Anda di halaman 1dari 18

II - 1

BAB II
PUSAT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

Tujuan Instruksional Umum

Setelah akhir kuliah mahasiwa dapat mengenal masalah-masalah proses konversi


tenaga dan operasi yang timbul pada PLTA.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah selesai kuliah mahasiwa dapat:


1. mengenal dan memahami proses pembangkitan tenaga listrik pada PLTA,
2. mengenal dan memahami potensi tenaga air,
3. mengenal dan memahami bangunan sipil pada PLTA,
4. mengenal dan memahami macam-macam turbin air,
5. mengenal dan memahami operasi dan pemeliharaan PLTA.

2.1 Potensi Tenaga Air

Dalam PLTA, potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga listrik. Mula-mula
potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga mekanik dalam turbin air.Kemudian turbin
air memutar generator yang membangkitkan tenaga listrik.

Gambar 3.1a menggambarkan secara skematis bagaimana potensi tenaga air, yaitu
sejumlah air yang terletak pada ketinggian tertentu diubah menjadi tenaga mekanik dalam
turbin air.

Gambar 2.1 Proses konversi dalam pusat listrik tenaga Air (PLTA)
II - 2

Gambar 2.2 Instalasi tenaga air PLTA bila dilihat dari atas

Daya yang dibangkitkan generator yang diputar oleh turbin air adalah:

P = k .𝜂. H .q .[kW] (2.1)

keterangan:
P = daya [Kw]
H = tinggi terjun air [meter]
q = debit air [m3/detik]
η = efisiensi turbin dan generator
k = konstanta

Konstanta k dihitung berdasarkan pengertian bahwa 1 daya kuda = 75 kgm/detik dan 1


daya kuda = 0,736 Kw sehingga apabila P ingin dinyatakan dalam kW, sedang tinggi terjun H
dinyatakan dalam meter dan debit air dinyatakan dalam m3/detik, maka:
II - 3

Contoh soal No. 1:


Sebuah PLTA mempunyai debit air penggerak turbin sebesar 14 m3/detik dengan tinggi terjun
125 m. Apabila efisiensi turbin bersama generator = 0,95 hitunglah besarnya daya yang
dibangkitkan generator tersebut !
Jawaban :
Daya yang dibangkitkan generator:

P = k . 𝜂 . H .q .
= 9,8 x 0,95 x 125 x 14
= 16.292,5 kW

2.2 Bangunan Sipil

Potensi tenaga air didapat dari sungai yang mengalir di daerah pegunungan.Untuk
dapat memanfaatkan potensi air dari sungai ini, maka perlu membendung sungai tersebut dan
airnya disalurkan ke bangunan air PLTA seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Ditinjau dari
caranya membendung air, PLTA dapat dibagi menjadi dua kategori:
a. PLTA run off river
b. PLTA dengan kolam tando (reservoir)

Gambar 2.2a. Prinsip kerja PLTA run off river


II - 4

Pada PLTA run off river, air sungai dialihkan dengan menggunakan dam yang
dibangun memotong aliran sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan ke bangunan air PLTA
seperti pada Gambar 2.2a.

Pada PLTA dengan kolam tando (reservoir), aliran air sungai dibendung dengan
bendungan besar agar terjadi penimbunan air sehingga terjadi kolam tando. Selanjutnya air
dari kolam tando di alirkan ke bangunan air PLTA seperti gambar 2.2b. Dengan adanya
penimbunan air terlebih dahulu dalam kolam tando, maka pada musim hujan dimana debit air
sungai besarnya melebihi kapasitas penyaluran air bangunan air PLTA, air dapat ditampung
dalam kolam tando. Pada musim kemarau dimana debit air sungai lebih kecil daripada
kapasitas penyaluran air bangunan air PLTA, selisih kekurangan air ini dapat diatasi dengan
mengambil timbunan air yang ada dalam kolam tando. Inilah keuntungan penggunaan kolam
tando pada PLTA. Hal ini tidak dapat dilakukan pada PLTA run off river

Gambar 2.2b. Potongan memanjang pipa pesat PLTA Sutami (PLTA dengan kolam tando)

Pada LTA run off river, daya yang dapat dibangkitkan tergantung pada debit air
sungai. Biaya pembangunan PLTA run off river lebih murah daripada PLTA kolam tando,
karena PLTA kolam tando memerlukan bendungan yang besar dan juga memerlukan daerah
genangan yang luas.

Jika ada sungai yang keluar dari sebuah danau, maka dapat dibangun PLTA dengan
menggunakan danau tersebut sebagai kolam tando. Contoh mengenai hal ini adalah PLTA
Asahan yang menggunakan Danau Toba sebagai kolam tando, karena Sungai Asahan
mengalir dari danau Toba.

Bangunan air PLTA yang mengalirkan air dari dam pada PLTA run off river dan dari
kolam tando pada PLTA yang menggunakan bendungan sampai ke turbin digambarkan oleh
II - 5

gambar 2.3. Secara garis besar bangunan air ini terdiri dari saluran air yang terbuka atau
tertutup (terowongan) sampai pada tabung peredam. Sebelum tabung peredam terdapat katup
pengaman dan setelah tabung peredam terdapat saluran air berupa pipa pesat yang harus tahan
goncangan tekanan air. Tabung peredam dalam bahasa Inggris disebut surge tank dan
berfungsi meredam goncangan tekanan air yang terjadi dalam pipa pesat.

Pada ujung bawah pipa pesat terdapat katup utama turbin. Dari katup utama turbin, air
menuju ke katup pengatur turbin, lalu air menuju bawah pipa pesat terdapat katup utama
turbin. Dari katup utama turbin, air menuju ke katup pengatur turbin, lalu air mengenai roda
air turbin yang mengubah tenaga potensial air menjadi tenaga mekanik roda air turbinn.

Gambar 2.3a sampai dengan Gambar 2.3f adalah foto-foto dari berbagai bangunan
PLTA.

Gambar 2.3a Gambar 2.3b.

Gambar 2.3a. Bendungan PLTA Mrica di Jawa Tengah dengan kapasitas 3 x 60,3 MW
Gambar 2.3b. Bendungan Waduk PLTA Saguling 4 x 175 MW, dimana tampak Rock Fill
Dam (sisi kiri) dan Pelimpasan (bagian tengah) serta Pintu Air untuk
pengamanan Dam.
II - 6

Gambar 2.3c Intake PLTA Saguling Jawa Barat(4 x 175 MW)

Gambar 2.3d Pipa pesat dan gedung PLTA Saguling Jawa Barat (4x 175 MW)

Gambar 2.3f Ruang turbin PLTA Cirata Gambar 2.3e Pipa pesat PLTA Lamajan
Jawa Barat ( 6 x 151 MW ) Jawa Barat (3x 6,5 MW)
II - 7

2.3 Macam-macam Turbin Air


Ditinjau dari teknik mengkonversikan tenaga potensial air menjadi tenaga mekanik pada
roda air turbin, ada tiga macam turbin air (lihat Gambar 2.3g, 2.3h, dan 2.3i).
a. Turbin Kaplan
Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang rendah, yaitu di bawah
20 meter. Teknik mengkonversikan tenaga potensial air menjadi tenaga mekanik
roda air turbin dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air. Roda air turbin
Kaplan mnyerupai baling-baling kipas angin (perhatikan Gambar 2.3g.)
b. Turbin Francis
Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan
untuk tinggi terjun sedang , yaitu antara 20 – 400 meter. Teknik mengkonversikan
tenaga potensial air menjadi tenaga mekanik pada roda air turbin dilakukan
melalui proses reaksi sehingga turbin Francis juga disebut sebagai turbin Reaksi.
c. Turbin Pelton
Turbin Pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tingggi, yaitu di atas
300 meter. Teknik mengkonversikan tenaga potensial air menjadi tenaga mekanik
pada roda air turbin dilakukan melalui proses impuls sehingga menjadi tenaga
mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses impuls sehingga turbin
pelton juga disebut sebagai turbin impuls.

Gambar 2.3g Turbin Kaplan buatan Toshiba (Kaplan runner (kiri)) dan turbin Kaplan tipe
vertical (kanan)
II - 8

(a) (b)

(c)
Gambar 2.3h. Turbin Francis buatan Thosiba (a. Francis Runner, b. turbin Francis tipe
horizontal, d. turbin Francis tipe vertical)

Gambar 2.3i.1. Turbin Francis dan generator 3600 kW


II - 9

Gambar 2.3i.2. Turbin Francis dan generator 4190 kW

Untuk semua macam turbin air tersebut di atas, ada katup pengatur yang mengatur
banyaknya air yang akan dialirkan ke roda air. Dengan pengaturan air ini daya turbin dapat
diatur. Di depan katup pengatur terdapat katup utama yang harus ditutup apabila turbin air
diberhentikan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan pada turbin.
Apabila terjadi gangguan listrik yang mengakibatkan PMT generator trip, maka untuk
mencegah turbin berputar terlalu cepat karena hilangnya beban generator yang diputar oleh
turbin, katup pengatur air yang menuju ke turbin harus ditutup. Penutupan katup pengatur air
ini akan menimbulkan gelombang air membalik yang dalam bahasa Inggris disebut water
hammer (palu air). Water hamer ini menimbulkan pukulan mekanis kepada pipa pesat kea rah
atas (hulu) yang akhirnya diredam dalam tabung peredam (surge tank).

Kecepatan spesifik (specific speed) turbin air didefinisikan sebagai jumlah putaran per
menit (ppm) (rotation per minute [rpm]) dari turbin untuk menghasikan satu daya kuda pada
tinggi terjun H = 1 meter.

Dari percobaan didapat:

(2.2)

keterangan:
Ns = kecepatan spesifik [ppm atau rpm]
N = putaran per menit pada keadaan katup terbuka penuh [ppm atau rpm]
H = tinggi terjun [feet]
P = daya keluar rotor [Horse Power biasa disingkat HP]
Rumus 2.2 di atas merupakan rumus empiris.
II - 10

(a) (b)

(c)
Gambar 2.3j. Turbin Pelton buatan Toshiba (a) Pelton runner (b) turbin Pelton
tipe horizontal dan ( c ) turbin Pelton tipe vertikal

Saluran air dari dam atau kolam tando sampai pada tabung peredam, panjangnya dapat
mencapai beberapa kilometer.Apabila saluran ini tidak rata, jalannya naik turun, maka di
bagian-bagian cekungan yang rendah, harus ada katup untuk membuang endapan pasir atau
lumpur yang terjadi di cekungan rendah tersebut. Di sisi lain, yaitu di bagian-bagian
lenggkungan yang tinggi juga harus ada katup, tetapi dalam hal ini untuk membuang udara
yang terperangkap dalam lengkungan yang tinggi ini. Secara periodic, katup-katup tersebut di
atas harus dibuka untuk membuang endapan yang terjadi maupun untuk membuang udara
yang terperangkap.
II - 11

2.4 Operasi dan Pemeliharaan


Ada kalanya PLTA yang mempunyai kolam tando besar mempunyai fungsi serbaguna,
yaitu selain berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik PLTA juga berfungsi untuk
menyediakan air irigasi, pengendalian banjir, perikanan, pariwisata, dan penyedia air bagi
lalulintas pelayaran sungai. Pada PLTA serbaguna, pembangkitan tenaga listriknya perlu
dikoordinasikan dengan keperluan irigasi dan musim tanam padi yang membutuhkan banyak
air. Dari segi pengendalian banjir, PLTA serbaguna harus dapat diatur air keluarnya sehingga
pada saat banyak hujan tidak timbul banjir di sisi hilir. Contoh PLTA serba guna adalah
PLTA Jatiluhur di Jawa Barat. Ditinjau dari specific speed, turbin Kaplan mempunyai specific
speed terbesar, kemudian disusul oleh turbin Francis dan Pelton. Oleh karena itu untuk terjun
yang tinggi, misalnya 400 meter, digunakan turbin Pelton agar jumlah putaran permenit yang
didapat dari turbin tidak terlalu tinggi sehingga tidak timbul persoalan mekanis.
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa pelestarian hutan di daerah aliran sungai
(DAS), terutama di sisi hulu PLTA sangat penting bagi kelangsungan hidup PLTA. Apabila
hutannya rusak, maka kemampuan tanah di DAS untuk menyimpan air akan turun sehingga
timbul banjir di di waktu musim hujan dan di musim kemarau timbul kekeringan. Selain itu
timbul erosi tanah sewaktu hujan yang akan mengendap dalam kolam tando sehingga terjadi
pendangkalan kolam tando, lihat Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Hutan beserta lapisan humus di DAS

Dibandingkan dengan pusat listrik lainnya dengan daya yang sama, biaya operasi
PLTA paling rendah, tetapi biaya pembangunannya yang paling mahal. Salah satu faktor yang
menyebabkan biaya pembangunan PLTA menjadi mahal, yaitu karena umumnya terletak di
daerah pegunungan, jauh dari pusat konsumsi tenaga listrik (kota) sehingga memerlukan
II - 12

saluran transmisi yang panjang dan daerah genangan air yang luas dimana kedua hal tersebut
memerlukan biaya pembangunan yang tidak sedikit.
Di dalam system interkoneksi dimana terdapat PLTA yang diinterkoneksikan dengan
pusat-pusat listrik termis yang menggunakan bahan bakar, adakalanya dibangun PLTA pompa
yang dapat memompa air ke atas. Hal ini baru ekonomis apabila biaya pembangkitan dalam
sistem interkoneksi bersangkutan mempunyai variasi yang besar. Pemompaan air dilakukan
sewaktu biaya pembangkitan rendah. Kemudian air hasil pemompaan ini digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik sewaktu biaya pembangkitan sistem interkoneksi mahal
sehingga pembangkitan tenaga listrik dengan biaya mahal bisa dikurangi jumlahnya.
Keuntungan teknik operasional PLTA adalah: a) mudah (cepat) distart dan distop, b)
bebannya mudah di diubah-ubah, c) angka gangguannya rendah, d) pemeliharaannya mudah,
dan e) umumnya dapat distart tanpa daya dari luar (black start).
Masalah utama yang timbul pada operasi PLTA adalah timbulnya kavitasi pada turbin
air. Kavitasi adalah peristiwa terjadinya “letusan” kecil dari gelembung uap air yang
sebelumnya terbentuk di daerah aliran yang tekanannya lebih rendah daripada tekanan uap air
di tempat tersebut, kemudian gelembung ini akan menciut secara cepat (“meletus”) ketika
uap air ini melewati daerah aliran yang tekanannya lebih besar daripada tekanan uap air
tersebut, karena jumlahnya sangat banyak sekali (ribuan perdetik) dan letusan itu sangat cepat
maka permukaan turbin yang dikenai oleh letusan ini akan terangkat sehingga terjadi burik
yang menyebabkan bagian-bagian turbin air (setelah waktu tertentu, kira-kira 40.000 jam)
menjadi keropos dan perlu diganti. Kavitasi terjadi di bagian-bagian turbin yang mengalami
perubahan tekanan air secara mendadak, misalnya pada pipa pembuangan air turbin. Kavitasi
menjadi lebih besar apabila beban turbin makin kecil. Oleh karena itu, ada pembatasan beban
minimum turbin air (kira-kira 25 %). Bagian terbesar dari biaya pemeliharaan PLTA adalah
biaya perbaikan atau penggantian bagian-bagian turbin air yang menjadi keropos akibat
kavitasi.
Di Indonesia tanaman enceng gondok sering menimbulkan penyumbatan saringan air
dan menaikkan penguapan dari kolam tando sehingga merupakan salah satu masalah operasi
PLTA.
PLTA kecil dengan daya terpasang di bawah 100 kW, biasanya disebut Pusat Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTM). PLTM banyak dibangun, teruama di pedesaan. PLTM secara
ekonomis bisa menguntungkan apabila didapat tempat (site) air terjun yang baik, dalam arti
bangunan sipilnya bisa sederhana dan murah, kemudian bagian elektromekaniknya dibuat
otomatis sehingga biaya personilnya murah. Di daerah yang ada jaringan perusahaan listrik,
II - 13

PLTM bisa di parallel dengan jaringan listrik yang ada. Pada pemanfaatan tinggi terjun yang
rendah, untuk PLTM dapat digunakan turbin Kaplan dengan Generator yang direndam dalam
aliran untuk mnyederhanakan bangunan sipil yang disebut bulb type unit. Karena PLTM
sebaiknya tidak dijaga, maka untuk memudahkan proses sinkronisasi pada operasi parallel
dengan system interkoneksi dapat digunakan Generator Asinkron.
Ada juga PLTA yang menggunakan tenaga air dari pasang surutnya air laut, misalnya
di Prancis.
Efisiensi turbin bersama generator unit PLTA dapat mencapai nilai sekitar 95 %.
Efisiensi keseluruhan dari PLTA dan instalasi listriknya, termasuk tenaga untuk pemakaian
sendiri, angkanya berkisar antara 85 – 92 %. Lancarnya aliran air dalam instalasi air PLTA
sangat mempengaruhi efisiensi PLTA. Oleh karena itu, harus diusahakan aliran bersifat
laminar (jangan ada turbulensi). Untuk itu harus dihindari tikungan yang tajam dalam instalasi
air PLTA.

Contoh Soal No. 2

Apabila pada contoh soal No. 1 Subbab 2.1 , PLTA berbeban penuh selama 24 jam sehari.

a. Berapa banyak jumlah produksi kWh-nya ?


b. Berapa banyak pemakaian airnya ?
c. Berapa besar pemakaian air yang diperlukan untuk memproduksi 1 MWh.

Jawaban:

a. Produksi kWh dalam satu hari (24 jam) = 16.292,5 kW x 24 jam = 391.020 kWh.
b. Pemakaian air dalam satu hari = 14 x 3600 x 24 = 1.209.600 m3
c. Dalam 24 jam :
Produksi = 391.020 kWh
Pemakaian air = 1.209.600 m3
Untuk memproduksi tenaga sebesar 1 kWh diperlukan air sebanyak =
1.209.600
= 3.093.447,905 m3
391.020

Untuk memproduksi 1 MWh diperlukan air sebanyak 3.093.447,905 m3

Contoh Soal No. 3


PLTA dalam contoh soal no. 1 direncanakan mempunyai kolam tando tahunan. Debit
air sungai penggerak PLTA berdasarkan pengamatan statistik diperkirakan rata-rata sebagai
berikut:
II - 14

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Debit (m3/det) 23 22 20 16 13 10 8 6 5 10 14 20

Bila kolam tando yang dibangun harus bisa menampung seluruh air sungai kelebihan
PLTA.
a. Hitunglah berapa besarnya volume kolam tando ini dengan catatan bahwa banyaknya
air kolam yang menguap adalah sebanyak 5 %.
b. Dengan adanya kolam tando tersebut pada butir a. berapa lama PLTA ini bisa bebeban
penuh dalam satu tahun.
c. Dengan adanya kolam tando tersebut pada butir a. berapa besar jumlah produksi yang
bisa dicapai dalam satu tahun.

Jawaban:

a. Instalasi PLTA hanya bisa mengalirkan maksimum 14 m3/det. Jika debit air besarnya
di atas 14 m3/det maka kelebihan ini harus bisa ditampung di kolam tando ini.
Pengisian kolam tando akan berlangsung sebagai berikut, lihat gambar 2.5

Januari : (23-14) x 31 x 24 x 3600 = +24.105.600 m3


Februari : (22-14) x 28 x 24 x 3600 = +19.353.600 m3 (28 hari)
Maret : (20-14) x 31 x 24 x 3600 = +16.070.400 m3
April : (16-14) x 30 x 24 x 3600 = + 5.184.000 m3
Mei : (13-14) x 31 x 24 x 3600 = − 2.678.400 m3
Juni : (10-14) x 30 x 24 x 3600 = − 10.368.000 m3
Juli : (8-14) x 31 x 24 x 3600 = − 16.070.400 m3
Agustus : (6-14) x 31 x 24 x 3600 = − 21.427.200 m3
September : (5-14) x 30 x 24 x 3600 = − 23.328.000 m3
Oktober : (10-14) x 31 x 24 x 3600 = − 10.713.600 m3
Nopember : (14-14) x 30 x 24 x 3600 = 0 m3
Desember : (20-14) x 31 x 24 x 3600 = +16.070.400 m3

Pada perhitungan di atas , tanda (+) berarti pengisian kolam tando dan tanda (-) berati
pengambilan air dari kolam, kedua-duanya untuk keadan PLTA berbeban penuh dengan
debit air 14 m3/det.

Volume kolam tando harus cukup menampung air selama proses pengisian dikurangi 5%
karena penguapan. Dari uraian di atas tampak bahwa proses pengisian berlangsung dari
II - 15

bulan Januari sampai dengan April ditambah pada bulan Desember. Setelah dikurangi 5%
karena penguapan maka didapat angka 76.744.800 m3 ini adalah volume kolam tando
yang diperlukan.

Gambar 2.5 Grafif Debit Air rata-rata setiap bulan

b. Selama bulan Januari sampai dengan Maret dan selama bulan Desember PLTA ini
bisa beroperasi penuh \tanpa mengambil air dari kolam tando. Untuk bulan-bulan
yang lain untuk bisa berbeban penuh diperlukan suplisi air dari kolam tando sebanyak:

Mei : (14-13) x 31 x 24 x 3600 = 2.678.400 m3


Juni : (14-10) x 30 x 24 x 3600 = 10.368.000 m3
Juli : (14-8) x 31 x 24 x 3600 = 16.070.400 m3
Agustus : (14-6) x 31 x 24 x 3600 = 21.427.200 m3
September : (14-5) x 30 x 24 x 3600 = 23.328.000 m3
Oktober : (14-10) x 31 x 24 x 3600 = 10.713.600 m3
73.872.000 m3
II - 16

c. Produksi energi yang bisa dihasilkan PLTA dalam satu tahun :


= (341,67 x 24 x 16.292,5 + 23,33 x 24 x 93310) kWh.
= 133.599.803,4 + 5.212.855,2 kWh = 138.812.658.6 kWh.
II - 17

Gambar 3.4c Pembebanan PLTA dimana beban diusahakan maksimal tetapi di sesuaikan
dengan tersedianya air.

Gambar 3.4d Duga muka air kolam (waduk) yang diinginkan (dipolakan)
II - 18

2.5 Evaluasi
a. Jelaskan proses konversi tenaga menjadi tenaga listrik pada PLTA !
b. Sebutkan beberapa produk sampingan yang tidak diinginkan yang timbul pada proses
konversi yang disebut-sebut pada soal no. 1 !
c. Sebutkan 3 PLTA di Indonesia dan lengkapi lengkapilah dengan data-data berkaitan
dengan:
a. Tipe bendungannya.
b. Tipe turbinnya .
c. Spesifikasi pipa pesatnya ( tingi jatuh dan debet airnya).
d. Spesifikasi Generatornya.
d. Dengan data-data dari soal no. 2, hitunglah daya yang bisa dibangkitkan oleh
Generator yang diputar oleh turbin pada PLTA tersebut.
e. Sebutkan kelebihan dan kekurangan PLTA !
f. Sebutkan masalah utama dalam PLTA !

Anda mungkin juga menyukai