Syarat Kebahasaan
a. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia baku baik mengenai struktur kalimat
maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan
penulisan sesuai dengan kaidah ejaan.
b. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa
Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
c. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara
pasti.
d. Tepat
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan
oleh penutur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
e. Denotatif
Kata vang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan
tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif
f. Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai
dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.
tetapi isinya bernas.
g. Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan
tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.
Perhatikan:
Me-/pe-(N) + kritik = mengkritik
+ traktir = mentraktir
+ program = memprogram )*
+ syarat = mensyaratkan
berubah mengubah
perubahan pengubahan
pengubah : peubah
ubahan
Perhatikan bentuk:
- permukiman/pemukiman
- penatar/petatar
- peninju/petinju
- perajin/pengrajin
- pelepasan/penglepasan
H. Makna Bentukan Kata
Perhatikan arti beberapa bentukan kata
berikut:
pewaris/mewarisi/ahli waris
menugasi/ditugasi
menganugerahi/menganugrahkan
membawahi/membawahkan
mengatasi/mengataskan
mencemari/mencemarkan
berterima/keberterimaan
Pertemuan V
TATA KALIMAT
A. Definisi
Kalimat :satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). (Alwi, dkk.,
1998:311).
Sarana/Bahasa
-tdk terpengaruh
bhs daerah/asing
-tdk rancu
-tdk taksa
-tdk mubazir
-logis
-lengkap
c. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
1. Pengangkatan Pegawai negeri itu belum
ada surat keputusannya
2. Atas perhatian Saudara kami haturkan
terima kasih
3. Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari
kita
4. Kita punya kemampuan terbaik
d. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
1. My name is Andi (nama saya adalah Andi)
2. He knows a restaurant where we can get a drink (Dia
tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan
minuman)
3. Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (pesawat-
pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu
adalah jet)
4. The man to whom the letter was addressed had died
months before (orang kepada siapa surat itu
dialamatkan telah meninggal beberapa bulan lalu
5. The travelers with whom I had spoken come from
distant town (para pelncong dengan siapa saya telah
berbicara datang dari kota yang jauh)
e. Kalimat Rancu
Kalimat rancu terjadi jika kekacauan
penggabungan dua bentuk (dua bentuk yang
benar disatukan menjadi salah)
Contoh:
1. Diperlebarkan : dilebarkan/diperlebar
2. Seringkali : sering-sering/berkali-kali
3. Dan lain sebagainya: dan lain-lain/dan
sebagainya
4. Kadngkala : kadang-kadang/adakala
5. Pada zaman dahulu kala: zaman/kala
f. Kalimat Taksa
Kalimat yang memiliki makna lebih dari satu
(konotatif)
Contoh:
1. Lukisan Jamilah dipajang juga dalam
pameran itu.
2. Garasi mobil yang mewah itu selalu
terpelihara
3. Ibu Ahmad sakit
g. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat lengkap sekurang-kurangnya harus
memiliki S dan P dan berintonasi selesai
Contoh:
1. Jika tidak ada dukungan masyarakat tidak akan
terwujud
2. Film produksi dalam negeri yang kurang
bermutu yang tidak mampu bersaing di pasaran
3. Sepuluh orang mahasiswa ITB yang berangkat
dua bulan lalu dengan menggunakan bus
Kramat Jati dengan tujuan Sumatra untuk
melakukan penelitian wabah penyakit demam
berdarah yang tiba-tiba berjangkit di beberapa
tempat di pulau itu
h. Kalimat Tidak Logis
Syarat:
1) Setiap penggalan minimal harus memiliki
syarat subjek dan predikat
2) Gunakan konjungsi antarkalimat
3) Perhatikan apakah kalimat yang telah
terpisah tersebut memiliki koherensi atau
tidak
letak gatra (kata/kelompok kata yang
mempunyai fungsi dalam kalimat)
Syarat:
1) Bagilah kalimat berdasarkan gatra.
Contoh: (1) Dua hari yang lalu I (2)
teman saya I (3) pergi I (4) ke manila
2) Pindah-pindahkan /pertukarkan gatra-
gatra tersebut sehingga kalimat bervariasi
3) Tidak boleh menambah atau mengurngi
kata
Pertemuan VI
PARAGRAF
Definisi
paragraf adalah kelompok kalimat yang
merupakan bagian langsung dari sebuah
karangan, terdiri atas satu pikiran utama yang
dikembangkan dalam beberapa pikiran penjelas,
dan tersusun secara sistematis-logis”.
Syarat
1. Memiliki satu pokok PU dan beberapa PP
2. Memiliki kohesi dan koherensi
Unsur-Unsur Paragraf
Transisi
Transisi adalah penghubung antarparagraf. Penghubung ini bisa berupa kata,
kelompok kata, atau kalimat. Kata sambung antarkalimat seperti akan tetapi,
dengan demikian, jadi, dan oleh sebab itu dapat digunakan sebagai transisi.
Penegas
Penegas adalah bagian paragraf yang menegaskan inti persoalan atau pikiran utama
dalam paragraf. Fungsi penegas ada dua, yaitu sebagai pengulang atau penegas PU
dan sebagai unsur yang menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindarkan
kejemuan pembaca (Tarigan, 1981: 20).
Skema Paragraf
Transisi
PU
PP
Penegas
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang dimulai dengan inti
uraian yang kemudian diikuti penjelasan. Dengan kata
lain, pikiran utamanya diletakkan di awal kemudian diikuti pikiran
penjelas. Contoh:
“Akibat krisis ekonomi, harga sebagian bahan pokok
bergerak naik. Beras yang setahun lalu berharga Rp1.500,00/liter
kini menjadi Rp 2000,00. Gula pasir yang semula Rp 3.000,00/kg
melonjak menjadi Rp 4.500,00/kg. Minyak kelapa yang dulu Rp
2.000,00/kg kini berubah menjadi Rp 4.500,00/kg. Demikian juga
bahan makanan pokok yang lain. Semua naik hampir mencapai
100%”
2. Paragraf Induktif
Paragraf dengan pola induktif merupakan kebalikan dari deduktif,
yaitu keterangan atau pikiran penjelas diletakkan di awal
kemudian diakhiri dengan inti uraian atau pikiran utama.
Contoh:
“Dalam kehidupan bermasyarakat, apa yang dibutuhkan
seseorang belum tentu sama dengan apa yang dibutuhkan orang
lain. Di samping itu, suatu kebutuhan yang bisa dicapai oleh
seseorang belum tentu bisa dicapai orang lain. Dengan demikian,
dari waktu ke waktu kenyataan seperti itu akan selalu ada
Sehingga kemungkinan terjadinya konflik akibat perbedaan
tersebut akan selalu ada.”
3. Paragraf Campuran
Contoh:
“Semua manusia pasti akan mati. Para penguasa yang disebut
kaisar, sultan, raja, atau presiden meskipun hidup dengan fasilitas yang serba
melimpah, mereka mati juga. Begitu pula para ahli bela diri yang setiap hari
memperkekar otot-otot tubuhnya dengan macam-macam pelatihan dan menu
makanan yang lengkap, akhirnya mati. Orang-orang suci mulai dari para nabi
sampai kyai yang doanya selalu atau hampir dikabulkan Tuhan, tetapi doa
untuk tidak mati tidak pernah terkabul. Jadi, manusia di dunia ini tidak ada
yang bisa hidup abadi”.
4. Paragraf Deskriptif
Contoh
“Letak kampus universitas itu kurang lebih seratus meter dari sebuah
bukit yang di sekitar kakinya terhampar pepohonan yang rindang. Tepat di
tengah kampus itu menjulang gedung utama dengan gaya arsitektur khas
Indonesia lama. Berhadapan dengan gedung itu adalah perpustakaan yang
tampak dari luar seperti tanpa penghuni karena pengunjungnya asyik dengan
bacaan masing-masing. Di setiap halaman gedung kuliah terdapat juga pohon-
pohon rindang tempat mahasiswa bersantai”.
2. Paragraf Perbandingan
Pikiran utama dijelaskan dengan membandingkan
dua hal, persamaan dan perbedaannya.
Contoh
“Kedua orang itu selain memiliki persamaan, juga
memiliki perbedaan. Aminah dan Hindun sama-sama
menyukai olah raga bulu tangkis. Juga mereka sama
menyukai piknik ke pantai atau menonton film humor.
Namun, dalam memilih warna pakaian mereka berbeda.
Aminah lebih menyukai warna merah, sedangkan
Hindun menyukai warna biru”.
3. Paragraf Analogi
Pikiran utama dijelaskan dengan mengibaratkan atau
memgumpamakan dengan sesuatu yang memiliki kesamaan sifat.
Contoh
“Kehidupan manusia ibarat roda yang sedang berputar,
kadang berada di atas kadang-kadang di bawah. Suatu waktu
mungkin juga roda itu meluncur cepat tanpa goncangan sebab
melaju di jalan tol. Pada waktu yang lain roda itu penuh
goncangan karena berjalan melalui batu-batu dan lubang-lubang
yang dalam. Adakalanya roda itu harus mendaki tanjakan yang
sangat tajam, namun tidak jarang juga harus meluncuri turunan
yang licin”.
4. Paragraf Sebab-Akibat
Pikiran utama dijelaskan dengan mengemukakan sebab atau
akibat dari pernyataan-pernyataan.
Contoh
“Banjir dapat disebabkan faktor-faktor berikut: (1) sungai-
sungai yang makin sempit dan dangkal, (2) hutan-hutan yang
makin kerdil, dan (3) sampah yang dibuang sembarangan. Semua
faktor itu selalu ada kaitannya dengan ulah manusia. Faktor
pertama merupakan akibat tepian sungai dijadikan permukiman.
Faktor kedua merupakan akibat keserakahan dalam meraup
Keuntungan sehingga hutan ditebang sewenang-wenang. Faktor
ketiga sebagai akibat rendahnya kesadaran lingkungan yang
mungkin pula disebabkan kurangnya pendidikan”.
5. Paragraf Kronologi
Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan keterangan secara
terperinci dari A sampai Z.
Contoh:
Proses kejadian manusia menurut ahli antropologi adalah
sebagai berikut. Sejenis makhluk yang disebut primat, muncul
pertama kali dari mamalia kira-kira tujuh puluh juta tahun yang
lalu. Setelah berevolusi kurang lebih selama empat puluh juta
tahun makhluk primat itu bercabang-cabang di antaranya sejenis
cabang yang disebut hominoid. Setelah menempuh waktu selama
lima belas juta tahun, dari hominoid itu lahirlah sejenis kera yang
disebut pongid. Setelah menempuh kurun waktu lima belas juta
tahun lagi, dari pongid lahirlah makhluk baru yang disebut
hominid
(manusia).
6. Paragraf Perincian
Contoh
“Etika mengkaji tindak-tanduk manusia yang dilakukan
secara sadar, sengaja, dan bebas. Sadar artinya dalam keadaan jaga, tidak
sedang mengigau, pingsan, atau lupa. Sengaja berarti direncanakan, bukan
secara kebetulan. Bebas maksudnya dalam keadaan boleh memilih antara
dilakukan atau tidak. Semua perilaku itu kemudian dinilai baik buruknya
menurut norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat
didefinisikan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari tindak-tanduk manusia
yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas untuk dinilai baik buruknya
menurut norma yang berlaku dalam suatu masyarakat”.
Pertemuan VII
WACANA
• Kelompok kalimat yang berkaitan, untuk
menghubungkan proposisi yang satu dengan
yang lain sehingga membentuk kesatuan.
• wacana mengandaikan adanya penyapa dan pesapa
• Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur seperti situasi,
pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik,
peristiwa, bentuk amanat, kode, dan saluran.
• dibagi atas wacana lisan dan wacana tulisan.
• Wacana lisan yang mementingkan isi dapat berupa pidato,
ceramah, dakwah, kuliah, dan sebagainya
• Wacana tulisan yang bersifat interaksi antara lain polemik
dan surat-menyurat antara ilmuwan serta sastrawan.
• Karangan ilmiah bisa disebut juga wacana ilmiah
Pertemuan VIII
SILOGISME, DEFINISI, dan ISTILAH
Silogisme
Silogisme adalah menarik simpulan dari dua pernyataan.
Simpulan itu dapat dibuat apabila persyaratan berikut
terpenuhi.
a. Kedua pemyataan atau salah satu dari kedua
pernyataan itu berlaku umum. Secara eksplisit,
pernyataan umum itu biasanya menggunakan kata
semua atau yang searti dengan semua.
b. Kedua pernyataan atau salah satu dari kedua
pernyataan itu positif
c. Kedua pernyataan itu mempunyai bagian yang sama
Contoh:
(1) Semua manusia normal tahu tentang baik dan
buruk. (umum, positif)
(2) Pada umumnya manusia normal tidak menyukai
kecurangan. (sebagian, negatif)
Yang bercetak miring adalah bagian yang sama.
Perangkat pemyataan di atas memenuhi pernyataan
silogisme.
Contoh:
(1) Setiap warga negara Indonesia tahu tentang Pancasila.
(2) Beberapa orang dari kelompok itu tidak tahu tentang
Pancasila.
Simpulan: Beberapa orang dari kelompok itu bukan
warga negara Indonesia
Definisi
: batasan, uraian sesingkat mungkin untuk memberikan
pengertian tentang sesuatu.
Persyaratan Definisi
I. Rumusannya harus tertuang dalam satu kalimat.
2. Tempat subjek dan predikatnya dapat dipertukarkan tanpa perubaban arti.
3. Tidak menggunakan kalimat negatif
4. Tidak mengulang istilah yang didefinisikan
5. Rumusannya memuat unsur yang diperlukan (lengkap).
Jenis-jenis Definisi
1. Definisi logis/formal/bentuk, yaitu definisi yang memnuskan sesuatu
berdasarkan bentuknya.
Contoh : Segitiga adalah bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus yang
berpotongan.
2. Definisi fungsional yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan
fungsinya
Contoh : Mata ialah indera untuk melihat.
3. Definisi analitis, yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan
sifatnya, cirinya. Contoh : Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir
dan merasa secara ruhani.
Istilah
1. kata atau gabungan kata yang secara cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan,
atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
2. nama atau sebutan: tante girang, janda kembang,
om senang
Pembentukan Istilah
1. melalui penyerapan. Contoh: eksekutif, kelas, energi, dll.
2. melalui penerjemahan. Contoh: jaringan (network),
pengobatan (medication), perkembangan (development), dll.
3. melalui penyerapan dan penerjemahan sekaligus. Contoh:
kantor pos (pos office), morfem terikat (bound morpheme)
Seleksi Pemakaian Istilah
Jika terdapat dua istilah dengan arti yang sama (sinonim), perlu
dipilih salah satu. Karena itu dikenal istilah yang diutamakan,
istilah yang diizinkan, dan istilah yang dijauhkan.
1. Istilah yang diutamakan: pemakaiannya dianjurkan sebagai
istilah baku. Contoh: partikel (lebih baik daripada bagian
kecil), mikro (daripada renik), dll.
2. Istilah yang diizinkan: istilah yang diakui setelah yang
diutamakan. Contoh: akselerasi (istilah yang diutamakan:
percepatan), nisbi (relatif), kekerapan (freukensi), dll.
3. Istilah yang dijauhkan: menyalahi asas penamaan. Contoh:
zat lemas (diganti nitrogen), ilmu pasti (matematika), dll.
Pertemuan IX
MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH