reliabel r hitung > r tabel dan reliabilitasnya tinggi.

4.1.4.2. Hasil Analisi Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Tes (Uji Coba)

1. Taraf Kesukaran

Dari hasil analisis uji coba soal Ulangan Harian pertama, Ulangan Harian

Kedua, dan Ulangan Harian ketiga didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas XI MM 3 SMK Miftahul Falah

Kudus diperoleh indeks kesukaran soal nomor 1 untuk Ulangan Harian 1 yaitu 0,97.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesukaran soal nomor 1 termasuk dalam

kriteria soal mudah, begitu pula dengan 10 nomor lainnya yaitu nomor 4,6,8,10,15,

16,19,20,22 dan 24 . Sedangkan soal yang masuk kriteria sukar adalah soal nomor

17. Kriteria sedang ada 14 yaitu nomor 2,3,5,7,9,11,12,13,14,17,18,21,23,25.

Berdasrkan hasil analisis tingkat kesukaran instrumen diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 4.16
Hasil analisis tingkat kesukaran instrumen Soal Uji Coba pretest-postest UH 1

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal


Sukar 17 1
Sedang 2,3,5,7,9,11,12,13,14,17,18,21,23,25 14
Mudah 4,6,8,10,15, 16,19,20,22,24 10

Selanjutnya untuk Ulangan Harian 2 didapatkan hasil terdapat 9 soal dengan

kategori mudah yaitu soal nomor 1,4,6,8,10,15,16,19 dan 20. Untuk kategori

sedang terdapat 13 item soal yaitu nomor 2,3,5,7,9,11,12,13,14,18,21,23 dan 25.

Sedangkan untuk kategori sulit terdapat 3 soal yaitu soal nomor 17,22 dan 24.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran instrumen diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.17
Hasil analisis tingkat kesukaran isntrumen Soal Uji Coba pretest-postest UH 2

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal


Sukar 17,22,24 3
Sedang 2,3,5,7,9,11,12,13,14,18,21,23,25 13
Mudah 1,4,6,8,10,15,16,19,20 9

Untuk soal Ulangan harian 3 didapatkan hasil 6 soal dikategori mudah yaitu

soal nomor 7,10,15,16,19 dan 20. Untuk kategori sedang ada 15 item soal yaitu
soal nomor 2,3,4,5,8,9,11,12,13,14,17,18,21,23, dan 25. Sedangkan untuk kategori

sukar terdapat 4 item soal yaitu soal nomor 1,6,22,dan 24.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran instrumen diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.18
Hasil analisis tingkat kesukaran isntrumen Soal Uji Coba pretest-postest UH 3

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal


Sukar 1,6,22,24 4
Sedang 2,3,4,5,8,9,11,12,13,14,17,18,21,23,25 15
Mudah 7,10,15,16,19,20 6

2. Daya Beda

Berdasarkan hasil uji coba soal pada kelas IX MM3 SMK Miftahul Falah

Kudus pada hasil uji coba pretest Ulangan Harian 1 diperoleh pertanyaan yang

masuk kriteria baik yaitu sebanyak 15 item soal yaitu nomor 2,3,7,8,11,12,13,14 ,

17,18,19,20,21,22,23,15. Untuk kategori cukup ada 9 soal yaitu nomor 1,4,5, 9,10,

15,16,18,24 dan soal kriteria jelek 1 soal yaitu soal nomor 6.

Tabel 4.19
Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Soal Uji Coba pretest-postest UH 1

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal


Sangat - 0
Baik
Baik 2,3,7,8,11,12,13,14 , 17,18,19,20,21,22,23,15 15
Cukup 1,4,5, 9,10, 15,16,18,24 9
Jelek 6 1
Selanjutnya untuk hasil uji coba pretest-postest Ulangan Harian 2 diperoleh

pertanyaan yang masuk kriteria baik ada 18 soal yaitu soal nomor 1,2,3,5, 7,9,11,

12,13,14,15,16,17,18,19,20,23,24. Soal yang berada dalam kategori cukup

sebanyak 6 soal yaitu soal nomor 4,8,10,21,22,25 . Sedangkan soal dengan kategori

jelek terdapat dalam soal nomor 6.


Tabel 4.20
Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Soal Uji Coba pretest-postest UH 2

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal


Sangat - 0
Baik
Baik 1,2,3,5, 7,9,11, 12,13,14,15,16,17,18,19,20,23,24 18
Cukup 4,8,10,21,22,25 6
Jelek 6 1
Untuk hasil uji coba pretest Ulangan Harian 3 diperoleh hasil pertanyaan yang
amsuk kriteria sangat baik yaitu nomor 24. Soal yang termasuk dalam kategori baik
ada 18 nomor soal yaitu soal nomor 1,4,5,
6,8,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,25. Soal yang masuk kategori cukup
sebanyak 5 soal yaitu nomor 2,7,9,10,11 sedangkan soal dengan kategori jelek
adalah soal nomor 3.
Tabel 4.21
Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Soal Uji Coba pretest-postest UH 3

Kriteria No. Butir Soal Jumlah Soal


Sangat 24 1
Baik
Baik 1,4,5, 18
6,8,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,25
Cukup 2,7,9,10,11 5
Jelek 3 1

4.2.4 Analisis Data

4.2.4.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui nilai siswa pada saat pretest dan

posttest kelas XI MM3 SMK Miftahul Falah Kudus berdistribusi normal atau tidak.

Peneliti menggunakan rumus kolmogorov-smirnov Test untuk mengetahui

normalitas data. Hipotesis perhitungan meliputi Ho yaitu data berdistribusi normal

dan Ha data tidak berdistribusi normal. Ho diterima apabila signifikansi > 0,05 dan

Ha diterima apabila signifikansi < 0,05. Hasil uji normalitas pretest dan postest UH

1 disajikan dalam tabel berikut :


Tabel 4.29
Hasil Uji Normalitas data Pretest dan Postest UH 1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


UH_1_EKS_ UH_1_EKS_
PRE POST
N 29 29
Normal Parametersa,b Mean 68,4483 77,0690
Std.
7,33186 8,07523
Deviation
Most Extreme Absolute ,151 ,124
Differences Positive ,151 ,120
Negative -,136 -,124
Test Statistic ,151 ,124
Asymp. Sig. (2-tailed) ,088c ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan posttest kelas XI

SMK Miftahul Falah Kudus untuk UH 1 berdistribusi normal. Perhitungan uji

normalitas pada nilai kolmogorov-smirnov Test pretest adalah 0,151 dengan nilai

signifikansi 0,088 maka Ho diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai pretest

kelas XI SMK Miftahul Falah Kudus berdistribusi normal. Nilai kolmogorov-

smirnov Test posttest adalah 0,124 dengan nilai signifikansi 0,200 maka Ho

diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai posttest kelas XI SMK Miftahul Falah

Kudus berdistribusi normal.

Berikutnya adalah hasil uji normalitas pretest dan postest UH 2 disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 4.30
Hasil Uji Normalitas data Pretest dan Postest UH 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


UH_2_EKS_ UH_2_EKS_
PRE POST
N 29 29
Normal Parametersa,b Mean 62,9310 74,1379
Std.
12,78373 11,10574
Deviation
Most Extreme Absolute ,154 ,140
Differences Positive ,154 ,140
Negative -,138 -,117
Test Statistic ,154 ,140
Asymp. Sig. (2-tailed) ,075c ,156c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan posttest kelas XI

SMK Miftahul Falah Kudus untuk UH 2 berdistribusi normal. Perhitungan uji

normalitas pada nilai kolmogorov-smirnov Test pretest adalah 0,154 dengan nilai

signifikansi 0,075 maka Ho diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai pretest

kelas XI SMK Miftahul Falah Kudus berdistribusi normal. Nilai kolmogorov-

smirnov Test posttest adalah 0,140 dengan nilai signifikansi 0,156 maka Ho

diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai posttest kelas XI SMK Miftahul Falah

Kudus berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pretest dan postest UH 3 disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.31
Hasil Uji Normalitas data Pretest dan Postest UH 3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UH_3_EKS_ UH_3_EKS_
PRE POST
N 29 29
Normal Parametersa,b Mean 67,4138 77,4138
Std.
10,90713 10,98869
Deviation
Most Extreme Absolute ,136 ,110
Differences Positive ,131 ,097
Negative -,136 -,110
Test Statistic ,136 ,110
Asymp. Sig. (2-tailed) ,182c ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 4.31 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan posttest kelas XI

SMK Miftahul Falah Kudus untuk UH 3 berdistribusi normal. Perhitungan uji

normalitas pada nilai kolmogorov-smirnov Test pretest adalah 0,136 dengan nilai

signifikansi 0,182 maka Ho diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai pretest

kelas XI SMK Miftahul Falah Kudus berdistribusi normal. Nilai kolmogorov-

smirnov Test posttest adalah 0,110 dengan nilai signifikansi 0,200 maka Ho

diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai posttest kelas XI SMK Miftahul Falah

Kudus berdistribusi normal.

