A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel
yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2006).
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai tindakan atau usaha
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan. Pembuahan dapat terjadi bila
beberapa syarat berikut terpenuhi yaitu adanya sel telur dan sel sperma yang subur, kemudian cairan
sperma harus ada di dalam vagina, sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat berenang
menuju ke serviks kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur yang
telah dibuahi harus mampu bergerak dan turun ke rahim yang akan melakukan nidasi, endometrium
atau dinding rahim harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi .
B. Tujuan Kontrasepsi
C. Syarat Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
a. Efek samping yang merugikan tidak ada.
b. Lama kerja dapat diatur menurut keinginan.
c. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
d. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter.
e. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
f. Dapat diterima pasangan suami istri.
g. Tidak memerlukan bantuan medic atau kontrol yang terlambat selama penatalaksanaan.
D. Sasaran
1. Pasangan usia subur : semua pasangan usia subur ingin menunda, menjarangkan kehamilan
dan mengatur jumlah anak.
2. Ibu yang mempunyai banyak anak : dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang disebabkan karena faktor multiparitas
(banyak melahirkan anak).
3. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan : ibu yang mempunyai penyakit yang
bisa membahayakan keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan
memakai kontrasepsi.
F. Jenis Kontrasepsi
1. Cara Tradisional
a) Sanggama Terputus
Senggama terputus adalah cara mencegah kehamilan dengan menarik penis dari
vagina sebelum terjadi ejakulasi. Cara ini merupakan cara kontrasepsi yang tertua dikenal
manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang paling banyak dilakukan sampai
sekarang. Keuntungannya adalah cara ini tidak membutuhkan biaya dan persiapan.
Kekurangannya adalah memerlukan pengendalian diri yang besar dari laki-laki, dan banyak
laki-laki yang tidak bisa mengontrol emosionalnya. Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:
1) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung sperma,
apalagi pada koitus yang berulang.
2) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
3) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan, misalnya karena
adanya hebungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri oleh benang lendir serviks
uteri yang pada masa ovulasi mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.
Cara kerja dari sanggama terputus ini antara lain alat kelamin pria (penis) dikeluarkan
sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak akan masuk ke dalam vagina yang akan berakibat
tidak adanya pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan pun dapat dicegah.
Petunjuk Penggunaan : Terlebih dahulu membangun saling penegertian sebelum
melakukan hubungan seksual dan mendiskusikan pencegahan kehamilan melalui
penggunaan metode sanggama terputus Pihak suami mendukung dan ingin berpartisipasi
aktif dalam Keluarga Berencana khususnya penggunaan metode kontrasepsi sanggama
terputus Metode ini dapat dilakukan oleh PUS yang taat beragama dan mempunyai alasan
filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain dengan alasan larangan agama. Dapat
digunakan pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan hubungan seksual tidak
teratur. Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur seorang wanita.
b) Pantang Berkala atau Sistem Kalender
Pantang berkala yang juga diistilahkan dengan sistem kalender mula-mula
diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari Jerman sekitar
tahun 1931. Karena itu cara ini juga sering disebut dengan cara Ogino-Knaus. Dasar
pemikirannya adalah perempuan hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap
daur haidnya. Masa tersebut disebut masa subur atau fase ovulasi itu dan terjadi sekitar
14 hari (toleransinya sekitar 2 hari) sebelum hari pertama haid yang akan datang.
Kendalanya adalah sulit bagi perempuan untuk menentukan masa suburnya, terutama
bagi mereka yang masa haidnya tidak teratur. Banyak yang mengatakan cara ini adalah
yang paling aman dan tidak mempunyai efek samping.
Cara Kerja :
Metode kontrasepsi dengan sistem kalender atau pantang berkala adalah
cara/metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak melakukan
sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Petunjuk Penggunaan :
1) Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat reproduksinya
terdapat tiga tahapan, yaitu:
a. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
b. Fertility phase (masa subur)
c. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi)
2) Perhitungan masa subur ini akan efektif dilakukan pada wanita dengan siklus
menstruasi normal yaitu antara 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap
siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian dapat
dihitung periode masa subur setelah melihat data yang telah dicatat jarak antara
siklus.
3) Bila haid teratur (28 hari) : Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid. Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke
16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga
tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupa-kan masa pantang untuk
melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan metode kontrasepsi tertentu.
4) Bila haid tidak teratur : Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7 (Hari Pertama Masa Subur)
Langkah 2 : 30 – 11 = 19 (Hari Terakhir Masa Subur)
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan sanggama
harus menggunakan kontrasepsi.
c) Metode Ovulasi Billings (MOB)
Cara Kerja :
1. Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina,
periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan memperhatikan
perubahan kering atau basah.
2. Terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan tentang Metode Ovulasi Billings
(MOB), yaitu: setelah darah haid bersih, kebanyakan Ibu mempunyai 1 sampai
beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering. Ketika
terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, Ibu dianggap subur ketika terlihat adanya
lendir walaupun jenis lendir kental dan lengket. Hari terakhir adanya lendir paling licin,
mulur dan adanya perasaan basah sekitar vagina.
d) Metode Suhu Basal (MSB)
Cara Kerja :
Hormon progresteron yang d isekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat
termogenik atau memproduksi panas yang dapat menaikan suhu tubuh 0,05℃ - 0,2℃ dan
mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya. Peningkatan suhu
tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal, hal ini merupakan dasar dari Metode Suhu
Tubuh Basal (MSB). Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh.
Petunjuk Penggunaan :
1. Pantang sanggama dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat diterapkan
aturan peningkatan termal.
2. Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun dari
tempat tidur (kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat suhu tubuhnya pada
lembar catatan yang khusus disediakan sebelumnya.
3. Dengan menggunakan catatan suhu tubuh pada lembar tersebut, klien dapat
mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu tubuh
harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari siklus haid
dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal akibat demam atau
gangguan lainnya.
4. Tariklah sebuah garis 0,05℃ di atas suhu tertinggi dari sepuluh hari catatan suhu
tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau garis suhu.
5. Tunggu tiga hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai sanggama. Fase tidak
subur dimulai pada malam ke-3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.
6. Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu selama
3 hari perhitungan, ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi jadi klien harus
menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh diatas garis suhu
sebelum memulai sanggama.
7. Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh. Ia dapat
berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya.
8. Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan sanggama mulai
awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturut-turut dengan suhu di atas
garis suhu.
2. Cara Modern
2.1 Kontrasepsi Non-Hormonal
a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Tinjauan Umum :
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya periode ketika bayi hanya
diberikan ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya. MAL mampu dijadikan
metode kontrasepsi bila Ibu menyusui secara penuh, Ibu dalam keadaan belum haid (masa
nifas), usia bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi
lainnya setelah berjalan lebih dari enam bulan.
Cara Kerja :
Menyusui eksklusif atau penuh selama enam bulan tanpa memberikan tambahan
makanan dan minuman lainnya pada bayi, proses ini akan menghambat pelepasan hormon
kesuburan yang mengakibatkan tidak akan terjadinya kehamilan.
Petunjuk Penggunaan :
1. Ibu harus menyusui secara penuh
2. Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama tidak
mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena ketika Ibu sudah mendapat haid
pertanda bahwa kembalinya kesuburan
3. Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
5. Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
6. Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui dari kedua
payudara secara bergantian
7. Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama 24 jam
termasuk malam hari
8. Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Kembalinya Kesuburan :
a) Bila bayi telah diberikan makanan pendamping secara teratur
b) Ketika Ibu telah kembali mendapatkan haid
c) Bayi menghisap susu tidak sering atau jika kurang dari 8 x sehari
d) Bayi berumur 6 bulan atau lebih
Keuntungan dan Keterbatasan :
a. Keuntungan
Bagi Bayi :
1. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI).
2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
optimal.
3. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau susu
formula atau dari bahan peralatan minum yang digunakan.
Bagi Ibu :
1. Mengurangi pendarahan pascapersalinan.
2. Mengurangi risiko anemia
3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
b. Keterbatasan :
(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pascapersalinan.
(2) Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi sosial atau psikologis
Ibu dan bayi.
(3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan periode 6 bulan.
(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan AIDS.
b) Kondom
Cara Kerja :
a) Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada saat sanggama.
Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan kondom perempuan.
b) Kondom Laki-laki yang digunakan dengan baik dan benar setiap kali akan berhubungan
seksual sehingga angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom merupakan selubung/sarung karet
yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain
sebagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit menular seksual.
c) Kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder
yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom wanita
berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual.
Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah
rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar
terbuka.
Petunjuk Penggunaan :
Kondom Laki-laki
Tahap 1
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.
Tahap 2
Buka kemasan kondim secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan kea rag tengan. Jangan
menggunakan gigi benda tajam saat membuka kemasan.
Tahap 3
Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam
kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.
Tahap 4
Buka gulungan kondom secara perlahan kea rah pangkal penis, sambil menekan ujung
kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung
Tarik kembali gulungan ke pangkal penis.
Tahap 5
Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom
dari pasangan anda.
Tahap 6
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelican pada penis atau bagian
dalam kondom bantu penis masuk ke dalam kondom.
Tahap 7, 8, 9, dan 10
Keuntungan :
1. Sebagai alat kontrasepsi yang secara efektif mencegah dengan angka kegagalan
kondom yaitu terjadinya 3-14 kehamilan per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan
pertama.
2. Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat mencegah
penularan IMS, HIV, dan AIDS.
3. Aman sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi Ibu yang sedang menyusui.
4. Bila digunakan secara tepat maka kondom dapat digunakan untuk mencegah
kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS).
5. Kondom tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan dalam jangka panjang
6. Kondom mudah didapat dan tersedia dengan harga yang terjangkau
Keterbatasan :
(1) Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar sesuai petunjuk
penggunaan kondom.
(2) Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien yang sensitif.
(3) Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena mengurangi
sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
(4) Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga diharapkan
menyediakan stok kondom di rumah.
(5) Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum karena masih
ada pandangan negatif di masyarakat tentang pengguna kondom.
(6) Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal limbah yang
mencemari lingkungan.
c) Diafragma
Pessarium merupakan kondom pada perempuan. Secara umum pessarium ini terbagi
dua golongan, yakni diafragma vaginal dan cervical cap. Diafragma vaginal ini merupakan
alat kontrasepsi yang terdiri dari kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan “per”
elastis pada pinggirnya. Pinggir diafragma mudah dibengkokkan dan disisipkan di bagian
atas vagina untuk mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi bagian atas. Supaya
efektif hendaknya dipakai jelly atau krim kontrasepsi untuk pembunuh sperma.
Diafragma ini harus tinggal dalam vagina selama 6 jam setelah melakukan hubungan
seksual. Alat kontrasepsi yang satu ini paling cocok dipakai oleh perempuan dengan dasar
panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Namun untuk
penggunannya perlu diperiksa dahulu ukuran difragma yang sesuai.
Cervical cap terbuat dari karet atau plastik dan berbentuk mangkuk yang pinggirnya
terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya lebih kecil dari diafragma vaginal. Alat ini mulai
jarang dipergunakan untuk kontrasepsi.
1) Cara Kerja
Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi serviks.
Diafragma merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
dapat dibengkokkan. Diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
Tahap 3
PERHATIAN
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan
spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24
jam.
Tahap 2
(1) Angka kegagalan tinggi yang sangat dipengaruhi oleh kepatuhan mengikuti
cara penggunaan.
(2) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan
ketepatan pemasangan
(4) Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.
d) Spermatisida
Spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas dua komponen yaitu zat
kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa; dan vechikulum yang dipakai untuk
membuat tablet, krim, atau jelly. Spermatisid berguna untuk mematikan sperma sebelum
melewati serviks. Cara kerjanya dengan merusak membran sel sperma dan menurunkan
mobilitas sperma serta kemampuan sperma di dalam membuahi ovum. Spermatisida
terdiri dari bermacam bentuk seperti suppositorum, jelly atau krim, tablet busa dan tisu
KB. Penggunanya masih sangat sedikit.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk:
A) Suppositorium: Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan
sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5
menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
B) Jelly atau crème : 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) Delfen vaginal
crème. Jelly lebih encer daripada creme. Obat ini disemprotkan kedalam vagina dengan
menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
C) Tablet busa: Sampoon, volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu
dicelupkan kedalam air, kemudian dimasukkan kedalam vagina sejauh mungkin. Lama
kerjanya 30 sampai 60 menit.
D) C-Film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam
vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada
porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
e) IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Sekarang ini di pasaran terdapat berpuluh-puluh jenis IUD. Dari bahan bakunya IUD
yang beredar terdiri dari tiga tipe. Ada yang terbuat dari plastik, mengandung tembaga,
dan ada yang mengandung hormon steroid. Dari segi bentuknya, IUD terbagi ke dalam
bentuk yang terbuka dan tertutup seperti cincin. Yang banyak dipergunakan dalam
program KB masional adalah IUD jenis Lippes loop.
Dibandingkan dengan alat dan obat kontrasepsi yang lain, IUD mempunyai
keunggulan karena hanya memerlukan satu kali pemasangan, tidak menimbulkan efek
sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara masal, efektivitasnya cukup
tinggi, dan mudah dilepas jika menginginkan anak (reversibel). Namun demikian, IUD bisa
menimbulkan efek samping seperti pendarahan, rasa nyeri, kejang perut, dan gangguan
atau ketidaknyamanan pada suami. Bahkan bisa menimbulkan infeksi pelvik dan
endometritis.
1. Cara Kerja
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. b)
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.
d) Pemakaian IUD Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat dilakukan
sebagai berikut:
(1) IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung setelah
bayi lahir dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah placenta/ari-
ari lahir.
(2) IUD Post Partum: IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48 jam
pertama pascapersalinan.
(3) IUD Post Seksio: IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria
(operasi caesar).
(4) IUD Pasca Keguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu 7 hari
dengan syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami keguguran/
tindakan setelah keguguran.
2. Petunjuk Penggunaan
a) Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan
masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin
dan pada waktu di akhir masa haid.
b) Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih
secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan
satu minggu lalu dilakukan pemeriksaan setiap bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan rutin selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
c) Saat ini jenis kontrasepsi IUD menggunakan Type Cooper T 380 A yang sudah
digunakan oleh pihak BKKBN sejak tahun 2005 dan diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1079/MENKES/SK/VIII/2010
tentang jenis kontrasepsi IUD adalah Type Cooper T 380 A.
3. Keuntungan dan Kelebihan
a) Keuntungan
(1) IUD memiliki efektivitas tinggi sebagai kontrasepsi segera setelah dipasang.
(2) Metode kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan dalam jangka waktu 10 tahun
proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti.
(3) Sangat efektif karena tidak perlu untuk mengingat waktu pemakaian atau disiplin
penggunaan seperti minum pil atau menggunakan suntikan.
(4) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu cemas pada terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan.
(5) AKDR dengan Cu AKDR (CuT-380A) tidak memiliki efek samping hormonal karena
tidak mengandung hormon.
(6) Tidak menghambat produksi ASI bagi Ibu yang sedang menyusui.
(7) Dapat langsung digunakan segera setelah melahirkan (pasca persalinan) atau
sesudah abortus (pascakeguguran) dengan syarat tidak terjadi infeksi.
(8) Tidak terindikasi mengkonsumsi obat-obatan atau zat adiktif lainnya.
(9) Membantu mencegah kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan).
b) Keterbatasan:
(1) Efek samping yang sering terjadi pada siklus haid yang berubah pada umumnya 3
bulan pertama dengan ciri sebagai berikut: haid lebih lama, terasa sakit, dan adanya
pendarahan (spotting) antar menstruasi.
(2) Adanya komplikasi lainnya: merasakan sakit atau kejang 3-5 hari setelah
pemasangan, pendarahan berat pada saat haid akan berisiko anemia, pemasangan
yang tidak benar akan menimbulkan perforasi dinding uterus.
(3) Klien tidak dapat melepas AKDR dengan sendirinya sehingga membutuhkan
bantuan petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
(4) Risiko menimbulkan kehamilan ektopik yaitu kehamilan di luar rahim atau di luar
kandungan, sel telur yang telah dibuahi menempel pada tempat selain uterus
(dapat di leher rahim, tuba falopii, rongga perut atau indung telur).
(5) Klien harus memeriksa posisi benang AKDR secara periodik dengan cara
memasukkan jarinya ke dalam vagina tetapi sebagian perempuan enggan
melakukan hal ini.
1) Cara Kerja
2) Pentujuk Penggunaan
a) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler
dalam di daerah bokong. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
b) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid yang biasanya bersifat
sementara.
c) Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal, bila Ibu lupa jadwal suntikan dapat
segera diberikan dengan syarat kondisi Ibu sedang tidak hamil.
a) Keuntungan:
a) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap beberapa efek
samping, penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
b) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
c) Klien tidak perlu menyimpan atau menyediakan obat suntik.
d) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
e) Membantu mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit jinak
payudara, penyakit radang panggul, dan krisis anemia bulan sabit.
b) Keterbatasan:
(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti: siklus haid yang memendek atau memanjang,
pendarahan banyak atau sedikit, pendarahan tidak teratur, tidak haid sama sekali.
(2) Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
memperoleh suntikan kembali).
(3) Efek samping yang paling sering dirasakan adalah permasalahan berat badan.
(4) Terlambatnya kesuburan pascapenggunaan kontrasepsi yang banyak disebabkan oleh obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan).
(5) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan jerawat.
b. Suntikan Kombinasi
1) Cara Kerja
a) Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesterone Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipionat yang diberikan injeksi sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg Norentidron Enantat dan 5
mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi sebulan sekali.
b) Menekan ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu
dan terjadi perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler (IM) dalam, klien
diminta datang setiap 4 minggu untuk kunjungan ulang (kontrol) untuk memastikan hamil
atau tidak.
b) Timbulnya efek samping dari penyuntikan berupa mual, sakit kepala, nyeri payudara,
pendarahan sehingga perlu diinformasikan semua keluhan itu dan biasanya akan hilang pada
suntikan ke-2 dan ke-3.
c) Klien tidak dalam pengaruh obat-obatan tuberkolosis atau obat epilepsi karena akan
mengganggu efektivitas kontrasepsi yang akan digunakan.
a) Keuntungan
b) Keterbatasan
a) Terjadi perubahan pola haid seperti tidak teratur, pendarahan bercak/spoting atau
pendarahan sela selama 10 hari.
b) Terdapat keluhan seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan hilang setelah
suntikan kedua dan ketiga.
c) Klien harus melakukan kunjungan ulang di pelayanan kesehatan setiap 30 hari untuk
mendapatkan suntikan.
d) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, pembekuan
darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
e) Penambahan berat badan.
f) Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV, dan AIDS.
g) Keterlambatan dalam pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Ada tiga macam pil kontrasepsi yaitu: mini pil, pil kombinasi, dan pil pascasenggama. Selain
mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis. Efeknya berupa
perubahan-perubahan pada lendir serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental. Dengan
demikian sperma tidak bisa memasuki rongga rahim. Yang umum dipakai adalah pil kombinasi antara
estrogen dan progesteron. Pil terbuat dari hormon sintetik. Walau macamnya banyak tersedia
dipasaran dan tingkat efektivitasnya sangat tinggi, tidak semua perempuan dapat menggunakan pil
kombinasi untuk kontrasepsi. Keadaan yang tidak diperbolehkan menggunakan pil KB adalah:
1) Cara Kerja
(1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonogestrel atau 350 μg noretindron.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Kelebihan
b) Keterbatasan
(1) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (pendarahan sela, spotting, amenorea)
(2) Permasalahan penurunan/peningkatan berat badan
(3) Pemakaian harus rutin setiap hari pada waktu yang sama (disiplin pemakaian) karena bila lupa
satu pil saja dapat menimbulkan kegagalan
(4) Organ payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat.
(5) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi yang ditunjukkan pada angka 4 perempuan diantara 100
kehamilan.
(6) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkolosis atau obat
epilepsy
(7) Timbulnya gejala hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka) tetapi sangat
jarang terjadi.
(8) Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV dan AIDS.
d. Pil Kombinasi
1) Cara Kerja
Pil kombinasi bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma
sehingga mampu menekan ovulasi dan mencegah implantasi.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Harus diminum setiap hari dan yakin bahwa kondisi tidak sedang hamil.
b) Dapat dipakai oleh semua Ibu usia reproduksi baik yang sudah mempunyai anak atau
tidak mempunyai anak.
c) Tidak dianjurkan bagi Ibu yang menyusui.
d) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat karena efektivitasnya sangat tinggi.
a) Keuntungan
(1) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi) bila
digunakan setiap hari ditunjukkan dengan angka 1 kehamilan per 1000 perempuan dalam
tahun pertama penggunaan.
(2) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(3) Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid.
(4) Dapat digunakan dalam kurun waktu jangka panjang selama klien menginginkan sebagai alat
pencegah kehamilan.
(5) Kesuburan dapat kembali dengan segera apabila penggunaan pil dihentikan.
b) Keterbatasan
e. Implan
Ada dua macam susuk yang biasa dipergunakan untuk kontrasepsi, yaitu norplan dan
implanon. Norplan merupakan metoda kontrasepsi berjarak 5 tahun yang terdiri atas 6 kapsul silastik
silikon berisi masing-masing 36 mg levonorgestrel dan disisipkan dibawah kulit. Implanon hanya
berjarak 3 tahun dan berbentuk batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter 2mm
dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus.
Mekanisme kerja
Petunjuk Penggunaan
a) Pemasangan setelah hari ke-7 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual atau
menggunakan metode kontrasepsi lain.
b) Daerah pemasangan harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama untuk
mencegah infeksi pada luka saat pemasangan.
c) Hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah pemasangan
d) Balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam pertama untuk mencegah infeksi dan
plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).
e) Sering ditemukan gangguan pola haid terutama 6-12 bulan pertama.
a) Keuntungan
b) Keterbatasan
Dalam prakteknya, sterilisasi dibedakan menjadi dua, yakni vasektomi dan tubektomi.
Tubektomi merupakan upaya sterilisasi yang dilakukan terhadap perempuan dengan jalan menutup
atau memotong indung telur dengan cara tertentu sehingga yang bersangkutan tidak dapat hamil
lagi. Vasektomi adalah tindakan pengikatan atau pemotongan pada saluran sperma (vas deferens)
yang mengakibatkan seorang laki-laki tidak bisa menghamili lawan jenisnya. Keunggulan sterlisasi ini
diantaranya adalah efektivitasnya hampir 100 persen, tidak mempengaruhi libido seks, dan kegagalan
dari pihak pasien hampir tidak ada.
ASUHAN KEPERAWATAN
KONTRASEPSI
1. PENGKAJIAN
a. Wawancara
• Jumlah anak yang direncanakan
• Adakan masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual dan lain-lain?
• Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
• Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri saat
berhubungan, infeksi atau hadi tidak teratur dan sebagainya.
• Riwayat social : adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya/kultur, kebiasaan
merokok.
• Harapan pada jenis kelamin anak tertentu.
• Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus haid
seperti amenore, spotting, metroragia.
b. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari anemia,
kelemahan, berat badan/tinggi badan.
• Tanda-tanda vital : tekanan darah biasanya tinggi, efek dari hormonal, nadi cepat,
nafas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh terhadap
pemasangan IUD.
• Muka periksa adanya edema, jerawat, hiperpigmentasi (efek hormonal).
• Kardiovaskular : palpitasi.
• Dada: pernafasang kadang sesak.
• Payudara : hiperpigmentasi.
• Abdomen : nyeri, muler, muntah, mual (efek IUD).
• Vagina : periksa adalah blood show, keluar darah pervaginam, varises, ukuran uterus
yang mengalami kelainan.
• Ekstremitas : adakah edema, varises pada ekstremitas, bekas insisi post pemasangan
implant pada tangan atas.
c. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka
diperiksa:
a. Hb, biasanya < 10 gr/dl.
b. Trombosit (biasanya normal/turun bila perdarahan hebat)
c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat > 10000/mm 3)
d. Pemeriksaan Psikososial
- Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan.
- Adakah keyakian/pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi.
- Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi.
- Status kesehatan ibu, social budayanya terkait dengan hal ini tingakat penghasilan,
pengetahuan, dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya.
BKKBN. 2011. Materi Promosi KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Reproduksi BKKBN.
BKKBN. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun
2010-2014. Jakarta
BKKBN. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Jakarta.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Prawirohardjo, S. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan BIna Pustaka.
LAPORAN PENDAHULUAN
DEPARTEMEN MATERNITAS
“KONTRASEPSI”