Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Bali adalah salah satu dari sekian banyak pulau-pulau di Indonesia
yang mempunyai kekayaan budaya dan mampu memeliharanya walaupun era
globalisasi dengan segala dampaknya menerjang dengan intensitas yang tinggi,
namun Bali tetap konsisten dengan budayanya sendiri yang sudah diwariskan
oleh nenek moyangnya dari generasi ke generasi.

Hampir dalam setiap sendi kehidupannya masyarakat Bali diwarnai oleh


upacara-upacara keagamaan. Kelahiran, potong gigi, perkawinan,
kematian/Ngaben. Tentunya tradisi disetiap tempat yang ada di Bali berbeda-beda,
pada paper ini akan dibahas mengenai sosial budaya adat di Kecamatan Payangan,
Gianyar.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari pembuatan paper ini
adalah :

 Untuk mengetahui sosial, budaya dan adat Kecamatan Payangan, Gianyar.


2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geografi Kecamatan Payangan

Payangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gianyar, Bali,


Indonesia. Berjarak 35 km dari pusat ibu kota Kabupaten Gianyar. Luasnya adalah
75,88 km² (20,62% dari Kabupaten Gianyar) yang juga merupakan kecamatan ter-
luas di Kabupaten Gianyar. Secara geografis terletak di 8° 18' 48" ‐ 8° 29' 40"
Lintang Selatan dan 115° 13' 29,0" – 115o 17' 36,7" Bujur Timur. Dengan jumlah
penduduk yang mencapai 35.319 jiwa (BPS 2010). Kecamatan ini memiliki hawa
yang sejuk bahkan cenderung dingin dan dikenal sebagai daerah yang subur dan
cocok untuk lahan pertanian dan agro wisata. Selain itu kecamatan ini juga
terkenal akan Buah Lecinya yang dapat dijumpai dengan mudah di wilayah ini.
Batas batas wilayahnya adalah:

 Sebelah Timur: Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.


 Sebelah Selatan: Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
 Sebelah Barat: Kecamatan Petang, Kabupaten Badung (Sungai Ayung).
 Sebelah Utara: Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Kecamatan Payangan terdiri dari 9 Desa Dinas yaitu:

1. Desa Dinas Bresela


2. Desa Dinas Buahan
3. Desa Dinas Buahan Kaja
4. Desa Dinas Bukian
5. Desa Dinas Kelusa
6. Desa Dinas Kerta
7. Desa Dinas Melinggih
8. Desa Dinas Melinggih Kelod
9. Desa Dinas Puhu

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Payangan,_Gianyar)
3

2.2 Sosial, Budaya dan Adat Kecamatan Payangan

A. Ngaben

Ngaben secara umum didefinisikan sebagai upacara pembakaran mayat,


kendatipun dari asal-usul etimologi, itu kurang tepat, sebab ada tradisi ngaben
yang tidak melalui pembakaran mayat. Di Payangan upacara Ngaben dibedakan
menjadi dua yaitu Sawa Preteka dan Sawa Wedana. Sawa Pretaka merupakan
pengabenan dengan sistem ngaben dadakan, upacaranya diambil tidak boleh lebih
dari 7 hari sejak meninggal. Jika ada orang meningga ketika ada upacara dipura
atau tutupan dari Parisada maka maya tidak langsung diaben melainkan dengan
mekingsan di Gni atau mekingsan di Tirta. Mekingsan di Gni dilakukan dengan
membakar mayat kemudia abunya diambil dan ditaruh di dalam kendi (payuk
pere) kemudian dikubur. Setelah ada Dewasa dalam kurun waktu tidak lebih dari
42 hari, prosesi pengabenan dilaksanakan di kuburan. Sedangkan mekingsan di
Tirta yaitu setelah mayat dibakar abunya diambil kemudian dengan upacara yang
sederhana abu dibuang ke sungai atau segara. Dalam kurun waktu tidak kurang
dari 42 hari harus dilakukan pengabenan. Prosesnya deawali dengan mendak
(menjemput) kesungai yang dikenal dengan istilah ngedetin, setelah itu dibawa ke
setra prosesi pengabenan dilakukan disana.