4.2.4.2 Hasil Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui nilai siswa pada saat pretest dan

posttest kelas IX SMK Miftahul Falah Kudus sama atau tidaknya variansi-variansi

dua buah distribusi atau lebih. Peneliti menggunakan rumus one-way ANOVA Test

untuk mengetahui homogenitas data. Hipotesis perhitungan meliputi Ho yaitu data

homogen dan Ha data tidak homogen. Ho diterima apabila signifikansi > 0,05 dan
Ha diterima apabila signifikansi < 0,05. Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 4.32
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest UH 1

Test of Homogeneity of Variances


UH_1_EKS_PRE

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,434 5 22 ,251

Tabel 4.32 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan postest kelas XI

SMK Miftahul Falah Kudus pada UH 1 homogen. Perhitungan uji homogen pada

nilai levene statistic adalah 1,434 dengan nilai signifikansi 0,251 maka Ho diterima

karena signifikansi > 0,05 dan nilai tersebut menunjukan suatu keadaan yang

homogen. Selanjutnya untuk UH kedua didapatkan hasil berikut ini :

Tabel 4.33
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest UH 2

Test of Homogeneity of Variances


UH_2_EKS_PRE
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,336 6 20 ,288

Tabel 4.33 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan postest kelas XI

SMK Miftahul Falah Kudus pada UH 2 homogen. Perhitungan uji homogen pada

nilai levene statistic adalah 1,336 dengan nilai signifikansi 0,288 maka Ho diterima

karena signifikansi > 0,05 dan nilai tersebut menunjukan suatu keadaan yang

homogen. Selanjutnya untuk UH ketiga didapatkan hasil berikut ini :

Tabel 4.34
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest UH 3

Test of Homogeneity of Variances


UH_3_EKS_PRE
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,083 7 20 ,410

Tabel 4.34 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan postest kelas XI

SMK Miftahul Falah Kudus pada UH 2 homogen. Perhitungan uji homogen pada

nilai levene statistic adalah 1,083 dengan nilai signifikansi 0,410 maka Ho diterima

karena signifikansi > 0,05 dan nilai tersebut menunjukan suatu keadaan yang

homogen.

4.2.4.3 Hasil uji Perbedaan Rata-rata Pretest dan Postest (t test)

Uji perbedaan rata-rata pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui

perbedaan hasil rata-rata pretest dan posttest pada penggunaan model pembelajaran

blended learning. Uji perbedaan rata-rata menggunakan rumus uji paired t-test.

Hipotesis perhitungan meliputi: (1) Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar pretest

dan posttest kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus, (2) Ha : Ada perbedaan

hasil belajar pretest dan posttest kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus. Ho

diterima jika signifikansi > 0,05 dan Ha diterima jika signifikansi < 0,05. Hasil uji

perbedaan rata-rata UH 1 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.35
Hasil Uji Perbedaan rata-rata data pretest dan postest UH 1

Tabel 4.35 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan postest pada UH

1 Kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kdus ada perbedaan hasil belajar. Perhitungan
uji perbedaan rata-rata pada nilai t adalah 7,788 denan nilai signifikansi 0,000 maka

Ha diterima karena signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan hasil belajar antara

pretest dan postest siswa kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus. Sedangkan

untuk UH 2 hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.36
Hasil Uji Perbedaan rata-rata data pretest dan postest UH 2

Tabel 4.36 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan postest pada UH

1 Kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kdus ada perbedaan hasil belajar. Perhitungan

uji perbedaan rata-rata pada nilai t adalah 6,224 denan nilai signifikansi 0,000 maka

Ha diterima karena signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan hasil belajar antara

pretest dan postest siswa kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus. Sedangkan

untuk UH 3 hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.37
Hasil Uji Perbedaan rata-rata data pretest dan postest UH 3
Tabel 4.37 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dan postest pada UH

1 Kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kdus ada perbedaan hasil belajar. Perhitungan

uji perbedaan rata-rata pada nilai t adalah 8,794 denan nilai signifikansi 0,000 maka

Ha diterima karena signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan hasil belajar antara

pretest dan postest siswa kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus.

4.2.4.4 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (N-Gain)

Peningkatan rata-rata hasil belajar posttest pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning dapat dihitung menggunakan

uji N-Gain. N-Gain merupakan normalisasi gain yang diperoleh dari perbandingan

selisih skor pretest dan posttest dengan selisih SMI dan pretest. Hasil uji

peningkatan rata-rata data pretest dan posttest disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.38
Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (N-Gain) UH 1
Banyak N-Gain
Data Rata-rata Kriteria
siswa Kelas
Pretest 68,44
56 0,28 rendah
Postest 77,04

Berdasarkan tebel 4.38 hasil belajar siswa IX MM SMK Miftahul Falah

Kudus diketahui bahwa peningkatan rata-rata (N-Gain) data pretest dan posttest

sebesar 0,28 termasuk kriteria sedang dengan selisih rata-rata pretes dan posttest

sebesar 8,6. Peningkatan hasil pretest dan posttest pada pembelajara dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning pada siswa kelas IX MM

SMK Miftahul Falah Kudus disajikan dalam bentuk diagram garis sebagai berikut.
Sedangkan hasil belajar pada mata pelajaran web desain siswa kelas IX MM

SMK Miftahul Falah Kudus pada UH 2 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.39
Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (N-Gain) UH 2
Banyak N-Gain
Data Rata-rata Kriteria
siswa Kelas
Pretest 62,93
56 0,38 sedang
Postest 74,13

Berdasarkan tebel 4.39 hasil belajar siswa IX MM SMK Miftahul Falah

Kudus diketahui bahwa peningkatan rata-rata (N-Gain) data pretest dan posttest

sebesar 0,38 termasuk kriteria sedang dengan selisih rata-rata pretes dan posttest

sebesar 14,13. Peningkatan hasil pretest dan posttest pada pembelajara dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning pada siswa kelas IX MM

SMK Miftahul Falah Kudus disajikan dalam bentuk diagram garis sebagai berikut.

Sedangkan hasil belajar pada mata pelajaran web desain siswa kelas IX MM SMK

Miftahul Falah Kudus pada UH 3 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.40
Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (N-Gain) UH 3
Banyak N-Gain
Data Rata-rata Kriteria
siswa Kelas
Pretest 67,41
56 0,31 sedang
Postest 77,41

Berdasarkan tebel 4.40 hasil belajar siswa IX MM SMK Miftahul Falah

Kudus diketahui bahwa peningkatan rata-rata (N-Gain) data pretest dan posttest

sebesar 0,31 termasuk kriteria sedang dengan selisih rata-rata pretes dan posttest
sebesar 10. Peningkatan hasil pretest dan posttest pada pembelajara dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning pada siswa kelas IX MM

SMK Miftahul Falah Kudus disajikan dalam bentuk diagram garis sebagai berikut

4.2.4.5 Ranah Kognitif

4.2.4.5.1 Nilai Pretest dan Postest

a. Nilai Pretest dan Postest Ulangan Harian 1

Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil perhitungan pretest pada

kelompok kontrol diperoleh rata-rata sebesar 60,37 dengan nilai terendah 40 dan nilai

tertinggi 75 sedangkan standar deviasinya sebesar 9,24. Sedangkan untuk kelompok

eksperimen rata-rata sebesar 68,44 dengan nilai terendah sebesar 55 dan nilai

tertinggi 80, dan standar deviasinya sebesar 7,33.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui postest, diperoleh rata-rata

nilai Ulangan Harian 1 (UH 1) pada kelompok kontrol dengan siswa berjumlah

27 orang sebesar 72,59; nilai terendah 55 dengan standar deviasi 9,34081 dan

nilai tertinggi 85 Sedangkan pada kelompok eksperimen dengan siswa berjumalh

29 orang diperoleh nilai rata-rata 77,04; nilai terendah sebesar 60 dengan standar

deviasi 8,07 dan nilai tertinggi 90.

