PENDAHULUAN
dasar manusia yang mutlak dipenuhi, sebelum memenuhi kebutuhan yang lain.
Perbaikan di bidang kesehatan ini meliputi segi pelayanan, tenaga kesehatan, dan
Rumah sakit adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan. Sasaran
penderita sakit. Rumah sakit juga berfungsi sebagai pusat alih pengetahuan dan
keahlian teknologi. Organisasi ini setiap hari berhubungan dengan pasien dan
sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat
pasal 1 poin ke delapan disebutkan bahwa rawat Inap Tingkat Pertama adalah
1
2
Menurut Fadhilah (2015), rawat inap atau opname adalah salah satu
profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit tertentu, dengan cara di
inapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang
merawat pasien. Di ruangan rawat inap, umumnya terdapat banyak pasien yang
Traumatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
mekanik yaitu kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul dan
tembakan senjata api. Kekerasan yang bersifat fisik yaitu suhu, listrik dan petir,
perubahan tekanan udara, akustik dan radiasi sedangkan yang bersifat kimia yaitu
asam atau basa kuat.1 Luka yang dapat dikategorikan sebagai luka tumpul yaitu
biasanya mengeluhkan nyeri akibat rasa sakit dari luka yang diderita. Oleh karena
2001).
Sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat dan golongan pegawai di
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Kota Langsa.
1.4. Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Nyeri
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. The International
Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “an
emosional, serta kognitif dan eksistensi dari keadaan patologi fisik tidaklah
mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri (Asmadi, 2008).
Nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita
sampai akhirnya hal itu akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan fisik.
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik
misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi
Secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.
nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dan dingin.
Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat. Trauma
elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat
tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena
tarikan, jepitan atau metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan
disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor
nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-
jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Nyeri yang disebabkan oleh faktor
2008).
Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui yaitu nyeri akut
1. Nyeri Akut
Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri
6
umumnya terjadi kurang dari enam bulan. Sebagai contoh nyeri akut ialah
jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan nyeri yang
hilang dengan cepat. Pada kasus dengan kondisi lebih berat, seperti fraktur
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral (nyeri visceral).
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
menghilang.
b. Steady Pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
c. Proximal Pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
a. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka
koroner.
b. Nyeri Kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih drai enam bulan. Nyeri
periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali
lagi nyeri dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang
konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama
(Asmadi, 2008).
nosiseptik dan nyeri neuropatik. Untuk membedakan antara nyeri nosiseptif dan
1. ID pain
neuropatik.
Scale)
spesifisitas 80-94 %. Terdiri atas kuesioner nyeri yang harus dijawab oleh
pasien dan tes sensoris. Bila skor ≥12 mungkin pasien menderita nyeri
neuropatik.
9
ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantong
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis.
meningkat pada gastritis atau stimulasi yang dilepas apabila terdapat kerusakan
pada jaringan.
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut,
yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban (serabut C).
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn
tersebut terdiri atas beberapa lapisan atau lamina yang saling bertautan. Di antara
lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran
pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama,
yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular
tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri.
10
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu
jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari talamus, yang melalui otak
tengah dan medula, ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang yang berkonduksi
impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktif kan stimulasi nociceptor yang
1. Reseptor Nyeri
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
secara anatomis nosiseptor ada yang bermielien dan ada yang tidak
somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral. Karena letaknya
2. Mediator Kimia
nyeri tersebut. Endogen terdiri dari endorfin dan enkefalin, substansi ini
kuat dalam sistem saraf pusat. Endorfin dan enkefalin adalah zat kimiawi
stimuli nyeri atau yang menyakitkan) pada tempat reseptor yang sama
orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari stimuli
nyeri yang sama. Individu dengan endorfin lebih banyak lebih sedikit
12
sedikit yang akan merasakan nyeri yang lebih besar (Smeltzer, 2001).
Gambar 2.1
Proses Terjadinya Nyeri
Mengkaji indikasi fisiologis dan perilaku dari nyeri terkadang sulit, jika
tidak mungkin. Indikator fisiologis dan perilaku nyeri yang dapat diamati dapat
saja minimal atau tidak ada; namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa pasien
13
nyeri akut dibanding nyeri kronis. Akibatnya, pemberi perawatan kesehatan yang
tidak mengenal respon fisiologis dan perilaku nyeri menanyakan keberadaan nyeri
pasien.
1. Indikator Fisiologis
lebih akurat dibanding laporan verbal pasien. Respon involunter ini seperti
pasien dapat menurun dalam berespons terhadap nyeri akut dan meningkat
hanya setelah nyerinya hilang. Pasien yang mengalami nyeri akut yang
pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada pasien tidak sadar dan
individu. Karena reaksi fisiologik yang dalam terhadap nyeri tidak dapat
perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang
bagian tubuh, Mengepal atau Menarik diri. Orang dapat menjadi marah
atau mudah tersinggung dan meminta maaf saat nyerinya hilang. Suara
dari radio atau televisi dapat sangat menjengkelkan bagi orang yang
sedang nyeri. Perilaku ini sangat beragam dari waktu ke waktu. Meskipun
respon perilaku pasien dapat menjadi indikasi pertama bahwa ada sesuatu
sebagai pengganti untuk mengukur nyeri kecuali dalam situasi yang tidak
menderita retardasi mental yang berat atau tidak sadar). Pasien dapat tidur,
bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam
nyeri. Individu yang telah berhasil dalam meminimalkan efek nyeri kronik
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, menurut
dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri
orang, yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialami, maka makin
15
hebat tidak mempunyai rasa takut terhadap nyeri itu. Cara seseorang
berespons terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama
bulan atau bertahun-tahun dapat menjadi mudah marah, menarik diri dan
pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan
untuk melakukan nafas dalam, turun dari tempat tidur dan kerja sama
dengan rencana pemulihan. Secara umum, cara yang lebih efektif untuk
ketimbang ansietas.
dini pada masa kanak-kanak individu belajar dari sekitar mereka respon
nyeri yang bagaimana yang dapat diterima atau tidak diterima. Sebagai
contoh: Anak dapat belajar bahwa cedera akibat olah raga tidak
kecelakaan motor. Keyakinan ini beragam dari satu budaya dengan budaya
lainnya, karena orang dari budaya yang berbeda yang mengalami nyeri
terhadap nyeri tersebut dengan cara yang sama. Nilai-nilai budaya perawat
dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan
pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat
terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara bersepon orang yang berusia
lebih muda. Persepsi nyeri pada lansia mungkin berkurang sebagai akibat
individu lansia yang sehat persepsi nyeri mungkin tidak berubah. Karena
lemak tubuh terhadap massa otot lebih besar dibanding individu berusia
nyeri.
5. Efek placebo
apapun. Hubungan pasien dan perawat yang positif dapat juga menjadi
2001).
a. Intensitas Nyeri
verbal (misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, hebat atau sangat hebat,
sangat hebat).
b. Karakteristik Nyeri
Termasuk letak, durasi (menit, jam, hari, bulan, tahun), irama (terus-
istirahat, obat-obatan bebas dan apa yang dipercaya oleh pasien dan
untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi
Gambar 2.2
Skala Intensitas Nyeri Deskriptif
Gambar 2.3
Skala Identitas Nyeri Numerik (NRS)
Gambar 2.4
Visual Analog Scale (VAS)
d. Skala Wajah
Gambar 2.5
Skala Wajah
21
rawat inap karena mengalami trauma atau perlukaan secara medis disebutkan
luar/kekerasan.
Traumatologi (dari bahasa Yunani Trauma "yang berarti luka" atau luka)
adalah studi tentang luka dan luka yang disebabkan oleh kecelakaan atau
yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat
kekerasan yang menimbulkan jejas. Luka adalah suatu gangguan dari kondisi
menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan
yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka (Kulsum, 2011). Berdasarkan sifat
b. Trauma tajam, meliputi: Luka iris/sayat, Luka tusuk dan Luka bacok.
a. Suhu
22
d. Akustik
e. Radiasi
a. Asam kuat
b. Basa kuat
Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa
Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur luka. Walaupun belum ada
satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu
2010).
Traumatologi
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri pada pasien
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri
terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau
untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau
menggunakan List of Medicines for Pain and Side Effects yang dilihat setiap kali
dapat juga menggunakan instrumen Pain and Pain Relief Record. Bila pasien
mendapat terapi obat opioid, sebelumnya dinilai terlebih dahulu Opioid Risk Tool.
Dengan instrumen ini pasien dapat dikategorikan risiko rendah, sedang atau tinggi
opioid, dinilai pula Addiction Behaviors Checklist guna mengetahui apakah sudah
berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi
akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan
simultan.
1. Intervensi Farmakologis
nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat.
Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitif terhadap
tindakan yakni:
umum, sering dipusatkan pda punggung dan bahu. Masase tidak secara
sama seperti reseptor nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti
Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang
tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas kering dan
nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan
sesuai dengan teori nyeri gate control. Reseptor tidak nyeri diduga
memblok transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden sistem saraf
saat digunakan pada area yang sama seperti pada cedera. Bila pasien
27
dimatikan.
d. Teknik Relaksasi
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan
e. Distraksi
catur).
f. Imajinasi Terbimbing
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
g. Hipnosis
analgesik yang dibutuhkan nada nyeri akut dan kronis. Teknik ini
2001).
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
dilakukan, karena jika nyeri semakin berat maka akan semakin sulit teratasi.
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri pada pasien
digunakan untuk terapi nyeri adalah: Analgesik Spesifik Narkotik dan Obat-obat
Stimulasi dan Masase Kutaneus, Terapi Es dan Panas, Stimulasi Saraf Elektris
3.2. Saran
maupun objektif. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit mengadakan
nyeri.
30
DAFTAR PUSTAKA
Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal: FK UNRI.
Ilyas, M., dkk. (2013). Efektifitas Metode Penanganan Nyeri Pada Pasien Post
Op Ca Mammae di Ruang Perawatan Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5
Nomor 3 Tahun 2014 STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Penulius panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
Manajemen Nyeri Pada Pasien Rawat Inap Traumatologi ini dapat memberikan
Penulis
i
32
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA
ii
33
DISUSUN OLEH:
2017