PENDAHULUAN
Pada praktikum mata kuliah Instalasi Listrik Industri semester 5 ini, praktikan
diberikan salah satu contoh dari sekian banyak hasil rancangan yang kini telah
banyak digunakan pada gedung modern dan di industri-industri, yaitu Waste Water
Pump Station yang berfungsi untuk memindahkan limbah dari kolam penampungan
pertama ke kolam penampungan berikutnya secara otomatis untuk menjalani proses
pengolahan air limbah selanjutnya.
Sistem ini mempunyai tiga sensor (menggunakan floating switch) untuk
mengukur tingkat ketinggian limbah pada tangki penampungan sekaligus
memberikan sinyal, pompa mana dan berapa pompa yang harus bekerja. Sistem ini
pun dilengkapi pula dengan indikasi gangguan, yaitu gangguan No Flow (tidak ada
aliran air), Over Load pompa. Selain mempunyai indikasi gangguan, sistem ini pun
memiliki indikasi jika Volume Limbah lebih besar dari Volume tangki penampungan
itu sendiri (Indikasi Level Over Limit). Untuk pegontrolan sistem agar dapat
dioperasikan secara otomatis yaitu dengan menggunakan teknik pengontrolan
“Kontaktor Logic”.
Waktu yang diberikan untuk melaksanakan seluruh aktifitas praktikum
termasuk uji coba dan presentasi yaitu kurang lebih 13 kali pertemuan.
1
2) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan penelusuran atau menganalisa jika
pada sistem terjadi gangguan (trouble).
3) Menumbuhkan kepercayaan diri pada mahasiswa jika di lapangan berhadapan
dengan masalah (trouble).
2.1 Peralatan
1) Obeng + & - semua ukuran
2) Tang Lancip
3) Tang Kombinasi
4) Tang Potong
5) Tang Pengupas
6) AVO Meter
7) Test Pen
8) Cutter/Gunting
9) Penggaris
2.2 Bahan
4
2.3 Komponen
Pada pembuatan insalasi pengolahan limbah ini terdiri dari beberapa komponen
saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya baik itu komponen utama
maupun komponen sebagai simulasi. Adapun komponen dan fungsi untuk
penggoperasian pengolahan air limbah ini adalah :
1) Saklar utama , digunakan sebagai pemutus aliran listrik dari sumber PLN ke
panel
2) MCB tiga Fasa, digunakan sebagai pengaman arus hubung singkat dan beban
lebih motor pompa.
3) Fuse, sebagai pengaman komponen dari kerusakan dan pengaman gangguan atau
hubung singkat.
4) Grounding, sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh.
5) Kontaktor, penghubung antara sumber dengan motor yang bekerja secara
elektromagnetik
6) Termal overload relay, digunakan sebagai pengaman motor dari beban lebih
(Over Load)
7) Buzzer atau alarm, untuk memberikan indikasi kepada operator bahwa pada
sistem terjadi gangguan.
8) Hand Impuls
a. Jump : digunakan untuk mengecek apakah tegangan sudah masuk kedalam
system atau belum.
b. Auto : Posisi dimana system sudah siap bekerja (standby).
9) Saklar Impuls, bekerja cukup diberi tegangan sesaat. Disini difungsikan sebagai
Change Over. Artinya pada saat terjadi pasang surut pada level satu saklar impuls
akan mengendalikan pompa supaya pompa bekerja saling bergantian.
10) Flow controller, suatu sensor yang bekerja secara mekanik yang mendeteksi
adanya aliran air atau tidak dalam pipa.
5
11) Non Return Valve, difungsikan agar air dalam pompa tidak kosong sehingga
pompa dapat bekerja setiap saat.
12) Floating switch, suatu sensor yang bekerja dengan memanfaatkan tinggi
rendahnya permukaaan air yang digunakan untuk mendeteksi volume air.
13) Hour Counter, menunjukan lamanya pompa beroperasi dalam satuan jam.