Data hasil belajar web desain diperoleh dari nilai tes yang diberikan kepada

siswa. Skala nilai adalah 0-100, artinya kemungkinan setiap responden akan

memperoleh nilai maksimal 100 dan kemungkinan setiap responden akan

memperoleh nilai minimum 0. Hasil belajar kemudian diklasifikasikan menjadi

lima kriteria hasil belajar (Syah,2013:151), yaitu kategori sangat baik, baik, cukup,
kurang, dan gagal. Pada penelitian ini, diperoleh data nilai hasil tes siswa apabila

ditampilkan pada daftar distribusi akan tampak seperti tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.23
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest UH 1
Rentang Kontrol Eksperimen
No Kategori
Nilai F % F %
1 80 - 100 Sangat Baik 0 0% 4 13,79%
2 70 - 79 Baik 8 29,63% 12 41,38%
3 60 - 69 Cukup 9 33,33% 12 41,38%
4 50 – 59 Kurang 8 29,63% 1 3,45%
5 0 – 49 Gagal 2 7,40% 0 0%

Tabel 4.24
Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 1
Rentang Kontrol Eksperimen
No Kategori
Nilai F % F %
1 80 - 100 Sangat Baik 10 37,04% 14 48,28%
2 70 - 79 Baik 9 33,33% 12 41,38%
3 60 - 69 Cukup 6 22,22% 3 10,35%
4 50 – 59 Kurang 2 7,40% 0 0%
5 0 – 49 Gagal 0 0% 0 0%
Gambaran pretest dan postest dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada

bagan berikut
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest UH 1

12 12
12
10 9
8 8
8
6 Kontrol
4
4 Eksperimen
2
2 1
0 0
0
Sangat Baik Cukup Kurang Gagal
Baik

Bagan 4.8

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan postest UH 1

Distribusi Frekuensi Nilai Postes UH 1

14
14
12
12
10
10 9
8
6 Kontrol
6
Eksperimen
4 3
2
2
0 00
0
Sangat Baik Cukup Kurang Gagal
Baik

Bagan 4.9

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan postest UH 1


Berdasarkan bagan 4.9 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata postest

pada kelompok eksperimen memiliki kondisi awal baik dengan jumlah siswa

dalam kategori sangat baik berjumlah 14 siswa dari 29 siswa sedangkan pada

kelompok kontrol juga memiliki kondisi awal yang sama yaitu baik dengan jumlah

siswa yang berada dalam kategori sangat baik berjumlah 10 siswa dari 27 siswa,

dengan demikian terlihat bahwa kedua kelompok pada kondisi awal ini memiliki

kemampuan yang relatif sama dan berada pada kategori sangat baik.

b. Nilai Pretest dan Postest Ulangan Harian 2

Setelah dilakukan penelitian didaptkan hasil perhitungan pretest pada kelompok

kontrol diperoleh rata-rata sebesar 62,22 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi

80 sedangkan standar deviasinya sebesar 9,33. Sedangkan untuk kelompok

eksperimen rata-rata sebesar 62,93 dengan nilai terendah sebsar 40 dan nilai tertinggi

80, dan standar deviasinya sebesar 12,78.

Berdasarkan hasil pretest Ulangan Harian 2 (UH 2), diperoleh rata-rata

nilai pada kelompok kontrol sebesar 71,48 nilai terendah 50 dengan standar

deviasi 10,08, dan nilai tertinggi 90. Sedangkan pada kelompok eksperimen

diperoleh nilai rata-rata 74,13; nilai terendah sebesar 55 dengan standar deviasi

11,11 dan nilai tertinggi .95. Data hasil belajar web desain diperoleh dari nilai

tes yang diberikan kepada siswa. Skala nilai adalah 0-100, artinya kemungkinan

setiap responden akan memperoleh nilai maksimal 100 dan kemungkinan setiap

responden akan memperoleh nilai minimum 0. Hasil belajar kemudian

diklasifikasikan menjadi lima kriteria hasil belajar (Syah,2013:151), yaitu kategori

sangat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal. Pada penelitian ini, diperoleh data
nilai hasil tes siswa apabila ditampilkan pada daftar distribusi akan tampak seperti

tabel Apabila ditampilkan pada daftar distribusi akan tampak seperti tabel 4.15

dan 4.16 berikut :

Tabel 4.25
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest UH 2
Rentang Kontrol Eksperimen
No Kategori
Nilai F % F %
1 80 - 100 Sangat Baik 1 3,70% 4 13,79%
2 70 - 79 Baik 9 33,33% 8 27,59%
3 60 - 69 Cukup 8 29,63% 6 20,69%
4 50 – 59 Kurang 9 33,33% 8 27,59%
5 0 – 49 Gagal 0 0% 3 10,34%

Tabel 4.26
Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 2
Rentang Kontrol Eksperimen
No Kategori
Nilai F % F %
1 80 - 100 Sangat Baik 8 29,63% 12 41,38%
2 70 - 79 Baik 11 40,74% 7 24,14%
3 60 - 69 Cukup 5 18,51% 9 31,03%
4 50 – 59 Kurang 3 11,11% 1 3,45%
5 0 – 49 Gagal 0 0% 0 0%
Gambaran pretest dan postest dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada

grafik berikut.
Distribusi Frekuensi Nilai Pretes UH 2
9 9
9 8 8 8
8
7 6
6
5 4
4 3 Kontrol
3 Eksperimen
2 1
1 0
0
Sangat Baik Cukup Kurang Gagal
Baik

Bagan 4.10

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest UH 2

Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 2


12
12 11
10 9
8
8 7
6 5 Kontrol
4 3 Eksperimen
2 1
0 0
0
Sangat Baik Cukup Kurang Gagal
Baik

Bagan 4.11
Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 2
Berdasarkan bagan 4.9 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest dan

postest pada kelompok eksperimen memiliki kondisi awal cukup baik dengan 12

atau 41,38% anak mendapat nilai dengan kategori Sangat Baik. Sedangkan pada

kelompok kontrol juga memiliki kondisi awal yang baik pula dengan 11 anak atau

40,47% siswa mendapat nilai dengan kategori Baik. Dengan demikian terlihat

bahwa kedua kelompok pada kondisi awal ini memiliki kemampuan yang relatif

sama dan berada pada kategori baik.

c. Nilai Pretest dan Postest Ulangan Harian 3

Setelah dilakukan penelitian didaptkan hasil perhitungan pretest pada

kelompok kontrol diperoleh rata-rata sebesar 63,88 dengan nilai terendah 50 dan

nilai tertinggi 75 sedangkan standar deviasinya sebesar 7,76. Sedangkan untuk

kelompok eksperimen rata-rata sebesar 67,41 dengan nilai terendah sebesar 45 dan

nilai tertinggi 85, dan standar deviasinya sebesar 10,91.

Berdasarkan hasil pretest Ulangan Harian 3 (UH 3), diperoleh rata-rata

nilai pada kelompok kontrol sebesar 71,85 nilai terendah 50 dengan standar

deviasi 10,39, dan nilai tertinggi 90. Sedangkan pada kelompok eksperimen

diperoleh nilai rata-rata 77,41; nilai terendah sebesar 55 dengan standar deviasi

10,99 dan nilai tertinggi .95. Data hasil belajar web desain diperoleh dari nilai

tes yang diberikan kepada siswa. Skala nilai adalah 0-100, artinya kemungkinan

setiap responden akan memperoleh nilai maksimal 100 dan kemungkinan setiap

responden akan memperoleh nilai minimum 0. Hasil belajar kemudian

diklasifikasikan menjadi lima kriteria hasil belajar (Syah,2013:151), yaitu kategori

sangat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal. Pada penelitian ini, diperoleh data
nilai hasil tes siswa apabila ditampilkan pada daftar distribusi akan tampak seperti

tabel Apabila ditampilkan pada daftar distribusi akan tampak seperti tabel 4.27

dan 4.28 berikut :

Tabel 4.27
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest UH 3

Rentang Kontrol Eksperimen


No Kategori
Nilai F % F %
1 80 - 100 Sangat Baik 0 0% 5 17,24%
2 70 - 79 Baik 10 37,04% 10 34,48%
3 60 - 69 Cukup 10 37,04% 8 27,59%
4 50 – 59 Kurang 7 25,92% 5 17,24%
5 0 – 49 Gagal 0 0% 1 3,45%
Tabel 4.28
Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 3

Rentang Kontrol Eksperimen


No Kategori
Nilai F % F %
1 80 - 100 Sangat Baik 9 33,33% 15 51,72%
2 70 - 79 Baik 10 37,94% 8 27,59%
3 60 - 69 Cukup 5 18,51% 5 17,24%
4 50 – 59 Kurang 3 11,11% 1 3,45%
5 0 – 49 Gagal 0 0% 0 0%
Gambaran pretest dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.
Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 3
12
12 11
10 9
8
8 7
6 5
Kontrol
4 3
Eksperimen
2 1
0 0
0
Sangat Baik Cukup Gagal

Bagan 4.12
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan postest UH

Distribusi Frekuensi Nilai Postest UH 3


15
15
10
10 9
8
5 5 Kontrol
5 3 Eksperimen
1
0 0
0
Sangat Baik Cukup Gagal

Bagan 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan postest UH

Berdasarkan bagan 4.10 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata postest

pada kelompok eksperimen memiliki kondisi awal cukup baik dengan 15 atau

51,72% anak mendapat nilai dengan kategori Sangat Baik. Sedangkan pada
kelompok kontrol juga memiliki kondisi awalyang baik pula dengan 10 anak atau

37,94% siswa mendapat nilai dengan kategori Baik. Dengan demikian terlihat

bahwa kedua kelompok pada kondisi awal ini memiliki kemampuan yang relatif

sama dan berada pada kategori baik.

4.2.4.6 Ranah Afektif

Hasil belajar ranah afektif diperoleh dari penilaian atau karakter siswa

selama proses pembelajaran web desain materi software web desain, tag/perintah

html dan links pada software web desan. Adapun hasil belajar ranah afektif dilihat

dari tabel berikut.

Tabel 4.41

Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa


Perolehan Skor
Total Rata-
No Indikator Kriteria
1 2 3 Skor rata

1 Tepat Waktu 97 95 86 278 18,53 Sangat


Baik
2 Mendengarkan 86 87 92 265 17,67 Baik
Penjelasan
3 Bertanya Jawab 80 90 87 257 17,13 Baik
4 Mempelajari materi 87 90 85 262 17,46 Baik
selanjutnya
5 Gigih dan Jujur 86 94 90 270 18 Sangat
Baik
Jumlah Skor yang 436 45 44 1332 88,8
diperoleh 6 0 Baik
Rata-rata Skor 17,76

Berdasarkan hasil pengamatan afektif siswa kelas IX MM SMK Miftahul

Falah Kudus pada pembelajaran web desain materi software web desain, tag html
dan links dengan software web desain diperoleh skor total 1332 dengan rata-rata

88,8 atau 17,76 termasuk kriteria baik.

Dengan data tersebut maka nilai afektif siswa kelas IX MM SMK Miftahu;

Falah Kudus dari 3 pertemuan dalam pembelajaran multimedia pada materi web

desain yang terdiri dari pokok bahasan software web desain, tag html dan links

dengan menggunakan software web desain memiliki rata-rata 17,76 yang termasuk

dalam kategori baik. Meskipun begitu, masih ada beberapa siswa yang belum

memenuhi deskriptor dari setiap indikator yang diharapkan.

4.2.4.7 Ranah Psikomotor

Hasil belajar ranah psikomotor diperoleh dari rubrik peniliain di setiap aspek

mencatat, komunikasi, waktu mengerjakan tes, kerapian dalam mengerjakan tes dan

ketelitian dalam mengerjakan tes dalam kelompok siswa selama proses

pembelajaran web desain pada pokok bahasan software web desain, tag html dan

pembuatan links pada software web desain. Adapun hasil belajar siswa ranah

psikomotor dapat dilhat dari tabel berikut :


Tabel 4.42
Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa
Perolehan Skor
Total Rata-
No Indikator Kriteria
1 2 3 Skor rata

1 Mencatat 88 90 87 265 17,67 Baik


2 Komunikasi 86 88 87 261 17,40 Baik
3 Waktu 80 85 97 262 17,47 Baik
mengerjakan Tes
4 Kerapian dalam 90 87 84 261 17,40 Baik
mengerjakan Tes
5 Ketelitian 90 92 90 272 18,13 Sangat Baik
Mengerjakan Tes
Jumlah Skor yang 43 44 44 1321 88,07
diperoleh 4 2 5 Baik
Rata-rata Skor 17,61

Berdasarkan hasil pengamatan psikomotor siswa kelas IX MM SMK

Miftahul Falah Kudus pada pembelajaran web desain materi software web desain,

tag html dan links dengan software web desain diperoleh skor total 1321 dengan

rata-rata 88,07atau 17,61 termasuk kriteria baik.

Dengan data tersebut maka nilai psikomotor siswa kelas IX MM SMK

Miftahu; Falah Kudus dari 3 pertemuan dalam pembelajaran multimedia pada

materi web desain yang terdiri dari pokok bahasan software web desain, tag html

dan links dengan menggunakan software web desain memiliki rata-rata 17,61 yang

termasuk dalam kategori baik. Meskipun begitu, masih ada beberapa siswa yang

belum memenuhi deskriptor dari setiap indikator yang diharapkan.


4.2. Pembahasan

Pembahasan mengkaji lebih lanjut hasil tentang pemaknaan temuan dan

implikasi hasil penelitian. Pemaknsaan temuan penelitian meliputi hasil

implementasi penggunaan model pembelajaran blended learning pada kelas IX

MM SMK Miftahul Falah Kudus, kelayakan model pembelajaran blended learning

dalam mata pelajaran web desain pokok bahasan software web desain, tag/perintah

html dan pembuatan links dengan software web desain.

1.3.1 Hasil Analisis Potensi Masalah

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dan uji coba sebelum

penelitian oleh peneliti didapatkan hasil bahwa masalah yang terjadi pada siswa

kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus terutama pada mata pelajaran web desain

antara lain pada :

1. Penggunaan model dalam pembelajaran yang kurang menmbuhkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Kurangnya terobosan guru dalam penggunaan strategi dalam belajar.

3. Kondisi siswa yang masih sulit menerima pembelajaran karena

banyaknya materi dan dibarengi dengan terbatasnya waktu.

4. Dan analisis pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

Sehingga dari potensi-potensi diatas muncullah suatu terobosan baru untuk

mengembangkan model pembelajaran blended learning yang dapat menumbuhkan

keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran

web desain pada siswa kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus tahun 2017.

1.3.2 Data Angket Kebutuhan Siswa dan Guru


Angket kebutuhan siswa dan guru diperlukan dalam penelitian guna untuk

mengetahui kebutuhan siswa dan guru serta persetujuan guru mengenai

pengembangan model pembelajaran blended learning pada siswa kelas XI MM

SMK Miftahul Falah Kudus tahun pelajaran 2017/2018. Dari hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar siswa menjawab mereka membutuhkan suatu model

yang dipadukan dengan pembelajaran online agar dapat lebih memahami materi

serta agar mereka sendiri tidak mudah bosan saat mengikuti pembelajaran dan suatu

model yang dapat memancing antusias siswa terhadap pembelajaran yang sedang

mereka ikuti.

Sedangkan untuk angket kebutuhkan guru menunjukkan hasil bahwa

diperlukan suatu model yang merupakan perpaduan yang seimbang antara

pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online agar siswa dapat tertarik

mengikuti pembelajaran web desain.

1.3.3 Hasil Validasi Ahli Materi Pembelajaran terhadap Model

Pembelajaran Blended Learning

Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning pada siswa kelas IX MM SMK

Miftahul Falah Kudus tahun pelajaran 2017/2018 oleh ahli materi pembelajaran

yaitu guru mata pembelajaran web desain di kelas IX MM SMK Mifatahul Falah

Kudus menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran blended

learning pada pokok bahasan software web desain, tag/perintah html dan

pembuatan link dengan software web desain layak dikembangkan terbukti dengan

diberikannya skor sebesar 42 dari skor total 50 pada variabel dasar pertimbangan
pemilihan model pembelajaran blended learning dengan sub variabel (1) Tujuan

yang hendak dicapai; (2) Bahan/materi’ (3) Sudut Pandang Peserta Didik; dan (4)

Efektivitas dan efisiensi penggunaan model blended learning dengan presentase

sebesar 84% dari presentase maksimal sebesar 100% atau dikategorikan dalam

kategori layak.

Hal ini diartikan bahwa perencanaan pembelajaran model blended learning

yang telah dibuat sesuai dengan teori Rusman (2013: 133), yang menunjukkan

bahwa seorang guru perlu memperhatikan dasar pertimbangan pemilihan model

pembelajaran, mencakup: tujuan yang hendak dicapai, bahan/materi pembelajaran,

sudut pandang peserta didik/siswa, dan hal-hal yang bersifat nonteknis berupa

efektivitas dan efisiensi. Senada dengan teori dari Rusman (2013: 133),

perencanaan pembelajaran model blended learing ini juga sesuai dengan teori dari

Trianto (2007: 2) yang menyatakan bahwa pemilihan model pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran, serta tingkat kemampuan peserta didik. Dari penjelasan di atas, dapat

diartikan bahwa pemilihan model blended learning dalam pembelajaran telah

memperhatikan dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran berdasarkan

teori dari Rusman (2013: 133) dan Trianto (2007: 2).

Berdasarkan hasil validasi ahli materi pembelajaran dari aspek dasar

pertimbangan pemilihan model pembelajaran blended learning menunjukkan:

1. Adanya kesesuaian tujuan model blended learning dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai;


2. Ketersediaan bahan/sumber belajar pada model blended learning yang relevan

dengan materi pembelajaran;

3. Kesesuaian model blended learning dengan tingkat kematangan dan gaya

belajar siswa, dan

4. Pemilihan model blended learning dalam pembelajaran dinyatakan efektif dan

efisien untuk penguasaan kompetensi teori maupun praktik bagi pesertadidik.