B. Perkawinan

Dalam pernikahan adat Bali di Payangan didahului dengan


Nyuwaka/Memadik. Nyuaka atau memadik ini merupakan pertemuan antara orang
tua si pria dengan orang tua si wanita dan bahkan seluruh keluarga dekatnya.
Setelah itu dilakukan Ngeluku. Ngeluku merupakan pertemuan keluarga besar,
prejuru adat dan dinas banjar. Setelah itu dilakukan upacara mesakapan.
Mesakapan merupakan upacara pernikahan yang dilakukan sesuai hari baik
(dewasa ayu). Setelah itu dilakukan mepejati, yaitu perempuan memohon pamit
pada leluhurnya untuk pindah ketempat suami.
4

C. Nguopin

Bali memiliki banyak tradisi dan kebudayaan yang masih lerstari dan
dijaga secara turun temurun hingga saat ini. Salah satunya budaya Nguopin atau
Ngayah. Kalau di Jawa ada kegiatan yang disebut gotong-royong, yaitu
sekumpulan orang yang secara bersama-sama bekerjasama untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan begitu pekerjaan berat pun dapat terasa lebih ringan dan akan
lebih cepat terselesaikan. Di kecamatan Payangan Nguopin dibedakan menjadi 2
yaitu secara resmi dan tidak resmi. Secara resmi diatur oleh adat, biasanya
dilakukan 3 kali untuk acara pengabenan. Sedangkan untuk upacara pernikahan
sesuai dengan undangan dari yang punya hajatan. Secara tidak resmi biasanya
dilakukan sesuai dengan waktu yang dimiliki oleh anggota masyarakat.

D. Seni

Di kecamatan Payangan seni yang menonjol adalah seni pahat, biasanya


banyak ditemui di Desa Bukian. Kesenian yang dihasilkan berupa jerapah-
jerapahan yang terbuat dari kayu. Selain itu juga terdapat kerajinan lonceng angin
yang banyak dibuat di Desa Puhu.

E. Wisata

Kecamatan Payangan, merupakan suatu daerah di Kabupaten Gianyar-


Bali, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi
tujuan wisata baru yang menjadi andalan di Kabupaten Gianyar, khususnya
industri agrowisata. Salah satu agrowisata yang terdapat di Payangan adalah
agrowisata Sekar Bumi yang berada di Desa Kerta. Selain itu di Payangan juga
terdapat wisata arung jeram.
5

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


Kecamatan Payangan merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Gianyar yang
memiliki hawa yang sejuk bahkan cenderung dingin dan dikenal sebagai daerah
yang subur dan cocok untuk lahan pertanian dan agro wisata. Dalam sosial budaya
dan adat Payangan terdapat sistem pengabenan yang dibedakan menjadi dua yaitu
Sawa Preteka dan Sawa Wedana. Sedangkan dalam perkawinan hal pertama yang
dilakukan adalah nyuwaka kemudian ngeluku, dilanjutkan dengan mesakapan dan
mepejati. Nguopin di Payangan dibedakan menjadi 2 yaitu secara remi dan tidak
resmi. Apabila tidak hadir tidak akan dikenakan denda karena nguopin merupakan
kesadaran dari masyarakat untuk saling membantu dan bergotong-royong.

3.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah :

 Setiap tempat di Bali memiliki sosial budaya dan adat yang berbeda-beda
oleh karena itu sebaiknya kita dapat menjaga kelestarian budaya di
masing-masing daerah agar tidak hilang tergerus oleh perkembangan
jaman.
6

DAFTAR PUSTAKA

Anonim “Geografi Payangan” Tersedia online :


http://id.wikipedia.org/wiki/Payangan,_Gianyar. Diakses 9 Maret 2015

Anonim. 2012. “Nguopin/Ngayah” Tersedia online :


http://wisatabali4u.blog.com/2012/10/18/nguopin-ngayah/. Diakses 9 Maret
2015

Agung Oka, I Gusti. 2000. “Buku Panduan Percakapan Tentang Perkawinan


Adat Bali” Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai