KISTA OVARIUM
b. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium secara pasti belum bisa
diketahui, namun ada beberapa faktor predisposisi yang dapat
meningkatkan resiko terrjadinya kista ovarium, antara lain adanya riwayat
kanker ovarium dalam keluarga, khususnya ibu atau saudara perempuan,
menopause yang lambat, kehamilan pertama setelah berusia lebih dari 30
tahun, riwayat kanker payudara, kanker kolon yang juga dapat
meningkatkan resiko kista ovarium. Beberapa faktor lain yang juga
berpengaruh adalah infertilitas terutama penggunaan obat-obatan
infertilitas untuk menstimulasi ovulasi. Secara umum pertumbuhan
jaringan abnormal di ovarium yang telah diawali oleh adanya faktor
predisposisi diatas yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hormonal. Pada gejala dini tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah
rasa berat pada panggul, sering berkemih, keadaan tidak nyaman di
abdomen, distres gastrointestinal, nyeri pada abdomen pada tahap lanjut,
selain itu gejala diperut yang samar-samar yang dapat dilihat adalah
konstipasi, mual, anoreksia. Pada kanker ovarium stadium lanjut dapat
bermetastase dengan invasi langsung ke organ terdekat pada abdomen dan
panggul selain itu cairan yang mengandung sel ganas dapat masuk ke
limfe menuju pleura sehingga akhirnya menyebabkan efusi pleura.
1
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) USG
Dapat digunakan untuk melihat massa dan mengidentifikasi letak atau
batas tumor.
2) Foto Thorax
Untuk mengetahui adanya metastase ke paru
3) IVP
Untuk mengetahui invasi kekandung kemih
4) CT Scan dan MRI
Untuk mengetahui adanya tekanan nodus limfe
5) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Darah
Untuk mengetahui perubahan pada komponen darah. Penurunan Hb
dapat menunjukkan Anemia Kronis, sementara penurunan Ht
menunjukkan kehilangan darah aktif sedangkan peningkatan sel darah
putih dapat mengidentifikasi proses inflamasi atau infeksi.
6) Laparoskopi
Untuk mengetahui keterlibatan usus dan sistem gastroinestinal.
7) Dilatasi dan Kuretase dengan Biopsi
Memungkinkan pemeriksaan kispatologis sel untuk menentukan adanya
atau lokasi kanker.
8) Pemeriksaan PA Pasca Operasi
Untuk melihat adanya keganasan.
d. Penatalaksanaan Medis
1) Operatif
a) Kistektomi
Adalah tindakan pembedahan untuk mengangakat kista tanpa
pengangkatan uterus.( Mansjoer, 1999)
b) Histerektomi
(1) Pengertian
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan,
dilakukan untuk kondisi keganasan dan bukan keganasan
tertentu(contoh: Endometriosis/tumor). Untuk mengontrol
perdarahan yang mengancam jiwa, infeksi pelvis yang tidak
sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki
(Doengoes, 2000).
(2) Indikasi
Dilakukan pada myoma yang besar dan multiple.
(3) Jenis-jenis Histerektomi
(a) Histerektomi Vaginal
2
Dapat dilakukan pada kondisi tertentu, seperti prolaps uteri,
sistokel/rektokel, karsinoma insitu, dan risiko kegemukan. Ini
dikontraindikasikan bila diagnosis tak jelas.
(b) Histerektomi Tipe Abdominal
(1) Sub Total (Parsial) : Badan uterus diangkat, puntung servik
dipisahkan
(2) Total : Pengangkatan uterus dan serviks
(3) Total dengan Salpingo-ooforektomi bilateral : pengangkatan
uterus, serviks, tuba palopii dan ovarium adalah pengobatan
untuk kanker invasif, tumor fibroid yang cepat tumbuh dan
menghasilkan perdarahan abnormal berat, dan
endometriosis yang melibatkan organ pelviks lain.
2) Radioterapi
Radioterapi umumnya hanya dikejakan bila terdapat kontra indikasi
untuk tindakan operasi, dengan tujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi
sehingga penderita mengalami menopause.
3) Kemoterapi
adalah suatu tindakan pengobatan yang digunakan untuk membunuh sel
kanker dengan menghambat perkembangannya, indikasi kemoterapi
biasanya lebih efektif saat inti tumor masih kecil. Jenis sitostatika yang
biasa diberikan adalah :
a) CAP (Cyclophosphamide, Adriameycine dan Cisplatinum)
b) PBV (Platamin, Bleosyn dan Vincristin)
c) VAC (Vincristin. Actinomycin dan Cyclophosphamide)
e. Penatalaksanaan Keperawatan
1 )Mengurangi Nyeri
Kolaborasi dalam pemberian analgetik, mencegah syok dan sinkope
akibat nyeri yang luar biasa. Tindakan mandiri perawat yang bisa
mengurangi nyeri yaitu tehnik distraksi dan relaksasi.
2) Penyuluhan pasien tentang pentingnya tehnik aseptik dalam merawat
luka dirumah
3) Mencegah kekurangan volume Cairan
4) Mempertahankan integritas kulit
5) Memberikan nutrisi yang adekuat
6) Mengurangi ansietas
f. Penatalaksanaan Pra-operatif
1) Memberi penjelasan pada pasien tentang prosedur pembedahan
3
2) Perawat menyiapkan pasien untuk pembedahan
3) Infus IV digunakan untuk mencegah kekurangan cairan
4) Terapi antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi
b. Perencanaan
4
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan yang
terdiri dari prioritas diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.
Tahap awal dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan.
1) Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang paling
dikeluhkan pasien :
a) gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi
jaringan saraf akibat inflamasi sel kanker.
b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake
makanan kurang
c) Ganguan istirahat tidur berhubungan dengan efek pengobatan
kemoterapi (mual, muntah)
d) Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak
dikenal, ketidak pastian pengobatan, perasaan putus asa dan tidak
berdaya, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatan.
e) Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
gaya hidup, peran dan penampilan.
f) Berduka berhubungan dengan kehilangan potensial fungsi tubuh.
2) Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan
menurut Doengoes (2000) dan Carpenito (2000) :
a) gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan destruksi jaringan
saraf akibat inflamasi sel kanker.
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang
Intervensi :
(1) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter
nyeri (menetap,hilang timbul, kolik)
Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan
memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan
penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi.
(2) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional : pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan
(3) Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional : respon nyeri meliputi perubahan pada tekanan darah,
nadi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan
tanda vital memerlukan evaluasi lanjut.
(4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : analgetik dapat menghilangkan spasme dan nyeri otot.
5
b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, iritasi lambung, mual dan intake
makanan kurang.
Tujuan : Kebutuhhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
(1) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan yang tepat
Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan
terlalu cepat setelah perioda puasa
(2) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Menimbang berat badan memberikan informasi
tentang kebutuhan diet atau keefektipan terapi
(3) Pertahankan higiene oral yang baik sebelum dan sesudah makan
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
(4) Hindari membaui makanan dan rangsangan yang tidak
mengenakkan
Rasional : membaui makanan yang tidak mengenakkan dapat
meningkatkan rasa mual pasien.
6
Rasional : Untuk menambah pengetahuan pasien sehingga
cemasnya dapat berkurang.
(2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : mengurangi beban yang dirasakan pasien dan
mempermudah dalam memberikan intervensi
(3) Libatkan pasien dan orang terdekat dalam mengambil
keputusan
Rasional : meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama,
menurunkan rasa tak berdaya/putus asa
(4) Evaluasi tingkat kecemasan, catat respon verbal dan non verbal
Rasional : Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat
7
Rasional : mungkin tidak siap untuk menghadapi perasaan
berduka
(3) Bersikap tulus jangan memberikan jaminan yang tidak pasti
Rasional : Ketulusan dapat meningkatkkan hubungan saling
percaya
(4) Rujuk pada pelayanan lain, konseling dan sebagainya
Rasional : Dengan konseling pasien dapat mengekspresikan
perasaannya secara terbuka
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003)
d. Evaluasi
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Rasa nyeri berkurang
3) Istirahat dan tidur terpenuhi
4) Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
5) Gangguan konsep diri dapat diatasi
6) Pasien dapat mengekspresikan proses berduka
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan otot
2) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan interupsi
mekanis pada kulit/jaringan
8
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pembedahan, trauma jaringan
dan statis jaringan tubuh
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
jaringan pasca operasi
5) Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal
6) Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan feminitas
c. Perencanaan
1). Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas kebutuhan menurut hirarki
Abraham Maslow, adapun urutan prioritasnya adalah sebagai berikut :
(a)Perubahan perfusi jaringan
(b)Nyeri akut
(c)Perubahan eliminasi urinarius
(d)Kerusakan integritas kulit/jaringan
(e)Resiko tinggi infeksi
(f) Harga diri rendah
9
Rasional : Warna urine dapat kemerahmudaan yang seharusnya
jernih 2-3 hari
(4) Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan adekuat
Rasional : Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
(c) Gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang
Intervensi :
(1)Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
(menetap,hilang timbul, kolik)
Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan
memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit,
terjadinya komplikasi dan keefektifan terapi.
(2) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional : pengalihan perhatian terhadap nyeri yang dirasakan
(3) Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional : respon nyeri meliputi perubahan pada tekanan darah,
nadi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan dan tanda
vital memerlukan evaluasi lanjut.
(4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : analgetik dapat menghilangkan spasme dan nyeri otot.
(d) Kerusakan integritas kulit/jaringan
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki
Intervensi :
(1) Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan
nekrotik dan kondisi disekitar luka
Rasional : memberikan informasi dasar tentang kebutuhan
penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk pada area sirkulasi luka
(2) Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit
Rasional : Agar luka tidak bertambah luas
(3) Gunakan lotion pada kulit yang kering
Rasional : Lotion dapat memberikan kelembaban pada kulit
(4) Gunakan pakaian lembut dan longgar
Rasional : Pakaian yang ketat dapat merusak kulit
(e) Resiko tinggi infeksi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
(1) Kaji tanda vital terutama suhu
Rasional : Peningkatan suhu dapat mengindikasikan terjadinya infeksi
(2) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik terhadap staf dan
pengunjung
Rasional : Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi
(3) Tekankan higiene personal
Rasional : Membantu potensial sumber infeksi dan/pertumbuhan
sekunder
10
(4) Hindari/batasi prosedur invasif, taati teknik aseptik
Rasional : menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal
terhadap agen infeksi
(5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Antibiotik merupakan obat pencegah infeksi
(f) Harga diri rendah
Tujuan : Harga diri meningkat
Rasional :
(1) Dengarkan keluhan pasien dan tanggapannya mengenai keadaan yang
dialami
Rasional : Memberikan petunjuk bagi pasien dalam memandang
dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk
memberikan informasi pada saat tahap penerimaan.
(2) Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien
senormal mungkin
Rasional : Melibatkan pasien dalam keluarga mengurangi perasaan
terisolasi dari lingkungan sosial, tidak berdaya dan perasaan tidak
berguna
(3) Berikan informasi yang akurat diskusikan tentang pengobatan dan
prognosa
Rasional : Informasi yang akurat dapat memberikan pengetahuan yang
luas sehingga pasien bisa menerima keadaannya
(4) Perhatikan perasaan atau reaksi terhadap kecemasan seksual pasien
Rasional : Prilaku mungkin kacau. Menciptakan konflik pasien/staf
yang selanjutnya membuat perasaan negatif dan dapat menghilangkan
keinginan pasien untuk berpartisipasi.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya, berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi. (Tarwoto, 2003)
e. Evaluasi
1) Perfusi jaringan adekuat
2) Eliminasi urinarius lancar/normal
3) Rasa nyeri berkurang
4) Kerusakan integritas kulit dapat diperbaiki
5) Infeksi tidak terjadi
6) Harga diri meningkat
11
12
13
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. (2000). Dasar patologi penyakit (edisi ke-5). Jakarta : EGC.
Doenges, M. E,Moorhouse, M. F, Geisslen, A. C (1999). Rencana asuhan
keperawatan (Edisi ke – 6). Jakarta : EGC.
Hembing. (2006). Mencegah & mengatasi penyakit kewanitaan dengan tumbuhan
obat. www.IT GUIDE Cybertech.
Mansjoer, A. (1999). Kapita selekta kedokteran (Edisi ke -3). Jakarta : EGC.
Manuaba, I. B. G (2001). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri
ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta
:Mediaction
Robbin. (1998). Dasar patologi penyakit (Edisi ke-5).Jakarta : EGC.
14