Dari hasil penilaian ahli materi di atas, menunjukkan bahwa perangkat

pembelajaran yang dibuat dengan pengembangan model pembelajaran blended

learning yang telah dipertimbangkan mambu meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pembelajaran serta menjadi pemicu semangat dalam pembelajaran tatap

muka. Terkait dengan pembelajaran model blended learning sebagai pemicu

semangat, memberikan peluang untuk menuntaskan cakupan materi yang luas dan

memberikan keseimbangan penguasaan kompetensi teori dan praktik.

Selanjutnya validitas ahli materi pada variabel komponen sistem pembelajaran

dengan sub variabel (1) Tujuan; (2) Isi/Materi; (3) Metode; (4) Media; dan (5)

Evaluasi juga dikategorikan layak karena mencapai skor 40 dari skor maksimal 50

dengan presentase sebesar 80% dari presentase maksimal skor sebesar 100%

sehingga dikategorikan layak. Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan model

pembelajaran dengan blended learning yang telah dibuat sesuai dengan teori. Wina

Sanjaya (2006: 59). Sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 59)

bahwa seorang guru dalam merancang pembelajaran seharusnya mampu

mensinkronisasikan komponen-komponen pembelajaran menjadi satu kesatuan

yang utuh, meliputi: tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi. Senada dengan
pernyataan di atas, maka perencanaan pembelajaran model blended learning yang

telah dibuat juga sesuai dengan teori Nana Sudjana (2009: 30) yang menyatakan

bahwa proses belajar-mengajar (pengajaran) pada dasarnya tidak lain ialah proses

mengkoordinasi sejumlah komponen (tujuan, bahan, metode dan alat, serta

penilaian) agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga

menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menuju perubahan

perilaku sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil validasi dari aspek komponen sistem pembelajaran oleh ahli

materi pembelajaran menunjukkan:

1. Adanya kesesuaian tujuan model blended learning dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai;

2. Kesesuaian materi pembelajaran dengan model blended learning;

3. Kesesuaian metode yang digunakan dalam model blended learning dengan

metode pembelajaran;

4. Ketepatan media pada model blended learning yang mendukung kegiatan

pembelajaran, serta

5. Kesesuaian evaluasi pada model blended learning yang mendukung kegiatan

pembelajaran web desain.

Dari hasil analisis kedua aspek tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

perencanaan pembelajaran dengan model blended learning yang telah dibuat layak

dan sesuai dengan dasar pertimbangan serta komponen sistem pembelajaran,

sehingga menurut ahli materi pembelajaran perencanaan pembelajaran tersebut

dapat digunakan sebagai pedoman dalam implementasi kegiatan pembelajaran.


1.3.4 Hasil Validasi Ahli Model Pembelajaran terhadap Model

Pembelajaran Blended Learning

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian oleh ahli model pembelajaran yang

dilakukan oleh Dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNNES yaitu

ibu Sony Zulfikasari setelah melakukan pertimbangan menyatakan bahwa

pengembangan pembelajaran dengan model pembelajaran blended learning sangat

layak. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 40 dari skor maksimal 55

pada variabel komponen perangkat pembelajaran dengan model blended learning

dengan sub variabel (1) Identitas mata pelajaran; (2)Standar Kompetensi; (3)

Kompetensi Dasar; (4) Indikator Pencapaian; (5) Tujuan Pembelajaran; (6) Materi

Ajar; (7) Alokasi Waktu; (8) Metode Pembelajaran ;(9) Kegiatan Pembelajaran;

(10) Penilaian Hasil Belajar; (11) Sumber Belajar; (12) Kelengkapan Perangkat

Pembelajaran dengan presentase sebesar 89% dari presentase maksimal sebesar

100% atau dikategorikan dalam kategori sangat layak.

Hal ini diartikan bahwa perencanaan pembelajaran dengan model blended

learning yang dibuat sesuai dengan konten dari perencanaan proses pembelajaran

pada Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada perencanaan proses pembelajaran menurut

Permendiknas No. 41 tahun 2007 mencakup silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi

(SK), Kompetensi Dasar KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.


Dari hasil penilaian ahli model pembelajaran mengenai komponen

perangkat pembelajaran dengan model blended learning menunjukkan bahwa:

1. Terdapat kejelasan identitas mata pelajaran, rumusan standar kompetensi (SK),

rumusan kompetensi dasar (KD), dan rumusan indikator pencapaian

kompetensi;

2. Terdapat kesesuaian tujuan pembelajaran dengan kompetensi dasar kesesuaian

urutan penyajian materi ajar;

3. Terdapat kecukupan pengelolaan waktu dengan alokasi waktu pembelajaran;

4. Terdapat kesesuaian metode pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang dicapai;

5. Terdapat kejelasan penilaian hasil belajar dan kecukupan sumber belajar

Sedangkan untuk variabel Kunci model Blended Learning yang meliputi sub

variabel (1) Live event(pembelajaran tatap muka); (2) Sefl paced

learning(pembelajaran mandiri) ; (3) Collaboration (kolaborasi) ;(4) Assesment

(Penilaian/Pengukuran hasil belajar) ; (5) Performance support materials

(dukungan bahan ajar) memperoleh skor 40 dari skor maksimal 45 atau 93% dari

prosentase maksimal sebesai 100% yang berarti variabel ini dikatakan sangat layak

digunakan.

Terkait dengan pertimbangan tersebut, maka perencanaan pembelajaran ini

sesuai dengan teori Jared M.Carman (2005: 2) yang menyatakan bahwa dalam

melaksanakan pembelajaran dengan blended learning harus mencakup 5 (lima)

kunci blended learning, yaitu: live event, self-paced learning, collaboration,

assessment, dan performance support materials.


Penilaian aspek kunci model blended learning oleh ahli model pembelajaran

menunjukkan bahwa:

1. Tersedianya karakteristik dan kegiatan pembelajaran tatap muka (live event)

pada perencanaan pembelajaran dengan model blended learning secara jelas

dan kurang tersistematis;

2. Tersedianya akses belajar mandiri (self-paced learning) pada perencanaan

pembelajaran dengan model blended learning;

3. Tersedianya kolaborasi (collaboration) dan keterlibatan antara pendidik dan

peserta didik dalam perencanaan pembelajaran dengan model blended learning;

4. Tersedianya penilaian hasil belajar yang dilakukan secara tatap muka dan online

baik secara tes maupun non tes;

5. Tersedianya dukungan bahan belajar (performance support materials) yang

mendukung pembelajaran dengan model blended learning

Berdasarkan deskripsi dari hasil penilaian oleh ahli model pembelajaran di atas,

menggambarkan bahwa perencanaan pembelajaran yang dibuat telah sesuai dengan

perencanaan proses pembelajaran menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007

tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah serta kunci

model blended learning menurut Jared M.Carman (2005: 2). Dengan demikian,

perencanaan pembelajaran dengan model blended learning sudah layak dan dapat

digunakan pada kegiatan implementasi pembelajaran Web Desain siswa kelas XI

MM SMK Miftahul Falah Kudus, khususnya pada pokok bahasan software web

desain, tag/perintah html dan pembutan links dengan software web desain.
1.3.5 Hasil Implementasi Model Pembelajaran Blended Leaning

Berdasarkan hasil observasi implementasi pembelajaran dengan

menggunakan model blended learning selama 3 pertemuan, maka dapat

ddeskripsikan pembahasan tersebut sebagai berikut.

Hasil implementasi model pembelajaran blended learning pada 3

pertemuan mengkaji pokok bahasan software web desain, perintah/tag html dan

pembuatan links dengan software web desain. Implementasi pembelajaran

dilaksanakan melalui (1) pembelajaran synchronous (pembelajaran tatap muka

berupa ceramah konstruktif, praktik, dan presentasi) dan syncronous mandiri/online

berupa chatting) serta (2) pembelajaran asynchronous (asynchronous

mandiri/online berupa belajar mandiri dengan e-materi dan asynchronous

kolaboratif/online berupa forum diskusi online) dengan pendekatan konstruktif.

Pelaksanaan pembelajaran synchronous dilakukan secara bersama-sama

dalam ruang laboratorium komputer dan waktu yang sama, sedangkan

pembelajaran asynchronous dilakukan secara mandiri oleh siswa kapan pun dan

dimana pun. Dari deskripsi di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

dengan model blended learning pada 3 pertemuan sesuai dengan teori dari Uwes

A.Chaeruman (2011). Dalam teorinya, Uwes A. Chaeruman (2011) menyatakan

bahwa blended learning sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan setting

pembelajaran synchronous dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada 3 pertemuan menunjukkan

adanya pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran synchronous dan


asynchronous dengan pendekatan konstruktif untuk mengkonstruksikan

pengetahuan siswa. Adapun pelaksanaan pembelajaran dengan model blended

learning dilakukan secara tatap muka di ruang laboratorium komputer dan online

dengan akses e-learning. Hal ini sesuai dengan teori dari Cheung dan Hew (2011:

1319) yang menyatakan bahwa blended learning merupakan kombinasi antara face

to face learning dan online learning.

Senada dengan teori Cheung dan Hew (2011: 1319), pelaksanaan

pembelajaran dengan model blended learning pada 3 peremuan telah sesuai dengan

teori Elenana Mosa (2006) dalam Cepi Riyana (2009: 21) yang berarti bahwa

pembelajaran telah mengandung 2 unsur utama blended learning yaitu

pembelajaran di kelas (classroom lesson) dan online learning. Adapun langkah

kegiatan pembelajaran dengan model blended learning mencakup: kegiatan

pendahuluan, inti, dan penutup. Hal ini menunjukkan implementasi kegiatan

pembelajaran telah sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mengenai pelaksanaan

proses pembelajaran yang meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup.

Pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam 3 pertemuan yang

meliputi: kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dijabarkan secara mendalam

pada langkah orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan evaluasi.

Langkah-langkah ini telah sesuai dengan teori dari Arend (2008: 57) yang

menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning), meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan


evaluasi. Hal ini juga sesuai dengan model blended learning Dian Wahyuningsih

(2013: 39) yang didalamnya terdapat blended learning (pembelajaran bercampur)

dan constructive approach (pendekatan konstruktif). Aktivitas kegiatan orientasi

pada 3 pertemuan dilakukan dengan kegiatan ceramah konstruktif yang memacu

siswa untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengkonstruksikan pemahaman

secara mandiri. Hal ini sesuai dengan teori dari Jean Piaget (1963) dalam Miftahul

Huda (2013: 43) yang berarti bahwa siswa mengkonstruksikan pemahamannya

sendiri dengan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah

dimilikinya dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya melalui asimilasi

dan akomodasi.

Kegiatan pengkonstruksian pengetahuan baru pada 3 pertemuan ini juga

memacu siswa untuk berpikir abstrak, logis, dan mampu menarik kesimpulan dari

informasi yang tersedia. Hal ini sesuai dengan teori Piaget dalam Achmad Rifai

(2009: 30) dimana aktivitas belajar ditekankan pada proses internal dalam berpikir,

yakni pengolahan informasi berupa pengkonstruksian pemahaman siswa

berdasarkan usia.

Sedangkan aktivitas kegiatan organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan

evaluasi menunjukkan bahwa siswa belajar aktif dalam menggali informasi terkait

materi software web desain, perintah atau tag html dan pembuatan links dengan

software web desain. Aktivitas belajar siswa ini sesuai dengan teori konstruktivisme

Vygotsky (1978) dalam Achmad Rifai (2009: 34) yang menyatakan bahwa

kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan, dimana


interaksi sosial dengan orang lain dapat memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan

meningkatkan intelektual siswa.

Adapun rata-rata implementasi kegiatan pembelajaran pada 3 pertemuan

adalah sebesar 85,86 dan 91 sehingga dapat dikategorikan bahwa dalam 3 pertmuan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended learning berada

dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan model blended

learning. Sedangkan apabila diambil arata-rata dari ketiga pertemuan maka

implementasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended

learning sebesar 87,33. Dari rata-rata sebesari 87,33 tersebut menunjukkan bahwa

implementasi pembelajaran pada mata pelajaran web desain di kelas IX MM SMK

Miftahul Falah kudus telah berhasil dilaksanakan dengan baik.

1.3.6 Analisis Data

1.3.6.1 Ranah Kognitif

1.3.6.1.1 Uji Normalitas

Peningkatan hasil belajar dari ranah kognitif dapat dilihat dari peningkatan

nilai pretest dan posttest dengan menggunakan uji t yang kemudian diuji kembali

dengan menggunakan uji N-gain. Uji-t pada penelitian ini digunakan untuk

mengetahui terjadinya peningkatan signifikan atau tidak terhadap hasil belajar

ranah kognitif. Namun sebelum dilakukan uji-t maka data nilai pretest dan posttest

harus diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui data hasil pretest dan posttest berdistribusi normal atau tidak dan kedua

data tersebut homogen atau tidak. Uji normalitas data tersebut menggunakan uji
kolmogorov-smirnov yang membandingkan hasil signifikan dengan harga taraf

signifikan 5% atau 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai

hasil signifikan dan taraf signifikansi 5% atau 0,05.

Adapun kriteria pengujiannya yaitu jika hasil signifikan < 0,05, artinya

distribusi data tidak normal. Jika hasil signifikan > 0,05, artinya distribusi data

normal. Ternyata untuk nilai pretest Ulangan Harian 1 hasilnya adalah signifikan >

0,05, yaitu 0,088 > 0,05 dan nilai posttest Ulangan Harian 1 hasilnya adalah

signifikan > 0,05 yaitu 0,200 > 0,05. Jadi kesimpulannya data nilai pretest dan

posttest Ulangan Harian 1 berdistribusi normal. Sedangkan nilai pretest Ulangan

Harian 2 hasilnya adalah signifikan > 0,05, yaitu 0,075 > 0,05 dan nilai posttest

Ulangan Harian 2 hasilnya adalah signifikan > 0,05 yaitu 0,156 > 0,05. Jadi dapat

disimpulkan data nilai pretest dan posttest Ulangan Harian 2 berdistribusi normal.

Ulangan Harian terakhir nilai pretest Ulangan Harian 3 hasilnya adalah signifikan

> 0,05, yaitu 0,182 > 0,05 dan nilai posttest Ulangan Harian 3 hasilnya adalah

signifikan > 0,05 yaitu 0,200 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan data nilai pretest dan

posttest Ulangan Harian 3 berdistribusi normal

1.3.6.2 Uji Homogenitas

Analisis uji selanjutnya adalah uji homogenitas untuk mengetahui data nilai

pretest dan posttest merupakan varians yang sama (homogen) atau tidak. Uji

homogen dilakukan dengan menggunakan uji one-way ANOVA Test. Perhitungan

uji homogen pada nilai levene statistic pada Ulangan Harian 1 adalah 1,434 dengan

nilai signifikansi 0,251 maka Ho diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai

pretest dan postest pada Ulangan Harian 1 siswa kelas IX MM SMK Miftahul Falah
Kudus homogen. Selanjutnya uji homogenitas untuk mengetahui data nilai pretest

dan posttest Ulangan Harian 2 pada nilai levene statistic pada adalah 1,336 dengan

nilai signifikansi 0,288 maka Ho diterima karena signifikansi > 0,05 dan nilai

pretest dan postest pada Ulangan Harian 2 siswa kelas IX MM SMK Miftahul Falah

Kudus homogen. Terakhir nilai uji homogenitas pada nilai levene statistic pada

Ulangan Harian 3 adalah 1,083 dengan nilai sigifikansi 0,410 maka Ho diterima

karena signifikansi > 0,05 dan nilai pretest dan postest pada Ulangan Harian 3 siswa

kelas IX MM SMK Miftahul Falah Kudus homogen. Dengan begitu dapat

disimpulkan bahwa setelah melakukan uji homogenitas pada ulangan harian 1 , 2

dan 3 maka diketahui hasil dari masing-masing nilai pretest dan postest pada tiap

ulangan harian berdistribusi homogen atau sama.

1.3.6.3 Hasil uji Perbedaan Rata-rata Pretest dan Postest (t test)

Jika nilai pretest dan posttest telah dinyatakan normal dan homogen maka

langkah selanjutnya yaitu melakukan uji-t untuk mengetahui perbedaan hasil rata-

rata pretest dan posttest pada pengembangan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran blended learning. Uji perbedaan rata-rata menggunakan rumus

uji paired t-test. Hipotesis perhitungan meliputi: (1) Ho : Tidak ada perbedaan hasil

belajar pretest dan posttest siswa kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus,

(2) Ha : Ada perbedaan hasil belajar pretest dan posttest siswa kelas IX MM SMK

NU Miftahul Falah Kudus. Ho diterima jika signifikansi > 0,05 dan Ha diterima

jika signifikansi < 0,05. Hasil belajar kognitif pretest dan posttest siswa kelas IX

MM SMK NU Miftahul Falah Kudus ada perbedaan hasil belajar. Perhitungan uji

perbedaan rata-rata pada nilai t pada Ulangan Harian 1 adalah 7,788 dengan nilai
signifikansi 0,000 maka Ha diterima karena signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan

hasil belajar pretest dan posttest siswa kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah

Kudus. Selanjutnya perhitungan uji perbedaan rata-rata pada nilai t pada Ulangan

Harian 2 adalah 6,224 dengan nilai signifikansi 0,000 maka Ha diterima karena

signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan hasil belajar pretest dan posttest siswa kelas

IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus. Sedangkan perhitungan uji perbedaan

rata-rata pada nilai t pada Ulangan Harian 3 adalah 8,794 dengan nilai signifikansi

0,000 maka Ha diterima karena signifikansi < 0,05 maka ada perbedaan hasil

belajar pretest dan posttest siswa kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus.

