Anda di halaman 1dari 11

Gangguan Sekresi Pankreas pada Sistem Pencernaan

Cresentia Irene Iskandar

102014161

D5

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

The digestive system is a system that is essential for the survival of a person consisting of the
gastrointestinal tract with special functions and works automatically. Digestion is the
process of simplification of food in the form of carbohydrates, proteins and fats, both
mechanically and chemically into nutrients such as glucose, amino acids, fatty acids and
glycerol to be easily absorbed by the body. The digestive system works mechanically in
smoothing food and chemical work in the break down of molecules - molecules of food that
can be absorbed by the body. The digestive system can also be lost or damaged if the function
is not maintained properly, it akam cause much disturbance to the organs - other organs. On
paper will discuss the matter - issues related to the digestive system.

Keywords : digestive system, absorption, food

Abstrak

Sistem pencernaan merupakan suatu sistem yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
seseorang yang terdiri dari saluran pencernaan dengan fungsi khusus dan bekerja secara
otomatis. Pencernaan merupakan proses penyederhanaan bahan makanan berupa karbohidrat,
protein dan lemak, baik secara mekanis maupun kimia menjadi zat gizi seperti glukosa, asam
amino, asam lemak dan gliserol agar mudah diserap tubuh. Sistem pencernaan bekerja secara
mekanik dalam menghaluskan makanan dan bekerja secara kimia dalam memecah molekul -
molekul makanan sehingga dapat diserap oleh tubuh. Sistem pencernaan juga dapat
kehilangan fungsinya atau rusak apabila tidak dijaga dengan baik, hal ini akam menimbulkan
banyak gangguan bagi organ - organ lain.
Kata kunci : sistem pencernaan, penyerapan, makanan

Pendahuluan

Tubuh manusia memerlukan energi untuk dapat terus melakukan metabolisme.


Energi-energi tersebut didapat dari konsumsi makanan yang berada dari luar tubuh. Agar
makanan tersebut dapat diserap dengan baik, diperlukan proses pencernaan. Proses
pencernaan mengubah makanan dari molekul-molekul besar menjadi molekul kecil yang
dapat diserap dan dibawa oleh darah ke seluruh bagian tubuh. Untuk melakukan proses
pencernaan ini dibutuhkan saluran-saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus halus,
usus besar, rektum, anus) dan juga organ-organ pencernaan tambahan (hati, kandung empedu,
pankreas, kelenjar ludah, gigi, lidah).

Gaster

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus
costalis sinistra sampai ke regio epigastrica dan umbilicalis. Gaster memiliki curvatura
gastrica minor sebagai tepi gaster yang cekung, dan curvatura gastrica major sebagai tepi
gaster yang cembung dan lebih panjang. Pada curvatura minor gaster terdapat sebuah takik
tajam pada kira-kira dua pertiga distalnya yang disebut incisura angularis, sebagai patokan
antara corpus dan pylorus. Cardia gaster terdapat sekitar muara oesophagus, fundus gaster
adalah bagian kranial yang melebar dan berbatasan pada kubah diaphragma sebelah kiri,
corpus gaster adalah bagian yang terdapat antara fundus dan antrum pyloricum, dan pylorus
merupakan daerah sfingter yang menebal di sebelah distal untuk membentuk m. sphincter
pylori yang berguna untuk pengosongan isi gaster melalui ostium pyloricum ke dalam
duodenum.1

Perdarahan gaster berasal dari beberapa di antaranya adalah :

1. A. Gastrica Sinistra, berasal dari Truncus Coeliacus yang kemudian berjalan ke


superosinistra untuk mencapai oesophagus dan kemudian berjalan ke inferior sepanjang
curvatura minor gaster.

2. A. Gastrica Dextra, berasal dari A. Hepatica Communis dan kemudian menuju ke


pinggir atas pylorus dan berjalan ke kiri sepanjang curvatura minor.

3. Aa. Gastricae Breves, berasal dari A. Lienalis di mana arteri ini akan berjalan dan
memperdarahi fundus.
4. A. Gastroepiploica Sinistra yang berasal dari A. Lienalis untuk memperdarahi
bagian atas dari curvatura mayor gaster.

