Oleh :
Hendrik Pristianto, ST., MT.
=== Dosen Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sorong ===
SISTIMATIKA
I. PENDAHULUAN
IV. PENGGAMBARAN
V. PENGENALAN ALAT
I. PENDAHULUAN
Pengukuran untuk Keperluan Perencanaan Irigasi
Pengukuran Trase
Saluran dan Situasi Perencanaan Pola Tanam dan
Bangunan Tersier Golongan
Perencanaan
Detail dan BOQ
Manual OP
SYARAT – SYARAT PETA SITUASI UNTUK
KEPERLUAN PERENCANAAN
4. Mudah digunakan
6. Dapat dipercaya
II. DASAR-DASAR TEORI PENGUKURAN
SISTIM KOORDINAT KARTESIAN
Sumbu Y
II I
D ( - xd , + yd) A(+ xa , + ya)
Sumbu X
C( -xc , - yc)
B( +xb , - yb)
III IV
KOORDINAT DINYATAKAN DENGAN ABSIS (X) DAN ORDINAT(Y)
ATAU EAST (E) DAN NORTH (N)
ATAU
B: X = 650,000.00; Y = - 600,500.00
HAL YANG PERLU DIINGAT
Y/U
∂x B (XB,YB)
YB
YA
A(X ,Y )
A A
X
XA XB
∂x = (XB-XA) = d Sin α
XB = XA +∂x
∂y = (YB-YA) = d Cos α
YB = YA + ∂y
d2 = (XB – XA)2 + (YB – YA)2
B
θ
P
Sudut Jurusan ( α )
600
A
Menghitung Sdt Jurusan ke:
SUDUT JURUSAN
pada kwadran A = 420
D A B = 1380
420 C = 2220
420 D = 3180
420 420
C B
B ∂x α=ϴ
∂x B
ϴ ∂y
I
II ∂y α
ϴ
α= 360 - ϴ
A
α A
+
_
α
A
A
α
ϴ ϴ
∂y
∂y
∂x ∂x
B
B
α= 180 + ϴ _ α= 180 - ϴ
III IV
CENTERING adalah ketepatan berdirinya alat atau target diatas
patok yang seharusnya
A’
A
B’
B
θ
P
Θ’
P
’
Matahari
ᵞ
αMatahari
αP1
O
P
BEDA ANTARA UTARA PETA DAN UTARA MAGNETIS
Jarak antara dua titik dapat dinyatakan dengan Jarak Miring dan
Jarak Datar
Jarak miring biasanya diukur dengan alat dengan sudut miring tertentu,
Dapat diukur dengan optis (jarak optis) maupun dengan elektronis.
atas
(d) optis
tengah
bawah
∆t l
v
2 (d) = f ( v . L . ∆t)
JARAK (d) dihitung berdasarkan selisi waktu (∆t) antara waktu
gelombang elektro ditembakkan ke target dan waktu kembali diterima.
V = kecepatan cahaya; l = panjang gelombang elektromagnetis yang dipancarkan
JARAK DATAR
Proyeksi peta a’ b’
a
b f = faktor skala
ellipsoid
ϴ ϴ = kemiringan
d1
d2
A d3
DAB B
DAB = d1 + d2 + d3
GRID
Y
x
Grid
y
BM (X,Y)REFERENSI
X
Titik Referensi
x P
y
BM (X,Y)
Y
Koordinat P ( X + x ) ; ( Y + y )
TRAVERSE MARCATOR
selinder
bumi
ELLIPSOID
20’ X 20’
E
Zona Universal Transverse Mercator (UTM) Indonesia - Sistem proyeksi Universal
Transverse Mercatoratau UTM adalah Proyeksi bekerja pada setiap bidang Elipsoide
yang dibatasi cakupan garis meridian dengan lebar 60 yang disebut Zona.
Sumber : http://www.gispedia.com/2016/03/zona-universal-transverse-mercator-utm-
indonesia.html#ixzz4n7CRB3zE
Selain itu
perbedaan
lintang juga
mempengaruhi
apakah wilayah
tersebut berada
di zona utara
atau selatan
(batasnya
adalah garis
khatulistiwa
atau 00)
DATUM
+ 2.00
2.00
PILAR BETON
MSL
0 180 0
360
270
G B 32 31 43 32 14 19 32 14 F G
18.5 C
C B 56 07 03 55 49 38 B
55 49
B B 73 12 39 72 55 15 37.5
B LB 253 12 44 72 55 13 72 55 A
14.0
C LB 236 07 08 55 49 37
G LB 212 31 49 32 14 18
F LB 180 17 31
target P1
alat target bacaan sudut
B 170 25 31 35
P1
LB 350 25 32 34
179 19 49
Alat P2 P2
179 19 49
B 349 45 20 22
P3
LB 169 45 21 20
target P3 B 69 15 40 45
P2
LB 249 15 40 43
175 25 16
P3
175 25 15
B 244 40 56 54
P4
LB 64 40 55 54
20 cm
80 cm
Titik centering
Bench Mark
Arah target
unting-unting
patok beton
centering maksimum 2 mm
Rencana
TAHAP PELAKSANAAN Pengukuran
PENGUKURAN SITUASI
Survey
Pendahuluan
Penentuan
Kerangka
Pemasangan
BM
Penggambaran
Kompilasi dan
finishing
III. RENCANA PENGUKURAN
PERSIAPAN:
4. Mencari lokasi base-camp, atau tempat logistik yang bisa digunakan selama
pelaksanaan pengukuran.
BM
Kring (1)
Kring (5)
Kring (3)
Kring (7)
Kring (6)
BM
2. Faktor Manusia
3. Faktor lingkungan
Metoda pengukuran
KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
Kesalahan dalam pengukuran tidak bias dihindari akan tetapi harus diolah
dalam batas Batas tertentu.
4. Metode atau hitungan perataan dipilih sesuai dengan tingkat ketelitian yang
disyaratkan (mis: Kwadrat Terkecil; Boldwin; grafis, dll)
CONTOH PROSEDUR PENGUKURAN
A 2 4
5
1 3
3
1
6
4
5
MENGHITUNG SUDUT JURUSAN
βC
αAB αCD
C
A dCD
dBC αCB
dAB βB αBC
D
αBA
B
αBC = αBA + βB – 3600 atau (αAB + 1800) + βB – 3600 atau αAB + βB - 1800
∂x
∂y ∆ P
P’
3
Salah penutup Jarak ∆ = 1 : 10.000
∆ ≤ 1/10.000 ∆
∂y
∂x
(2) 7 (mm) √ D(km) D = jumlah jarak pengukuran
MENGHITUNG POLYGON
Buku ukur dan buku hitungan telah didesain sedemikian rupa untuk
memudahkan pekerjaan.
POLYGON
Xn = X1 + ∑∂x1→n ± fx
Yn = Y1 + ∑dy1→n ± fy
dimana:
∂x = D.Sinα ; ∂y = D.Cosα
Sebagai kontrol sudut:
∂xAB ∂xBC C
A
∂YCD
B
∂xCD D
Azimuth awal
Titik Sudut(β) X Y
Azimuth (α) Jarak(D) ∂x ∂y
Azimuth akhir
G (Xg,Yg)
H
G H (Xh,Yh)
A
Sisi Jarak titik blk mk sudut Azimuth
AB 1 180.79 A H B 241 48 11 331 29 21
BC 1 379.34 B A C 237 09 54 28 39 15
CD 2 988.49 C B D 243 24 54 92 04 09
DE 3 185.24 D C E 173 25 54 85 30 21 (03)
EF 1 489.82 E D F 288 09 47 193 40 08
FG 1 085.29 F E G 137 39 53 151 20 01
GH 3 267.45 G F H 299 07 41 270 27 42
HA 3 162.23 H G A 179 13 28 269 41 10
HITUNG KOORDINAT
FG 1 085.29 F E G 151 20 01
G 3 267.45 G F H 270 27 42
H
HA 3 162.23 H G A 269 41 10
∑ ∑
dx = d.Sinα ; dy = d.Cosα
Buku Hitungan Polygon
Jika : db = dm
b’ θ
m’
θ
b m
h
db dm
h = b - m
h = b’ - m’
KALIBRASI ALAT
h = a - b
h’ = a’ - b’
h’ ≠ h
a b
b’
a’
D
1/10 D
Jika h’ - h > 5 mm maka harus dilakukan kalibrasi
KONTROL BACAAN
ba
btblk btmk
bb
B h
A
h = btblk - btmk
HB = H A + h
Kontrol bacaan: 2bt = ba + bb
PENGUKURAN PERGI - PULANG
Pergi
A
Pulang
Stand 2 Stand 1
dh1 – dh2 ≤ 2 mm
CONTOH HITUNGAN SIPAT DATAR
Alat patok BLK b.atas ½(ba – bb) jarak Beda tinggi Elevasi
berdiri MK b.tengah (+/-)
b.bawah
P1 blk 1675 + 150.550
1590 1590.5 16.9
1506
x + 0.169
P2 mk 1579 + 150.719
1421 1421.0 31.6
1263
alat h
h = btblk - btmk
2 bt = ba + bb
Jarak = (ba – bb ) x 100
Untuk mengukur beda tinggi antara dua titik yang
jauh (s/d 2 kilometer), dilakukan dengan cara pergi
dan pulang yang harus selesai dalam satu hari.
∑ dblkg = ∑ dmk
3.3 TACHYMETRI
PENGUKURAN TACHYMETRI
Jarak dan sudut diukur dengan alat ukur yang dilengkapi komputer dan
software Sehingga hasil ukuran dapat diketahui langsung.
Hasil ukuran direkam dalam disk yang kemudian dapat diproses lebih lanjut
untuk berbagai keperluan seperti: penggambaran kontur dan lain-lain.
Pengukuran dengan Tachymetri
rambu
d
m
br
Alat θ D
ta
dH
H = h + ta - bt
h
T
ϴ H
I
D
m2
m1 h2
ϴ2 Br=h1
Alat θ1 D
ta 1 dH
h2 = m2 + h1 – m1
Dimana: (m1) = d1 Sinθ1; m2 = d2.Sinϴ2
bacaan bacaan bacaan
jarak beda tinggi elevasi
vertikal horizontal rambu
tA
h = tA + v - bt h
(D)
CONTOH BUKU UKUR TACHYMETRI
Posisi Alat Skets Targ sudut sudut Ba Jarak miring Jarak datar m= m-bt elevasi
(d) =(ba-bb) (D)=d.Cos2ϴ ½.d.Sin2ϴ
et datar miring Bt
(β) (ϴ) bb
P1 PP1 P2 00 00 4 45 4080 3.30 323 ft + 27.22 +24.80 178.24
Ta:4.5 ft 2420
El:148.94
0780
a a 02 18 4 58 5000 2.34 282 ft + 24.48 +20.90 174.3
3580
2160
b 04 21 5 58 8000 2.53 250 ft + 26.16 +19.43 172.9
b 6730
5470
c 11 46 7 38 8000 1.98 194 ft + 26.06 +19.05 172.5
c 7010
6020
P2
d
e
Mengukur Situasi
Pengukuran secara terestris yaitu pengukuran yang dilakukan
secara langsung dilapangan dengan menggunakan alat ukur.
1) Radial, dimana obyek dibidik dari posisi alat berdiri sebanyak mungkin.
Untukk Skala 1 : 2.000, maka jarak antar titik bidik tidak boleh lebih dari
40 meter dilapangan. Semakin rapat jarak antar titik bidik akan memberikan
hasil yang lebih baik. Tentu biaya akan bertambah.
Bidiklah semua obyek yang penting untuk guna perencanaan dan jangan
lupa untuk membuat skets dan keterangan agar memudahkan pada saat
penggambaran.
P1
50
+97.90 +100.35 1+150
P2
CP1:525.30, 180,55
IP1: 500.00 , 150.50
25
Θ= 45
T= 25
+97.85 +100.36
R= 100
IP1
θ
25
R
60
CP1
30
50
15
IP2
40
CP2
Plotting BM
Plotting titik-
titik polygon
Plotting titik titik Plotting jalur-jalur
rincikan/detail pengukuran
Gambar kontur
Penghalusan
Anotasi
URUT URUTAN PENGGAMBARAN PETA
x
Grid
y
BM (X,Y) REFERENSI
X
RINCIKAN
Kerangka pengukuran BM
jalan
saluran
Jalur rincikan
2cm
V. PENGETAHUAN ALAT UKUR
Alat Ukur
ALAT UKUR DAN PENGGUNAANNYA
1. Diketahui
A: X = + 357.500 ; Y = 1.500.300
B: X = + 845.600 ; Y = 1.450.500
Waktu: 45 menit.