Pengertian karya keilmuan (ilmiah) adalah karya berdasarkan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Brotowijoyo dalam Yonohudiyono, dkk., 2005: 53). Oleh karena itu, suatu karya dapat dikatakan keilmuan apabila karya tersebut memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan. Dari sisi model penulisan, karya keilmuan ini akan terbagi atas karya keilmuan resmi dan karya keilmuan subresmi. Namun demikian, sebelum menguraikan dua jenis karya keilmuan ini maka berikut ini akan diuraikan terlebih dulu unsur-unsur yang ada pada karya keilmuan tersebut, termasuk tentang topik, judul, dan rumusan masalah. Topik merupakan pokok pembicaraan (Keraf, 1984: 108). Menurut Moeliono (Yonohudiyono, dkk., 2005: 53-54), topik adalah proposisi yang berwujud frase atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan. Topik merupakan pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan. Topik tidak sama dengan tema karena topik merupakan rincian atau penjabaran tema, sedangkan tema lingkupnya lebih luas dibandingkan dengan topik. Tema biasanya lebih abstrak dibandingkan dengan topik. Hal-hal yang perlu diperhatikan penulis dalam memilih topik (Yonohudiyono, dkk., 2005: 54), antara lain, menarik (bagi penulis maupun pembaca), tujuan penulisan, pembacanya, dan bidang masalah yang akan diungkapkan adalah yang dikuasai. Setelah itu, mengumpulkan bahan yang berkaitan dengan topik terpilih kemudian mengorganisasikan topik tersebut. Dalam sebuah karangan, selain harus ada topik juga harus ada judul karangan. Judul karangan tidak sama dengan topik, tetapi judul dapat diangkat dari topik yang dibahas dalam tulisan. Untuk memilih dan menentukan judul, hendaknya menarik, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek, dan dapat segera memberikan informasi tentang isi karangan. Dari topik yang baik (Yonohudiyono, dkk., 2005: 54), akan muncul beberapa pertanyaan yang menyertainya yang perlu dijawab. Pertanyaan-pertanyaan yang menyertai topik itulah yang dapat dipilih untuk dijadikan perumusan masalah. Rumusan itu kemudian dikonkretkan menjadi tujuan penelitian yang akan dicapai dalam tulisan tersebut.
2. Penulisan Karya Keilmuan Resmi dan Subresmi
Sebagaimana yang sudah terurai secara singkat bahwa karya keilmuan apabila dilihat dari sisi model penulisan, karya keilmuan tersebut terbagi atas karya keilmuan resmi dan karya keilmuan subresmi. Karya keilmuan resmi (Yonohudiyono, dkk., 2005: 53) ialah karya keilmuan yang model penulisan dan urutan-urutannya ditentukan secara lengkap. Bagian-bagian yang ada dieksplisitkan dengan kata yang sama, misalnya: judul; kata pengantar; daftar isi (untuk karya tulis yang lebih dari dua puluh halaman); pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan seterusnya; landasan teori (dapat juga dengan istilah lain yang berfungsi sama); metode penelitian; analisis atau pembahasan; simpulan; daftar pustaka; dan lampiran. Tulisan yang memuat bagian-bagian ini dan termasuk skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan lain-lain. Karya keilmuan subresmi (Yonohudiyono, dkk., 2005: 53) ialah karya keilmuan yang model penulisannya tidak ditentukan secara lengkap. Yang dimaksud tidak ditentukan secara lengkap, misalnya, cukup ada bagian yang berfungsi sebagai judul, pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian-bagian tersebut tidak harus dieksplisitkan dengan kata yang sama, yakni judul, pendahuluan, isi, dan penutup tetapi dapat juga dengan kata lain yang berfungsi sama. Selain itu, dapat juga ditambahkan daftar pustaka dan lampiran. Tulisan model ini termasuk makalah, artikel, dan sebagainya. Tulisan yang tergolong keilmuan popular termasuk ke dalam kelompok ini. Penggunaan bahasa dalam karya keilmuan tersebut, tentunya harus dengan bahasa yang jelas, lugas, dan komunikatif agar pembaca dengan mudah memahami makna atau maksud tulisan secara tepat. Dari sisi bahasa (Yonohudiyono, dkk., 2005: 54) harus jelas, bahwa bahasa yang digunakan secara jelas harus memperlihatkan unsur-unsur kalimat (subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan). Dengan kejelasan unsur-unsur kalimat ini, karya keilmuan mudah dipahami pembaca. Lugas berati bahwa bahasa yang digunakan tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dengan bahasa yang menimbulkan tafsiran ganda, tentunya akan membingungkan pembaca dalam menangkap isi atau maksud karangan. Bentuk dan pilihan kata serta struktur kalimat dalam karya keilmuan harus sejalan dengan yang dimaksudkan penulisnya. Komunikatif berarti bahwa isi kominikasi yang dipahami oleh pembaca sama dengan yang dimaksudkan penulisnya. Wacana yang komunikatif tersaji secara logis dan sistematis. Logis dan tidaknya bahasa tersebut akan tampak antarbagian dalam kalimat, antarkalimat dalam paragraf, dan antarparagraf dalam wacana (ada hubungan).