d) Batu Pengunci
Batu Pengunci terdiri atas batu pecah yang mengisi rongga antara batu belah
(pokok) dan mempunyai kualitas yang sama dengan batu pelah (pokok).
Umumnya untuk batu pengunci dipergunakan pecahan-pecahan dari batu
belah, mempunyai permukaan belahan lebih dari 3 (tiga) bidang. Ukuran
batu pengunci berkisar antara 5-7 Cm.
2. Pekerjaan Lapen
a) Batu
Batu yang dipakai pada pekerjaaan yang ditunjukan dalam gambar- gambar
haruslah :
Batu harus dari bebatua yang baik serta yang homogen dan tidak
mengandung bidang retakan.
Bidang permukaan bersih terhadap lumpur atau kotoran-kotoran
yang menempel pada permukaan batu tersebut.
Ukuran batu diameter 10 – 15/ 15 – 30 Cm, untuk pekerjaan
pasangan batu Batu yang akan dipakai harus sesuai dengan
ketentuan dalam persyaratan teknik, tidak terdapat batu-batuan yang
gepeng dan pipih.
Sebelum batu tersebut dipasang harus mendapat persetujuan dari
Direksi.
Batu tersebut harus diambil dari sumber yang disetujui oleh Direksi.
b) Pasir
Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir dan harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia N1-2 serta PUBI.
Pasir tidak boleh terlalu terlalu banyak mengandung butiran kasar,
tanah/unsur dan tidak boleh mengandung garam serta harus memenuhi
pasal 3.3. PBI 1971.
Sebelum pemakaian pasir tesebut, harus lebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
c) Aggregat Kasar / Aggregat Halus
Agregat kasar untuk beton dapat memakai batu kerikil, atau batu pecah
(Splits) dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Batu Kerikil/batu pecah (Splits) harus bergradasi baik dengan ukuran
20 mm -31,5 mm dan tidak berpori dan harus memenuhi seluruh pasal
3.4. PBI 1971.
Harus berasal dari batuan yang baik, keras, padat, bersih tidak keropos,
serta
tidak bercampur dengan batu apung.
Tidak boleh banyak mengandung butiran-butiran yang pipih (Gepeng).
Bila Kerikil (Splits) tersebut mengandung tanah atau lumpur, maka
sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu.
Sebelum kerikil/batu pecah tersebut digunakan harus terlebih dahulu
mendapat parsetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
d) Aspal
Aspal yang digunakan aspal pen 60/70 atau 80/100, atau sesuai petunjuk
Direksi Pekerjan
3. Prime Coat
a) Dengan komposisi 60/70 yang dicairkan dengan minyak, berfungsi untuk
mengikat butiran/ agregate yg ada di bawah dan menahan air yang masuk
ke sela-sela butiran
4. Penghamparan Aspal AC-BC sebagai normalisasi untuk lapis perata
5. Penghamparan AC-WC
a) Hotmix di gelar dengan suhu 140°-110°C, awal penggilasan suhu 110°C
b) Penggilasan kedua 100°-80° C, penggilasan terakhir dengan suhu 80°-65°
Alat :
1. AMP
Aspal Mixing Plant (Unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat
peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan
dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang
memenuhi persyaratan tertentu.
Bagian-bagian AMP jenis takaran adalah :
Bin dingin
Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin.
Sistem pemasok agregat dingin
Pengering
Pengumpul debu
Cerobong pembuangan
Sistem pemasok agregat panas
Unit ayakan panas
Bin panas
Timbangan agregat
Pencampuran
Penimpanan bahan pengisi
Tanki asap
Sistem penimbangan aspal
4. Tandem Roller
Tandem Roller merupakan pemadatan awal. Pemadatan ini dilakukan ketika
dump truck menuangkan hotmix kedalam asphal finisher kemudian
menghamparkan ke badan jala. Alat pemadat tandem roller harus dioperasikan
mengikuti gerak asphalt finisher.
Gambar 4. Tandem Roller
5. Tyre Roller :
Penggilas jenis ini terdiri dari rtoda-roda ban karet yang dipompa (pnemautic).
Susunan dari roda muka dan roda belakang selang seling sehingga bagian yang
tidak tergilas oleh roda bagian depan akan digilas oleh roda bagian belakang