terus meningkat. Kasus pertama ditemukan pada tahun 2000 yaitu sebanyak
3 kasus pada kelompok risiko wanita pekerja seks. Kasus ini pun terus
tahun 2001 (6 kasus), 2002 (68 kasus), 2003 (23 kasus), 2004 (35 kasus),
2005 (11 kasus), 2006 (13 kasus), 2007 (59 kasus), 2008 (110 kasus), 2009
(101 kasus), 2010 (75 kasus), 2011 (56 kasus), 2012 (136 kasus), 2013 (137
kasus), 2014 (199 kasus), 2015 (170 kasus), 2016 (129 kasus) dan 2017
sampai dengan bulan Nopember tercatat 189 kasus, sehingga dalam kurun
1 Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Bidang P2P; Laporan Tahunan HIV/AIDS Tahun 2016
1
GRAFIK KUMULATIF PENEMUAN KASUS HIV
DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2000 s.d. 2017
1,600 1,517
1,400 1,328
1,199
1,200
KASUS KUMULATIF 1,029
1,000
830
800 693
557
600 501
426
400 325
215 199 170 189
143 156 136 137
200 74
68 97 132 110 101 75 129
3 6
3 23 35 11 13 59 56
-
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TAHUN
Gambar 1 : Grafik Penemuan Kasus per Tahun dan Kumulatif HIV dari tahun 2000 -2017
di Kabupaten Cirebon
Dinkes dan PKBI tahun 2017 diperkiraan ada 1.896, sedangkan kasus HIV
pada komunitas Gay dari tahun 2013 sampai dengan 2017 terjadi
peningkatan kasus yang sangat fantastis, dimana pada tahun 2013 tecatat
hanya 8 kasus, tahun 2014 (2 kasus), tahun 2015 (26 kasus), tahun 2016 (15
kasus) dan meningkat tajam pada tahun 2017 sebanyak 44 kasus atau 2,32%
2
100 95
90
80
70
60
51
50
40
36
30
20 8 44
10
10
26
8 2 15
0
2013 2014 2015 2016 2017
Jlm Total
Gambar 2. Tren Kasus HIV pada Komunitas Gay dari Tahun 2013 s.d. 2017
populer dalam konteks HIV dan AIDS. Kelompok ini merupakan bagian
Saat ini satu dari tujuh gay atau LSL hidup dengan HIV dan hanya
25% dari mereka yang berusia di atas 40 tahun. Menurut Malonzo & Felix
2
Laporan Penelitian Integrasi Penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan Studi
Kasus: Intervensi pada Lelaki Berhubungan Seks dengan Lelakidi Kota Surabaya, 2016, Hal. 2
3
atau LSL dan biseksual menyumbang 70% dari total kasus HIV positif.
Artinya bahwa saat ini LSL yang positif HIV didominasi oleh mereka yang
masih berusia produktif dan dalam kategori seksual aktif. Hal ini
yang berkaitan dengan hal ini, mulai dari pemahaman mengenai perlunya
proses reproduksi serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab
3
Ibid, hal 3
4
kandungan. Ayat (12) Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
Cirebon?
Cirebon?
5
terbatas hanya dikalangan mereka saja sehingga sangat jarang menunjukan
menyimpang yang berisiko, dimana dalam hal ini perlu pengkajian lebih
antara teks dan pernbaca, masa lalu dan sekarang, yang memungkinkan
dalam paradigma dari teori penemuan hukum modern dewasa ini, dengan
Hermeneutika Hukum4
4
Mahfud, Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum No.
63, Th. XVI (Agustus, 2014), hlmn. 209-220. Hermeneutika merupakan aliran filsafat yang
mempelajari hakikat hal mengerti/memahami sesuatu: Sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat
6
Hukum sebagai konsep yang modern berfungsi untuk melakukan
kebiasaan yang telah ada tetapi juga berorientasi pada tujuan-tujuan yang
karena itu selalu terjadi pertentangan antara das Sollen (apa yang
procedural law, decision rules and decision habits. Sedangkan faktor yang
hanya ditentukan oleh hukum tetapi juga oleh kekuatan-kekuatan lain yang
berupa; teks (dokumen resmi negara), naskah-naskah kuno, lontar, norma, peristiwa, pemikiran
dan wahyu atau kitab suci, yang kesemuanya ini merupakan objek penafsiran hermeneutika
5
Jurnal Penelitian yang dilaporkan oleh Sri R. Mulyani, pengumpulan data dilakukan dengan
metode survei melalui penyebaran kuesioner pada 73 mahasiswa IPB. Pemilihan sampel dilakukan
secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa 78% mahasiswa IPB menolak
keberadaan kaum gay di Indonesia. Faktor dominan yang membentuk seseorang menjadi gay
menurut 23,5% mahasiswa IPB yaitu faktor trauma. Pencegahan utama melalui institusi agama
menurut 80,56% mahasiswa IPB. Sikap generasi muda dalam menghadapi kaum gay yaitu
melakukan pendekatan emosional untuk kembali menjadi manusia normal, menolak dengan tegas,
dan menganggap kaum gay sebagai social disease.
S. Campbel dalam Jurnal Ilmiah Imron Muttaqin, menunjukkan bahwa kaum LGBT secara individu
mempunyai kerentanan khusus terhadap penyakit seksual menular seperti HIV-AIDS, diskriminasi
dan pemahaman yang buruk terhadap kesehatan seksual mereka dan hal ini menimbulkan
keprihatinan kesehatan masyarakat bagi komunitas LGBT pada populasi yang lebih luas.
7
Dalam teori penegakan hukum6 dikemukakan bahwa suatu proses
sendiri.
Qomarouzzam5 dalam Jurnal Ilmihnya menyimpulkan bahwa Islam sangat melarang dan melaknat
Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), karena hal ini dipandang tidak sesuai dengan
kodrat penciptaan manusia yang diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan melalui pernikahan.
Oleh karenanya, prilaku menyimpang LGBT termasuk perbuatan jarimah (tindak pidana/kriminal)
dalam Islam. Dan untuk sanksi pidananya dapat diklasifikasikan tiga, yaitu pertama pelaku
homoseksual (al-Liwath/as-Sihaq) dapat dikategorikan jarimah zina dan hukuman (‘uqubah) nya
adalah sama dengan hukuman had zina, yaitu apabila ia ghair muhshan maka didera (cambuk)
seratus kali ditambah dengan pengasingan selama satu tahun, dan apabila ia muhshan maka ia
dirajam (dilempar dengan batu) sampai mati. Kedua, terhadap pelaku biseksual tidak dapat
dikategorikan sebagai jarimah zina yang dikenai hukuman had melainkan hanya tergolong pada
perbuatan maksiat yang diancam dengan hukuman ta'zir, yaitu hukumannya diberikan
kewenangannya pada pemerintah, hukuman tersebut dapat dalam bentuk penjara, denda atau
lainnya. Ketiga terhadap transgender (khuntsa mukhannats atau, bila pelakunya hanya menyerupai
(tasyabbuh) lain jenis, baik dalam berbicara, berbusana, maupun dalam berbuat, maka sanksi
pidananya adalah berbentuk ta’zir dengan cara diusir dari tempat tinggalnya. Akan tetapi bila
transgender (khuntsa mukhannats atau tersebut melakukan hubungan seksual maka hukumannya
disamakan dengan jarimah hudud zina.
6 Amiruddin dan Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Edisi Revisi, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta. Hlmn. 218-232
7
Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Rajagrafindo, Cetakan ke-4, 2016, Hlmn. 307
8
kaedah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai
risiko yang sangat besar. Anal seks adalah sebuat perialku seks di komunitas
anggota baru komunitasnya. Hal ini terungkap disalah satu group media
gerakan mereka cukup ekslusif. Para gay yang sudah dewasa dan berduit
pun dilengkapi dengan maksud dan tujuan agar mereka menjadi pemuas
seks semata.
Secara kasat mata gay saat ini banyak dijumpai di Salon, Mall,
dirinya saat ada event fashion show atau bahkan sekarang secara sengaja
tampil di media televisi dengan harapan mereka bisa eksis dan diakui
9
inbox melalui medsos menanyakan status ke gay an, alamat tempat tinggal,
dominan seksnya apakah top atau bottom, bahkan gay itu menawarkan diri
aksi-aksi dan strategi nyata dan mengena kepada sasaran dengan tujuan
8
Lihat Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi Revisi,
Rajagrafindo Persada, Cetakan ke-9, 2016, Hal. 230-232
10
yang memainkan fungsi simbolis yang bersama-sama atau kadang-kadang
juga sebagai pengganti dari fungsi-fungsi yang lainnya. Dari sudut pandang
menanggulanginya.
dan cair, sehingga apapun perubahan yang terjadi hukum progresif mampu
dan tidak final adalah ciri yang melekat di dalamnya, proses dalam upaya
9 Endang Sutrisno, Bunga Rampai Hukum dan Globalisas, In Media, 2015, hlm. 48-49.
11
kepastian, ketertiban, kesejahteraan, keamanan yang selalu bersinggungan
Hukum hanyalah salah satu sub system dari system social yang
cakupannya lebih besar hingga hukum tidaklah berada dalam ruang yang
Kasus gay akhirnya masuk ke wilayah hukum, hal ini kalau kita lihat
saat ini masyarakat sudah mulai geram dengan regulasi yang ada terutama
dalam pasal 292 KUHP tentang pencabulan sesama jenis11 yaitu orang
dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa
dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut harus
tahun. Seperti halnya kasus Saipul Jamil12 yang rame diberitkan di media,
didakwa dengan Pasal 292 frasa “yang belum dewasa” dan frasa “sedang
11
Setelah ditunggu hampir setahun, akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan
pengujian pasal perzinaan, pemerkosaan dan pencabulan sesama jenis (kesusilaan) dalam KUHP.
Dalam putusan bernomor 46/PUU-XIV/2016 yang dibacakan secara bergantian oleh majelis MK di
ruang sidang MK Jakarta, Kamis (14/12), intinya MK beralasan pengujian permohonan Guru Besar
IPB Euis Sunarti dkk ini masuk wilayah kewenangan pembentuk undang-undang (UU). Sejak Juni
tahun lalu, 12 pemohon yang dimotori Euis Sunarti mempersoalkan Pasal 284 KUHP (perzinaan),
Pasal 285 KUHP (pemerkosaan), dan Pasal 292 KUHP (pencabulan sesama jenis). Euis Sunarti dkk
meminta MK memperluas makna larangan perzinaan, pemerkosaan, dan homoseksual (hubungan
sesama jenis) agar sesuai jiwa Pancasila, konsep HAM, nilai agama yang terkandung dalam UUD
1945. Misalnya, memperluas makna perzinaan yang tak hanya terbatas salah satu pasangan atau
keduanya terikat perkawinan (27 BW), tetapi termasuk hubungan badan bagi pasangan yang tidak
terikat pernikahan (free sex). Sebab, penafsiran secara a contrario Pasal 284 KUHP bermakna
persetubuhan suka sama suka di luar perkawinan bukan tindak pidana (praktik prostitusi).diakses
melalui internet http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a32af7a950cd/dalih-wewenang-
pembentuk-uu--mk-tolak-perluasan-pasal-kesusilaan
12http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt576aa6ec11654/ketua-majelis-perkara-saipul-jamil-
bantah-komunikasi-dengan-panitera
12
diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa” dalam Pasal
hukum terhadap korban yang diketahuinya yang diduga belum dewasa atau
Artinya, setiap jenis perbuatan cabul “sesama jenis” baik dewasa ataupun
aman, sehat, dan sejahtera. Dalam hal ini pemerintah harus responsive
sendiri, bukan lagi melayani manusia. Hukum tidak lagi bisa diandalkan
13Ibid. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a32af7a950cd/dalih-wewenang-pembentuk-
uu--mk-tolak-perluasan-pasal-kesusilaan
13
substantif...Tanda bahaya tentang terkikisnya otoritas tersebut dan
gay.
14
Philippe Nonet & Philip Selznick. Hukum Responsif, Pilihan di Masa Transisi. Penerjemah
Rafael Edy Bosco. Jakarta: Ford Foundation-HuMa, 2003
Nonet dan Selznick menunjukan kepada dilema pelik di dalam institusi-institusi antara integritas
dan keterbukaan. Integritas berarti suatu institusi dalam melayani kebutuhan-kebutuhan sosial tetap
terikat kepada prosedur-prosedur dan cara-cara kerja yang membedakannya dari institusi-institusi
lain. Mempertahankan integritas dapat mengakibatkan isolasi institusional. Institusi akan terus
berbicara dalam bahasanya sendiri, menggunakan konsep-konsepnya sendiri dengan cara-caranya
sendiri yang khas yang mungkin sudah tidak dapat dimengerti sendiri-ahli hukum berbicara dengan
ahli hukum dan kegiatan institusi akan kehilangan relevansi sosialnya. Di lain pihak keterbukaan
yang sempurna akan berarti bahwa bahasa institusional menjadi sama dengan bahasa yang dipakai
dalam masyarakat pada umumnya dengan bahasa yang dipakai dalam masyarakat pada umumnya,
namun tak mengandung arti khusus, aksi-aksi institusional akan disesuaikan sepenuhnya dengan
kekuatan-kekuatan dalam lingkungan sosial. Konsep hukum responsif melihat suatu pemecahan
untuk dilema ini dan mencoba mengkombinasikan keterbukaan dengan integritas.
15Lihat Nakamura dan Smallwood dalam Denzin hlmn 718 mendefinisikan kebijakan adalah
sebuah kebijakan dapat dipandang sebagai sederet instruksi dari pembuat kebijakan kepada
pelaksana kebijakan yang menjabarkan tujuan-tujuan tersebut.
14
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
tidak dibaringi dengan sanksi hukum yang nyata. Begitu juga dengan
Sistem hukum tidak hanya mengacu pada aturan (codes of rules) dan
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law) dan budaya
hukum (legal structure). Hal ini sesuai dengan Lawrence Friedman, unsur-
unsur sistem hukum itu terdiri dari struktur hukum (legal structure),
16
Lawrence Friedman, “American Law”, London: W.W. Norton & Company, 1984, hlm. 6
15
Komisi Judisial, Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi
hukum progresif, teori konflik dan kebijkan public dalam bentuk regulasi-
16
Pemahaman dan
Kesadaran Hukum
Komunitas Gay HIV
Regulasi :
1. UU No. 36 Th. 2009
tentang Kesehatan
Komunitas Gay 2. UU No. 35 Th. 2014
Tentang Perubahan Penegakan
Terinfeksi
Atas UU No. 23 Hukum
HIV/AIDS
Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
3. KUHP
4. Permenkes No. 21
Th. 2013 tetang
penanggulangan
HIV-AIDS dan IMS
Teori hukum
hermeneutic,
interaksinalisme
simbolik, teori kritis,
teori responsive, teori
hukum progresif, teori
konflik dan kebijkan
public
V. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari peneilitian ini adalah sebagai
berikut :
17
a. Untuk mengkaji dan menganalisis pemahaman hukum Komunitas Gay
di Kabupaten Cirebon.
a. Kegunaan Teoretis :
b. Kegunaan Praktis :
orang yang mungkin mempunyai kelainan kelamin baik dari segi fisik
strategis.
18
2. Kegunaan untuk LSM Penggiat HIV
pada komunitas Gay sehingga lebih efektif dan efisien. Para kader bisa
1. Paradigma
bertujuan untuk memahami interaksi para aktor yang tengah terlibat atau
17Alef Musyahadah R, Hermeneutika Hukum Sebagai Alternatif Metode Penemuan Hukum Bagi
Hakim Untuk Menunjang Keadilan Gender, JurnalUNSOED
19
hermeneutik bahwa setiap bentuk dan produk perilaku antar manusia
akan selalu ditentukan oleh interpretasi yang dibuat dan disepakati para
pelaku yang tengah terlibat dalam proses itu, yang tentu saja
18 M. Syamsudin, “Pemaknaan Hakim Tentang Korupsi dan Implikasinya Pada Putusan: Kajian
Perspektif Hermeneutika Hukum”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 22 No. 3, Oktober 2010,
Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM, hlm. 501.
19
Marthinus Mambaya, “Hermeneutika Hukum (Sebuah Alternatif Penemuan Hukum Bagi
Hakim)”, Jurnal Hukum, Vol. XVII Edisi Khusus 2007, Semarang: Fakultas Hukum Universitas
Islam Sultan Agung, hlm. 96.
20
Berbasis pada interpretasi teks hukum dan pemaknaan falsafati
terutama bagi hakim yaitu pada saat hakim menemukan hukum baik saat
21
Menurut Herbert Blumer yang dikutip Edgar F. Borgatta & Marie L.
Simbolik, menyatakan tiga premis utama yaitu, “The first premise is that
we act in term of the meaning that object and event have for us. The
2. Jenis Penelitian
Metode ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui situasi dan kondisi
terpenting dalam menentukan paradigma terletak pada 3 (tiga) dimensi yaitu dimensi ontology
(dipilihnya teori), epistemology (dipilihnya metode), dan dimensi methodology (dipilihnya
analisis)
22
mereka dan juga tentang pemahaman hukum serta interaksi diantara
sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan yang diteliti dan
3. Pendekatan
bagaimana reaksi dan interkasi yang terjadi ketika sistem norma itu
24
Ibid, Hlm. 23
25
Lihat Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi Revisi,
Rajagrafindo Persada, Cetakan ke-9, 2016. Hal. 206
23
action dimana hukum dilihat tidak hanya sebagai law in books tetapi
24
Menurut Chambliss & Seidman untuk masyarakat modern di dalam
25
authoritative allocation of value for the whole society, but it turns out
that only theg overnment can authoritatively act on the ‘whole’ society,
yang dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi juga apa yang tidak
memaksa.
26
David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino memberikan definisi kebijakan publik sebagai
“ the autorative allocation of values for the whole society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya
pemilik otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada
masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena pemerintah
termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para penguasa dalam sistem politik yang
terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggungjawab dalam suatu maslaha
tertentu dimana pada suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari
kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.
26
4. Lokasi Penelitian
yang sangat mudah dan cepat melalui Tol Cipali. Cirebon juga
merupakan destinasi wisata, baik wisata kuliner, wisata batik, dan juga
wisata religi. Dengan hal tersebut maka tidak heran jika Cirebon sedang
dan infeksi HIV dapat terjadi dengan sangat mudah dan cepat juga.
5. Instrumen Penelitian
buku catatan, alat tulis dan alat perekam suara, sarana ini digunakan
kemungkinan jika ada informan yang tidak mau bertata muka maka
27
6. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terbagi atas 2 (dua) kategori yaitu:
a. Data Primer
Informan dalam hal penelitian ini adalah Gay secara individu yang telah
terinfeksi HIV atau ODHA, Pasangan gay, KPA, LSM penggiat HIV,
b. Data Sekunder
primer melalaui wawancara kepada informan dalam hal ini adalah Gay
28
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), penanggungjwab program HIV
Interview).
Observasi menurut Adler & Adler dan Denzin & Lincoln dalam Agus
orang gay yang sudah terinfeksi HIV sehingga peneliti dapat langsung
27
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Edisi Kedua, Peneribit Tiara Wacana,
Cetakan ke1, 2006. Hlm. 14
29
yang harus dilewati, yakni memperoleh “izin masuk” (entrée) ke dalam
setting.
8. Penentuan Informan
kemudian informan ini diminta juga untuk menunjuk orang lain lagi,
terinfeksi HIV, hal ini karena informan tersebut dianggap paling tahu
lama-lama menjadi besar. Hal ini karena sampel yang awal belum
28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011 Hlm.
30
9. Analisis Data
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian
disebut analisis, hal ini seperti yang dikemukan oleh Miles dan
Huberman29.
Tiga hal utama itu dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Dalam
menambah kolom lagi pada matriks itu untuk dapat menguji kesimpulan
tersebut.
29 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Hlm. 19-20
31
Pengumpulan
Data Penyajian
Data
Reduksi Data
Kesimpulan
penggambaran/verifika
si
Gambar 4
Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D, Hlm .247
objek penelitian30
30
Moloeng, lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.
31
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.
32
Miles & Huberman dalam Denzin32 membedakan empat macam
metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
wawancara
berkaitan.
32 Denzin dan Licoln, Handbook of Qualitative Research. Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2009 Hlmn.
592
33
Ibid
33
VIII. JADWAL PENELITIAN
bulan terhitung mulai bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Januari
34
IX. DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU :
35
Salovey, Peter. 1999. The Psychology of Jealousy and Envy. New York : Guilford
Press
Savin-William, Ritch C. & Cohen, Kenneth M. 1996. The Lives of Lesbian, Gays
and Bisexual. Children to Adult. Belmont : Thomson Wadsworth
Sugiono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung,
Surtaman dan Philips Dillah. 2015; Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung.
Sutrisno, Endang; 2015. Bunga Rampai Hukum dan Globalisasi; Edisi 2. In Media,
Utsman, Sabian, 2016. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum Makna Dialog antara
Hukum & Masyarakat, Cetakan ke-3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Zainudin Ali; 2016.Metode Penelitian Hukum; Sinar Grafika, Cetakan Ke-6;
Jakarta
JURNAL ILMIAH :
M. Syamsudin, “Pemaknaan Hakim Tentang Korupsi dan Implikasinya Pada
Putusan: Kajian Perspektif Hermeneutika Hukum”, Jurnal Mimbar
Hukum, Vol. 22 No. 3, Oktober 2010, Yogyakarta: Fakultas Hukum
UGM, hlm. 501.
Mahfud, Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal
Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014),
Marthinus Mambaya, “Hermeneutika Hukum (Sebuah Alternatif Penemuan
Hukum Bagi Hakim)”, Jurnal Hukum, Vol. XVII Edisi Khusus 2007,
Semarang: Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, hlm. 96.
Mulyani Sri R.;, Juanda Anne M;., D, Febi;, S. Agus, “Tinjauan Psikososial,
Agama, Hukum Dan Budaya Terhadap Keberadaan Kaum Gay Di
Indonesia ( Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor), Jurnal,
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia
IPB
Muttaqin, Imron,; “Membaca Strategi Eksistensi LGBT di Indonesia”. Program
Studi Manajemen Pendidikan Uin Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hlm. 83.
Qomarauzzaman, “Sanksi Pidana Pelaku LGBT dalam Perspektif Fiqh Jinayah”,
Dosen Fakultas Syariah Program Studi Ahwal Syakhsiyah, Sekolah
Tinggi Agama Islam Swasta (STAIS), Mempawah.
Sulaiman, Hukum Responsif: Hukum Sebagai Institusi Sosial
Melayani Kebutuhan Sosial Dalam Masa Transisi (Responsive Law:
Law as a Social Institutions to Service of Social Need in Transition)
Turiman, Memahami Hukum Progresif Prof Satjipto Rahardjo
Dalam Paradigma "Thawaf" (Sebuah Komtemplasi Bagaimana
Mewujudkan Teori Hukum Yang Membumi /Grounded Theory Meng-
Indonesia)
36
Winarsih, “The Relation Of Sexual Behaviour Amongst Gay Community And The Outbreak
Of Hiv/Aids” (A Qualitative Descriptive Study Of Gay Community In
Surakarta), Sebelas Maret University
PERUNDANG-UNDANGAN :
------------------- Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
------------------- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
------------------- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak
------------------- Permenkes nomor 21 tahun 2013 tetang penanggulangan HIV-
AIDS dan IMS
------------------ Laporan Penelitian HIV Tahun 2016; Integrasi Penanggulangan
HIV dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan Studi Kasus: Intervensi pada
Lelaki Berhubungan Seks dengan Lelaki di Kota Surabaya
------------------ Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Bidang P2P; Laporan
Tahunan HIV/AIDS Tahun 2016, 2017
SEARCHING INTERNET :
http://blogbudi15.blogspot.co.id/2012/05/menguak-fenomena-lsl-laki-laki-
yang.html; diakses tanggal 24 April 2017.
Dijkstra, Pieternel, Hinke A. K, et al. Sex differences in the events that
elicitjealousy among homosexual.
http://www.unc.edu/courses/2006spring/spcl/091p/016/JealousyInduct
ion Tanggal Akses : 1 Juli 2017 Waktu Akses : 14:02:07 WIB
Pines, Ayala Malakh. (1998) Romantic Jealousy. New York: Guilford Press Preifer,
Susan.M, Paul T.P.Wong. Multidimensional Jealousy.
http://spr.sagepub.com/cgi/reprint/6/2/181 Tanggal Akses : 1 Juli 2017
Waktu Akses : 14:05:35 WIB
37