14) Dioda, dalam kondisi forward sebagai penyearah tetapi dalam hal ini
difungsikan sebagai pembatas arus (Bloking Current) yaitu dalam kondisi
reverse,
15) Thermistor, dibagi menjadi dua jenis yaitu :
16) Relay, merupakan saklar yang bekerja secara elektromagnetik.
2.4.1 MCB
1) Dapat memutuskan rangkaian tiga phasa walaupun terjadi hubung singkat pada
salah satu phasanya.
2) Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat
atau beban lebih.
3) Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban
lebih.
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan
elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih
sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi
hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan
thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal),
pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus
yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah
kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya
memiliki satu kutub untuk pengaman satu phasa, sedangkan untuk pengaman tiga
phasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila
terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut
terputus.
2.4.3 Grounding
Prinsip kerja Waste Water Pumping Panel Station disini menggunakan sebuah
panel dan simulator dimana simulator ini sebagai simulasi dari aplikasinya
dilapangan, sistem ini terdiri dari tiga level yaitu level 1, level 2, level 3. pada level 1
air limbah pada posisi dasar yaitu sangat kotor, pada level 2 air limbah pada posisi
standar dan pada level 3 air limbah sudah naik dimana air akan disalurkan pada
saluran pembuangan kemudian sistem ini juga menggunakan dua tegangan yaitu 48V
dan 220V
Untuk mengoperasikan rangkaian ini posisi saklar utama harus dalam keadaan
ON (saklar menunjuk angka 1). Kemudian untuk masing-masing pompa di cek
apakah tegangan sudah masuk ke rangkaian, yaitu dengan memutar hand Impuls
menunjuk posisi jump, jika rangkaian bekerja berarti tegangan sudah masuk ke
rangkaian. Selanjutnya kedua hand Impuls untuk pompa satu dan dua putar menunjuk
posisi Auto. Ini berarti kedua pompa sudah siap bekerja (Stand By).
Pada kondisi normal, pompa akan tetap bekerja meskipun timer d11 untuk
pompa 1 dan timer d16 untuk pompa 2 seting waktunya telah habis. Untuk
mengoperasikan agar rangakain bekerja keadaan normal, maka timer d11 dan d16
harus di setting lebih besar dari seting timer On Delay (flow controller) pada papan
simulasi. Sehingga arus yang masuk ke koil kontaktor C21 atau C23 pada saat seting
timer d11 dan d16 habis, telah di gantikan oleh flow controller, yang disimulasikan
oleh timer On Delay pada papan simulasi. Sehingga arus yang masuk ke koil
kontaktor C21 dan C23 sekarang melewati flow controller tidak lagi melewati timer
d11 dan d16. Pada kenyataannya dilapangan Setting waktu timer On Delay pada
papan simulasi diasumsikan sebagai waktu yang diperlukan oleh air untuk naik
sampai menyentuh flow controller sehingga kontak flow controller menutup untuk
menggantikan kontak timer d11 dan d16 untuk melewatkan arus menuju koil
kontaktor C21 dan C23.
Pada kondisi tidak normal, pompa akan mati bersamaan dengan habisnya
setting waktu pada timer d11 untuk pompa 1 dan d16 untuk pompa 2. Kondisi ini
terjadi karena setting waktu timer d11 dan d16 lebih kecil dari timer On Delay pada
papan simulasi. Sehingga pada saat setting waktu timer d11 dan d16 habis arus yang
mengalir ke koil kontaktor C21 dan C23 terputus, karena kontak flow controller
belum menutup. Pada keadaan ini maka Alarm 1 dan lampu indicator No flow pada
panel akan bekerja. Untuk mematikan alarm ini dengan memutar Hand Impuls
menunjuk angka 0. Pada kenyataan dilapangan keadaan ini diartikan bahwa pada pipa
pompa tidak ada aliran.
Keadaan over load terjadi apabila pada motor pompa terjadi beban lebih,
artinya arus yang mengalir ke kumparan motor besar, melebihi setting TOLR yang
telah ditentukan maka motor akan berhenti bekerja dan Alarm 1 dan lampu indicator
Over load pada panel akan bekerja. Untuk mematikan alarm ini sama dengan keadaan
No Flow.
Karena kemungkinan letak antara motor dengan pompa jauh, untuk mengetahui
pompa bekerja atau tidak, maka dilengkapi dengan rangkaian tes lampu sebagai
indicator pompa 1 dan pompa 2 bekerja atau tidak. Yaitu menggunakan Off Delay,
dengan menekan tombol Test Run Pump berupa Push botton NO maka lampu
indicator akan menyala jika pompa bekerja, dan akan mati kembali sesuai setting
pada timer Off Delay-nya.
Untuk mengetahui keadaan lampu indicator pada panel baik atau tidak maka
dengan menekan tombol Test Lamp pada panel berupa push botton NO, maka semua
lampu indicator yang ada pada panel harus menyala.
BAB IV
EVALUASI PEMASANGAN
4.2.5 Batere
Fungsi batere :
1) Sumber tenaga untuk alat kontrol, pengawasan, signalling dan alarm.
2) Sumber tenaga motor-motor untuk PMT, PMS, tap charging trafo tenaga dan
sebagainya
3) Sumber tenaga untuk penerangan darurat
4) Sumber tenaga untuk relai proteksi
5) Sumber tenaga untuk peralatan telekomunikasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan system pemompaan air
limbah ini terdapat tiga kondisi penting yaitu :
1. Keadaan normal, pada kondisi ini semua pompa bekerja normal.
2. Keadaan tidak normal, dimana pompa akan mati setelah bekerja terlebih dahulu
beberapa saat. Pada kondisi ini diartikan bahwa pada pipa pompa tidak ada
aliran. Pada kondisi ini lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm
berbunyi.
3. Keadaan Over Load, pompa akan berhenti bekerja karena pada pompa terjadi
beban lebih, artinya arus yang mengalir ke motor lebih besar dari arus setting
pada thermal over load relay. Pada kondisi ini lampu indicator pada panel akan
menyala dan alarm berbunyi.
5.3 Saran
Pada proses merangkai panel control, sambungan antara tiap komponen harus
kencang karena ini berpengaruh terhadap kerja system. Labeling pada kabel control
harus benar ini akan berguna pada saat terjadi trouble shooting. Masing-masing orang
harus memiliki satu set peralatan lengkap mulai dari peralatan utama peralatan bantu
dan alat ukur.
LAMPIRAN
18
ANALISA DAN JAWABAN PERTANYAAN PERSENTASI
Analisis Rangkaian
Pada analisis rangkaian ini akan di jelaskan alasan-alasan dari rangkaian tersebut
dari mulai alur kerja sistem sampai kepada penggunaan komponen dengan spesifikasi
yang ada di rangkaian itu sendiri. Dalam rangkaian ini, sistem menggunakan dua
tegangan yaitu 220 V dan 48 V, sistem bekerja secara pararel yang artinya apabila
salah satu mati maka sistem tidak akan berfungsi dan juga dalam rangkaian kontrol
2
menggunakan kabel NYA dengan ukuran 2,5 mm dengan warna hijau karena untuk
kontrol harus menggunakan kabel dengan warna selaian warna fasa, netral dan PE,
dimana sistem disuply dengan tegangan PLN 220V melewati MCB 3Ø karena dalam
sistem ini menggunakan motor yang spesifikasinya menggunakan tegangan 380V
dalam kenyataannya dilapangan. Tapi dalam simulasi ini menggunakan
tegangan
220V, setelah masuk kedalam sistem, yang pertama tegangan dibagi kedalam dua
kelompok, tegangan 48V yang didapatkan dari hasil step down dengan menggunakan
trafo 220/48 V, yang kedua dari MCB dimasukan kedalam kontaktor kenapa karena
untuk dihubungkan ke motor yang berfungsi sebagai kontak dan kontrol bagi motor
itu sendiri.
Untuk mengetahui sistem berada pada level berapa maka digunakan dua buah
saklar dan satu buah push button yang berada pada papan simulator yang
dihubungkan dengan selector Pump 1 dan Pump 2 yang ada dipanel, kemudian untuk
mengontrol system dalam keadaan normal atau tidak normal maka disini
menggunakan kontaktor yang menggunakan ON Delay dan kontaktor yang
menggunakan kontak bantu dan TOLR, Fungsi dari kontaktor yang menggunakan
ON Delay yaitu kita bisa mencoba sistem dalam keadaan normal dan tidak normal
dengan mengatur antara ON Delay dalam panel dengan On Delay yang ada pada
simulator dan fungsi dari kontaktor yang menggunakan TOLR yaitu sebagai
pengaman bagi motor apabila terjadi Over Load pada motor maka dalam sistem ini
19
apabila terjadi Over Load maka sistem akan memberikan sinyal lewat alarm,
selanjutnya untuk mengatur apabila terjadi air naik turun maka disini menggukan
impuls yang dihubungkan dengan relai, kemudian untuk melihat apakah motor itu
sedang ON atau OFF maka disini menggunakan Valve yang disimulasikan dengan
lampu jadi apabila motor bekerja maka lampu tersebut akan bekerja, lampu tersebut
menggunakan tegangan 48V dengan menggunakan dioda yang berfungsi sebagai
pemblok arus yang masuk kedalam lampu tersebut, antar lampu dalam rangkaian ini
dihubungkan yang berfungsi untuk mengetest lampu apakah lampu mati atau tidak,
selanjutnya dalam rangkaian ini juga menggunakan OFF Delay yang berfungsi untuk
mematikan motor dengan waktu tertentu. Dalam rangkaian ini juga menggunakan
push button dan alarm yang berfungsi untuk Over limit artinya bila pada system
terjadi level maksimum maka alarm bekerja yang disimulasikan dengan menekan
push button.
Analisis Keseluruhan
Pada saat rangkaian dirunning test ternyata banyak sekali kesalahan karena
ketidak sesuaian antara gambar rangkaian dengan rangkaian dalam panel hal ini
disebabkan antara lain kecerobohan dan ketidak telitian dalam merangkai sistem, hal
tersebut sering terjadi dalam merangkai suatu rangkaian listrik, karena kabel-kabel
yang sebegitu banyak dengan warna yang sama, tetapi dengan melakukan prosedur
yang benar tentu hal itu tidak akan terjadi misalnya dengan mengecek lagi semua
yang telah dirangkai.
Pada analisis deskripsi ini, barangkali ada rangkaian yang tidak sesuai dengan
gambar sehingga menyebabkan sistem tidak jalan atau untuk pengetesan komponen
setelah kita mengetahui sistem tidak jalan maka kita bisa menganalisis pada
komponen apabila komponen yang kita gunakan rusak, itu tidak menutup
kemungkinan dalam penganalisisan untuk dilakukan atau bisa saja sistem tidak jalan
akibat tidak ada suplai kedalam sistem.
Pada rangkaian panel kali ini dapat dianalisis dari keadaan normal dalam arti
rangkaian tidak berjalan walaupun sudah mengeset ON Delay dalam panel lebih besar
dibanding dengan ON Delay yang ada di papan simulator, yang diharapkan air
mengalir atau dengan disimulasikan No Flow Pump tidak terjadi. Tetapi
kenyataannya lain, air tetap tidak mengalir yang artinya ON Delay tetap saja jatuh
setelah dianalisis rangkaian dari mulai pengecekan komponen ternyata komponen
dalam keadaan baik kemudian pengecekan suply ternyata juga ada, ternyata setelah
melihat gambar rangkaian yang ada dalam komponen tersebut dengan rangkaian pada
simulator ada ketidak cocokan yaitu ada satu rangkaian yang belum dirangkai setelah
dirangkai,kemudian diset normal airpun jalan.