5. A. Gastroepiploica Dextra yang merupakan cabang dari A. Gastroduodenalis yang


adalah cabang dari A. Hepatica Communis, di mana ia akan berjalan untuk memperdarahi
bagian bawah dari curvatura mayor gaster.2

Aliran balik vena lambung mengikuti nama dari arteri-arteri yang memperdarahi
lambung dan aliran vena lambung akan menuju ke vena porta. Vena gastrica sinistra dan
dextra bermuara langsung ke vena portae hepatis. Vena gastrica breves dan vena
gastroomentalis sinistra bermuara ke dalam vena lienalis. Vena gastroomentalis dextra
bermuara ke dalam vena mesenterica superior. Persarafan termasuk serabut-serabut simpatis
yang berasal dari plexus coeliacus dan serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus dextra
dan sinistra.3

Pembuluh getah bening pada lambung :

1. Nnll. Gastrica Superior : sepanjang A. Gastrica Sinistra


2. Nnll. Pancreaticolienale : sepanjang A.Gastroepiploica Sinistra.
3. Nnll. Pyloricum : sepanjang pertengahan curvatura major.

Fungsi lambung :

1. Menyimpan makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan
sesuai untuk pencernaan dan penyerapan optimal.
2. Mensekresikan HCl dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein.
3. Mencampur makanan dengan sekresi lambung.

Ada tiga lapisan jaringan dasar pada struktur histologi lambung yaitu mukosa,
submukosa, dan jaringan muskularis beserta modifikasinya. Pada bagian fundus, lapisan
mukosa lambung dilapisi epitel selapis torak. Sumur-sumur lambung juga terdapat di sini
berupa celah diantara dua tonjolan mukosa. Pada dasar sumur terdapat muara kelenjar kubah
(kelenjar fundus) yang biasanya merupakan kelenjar tubulosa simpleks dan lurus-lurus. Dapat
ditemukan 4 macam sel pada bagian ini yaitu :

1. Sel mukus leher : bentuk sel kubus atau torak rendah.


2. Sel parietal : bentuk oval / poligonal. Menghasilkan HCl dan faktor intrinsik lambung.
3. Sel chief : berbentuk piramid, inti di basal, oval kromatin agak padat. Merupakan sel
terbanyak. Terdapat butir-butir zymogen yang mengandung pepsinogen.
4. Sel argentafin / sel enterochromafin : mensekresikan serotonin, histamin, gastrin dan
enteroglukagon.

Pada bagian pilorus, epitel yang melapisinya sama dengan epitel kubah yaitu selapis
torak. Pilorus mempunyai sumur-sumur lambung yang dalam. Di dalam lamina propia
terdapat nodulus limfatikus yang kadang-kadang meluas sampai ke lapisan submukosa.
Lapisan otot yang melingkar amat tebal karena membentuk otot lingkar yaitu sfingter
pilorus.4

Duodenum

Duodenum merupakan saluran yang berbentuk huruf C dengan panjang hanya sekitar
25 cm, di mana ia akan menghubungkan gaster dengan jejunum. Duodenum terbagi menjadi
empat bagian, yaitu: pars superior, pars descendens, pars horizontalis, dan pars ascendens.
Pada pars descendens duodenum terdapat muara dari ductus choledochus dan ductus
pancreaticus, di mana keduanya bergabung untuk membentuk ampula hepatopancreatica yang
akan bermuara sebagai papilla duodeni major. Jika ada ductus pancreaticus acessorius, ia
akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih di atas namun tetap pada duodenum pars
descendens sebagai papila duodeni minor. Pada pars ascendens yang merupakan bagian
terakhir dari duodenum, ia akan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura duodenojejunalis, di
mana flexura ini difiksasi oleh ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum
diaphragma.1,2

Perdarahan dari duodenum berasal dari Truncus Coeliacus dan A. Mesenterica


Superior. Truncus Coeliacus melalui A. Gastroduodenalis Superior dan cabangnya A.
Pancreaticoduodenale Superior memberikan darah kepada bagian duodenum yang proksimal
dari muara ductus choledochus. A. Mesenterica Superior, melalui cabangnya yaitu A.
Pancreaticoduodenale Inferior memberikan darah kepada bagian duodenum yang terdapat
distal dari muara ductus choledochus.2 Pembuluh balik nya antara lain V.
Pancreaticoduodenalis Superior yang bermuara langsung ke Venae Portae Hepatic, V.
Pancreaticoduodenalis Inferior bermuara ke V. Mesenterika Superior. Persarafan duodenum
berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis dari Plexus Mesenterikus Superior.5
Sama halnya dengan saluran cerna lainnya, duodenum juga memiliki 4 lapisan yaitu
lapisan mukosa, submukosa, tunika muskularis dan serosa. . Usus halus ditandai banyak
tonjolan yang disebut vili dan epitel selapis silindris dengan mikrovili, sel-sel goblet yang
terpulas pucat, dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti Lieberkuhn). 4,6

Ciri khas bagian duodenum adalah adanya kelenjar duodenal Brunner yang bercabang
di dalam submukosa. Dukstus ekskretorius kelenjar ini menembus mukosa muskularis dan
mencurahkan sekretnya ke dalam lumen duodenum. Fungsi utama kelenjar ini adalah
melindungi mukosa duodenum terhadap isi gaster yang sangat korosif dengan menghasilkan
mukus dan ion-ion bikarbonat yang alkalis, menetralkan kimus asam. Kelenjar duodenal juga
menghasilkan hormon polipeptida disebut urogastron, berfungsi menghambat sekresi HCl
oleh sel parietal gaster.6

Hepar

Hepar merupakan organ terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi.
Hepar memiliki struktur yang lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis
tepat di bawah diaphragma. Hepar memiliki dua facies, facies visceralis dan facies
diaphragmatica, dan kemudian terbagi menjadi dua lobus, sinistra dan dextra. Lobus hepatis
dexter kemudian terbagi lagi menjadi lobus quadratus hepatis dan lobus caudatus hepatis.
Hepar tertutup oleh peritoneum, kecuali di sebelah dorsal yaitu pada area muda, tempat hepar
bersentuhan langsung dengan diaphragma. Area muda ini dibatasi oleh lembar ventral dan
lembar dorsal dari ligamentum coronarium. Kedua lembar tersebut bertemu di sebelah kanan
untuk kemudian membentuk ligamentum triangulare. Facies visceralis juga tertutup oleh
peritoneum kecuali vesica fellea dan porta hepatis. Ruang di antara facies visceralis lobus
hepatis dexter dan ren dexter adalah recessus hepatorenalis.1,2

Hepar sinister terpisah dari lobus caudatus dan lobus quadratus oleh ligamentus teres
hepatis dan ligamentum venosum arantii. Ligamentum teres hepatis adalah sisa vena
umbilkalis yang semulanya mengantar darah kaya oksigen dari plasenta ke janin.
Ligamentum venosum arantii adalah sisa ductus venosus fetal yang menjadi jaringan ikat,
yang semula memintaskan darah dari vena umbilicalis ke vena cava inferior tanpa melalui
hepar.1

Hepar menerima darah dari dua sumber, yaitu A. Hepatica Propria (30%) dan V. Porta
Hepatis (70%). A. Hepatica Propria membawa darah kaya oksigen dari aorta yang nanti akan
bercabang menjadi A. Hepatica Dextra dan A. Hepatica Sinistra dan V. Porta Hepatis
membawa darah miskin oksigen dari saluran cerna.2 V. Porta Hepatis ini menerima darah dari
V. Mesenterica Superior, V. Mesenterica Inferior, V. Lienalis dan V. Umbilicalis.

Pembuluh getah bening hepar terutama melalui 7 saluran yaitu :

- 2 dari Truncus Lumbalis Dextra dan Sinistra : getah bening dari extremitas inferior,
pelvis, dinding perut bagian belakang, colon.
- 2 dari Truncus Intestinalis : getah bening dari usus halus 2⁄3 proximal colon, hepar,
pancreas, lien.
- 2 dari Truncus Descendens Dextra dan Sinistra : getah bening dari dinding perut
sesuai dengan pendarahan A. Intercosta 8-12.
- 1 Ductus Thoracicus.

Tiga fungsi dasar hepar yaitu untuk produksi dan sekresi empedu yang dilewatkan ke
dalam saluran usus, keterlibatan dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dan penyaringan darah, menghilangkan bakteri
dan partikel asing lainnya yang telah mendapatkan masuk ke darah dari lumen usus.2

Hati dipersarafi oleh Plexus Hepaticus dimana persarafan simpatis oleh Plexus Coeliacus
dan parasimpatis oleh Truncus Vagalis Anterior dan Posterior (Nervus Vagus).

Hati terdiri atas unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus. Di bagian tengah setiap
lobulus terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh lempeng-lempeng
sel hati (lamina hepatocytia) yaitu hepatosit dan sinusoid ke arah perifer. Di sini, jaringan ikat
membentuk kanalis porta atau daerah porta (spatium portale), tempat terdapatnya cabang-
cabang arteri hepatika, vena porta hepatis, duktus biliaris dan pembuluh limfe. Darah arteri
dan darah vena dari daerah porta perifer mula-mula bercampur di sinusoid hati saat mengalir
ke arah vena sentralis. Dari sini, darah masuk ke sirkulasi umum melalui vena hepatika yang
keluar dari hati dan masuk ke vena cava inferior.

Sinusoid hati adalah saluran darah yang melebar dan berliku-liku, dilapisi oleh lapisan
tidak utuh sel endotel berfenestra yang juga menunjukkan lamina basalis yang berpori dan
tidak utuh. Selain sel endotel, sinusoid hati juga mengandung makrofag yang disebut sel
Kupffer yang terletak di sisi luminal sel endotel. 6
Pankreas

Pankreas merupakan organ yang memanjang, lunak, dan berlobulus. Pankreas terletak
pada epigastrium dan kuadran kiri atas dan pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum. Pankreas dapat dibagi menjadi caput, collum, corpus, dan cauda. Caput pancreas
berbentuk seperti cakram dan terletak di bagian cekung duodenum. Collum pancreas
merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan caput dengan corpus.
Collum pancreas terletak di depan pangkal V. Porta Hepatis dan tempat dipercabangkannya
A. Mesenterica Superior dari Aorta. Corpus pancreas berjalan ke atas dan kiri menyilang
garis tengah. Cauda pancreas berjalan menuju Ligamentum Lienorenale dan mengadakan
hubungan dengan hilus lienale. Perdarahan pancreas adalah oleh A. Lienalis serta A.
Pancreaticoduodenale Superior dan Inferior. Aliran balik vena pancreas sesuai dengan
arterinya mengalirkan darah ke sistem porta. Kelenjar limfe di sepanjang arteri yang
mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nl. Coeliacus dan
mesentrici superiores. 2

Pankreas merupakan kelenjar campur, berfungsi eksokrin dan endokrin. Bagian


eksokrin pankres menghasilkan cairan alkalis kaya akan enzim-enzim pencernaan yang
dilepaskan ke duodenum melalui duktus pankreatikus. Enzim dibentuk oleh sel-sel asinus,
sedangkan cairan alkali dilepaskan oleh sel-sel sentroasinar dan sel-sel duktus interkalaris.
Pelepasan enzim-enzim dan cairan alkalis terjadi secara intermiten dan dikendalikan oleh
hormon yang dihasilkan oleh kolesitokinin dan sekretin. Bagian endokrin pankreas terdiri
atas kumpulan bulatan tersebar, kaya dengan pembuluh darah. Sel-sel endokrin membentuk
tali-tali yang dikenal sebagai Pulau Langerhans. Pada Pulau Langerhans ini terdapat lima
jenis sel :7

1. Sel α ( Sel A) yang menghasilkan glukagon.


2. Sel β ( Sel B) yang menghasilkan insulin.
3. Sel G yang menghasilkan gastrin.
4. Sel 𝛿 (Sel D) yang menghasilkan somatostatin.
5. Sel PP yang menghasilkan polipeptida pankreas.

Sekresi Pankreas

Enzim-enzim yang dihasilkan oleh pankreas akan disintesis oleh retikulum


endoplasma dan kompleks golgi sel asinus dan kemudia akan disimpan di dalam granula
zimogen dan dikeluarkan melalui proses eksositosis. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis
enzim pankreas :

- Enzim-enzim proteolitik : berperan dalam pencernaan protein.


- Enzim amilase : berperan dalam pencernaan karbohidrat.
- Enzim lipase pankreas : satu-satunya enzim yang berperan dalam pencernaan lemak.

Enzim proteolitik pankreas mensekresikan tiga enzim utama yaitu tripsinogen,


kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase yang masing-masing disekresikan dalam bentuk
inaktif. Setelah disekresikan ke dalam lumen duodenum, tripsinogen diaktifkan menjadi
bentuk aktifnya yaitu tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di batas luminal
sel-sel yang melapisi mukosa duodenum. Tripsin kemudian secara otokalisis mengaktifkan
lebih banyak tripsinogen. Selain itu juga terdapat pelindung tambahan yaitu inhibitor tripsin,
yang berfungsi menghambat kerja tripsin jika enzim ini secara tidak sengaja diaktifkan di
dalam pankreas.8

Kimotripsinogen dan prokarbiksipeptidase diubah oleh tripsin masing-masing menjadi


bentuk aktif yaitu kimotripsin dan karboksipeptidase di dalam lumen duodenum. Setelah
enterokinase mengaktifkan sebagian tripsin, tripsin kemudian bertanggung jawab untuk
menyelesaikan proses pengaktifan selanjutnya. Produk akhir dari tiap-tiap enzim proteolitik
tersebut adalah campuran asam amino dan rantai polipeptida pendek. Mukus yang dihasilkan
oleh sel-sel usus membentuk proteksi bagi dinding usus halus terhadap proses pencernaan
oleh enzim-enzim proteolitik aktif tersebut.8

Amilase pankreas berperan penting dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah


polisakarida menjadi disakarida maltosa. Amilase disekresikan langsung dalam bentuk aktif
karena tidak berbahaya bagi sel sekretorik.8

Lipase pankreas sangat penting bagi manusia karena merupakan satu-satunya enzim di
seluruh saluran cerna yang dapat mencerna lemak. Lipase akan menghidrolisis trigliserida
makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat
diserap. Sama seperti amilase, lipase juga disekresikan dalam bentuk aktif.8

Jika terjadi defisiensi enzim-enzim pancreas maka pencernaan makanan menjadi tidak
sempurna. Karena pancreas adalah satu-satunya sumber lipase yang bermakna, maka
defisiensi enzim pancreas menyebabkan maldigesti lemak yang serius. Gambaran klinis
utama insufisiensi pancreas eksokrin adalah steatorea, atau peningkatan lemak yang tak
tercerna di tinja. Hingga 60% sampai 70% lemak yang tertelan mungkin disekresikan di tinja.
Pencernaan protein dan karbohidrat terganggu dengan derajat yang lebih rendah karena
enzim-enzim liur, lambung, dan usus halus ikut mencerna bahan makanan ini.8

Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal pada lingkungan yang netral atau sedikit basa,
namun isi lambung yang sangat asam dialirkan ke dalam lumen duodenum di dekat tempat
keluarnya enzim pancreas ke dalam duodenum. Kimus asam ini harus cepat dinetralisir di
lumen duodenum. Cairan basa (NaHCO3) yang disekresikan oleh sel duktus pancreas ke
dalam lumen duodenum memiliki fungsi penting menetralkan kimus asam sewaktu kimus
masuk ke dalam duodenum dari lambung. Sekresi NaHCO3 encer ini merupakan komponen
sekresi pankreas terbesar. Volume sekresi pankreas berkisar antara 1-2 liter per hari,
bergantung dari jenis dan derajat stimulasi.8

Sekresi eksokrin pankreas diatur terutama oleh mekanisme hormon. Selama fase sefalik
pencernaan, terjadi sekresi pancreas dalam jumlah terbatas akibat stimulasi parasimpatis,
disertai peningkatan simbolik terjadi selama fase lambung sebagai respons terhadap gastrin.
Namun, stimulasi utama sekresi pancreas terjadi selama fase usus pencernaan ketika kimus
berada di usus halus. Pelepasan dua enterogastron utama, sekretin dan kolesistokinin (CCK)
sebagai respons terhadap kimus di duodenum berperan sentral dalam mengontrol sekresi
pancreas. Perangsangan spesifik yang menyebabkan sekresi sekretin adalah asam di
duodenum. Sekretin akan dibawa oleh darah menuju pancreas, merangsang sel-sel duktus
untuk menghasilkan sekresi NaHCO3 ke dalam duodenum. CCK penting dalam mengatur
sekresi enzim pencernaan pancreas. Perangsang utama dalam sekresi CCK adalah adanya
lemak dan protein dalam duodenum.8

Fase-Fase Sekresi Pankreas : 9

- Fase sefalik. Selama fase sefalik, sinyal saraf menyebabkan sekresi dalam lambung
juga menyebabkan asetilkolin dilepaskan oleh ujung-ujung nervus vagus dalam
pankreas. Hal ini menyebabkan enzim dalam jumlah sedang disekresi ke dalam asini
pankreas, menghasilkan 20% dari total sekresi enzim pankreas sesudah makan.
Namun sejumlah kecil sekresi segera mengalir keluar melalui duktus pankreatikus ke
dalam usus karena hanya sedikit air dan elektrolit yang disekresi bersamaan dengan
enzim.
-
Fase gastrik, rangsang saraf terhadap sekresi enzim berlanjut, menghasilkan sebanyak
5 – 10% enzim pankreas yang disekresikan sesudah makan. Namun hanya sejumlah
kecil mencapai duodenum karena tidak adanya sekresi cairan secara terus menerus.
-
Fase intestinal adalah ketika kimus yang meninggalkan lambung masuk ke dalam
usus halus, sekresi pakreas menjadi sangat banyak, terutama sebagai respons terhadap
hormon sekretin.

Gangguan Pankreas

Gangguan pankreas dapat dibedakan menjadi : 10

- Pankreatitis akut
- Pankreatitis kronis
- Kanker pankreas

Salah satu penyebab dari gangguan pankreas ini adalah autodigesti. Dimana enzim-enzim
proteolitik terutama tripsinogen menjadi aktif di dalam pankreas itu sendiri. Enzim-enzim ini
mencerna pankreas itu sendiri, serta jaringan-jaringan di sekitarnya. Autodigesti ini
menyebabkan edema, perdarahan dan nekrosis pada pankreas. Nekrosis (kerusakan sel-sel)
akan menyebabkan keluarnya histamin dan bradikinin yang dapat menambah permeabilitas
kapiler-kapiler dan memperberat edema yang sudah ada. Refluks empedu, obstruksi duktus
pankreatikus atau ampula vater, endotoksin dan eksotosi dapat menjadi pencetus enzim-
enzim proteolitik menjadi aktif dalam pankreas. Tanda utama pada gangguan pankreas ini
adalah rasa nyeri yang tetap dan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan kegiatan
sehari-hari. Rasa nyeri dapat dirasakan pada epigastrium atau daerah-daerah lain abdomen.
Rasa nyeri menyebar ke punggung, pinggul, dan daerah subternal. Selain itu, ada mual,
muntah, dan distensi abdomen. Ada tanda-tanda dehidrasi, kadang-kadang sampai ke tanda-
tanda syok. Nyeri tekan mungkin terdapat pada seluruh abdomen, disertai dengan kekakuan
otot-otot abdomen dan berkurangnya gerakan peristalsis (peritonitis). Oleh karena itu,
okstruksi pada ductus cholecodus communins, pasien mengalami ikterik. Tetani juga dapat
timbul akibat hipokalemia.10-12

Kesimpulan

Pankreas merupakan kelenjar campur, berfungsi eksokrin dan endokrin. Bagian


eksokrin pankreas menghasilkan cairan alkalis kaya akan enzim-enzim pencernaan yang
dilepaskan ke duodenum melalui duktus pankreatikus. Enzim dibentuk oleh sel-sel asinus,
sedangkan cairan alkali dilepaskan oleh sel-sel sentroasinar dan sel-sel duktus interkalaris.
Pelepasan enzim-enzim dan cairan alkalis terjadi secara intermiten dan dikendalikan oleh
hormon yang dihasilkan oleh kolesitokinin dan sekretin. Bagian endokrin pankreas terdiri
atas kumpulan bulatan tersebar, kaya dengan pembuluh darah. Bila terjadi gangguan pada
sistem eksokrin dan endokrin pankreas dapat menyebabkan terjadinya gangguan pankreas
seperti pankreatitis ataupun kanker pankreas.

Daftar Pustaka

1. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002. h. 98-109.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006. h. 83-4; 99-118.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomy. Jakarta: Erlangga; 2004.h.7.
4. Bloom, Fawcett, Buku ajar histologi Ed.12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.
5. Wibowo, Daniel S. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Gramedia; 2005.h.80-90.
6. Fiore M. Atlas histologi: Di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.147-229.
7. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Jakarta: Binarupa
Aksara;2012.h.351.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC;2012.h.666-
9.
9. Guyton, Hall. Text book of Human Physiology. 11th ed. USA. Elsevier: 2006;h.845-8.
10. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2006.h.125-7.
11. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Klien gangguan hati : seri asuhan keperawatan.
Jakarta: EGC;2008.h.77-9.
12. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture note : kedokteran klinis. Edisi ke 6.
Jakarta: Erlangga;2005.h.269-71.

Anda mungkin juga menyukai