DISUSUN OLEH:
Ricky Mardana Putra ( 1700022024 )
2. Pada hadis nabawi pemberitaannya meliputi perkataan (qawli), perbuatan (fi'li), dan
persetujuan (taqriri).
3. Hadis nabawi merupakan penjelasan dari kandungan wahyu, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maksud wahyu yang tidak secara langsung, Nabi berijtihad
terlebih dahulu sebelum menjawab suatu masalah. Jawaban itu terkadang sesuai
dengan wahyu dan juga terkadang tidak sesuai. Jika tidak sesuai, maka datanglah
wahyu untuk meluruskannya.
4. Hadis nabawi lafal dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat.
5. Hadis Nabawi tidak menggunakan ungkapan orang pertama: Aku (Allah)... Hai
hambaKu...
Hadis Qudsi
1. Hadis qudsi beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada hadis qudsi, Nabi
memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan menggunakan redaksinya
sendiri.
4. Hadis qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama: Aku (Allah)... Hai
hambaKu...
5. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan redaksinya disusun oleh Nabi
3. Sebutkan unsur-unsur Hadis !
Sanad
Matan
Rawi
Mukharrij
1. Hadits Mutawatir.
2. Hadits Ahad.
Pembagian hadits ahad dilihat dari jumlah periwayatannya di bagi kepada tiga
tingkatan yaitu :
Hadits Masyhur.
Hadits ‘Azis.
Hadits gharib.
1. Hadits Sahih.
Shahih li-ghairih.
2. Hadits Hasan.
Menutut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi dua:
Hasan li-dzatihi.
Hasan li-ghairih
Dari Segi Kedudukan dalam Hujjah.
1. Hadits Maqbul.
2. Hadits Mardud.
3. Hadits Daif.
1. Hadits Qudsi
2. Hadits Maqtu’.
3. Hadits Mauquf.
4. Hadits Marfu’
Hadits bayan at-tasyri’ ini merupakan hadits yang diamalkan sebagaimana dengan
hadits-hadits lainnya. Ibnu Al-Qayyim pernah berkata bahwa hadits-hadits
Rasulullah Saw itu yang berupa tambahan setelah Al-Qur’an merupakan ketentuan
hukum yang patut ditaati dan tidak boleh kitaa tolak sebagai umat Islam.
8. Apakah yang disebut dengan Bayan Naskh ?
Secara etimologi Nasakh dapat diartikan menghapus, menghilangkan, yang
memindahkan, menyalin, mengubah dan menggganti. Sejalan dengan pengertian
tersebut Ahmad Syadali mengartikan Nasakh dengan 2 macam yaitu :
pertama االزلة:yang berarti hilangkan, hapuskan. Definisi ini merujuk pada dialek
orang Arab yang sering berkata (الظل الشمس نسحتCahaya Matahari menghilangkan
bayang-bayang). Kedua موضع الى الشيئ نقل.yaitu memindahkan sesuatu dari satu
tempat ketempat yang lainnya. Difinisi ini juga merujukpada QS.al-Jaziyah:29.
Sedangkan secara istilah Nasakh dapat didefinisikan dengan beberapa pengertian
antara lain:
a. Hukum Syara’ atau dalil Syara’ yang menghapuskan dalil Syara’ terdahulu dan
menggantinya dengan ketentuan hukum baru yang dibawahnya.
Contoh : S. al-Mujadalah:12 yang di Nasakh oleh ayat 13 tentang kewajiban
bersedekah jika akan menghadap rasul menjadi bebas.
b. Nasakh adalah Allah SWT. Artinya otoritas menghapus dan menggantikan hukum
syara’ hakikatnya adalah Allah SWT. Definisi ini didasarkan pada S. al-
Anam:5danal-Baqorah:106
c. شرحياعنه شرعي بخطاب الشرعي الحكم رفعartinya mengangkatkan hukum syara’ dengan
perintah atau khitab Allah yang datang kemudian dari padanya.
Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa pada dasarnya Nasakh tidak lain
sebagai proses penghapusan ayat dan hukum yang tertuang dalam al-Qur’an. Selain
itu kedatangan ayat yang menghapus mutlak adanya setelah ayat yang di hapus.
Adapun Mansukh secara bahasa dapat diartikan dengan yang dihapus, dipindah dan
disalin/dinukil. Selain itu ada juga yang mengartikan dengan المرتفع الحكمHukum yang
diangkat. Contoh QS. Al-Nisa : 11 Menasakh QS. Al-Baqarah: 180 tentang wasiat.
Artinya : “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan[ dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[ Maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang
saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-
masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi
oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah
dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.
Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
Artinya :”Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma’ruf[ (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.”
Kedua, rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW atau dapat juga
tidak sampai kepada Nabi.
13. Terangkan apakah isi Hadis dan terangkan pula pesan dan pemikiran anda tentang hadis
ini !
“Barang siapa berbuat kebaikan di dalam islam, maka ia akan mendapatkan pahala
dan pahala orang yang melakukan sesudahnya tanpa dikurangi pahala itu sedikitpun.
Barang siapa berbuat keburukan dalam islam maka ia akan mendapatkan dosa dan
dosa orang yang melakukan nya sesudahnya tanpa dosa itu dikurangi sedikitpun”
Pesan dari hadist tersebut yaitu hendaknya kita mengingat bahwa melakukan hal
kebaikan tidak akan mendatangkan bencana bagi kita atau akan merugikan kita. Jika
kita berbuat baik kita akan mendapat kebaikan serta kita diberikan pahala yang kekal
bagi kita, Tetapi jika kita melakukan hal keburukan maka kita akan mendapatkan
keburukan dari yang kita perbuat serta kita mendapatkan dosa dari Allah SWT yang
dosanya tidak akan berkurang atau hilang sebelum kita meminta ampun dan berjanji
tidak mengulangi hal buruk lagi kepada Allah SWT.
14. Terangkan apakah isi Hadis dan terangkan pula pesan dan pemikiran anda tentang hadis
ini !
Bersabda Rasullah: Semua perbuatan itu tergantung niatnya dan segala sesuatu itu
tergantung pada apa yang telah diniatkan nya. Kalau hijrahnya karena harta yang
akan diperolehnya atau karena ada perempuan yang mau dinikahinya, maka
hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkan nya.
Pesan dari hadist tersebut agar mengingatkan kita kepada suatu tindakan yang akan
kita lakukan itu berdasarkan niat karna mencari keberkahan Allah SWT atau hanya
mencari sebatas apa yang kita hendaki, apabila kita melakukan sesuatu yang baik
dengan niat yang baik dan melakukannya karena Allah SWT maka apa yang kita
inginkan tercapai dan kita akan mendapat keberkahan pula dari Allah SWT. Dan jika
kita melakukan sesuatu dengan niat yang buruk maka keburukan itulah yang akan
kita dapatkan nantinya.