1.3.6.4 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata (N-Gain)

Setelah dilakukan uji-t, maka data hasil kognitif siswa diuji kembali menggunakan

peningkatan rata-rata hasil belajar pretest dan posttest pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning dapat dihitung menggunakan

uji N-Gain. N-Gain merupakan normalisasi gain yang diperoleh dari perbandingan

selisih skor pretest dan posttest dengan selisih SMI dan pretest. Hasil belajar siswa

kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus diketahui bahwa peningkatan rata-

rata (N-Gain) data pretest dan posttest pada Ulangan Harian 1 sebesar 0,28 dan

termasuk kriteria rendah dengan selisih rata-rata hasil pretest dan postest 8,6.

Terjadi peningkatan hasil pretest dan posttest UH 1 pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning siswa kelas IX MM SMK NU

Miftahul Falah Kudus tahun pelajaran 2017/2018. Selnjutnya hasil belajar siswa

kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus diketahui bahwa peningkatan rata-

rata (N-Gain) data pretest dan posttest pada Ulangan Harian 2 sebesar 0,38 dan
termasuk kriteria sedang dengan selisih rata-rata hasil pretest dan postest 14,13.

Terjadi peningkatan hasil pretest dan posttest UH 1 pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning siswa kelas IX MM SMK NU

Miftahul Falah Kudus tahun pelajaran 2017/2018. Selanjutnya hasil belajar

siswa kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus diketahui bahwa peningkatan

rata-rata (N-Gain) data pretest dan posttest pada Ulangan Harian 3 sebesar 0,31 dan

termasuk kriteria sedang dengan selisih rata-rata hasil pretest dan postest 10.

Terjadi peningkatan hasil pretest dan posttest UH 1 pada pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning siswa kelas IX MM SMK NU

Miftahul Falah Kudus tahun pelajaran 2017/2018.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa tetap terjadi peningkatan pada

hasil belajar tiap ulangan harian baik ulangan harian 1, ulangan harian 2 dan

ulangan harian 3 meskipun hanya peningkatan dengan kategori rendah ataupun

sedang.

1.3.1.1.1 Nilai Pretest dan Postest

Pembelajaran dengan model blended learning berhasil dilaksanakan dengan

baik dilihat dari hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen yang mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan nilai lebih dari 75. Hal ini sesuai

dengan teori Nana Sudjana (2009: 37) yang menyatakan bahwa proses pengajaran

yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Oleh karena itu,

pembelajaran dengan model blended learning mampu menciptakan kondisi

pembelajaran yang kondusif sehingga mampu memberikan hasil pembelajaran

yang optimal.
Adapun berdasarkan hasil belajar siswa pada pretest Ulangan Harian 1 pada

kelas eksperimen atau kelas yang diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran blended learning dengan jumlah siswa

sebanyak 29 siswa memperoleh rata-rata kelas sebesar 68,44 dengan skor terendah

55 yang diperoleh oleh responden nomor 13 dan skor tertinngi sebesar 80 yang

diperoleh 4 anak yaitu nomor 3,8,10 dan 27 dengan standar deviasi sebesar 7,33.

Sedangkan pada postest Ulangan Harian 1 pada kelas eksperimen terjadi

peningkatan hasil dari rata-rata kelas yang semula 68,44 menjadi 77,04 dengan skor

terendah 60 dan skor tertinggi 90 dengan standar deviasi sebesar 8,07.

Dari data pretest dan postest Ulangan Harian 1 pada kelas eksperimen

menunjukkan adanya perbedaan hasil antara kelas belajar yang menggunakan

model pembelajaran blended learning dan kelompok belajar yang tidak diberi

perlakukan blended learning dalam mata pelajaran web desain. Hal ini terlihat dari

nilai atau jumlah ketuntasan. Jika kelas eksperimen pada pretest terdapat 12 anak

dengan skor baik maka pada kelas kontrol hanya terdapat 8 anak yang berada pada

kategori baik, sisanya kurang bahkan ada yang gagal. Begitu juga dengan kegiatan

postest pada kelas eksperimen terdapat 26 anak yang berada dalam kategori baik

dan sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol sebagian ada yang berada dalam

kategori kurang dan cukup. Hanya 19 anak yang berada dalam kategori baik dan

sangat baik.

Selanjutnya pada pretest Ulangan Harian 2 pada kelas eksperimen mendapat

rata-rata kelas sebesar 62,93 dengan nilai terendah sebesar 40 dan nilai tertinggi

sebesar 80 dengan standar deviasi 12,78. Sedangkan pada kegiatan postest


didapatkan rata-rata kelas naik menjadi 74,13 dengan nilai tertinggi siswa sebesar

95 dan nilai terendah 50 dengan standar deviasi sebesar 11,11.

Perbedaan juga muncul pada hasil belajar siswa pada kelas yang diberi

perlakuana dengan model pembelajaran blended learning dan kelas yang tidak

diberi perlakuan model pembelajaran blended learning. Hal ini terbukti dengan

adanya perbedaan jumlah siswa yang masuk kategori baik pada kelas eksperimen

pada kegiatan pretest sebanyak 12 anak masuk kategori baik dan sangat baik,

namun di kelas kontrol hanya ada 10 anak yang berada dalam kategori baik dna

sangat baik. Selanjutnya untuk kegiatan postest terdapat 12 anak yang berada pada

kategori sangat baik pada kelas yang diberi perlakuan dan hanya ada 8 anak yang

berada pada kategori sangat baik pada kelas yang tidak diberi perlakuan

pembelajaran dengan model blended learning.

Untuk kegiatan ulangan harian terakhir pada pretest Ulangan Harian 3 pada

kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata kelas sebesar 67,41 dengan nilai terendah

45 dan nilai tertinggi sebesar 85 dengan standar deviasi sebesar 10,91. Sedangkan

pada kegiatan postest Ulangan Harian 3 pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-

rata sebesar 77,41 dengan niali terendah sebesar 55 dan nilai tertinggi 95 dengan

standar deviasi 10,99.

Terdapat perbedaan kembali pada kelas yang diberi perlakuana dengan

model pembelajaran blended learning dengan kelas yang tidak diberi perlakuan

pembelajaran dengan model pembelajaran blended learning. Terbukti dengan

perolehan siswa yang masuk kategori baik maupun sangat baik. Pada kelas kontrol

di kegiatan pretest tidak ada siswa yang masuk kategori sangat baik, namun pada
kelas yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran blended

learning terdapat 5 siswa yang berada dalam kategori nilai sangat baik. Begitupula

dengan kegiatan postest, pada kelas kontrol hanya ada 9 siswa yang memiliki nilai

yang berada dalam kategori sangat baik namun pada kelas eksperimen terdapat 15

siswa yang memiliki nilai yang berada dalam kategori sangat baik.

Dari perbedaan nilai rata-rata kelompok yang menggunakan model

pembelajaran blended learning dan kelompok yang tidak menggunakan model

blended learning dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model blended

learning dapat menawarkan satu level lebih tinggi daripada pengalaman

pembelajaran pada pembelajaran tatap muka sebagaimana teori dari Dziuban,

Hartman, dan Moskal (2004:3)

Pembelajaran dengan model blended learning dapat meningkatkan

komunikasi dengan siswa dan pengalaman belajar yang lebih tinggi daripada

pembelajaran konvensional. Hal ini memberikan ruang dan keleluasaan bagi siswa

dan guru untuk berkomunikasi lebih leluasa sehingga mampu memberikan ruang

pengkonstruksian ide-ide serta menambah pengalaman belajar yang lebih tinggi.

Adapun hasil belajar pada kelompok yang menggunakan model blended learning

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan

model blended learning merupakan salah satu kelebihan dan dampak dari

pengorganisasian pengalaman belajar blended learning.

Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa dari ranah kognitif sebelum dan setelah dilakukan pengembangan


pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended learning terjadi

peningkatan yang signifikan dan dikategorikan dalam peningkatan yang sedang.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model

blended learning dinyatakan efektif dilaksanakan dengan baik yang dilihat dari segi

hasil berupa hasil belajar siswa.

1.3.1.2 Ranah Afektif

Kefektifan penggunaan media monopoli game dilihat dari tiga ranah hasil

belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut pendapat Hamdani

(2011:22) bahwa belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang

belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lainnya.

` Ranah afektif dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan dari penilaian

sikap atau karakter siswa selama proses pembelajaran web desain materi software

web desain, perintah/tag html dan pembuatan links dengan software web desain.

Adapun indikator dalam ranah afektif pada penelitian ini antara lain penilaian tepat

waktu, mendengarkan penjelasan, bertanya jawab, mempelajari materi selanjutnya

dan gigih serta jujur. Jumlah skor 1332 dengan rata-rata 88,8 termasuk kriteria baik.

Dalam indikator tepat waktu berisi tentang kegiatan tepat waktu saat memasuki

kelas. Sedangkan pada indikator mendengarkan penjelasan guru berisi tentang

sikap tenang dan antusias dalam mendengarkan penjelasan guru selama mengikuti

pembelajaran. Pada indikator bertanya jawab berisi tentang kegiatan siswa dalam

bertanya, menjawab atau memberikan pedapat kepada guru saat pembelajaran

berlangsung. Indikator mempelajari materi selanjutnya berisi tentang kegiatan


siswa untuk mempelajari materi terkait pada pertemuan yang akan datang.

Sedangakan indikator gigih dan jujur berisi tentang sikap siswa dalam mengerjakan

soal yang diberikan oleh guru.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ranah afektif siswa pada kelas

IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus mendapat rata-rata sebesar 17,76 berada

dalam kategori baik.

1.3.1.3 Ranah Psikomotor

Pada ranah psikomotor sama seperti ranah afektif yaitu hanya

mendeskripsikan hasil penilaian. Hasil pengamatan psikomotor siswa kelas IX MM

SMK NU Miftahul Falah Kudus pada mata pelajaran web desain materi software

web desain, perintah/tag html dan pembuatan links pada software web desain

diperoleh jumlah skor 1321dengan rata-rata 88,07 termasuk kriteria baik. Hal

tersebut didasarkan pada penelitian pada 5 indikator yaitu mencatata, komunikasi,

waktu mengerjakan tes, kerapian mengerjakan tes dan ketelitian dalam

mengerjakan tes. Pada indikator mencatat membahas tentang mencatat hasil

penjelasan dan materi dari guru. Indikator komunikasi berisi tentang cara siswa

bekomunikasi dengan guru dengan baik. Indikator ketiga tentang wkatu

menyelesaikan tes lebih awal dari waktu yang telah ditentukan atau siswa tidak

selesai dari waktu yang telah ditentukan. Indikator keempat yaitu kerapian dalam

mengerjakan tes berisi kerapian siswa dalam menuliskan hasil tes. Indikator

terakhir ketelitian dalam mengerjakan tes yaitu cara siswa mengerjakan tes essay

yang lengkap dan telisi serta lengkap mengisi jawabannya.


Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ranah

psikomotor siswa kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus tahun ajar

2017/2018 berada dalam kategori baik dengan rata-rata sebesar 17,61.

1.4 Implikasi

Implikasi hasil penelitian dengan mengembangkan model pembelajaran

blended learning bagi siswa untuk berperan aktif dan mandiri dalam proses

pembelajaran sehingga lebih senang dan termotivasi dalam proses pembelajaran,

serta memperoleh pengalaman baru dalam menyampaikan materi pelajaran. Selain

itu implikasi hasil penelitian meliputi implikasi secara teoritis, praktis, dan

pedagogis.

1.4.1 Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dapat diartikan sebagai dampak hasil penelitian yang terdiri

dari kelayakan media pembelajaran, hasil belajar, dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran terhadap teori yang dikaji dalam kajian teori. Manfaat media

pembelajaran dalam proses belajar siswa menurut Sudjana dan rivai adalah (1)

Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar, (2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata – mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata – kata oleh guru, sehingga siswa tidak

bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, dan (4) Siswa dapat lebih banyak

melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi

juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,


memerankan, dll (Arsyad, 2013:28). Dalam pelaksanaanya siswa bermain dan

belajar dengan penuh rasa senang dan semangat. Rasa ini dapat membangun

motivasi belajar siswa melalui pembelajaran yang aktif dengan pengembangan

model pembelajaran dengan model blended learning. .

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran blended learning membantu

siswa dalam memahami materi secara mandiri, karena materi disajikan dalam

bentuk permainan yang dilengkapi dengan gambar. Model pengembangan blended

learning selain mengutamakan pembelajaran dengan online juga memadukan

pembelajaran dengan tatap muka sehingga antara kegiatan e-learning dan tatap

muka berjalan seimbang sehingga yang mampu menumbuhkan siswa dalam

memecahkan masalah pembelajaran khususnya web desain.

Belajar dengan menjadikan siswa aktif adalah dambaan dari semua pengajar

agar siswa lebih memahami materi terutama untuk materi dengan cakupan yang

luas namun hanya terdapat sedikit waktu untuk membahasnya. Sehingga diperlukan

suatu model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa atusias dalam belajar

dengan atau tanpa guru yang mendamping. Model pembelajaran blended learning

adalah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan

dan kemandirian siswa dalam belajar sehingga model ini dianggap mampu

menjadikan siswa aktif ketika pelajaran dan tetap paham materi yang cakupannya

luas meskipun waktu pemahasannnya di kelas terbatas. Karena belajar tidak harus

di kelas, dapat di lingkungan luar ataupun secara online.

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pengembangan pembelajaran

dengan model pembelajaran blended learning efektif digunakan pada mata


pelajaran web desain pokok bahasan software web desain, perintah/tag html dan

pembuatan links dengan software web desain , sehingga dapat dijadikan referensi

atau landasan teori selanjutnya yang ingin mengkaji tentang model pengembangan

blended learning.

1.4.2 Implikasi Praktis

Implikasi praktis dalam penelitian ini berkaitan dengan hasil penelitian

terhadap proses pelaksaan pembelajaran yang diharapkan. Penerapan model

pengembangan pembelajaran berbasis model blended learning untuk pembelajaran

web desain di kelas IX SMK untuk peningkatkan hasil belajar, menumbuhkan

minat, motivasi belajar siswa, sehingga dapat merangsang siswa agar lebih aktif

dalam proses pembelajaran serta dapat melatih kemandirian siswa dalam belajar

dan dalam pendidikan. Pengembangan model pembelajaran blended learning dapat

membantu guru dalam mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas, selain itu

dapat meningkatkan kreativitas dan membantu guru menyampaikan materi.

Model pengembangan pembelajaran blended learning efektif digunakan pada

pembelajaran web desain materi software web desain, perintah/tag html dan

pembuatan links dengan software web desain, dengan demikian pengembangan

model pembelajaran blended learning mampu membantu guru dalam menyajikan

materi yang dikemas secara menarik pada pembelajaran web desain serta

memotivasi guru untuk membuat media pembelajaran yang inovatif. Bagi siswa

pengembangan model pembelajaran blended learning ini dapat membantu dalam

proses memahami materi pelajaran akan memicu keaktifan siswa selama

pembelajaran, sedangkan bagi sekolah hasil penelitian mampu menumbuhkan


kerjasama antar sesama guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran web desain

sehingga mutu sekolah dapat meningkat.

1.4.3 Implikasi Paedagogis

Implikasi pedagogis dapat diartikan sebagai keterlibatan hasil penelitian

dengan gambaran umum tentang keefektifan penggunaan pengembangan model

pembelajaran blended learning dalam pembelajaran web desain materi software

web desain, perintah/tag html dan pembuatan links dengan software web desain.

Implikasi pedagogis penelitian ini adalah bagaimana cara mengembangkan

pembelajaran ilmu keguruan dalam rangka mengembangkan model pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi software web desain,

perintah/tag html dan pembuatan links dengan software web desain. Penelitian ini

memberikan gambaran yang jelas tentang pengembangan model pembelajaran yang

menarik, mudah dipahami siswa dan menumbuhkan rasa semangat belajar serta

meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus

dikembangkan dengan baik untuk menghasilkan kualitas suatu proses

pembelajaran. Model pembelajaran harus tepat dengan materi pembelajaran,

sumber belajar harus sesuai dengan materi yang sedang diajarkan saat itu, sehingga

minat dan motivasi siswa semakin meningkat, dan mereka dapat berperan aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Semua faktor tersebut dapat terpenuhi dengan baik

jika didukung media yang baik dalam proses belajar di kelas.

Secara umum siswa kelas IX MM SMK NU Miftahul Falah Kudus dapat

menerima dengan baik pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

blended learning. Siswa dengan cepat dapat mengondisikan diri mengikuti


pembelajaran dari awal sampai akhir. Selama proses pembelajaran berlangsung,

antusias dan semangat dalam menyimak materi terpusatkan terhadap proses

pengembangan model pembelajaran. Sehingga materi dapat terserap dengan baik

oleh siswa dan hasilnya menjadi lebih optimal.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai