Anda di halaman 1dari 2

Materi Tatap Muka Ke-4

1. Penulisan Karya Keilmuan dan Aspek-aspeknya


Pengertian karya keilmuan (ilmiah) adalah karya berdasarkan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar
(Brotowijoyo dalam Yonohudiyono, dkk., 2005: 53). Oleh karena itu, suatu karya dapat dikatakan
keilmuan apabila karya tersebut memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan. Dari sisi model
penulisan, karya keilmuan ini akan terbagi atas karya keilmuan resmi dan karya keilmuan
subresmi. Namun demikian, sebelum menguraikan dua jenis karya keilmuan ini maka berikut ini
akan diuraikan terlebih dulu unsur-unsur yang ada pada karya keilmuan tersebut, termasuk tentang
topik, judul, dan rumusan masalah.
Topik merupakan pokok pembicaraan (Keraf, 1984: 108). Menurut Moeliono
(Yonohudiyono, dkk., 2005: 53-54), topik adalah proposisi yang berwujud frase atau kalimat yang
menjadi inti pembicaraan atau pembahasan. Topik merupakan pokok persoalan atau permasalahan
yang menjiwai seluruh karangan. Topik tidak sama dengan tema karena topik merupakan rincian
atau penjabaran tema, sedangkan tema lingkupnya lebih luas dibandingkan dengan topik. Tema
biasanya lebih abstrak dibandingkan dengan topik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan penulis dalam memilih topik (Yonohudiyono, dkk., 2005:
54), antara lain, menarik (bagi penulis maupun pembaca), tujuan penulisan, pembacanya, dan
bidang masalah yang akan diungkapkan adalah yang dikuasai. Setelah itu, mengumpulkan bahan
yang berkaitan dengan topik terpilih kemudian mengorganisasikan topik tersebut.
Dalam sebuah karangan, selain harus ada topik juga harus ada judul karangan. Judul
karangan tidak sama dengan topik, tetapi judul dapat diangkat dari topik yang dibahas dalam
tulisan. Untuk memilih dan menentukan judul, hendaknya menarik, tidak terlalu panjang atau
terlalu pendek, dan dapat segera memberikan informasi tentang isi karangan.
Dari topik yang baik (Yonohudiyono, dkk., 2005: 54), akan muncul beberapa pertanyaan
yang menyertainya yang perlu dijawab. Pertanyaan-pertanyaan yang menyertai topik itulah yang
dapat dipilih untuk dijadikan perumusan masalah. Rumusan itu kemudian dikonkretkan menjadi
tujuan penelitian yang akan dicapai dalam tulisan tersebut.

2. Penulisan Karya Keilmuan Resmi dan Subresmi


Sebagaimana yang sudah terurai secara singkat bahwa karya keilmuan apabila dilihat dari
sisi model penulisan, karya keilmuan tersebut terbagi atas karya keilmuan resmi dan karya
keilmuan subresmi. Karya keilmuan resmi (Yonohudiyono, dkk., 2005: 53) ialah karya keilmuan
yang model penulisan dan urutan-urutannya ditentukan secara lengkap. Bagian-bagian yang ada
dieksplisitkan dengan kata yang sama, misalnya: judul; kata pengantar; daftar isi (untuk karya tulis
yang lebih dari dua puluh halaman); pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan seterusnya; landasan teori (dapat juga dengan
istilah lain yang berfungsi sama); metode penelitian; analisis atau pembahasan; simpulan; daftar
pustaka; dan lampiran. Tulisan yang memuat bagian-bagian ini dan termasuk skripsi, tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan lain-lain.
Karya keilmuan subresmi (Yonohudiyono, dkk., 2005: 53) ialah karya keilmuan yang
model penulisannya tidak ditentukan secara lengkap. Yang dimaksud tidak ditentukan secara
lengkap, misalnya, cukup ada bagian yang berfungsi sebagai judul, pendahuluan, isi, dan penutup.
Bagian-bagian tersebut tidak harus dieksplisitkan dengan kata yang sama, yakni judul,
pendahuluan, isi, dan penutup tetapi dapat juga dengan kata lain yang berfungsi sama. Selain itu,
dapat juga ditambahkan daftar pustaka dan lampiran. Tulisan model ini termasuk makalah, artikel,
dan sebagainya. Tulisan yang tergolong keilmuan popular termasuk ke dalam kelompok ini.
Penggunaan bahasa dalam karya keilmuan tersebut, tentunya harus dengan bahasa yang
jelas, lugas, dan komunikatif agar pembaca dengan mudah memahami makna atau maksud tulisan
secara tepat. Dari sisi bahasa (Yonohudiyono, dkk., 2005: 54) harus jelas, bahwa bahasa yang
digunakan secara jelas harus memperlihatkan unsur-unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan). Dengan kejelasan unsur-unsur kalimat ini, karya keilmuan mudah
dipahami pembaca.
Lugas berati bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dengan
bahasa yang menimbulkan tafsiran ganda, tentunya akan membingungkan pembaca dalam
menangkap isi atau maksud karangan. Bentuk dan pilihan kata serta struktur kalimat dalam karya
keilmuan harus sejalan dengan yang dimaksudkan penulisnya.
Komunikatif berarti bahwa isi kominikasi yang dipahami oleh pembaca sama dengan yang
dimaksudkan penulisnya. Wacana yang komunikatif tersaji secara logis dan sistematis. Logis dan
tidaknya bahasa tersebut akan tampak antarbagian dalam kalimat, antarkalimat dalam paragraf, dan
antarparagraf dalam wacana (ada hubungan).

Anda mungkin juga menyukai