Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

REAKSI ESTERIFIKASI
“PEMBUATAN ETIL ASETAT”

OLEH
KELOMPOK 3
KELAS B
FARHIS LAGAN
RESTI OSSI P
ROY RONALD S
SARI ULFAYANA

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
ABSTRAK

Etil asetat, yang juga dikenal dengan nama acetic ether, adalah pelarut yang banyak digunakan
pada industri cat, thinner, tinta, plastic, farmasi, dan industri kimia organik. Etil asetat adalah
senyawa organik dengan rumus empiris C2H5OC(O)CH3. Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mempelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat dan membuat etil asetat
dalam skala labor. Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
merefluks asam karboksilat bersama alkohol dengan katalis asam. Pada percobaan ini, asam
asetat 30 ml, etanol 25 ml, dan asam sulfat pekat 5 ml direfluks selama 70 menit dengan suhu
74-76 . Kemudian didistilasi untuk memisahkan produk. Etil asetat kemudian dicuci dengan
Na2CO3 20%, setelah itu ditambah dengan CaCl2 anhidrat untuk menghilangkan kadar air. Dari
hasil percobaan didapat etil asetat sebanyak 15 ml.Rendemen yang di dapat 27,27%. Hal ini
dikarenakan reaksi bersifat reversible yaitu produk yang terbentuk dapat terurai kembali
menjadi rektan pembentuknya.

Kata kunci : Asam karboksilat, esterifikasi, etil asetat.

ABSTRACT
Acetate ethyl, also known by the name of acetic aether, pelarut many used in paint industrial,
thinner, ink, plastic, pharmacy, and organic chemistry industrial. Acetate ethyl organic
compound with empirical formula C2H5OC(O)CH3. As to aim from this effort studies reaction
esterifikasi towards sour karboksilat and make acetate ethyl in scale labor. Reaction esterifikasi
fischer formation reaction ester by merefluks sour karboksilat with alcohol with sour catalyst. In
this effort, sour acetate 30 ml, etanol 25 ml, and thick sulphuric acid 5 ml merefluks during 70
minutes with temperature 74-76 oC. Then destilate to separate product. Acetate ethyl then
washed with Na2CO3 20%, afterwards augmenting with CaCl2 anhidrat to cause the loss of
water degree. From effort result is got acetate ethyl as much as 15 ml. Rendemen at can 27,27%.
This matter caused by has reversible that is product formed can raveled to return to be rektan
the shaper.

Keywords: acetate ethyl, esterifikasi. sour karboksilat,


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu
ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang
sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari
Essig-Äther Jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil).
Pada skala industri, etil asetat di produksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat
(CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4).
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun,
dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga
kelarutannya 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung asam dan basa.
Etil asetat, yang juga dikenal dengan nama acetic ether, adalah pelarut yang banyak
digunakan pada industri cat, thinner, tinta, plastic, farmasi, dan industri kimia organik.

1.2 Tujuan percobaan


1. Mempelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat
2. Membuat etil asetat dalam skala labor

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Etil asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris C2H5OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini di produksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat
adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis.
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi,
alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester.
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol,
biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.

Katalis
Reaksinya :
Etanol + Asam Asetat Etil Asetat + Air
H2SO4

C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan


kimia.Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan
ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi
kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.
Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari Etil Asetat. Sifat fisik dari Etil Asetat:
Nama sistematis : Etil etanoat ,Etil asetat
Nama alternative : Etil ester,Ester asetat, Ester etanol
Rumus molekul : C4H8O2
Massa molar : 88.12 g/mol
Densitas dan fase : 0.897 g/cm³, cairan
Titik lebur : −83.6 °C (189.55 K)
Titik didih : 77.1 °C (350.25 K)
Penampilan : Cairan tak berwarna

Sifat Kimia dari Etil Asetat adalah:


1. Pelarut polar menengah yang volatil.
2. Tidak beracun.
3. Tidak Higroskopis.

2.2 Reaksi Esterifikasi


Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah
asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam.
Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada
esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam ( atom yang rendah)
atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung adalah
konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak
asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui
distilasi Dean-Strak atau penggunaan saringan molekul.
Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang menggantikan
suatu atom Hidrogen atau lebih. Ester juga di bentuk dengan asam yang tidak tersusun teratur.
Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat di
katalisi oleh kehadiran ion H+. Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu
alkohol dan suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan
kemudian alkanoat ( bagian dari asam karbon ).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Berikut ini reaksi etanol dengan asam karboksilat:
Alkohol + Asam karboksilat katalis asam Ester + Air
Etanol + Asam Asetat H2SO4 Etil Ester + Air
C2H5OH + CH3COOH CH3COOCH2 + H2O.
2.3 Metode Pembuatan Ester
2.3.1 Pembuatan ester menggunakan asam karboksilat
Metode ini bisa digunakan untuk mengubah alkohol menjadi ester, tetapi metode ini tidak
berlaku bagi fenol – senyawa dimana gugus -OH terikat langsung pada sebuah cincin benzen.
Fenol bereaksi dengan asam karboksilat dengan sangat lambat sehingga reaksi tidak bisa
digunakan untuk tujuan pembuatan.
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan
katalis asam. Katalis ini biasanya asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida kering terkadang
digunakan, tetapi penggunaannya cenderung melibatkan ester-ester aromatik (ester dimana asam
karboksilat mengandung sebuah cincin benzen).
Reaksi pengesteran (esterifikasi) berjalan lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan
untuk reaksi antara asam RCOOH dengan alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa sama atau
berbda) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Reaksi asam RCOOH dengan alkohol R’OH (Clark, 2007)

Jadi, misalnya, jika anda membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka
persamaan reaksinya akan menjadi:

Gambar 2.2 Reaksi etil etanoat dengan etanol (Clark, 2007)


Melangsungkan reaksi
Dalam skala tabung uji.
Asam karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama disertai dengan beberapa tetes
asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk. Untuk melangsungkan reaksi
dalam skala tabung uji, semua zat (asam karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam
jumlah kecil dipanaskan di sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas
selama beberapa menit. Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester
yang terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam
karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menaburkan
campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil. Terkecuali ester-ester yang
sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah lapisan
tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan
ester.
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan
pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum misalnya pada lem).
Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan – misalnya
“buah pir”.
Dalam skala yang lebih besar
Jika anda ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang
digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester. Ester-ester kecil terbentuk
lebih cepat dibanding ester yang lebih besar.
Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara
perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat
pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan
dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada.
Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen,
sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin
diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk
menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan.
Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran
dengan metode distilasi fraksional.

2.3.2 Pembuatan ester menggunakan asil klorida (klorida asam)


Metode ini hanya berlaku bagi alkohol dan fenol. Untuk fenol, reaksi terkadang dapat
ditingkatkan dengan pertama-tama mengubah fenol menjadi bentuk yang lebih reaktif.
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang
terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester
dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap.
Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol krlorida ke dalam etanol, maka akan
terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.

Gambar 2.3 Reaksi asam RCOOH dengan alkohol R’OH (Clark, 2007)

Zat yang biasanya disebut "fenol" adalah zat yang paling sederhana dari golongan fenol.
Fenol memiliki sebuah gugus -OH terikat pada sebuah cincin benzen – dan tidak ada lagi selain
itu.
Reaksi antara etanoil klorida dengan fenol mirip dengan reaksi etanol walaupun tidak
begitu progresif. Fenil etanoat terbentuk bersama dengan gas hidrogen klorida.

Gambar 2.4 Reaksi Etanoil klorida dengan fenol (Clark, 2007)


2.3.3 Mempercepat reaksi antara fenol dengan beberapa asil klorida yang kurang reaktif
Benzoil klorida memiliki rumus molekul C6H5COCl. Gugus -COCl terikat langsu ng pada
sebuah cincin benzen. Senyawa ini jauh lebih tidak reaktif dibanding asil klorida sederhana
seperti etanoil klorida.
Fenol pertama-tama diubah menjadi senyawa ionik natrium fenoksida (natrium fenat)
dengan melarutkannya dalam larutan natrium hidroksida.
Gambar 2.4 Reaksi fenol dengan NaOH (Clark, 2007)

Ion fenoksida bereaksi lebih cepat dengan benzoil klorida dibanding fenol, tapi biarpun
demikian reaksi tetap harus dikocok dengan benzoil klorida selama sekitar 15 menit. Padatan
fenol benzoat terbentuk.

Gambar 2.5 Reaksi benzoil klorida dengan ion dengan fenoksida (Clark, 2007)
2.3.4 Pembuatan ester menggunakan anhidrida asam.
Reaksi ini juga bisa digunakan untuk membuat ester baik dari alkohol maupun fenol.
Reaksinya berlangsung lebih lambat dibanding reaksi sebanding yang menggunakan asil klorida,
dan campuran reaksi biasanya perlu dipanaskan. Untuk fenol, kita bisa mereaksikan fenol dengan
larutan natrium hidroksida pertama kali, yang menghasilkan ion fenoksida yang lebih reaktif.

Berikut contoh etanol yang bereaksi dengan etanoat anhidrida sebagai sebuah reaksi
sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:
1. Reaksi yang berlangsung pada suhu kamar cukup lambat (atau lebih cepat jika dipanaskan).
Tidak ada perubahan yang dapat diamati pada cairan tidak berwarna, tetapi sebuah campuran
antara etil etanoat dengan asam etanoat terbentuk.

Gambar 2.6 Reaksi etanol dengan etanoat asetat (Clark, 2007)


2. Reaksi dengan fenol kurang lebih sama, tetapi lebih lambat. Fenil etanoat terbentuk bersama
dengan asam etanoat.

Gambar 2.7 Etanoat asetat dengan fenol (Clark, 2007)

3. Reaksi ini tidak terlalu penting, tapi ada reaksi yang sangat mirip terlibat dalam pembuatan
aspirin (dibahas secara rinci pada halaman lain). Jika fenol pertama-tama diubah menjadi
natrium fenoksida dengan menambahkan larutan natrium hidroksida, maka reaksinya
berlangsung lebih cepat. Fenil etanoat lagi-lagi terbentuk, tapi kali ini produk lainnya adalah
natrium etanoat bukan asam etanoat.
Gambar 2.8 Reaksi Etanoat asetat dengan natrium fenoksida (Clark, 2007)

2.4 Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan merupakan alkohol
yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Etanol adalah suatu obat rekreasi
yang paling tua. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut sebagai bahan – bahan kimia yang di
tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa,
pewarna makanan, dan obat–obatan. Dalam kimia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus
sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya ethanol telah lama
di gunakan sebagai bahan bakar. Sifat fisika dan kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga
mempunyai Rumus molekul etanol C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Sifat-sifat fisik Etanol
antara lain :
1. Massa molekul relatif : 46,07 gr/mol.
2. Titik beku : -114,1oC.
3. Titik didih normal : 78,32oC.
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan
dengan gugus Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat dengannya juga.
Reaksi kimia yang dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada fungsi gugus Hidroksil.

2.5 Asam Sulfat ( H2SO4 )


Asam Sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral ( Anorganik ) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan, asam sulfat mempunyai kegunaan dan merupakan salah
satu produk utama industri kimia. Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia
akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih
stabil untuk disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98%
pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Berikut adalah sifat-sifat asam sulfat. Sifat –
sifat Asam Sulfat ialah :
1. Nama sintesis : Asam sulfat
2. Rumus molekul : H2SO4
3. Massa molar : 98,078 gr/mol
4. Penampilan : Bening, tidak berwarna, tidak berbau
5. Densitas : 1,84 gr/cm3 , cairan
6. Titik leleh : 10oC, 283 K, 50o F
7. Titik didih : 290o C, 563oK, 554oF
8. Kelarutan dalam air : Bercampur penuh
9. Viskositas : 26,7 CP pada 20oC
10. Klasifikasi : Sangat korosif
11. Titik nyala : Tak ternyalakan

2.6 Asam Asetat


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni ( asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan
bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti
polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah
tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan
dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari
hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Sifat-sifat dari Asam Asetat ialah :
1. Nama Sistematis : Asam etanoat, asam asetat
2. Nama Alternatif : Asam metanakarboksilat, hidrogen asetat, asam cuka
3. Rumus Molekul : CH3COOH
4. Massa Molar : 60,05 gr/mol
5. Titik lebur : 16,5 C

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat
1. Labu didih dasar bulat
2. Labu destilasi ( 500 ml )
3. Pendingin Leibig
4. Erlenmeyer ( 250 ml )
5. Gelas piala ( 100 ml )
6. Corong pemisah
7. Gelas ukur ( 100 ml )
8. Termometer

3.2 Bahan
1. Etanol ( C2H5OH 96% )
2. Asam sulfat pekat
3. Asam asetat ( CH3COOH Pa )
4. Na2CO3 20%
5. CaCl2 anhidrat

3.3 Prosedur Percobaan


1. Kedalam labu didih dasar bulat, masukkan 25 ml etanol dan 30 ml asam asetat, dan beberapa
butir batu didih.
2. Tambahkan asam sulfat pekat 5 ml hati – hati, labu digoyang sempurna sambil didinginkan
dalam air.
3. Labu kemudian disambungkan dengan kondenser refluk terbalik, panaskan campuran dengan
refluk selama 70 menit.
4. Setelah dingin, campuran reaksi didestilasi sampai didapat destilat sebanyak 2/3 volume, pada
suhu 74-76˚C.
5. Hasil destilat dimasukkan ke dalam corong pemisah, pisahkan lapisan airnya kalau ada.
6. Cuci lapisan ester dengan larutan Na2CO3 20% sebanyak dua kali.
7. Keringkan lapisan ester dengan 1 sendok spatula CaCl2 anhidrat.
8. Hitung volume etil asetat setelah pencucian

3.4 Rangkaian Alat


Gambar 3.1 Rangkaian Alat Refluk

Gambar 3.2 Rangkain Alat Destilasi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Perhitungan
Etanol = 25 ml
Asam Asetat = 30 ml
Asam Sulfat Pekat = 5 ml
Etil Asetat sebelum pencucian = 16,9 ml
Etil Asetat setelah pencucian = 15 ml
Suhu rata-rata uap etil asetat = 36,42

Rendemen =

4.2 Pembahasan
No Bahan Pembahasan
1 Asam asetat + etanol + asam Larutan berwarna bening
sulfat pekat
2 Asam asetat + etanol + asam Etil asetat
sulfat pekat, direfluk
kemudian didestilasi
3 Etil asetat di cuci dengan Membentuk dua lapisan.
Na2CO3 20% Lapisan atas : etil asetat
Lapisan bawah : pengotor dan
Na2CO3
4 Etil asetat + CaCl2 anhidrat Larutan bening (etil asetat) dan
Endapan putih (CaCl2)
5 Larutan bening (etil asetat) Etil asetat berwarna bening dan
dan berbau balon
Endapan putih (CaCl2),
disaring

Pada pembuatan etil asetat pertama-tama ialah asam asetat sebanyak 30 ml dimasukkan
kedalam labu didih dasar bulat yang telah terdapat beberapa batu didih, kemudian ditambah
dengan etanol sebanyak 25 ml, lalu ditambah dengan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml dan
dilakukan di dalam lemari asam. Asam asetat dibuat berlebih karena reaksi bersifat reversible
dan titik didih etanol lebih rendah dibanding dengan asam asetat , sehingga pada suhu yang
ditetapkan jumlah asam asetat dan etanol yang bereaksi menjadi seimbang. Kemudian labuh
didih yang berisi larutan tersebut didinginkan dengan air yang terdapat pada panangas air. Hal ini
dikarenakan reaksi yang bersifat eksoterm, yaitu panas dilepaskan dari sistem ke lingkungan.
Setelah itu larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks terbalik selama 70 menit dan
rentang suhu 74-76 . Maksud dari refluks terbalik ialah larutan yang menguap dari labu didih
akan masuk ke kondensor, dan akan kembali lagi ke labu didih. Pada saat refluks suhu harus
dijaga agar jangan sampai kurang atau lebih dari yang ditetapkan. Jika suhu terlalu rendah maka
reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol dan air yang teruapkan akan
menjadi lebih banyak berdasarkan perbandingan stoikiometrinya.
Setelah direfluks selama 70 menit, larutan didinginkan pada suhu kamar. Setelah dingin
larutan didistilasi untuk memisahkan antara etil asetat yang berupa produk dengan air dan asam
asetat berlebih. Distilasi dilakukan sampai tidak ada lagi etil asetat yang menetes ke dalam
erlemeyer dan suhu juga dijaga antara 74-76 . Etil asetat yang didapat pada percobaan ini
sebanyak 16,9 ml dan etil asetat yang telah didapat dimasukkan ke dalam corong pemisah, lalu
pisahkan airnya jika ada. Kemudian etil asetat dicuci dengan Na2CO3 20% agar pengotor yang
masih ada di dalam etil asetat dihilangkan. Lalu setelah terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas
berupa etil asetat dan lapisan bawah berupa pengotor dan Na2CO3, dipisahakan dengan corong
pemisah, sehingga didapat etil asetat yang sudah bersih.
Etil asetat yang telah dibersihkan dari pengotor, di tambah lagi dengan CaCl 2 anhidrat.
Tetapi sebelumnya CaCl2 anhidrat di keringkan dulu didalam oven. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan air yang mungkin terdapat pada CaCl2 anhidrat, karena CaCl2 anhidrat bersifat
higroskopis. Tujuan penambahan CaCl2 anhidrat ialah untuk menghilangkan kadar air yang
mungkin masih terdapat pada etil asetat. Setalah ditambah dengan CaCl2 anhidrat, maka etil
asetat di saring dengan kertas saring. Kemudian etil asetat yang didapat diukur kembali
volumenya., dan etil asetat yang didapat pada percobaan ini setelah pencucian dan
penghilangnan air sebanyak 15 ml. kemudian etil asetat yang didapat disimpan di dalam tempat
penyimpanan atau botol.
Rendemen yang didapat dalam percobaan ini adalah sebesar 27,27 % , hal ini dikarenakan
peralatan yang dirangkai tidak benar, yaitu tidak begitu rapat antara labu didih dengan
kondensor, sehingga sewaktu pemanasan terdapat etil asetat yang menguap (keluar dari
kondensor), sehingga etil asetat yang di dapat akan berkurang. Faktor selanjutnya ialah karena
reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang bersifat reversible, sehingga etil asetat yang telah
terbentuk dapat terurai kembali menjadi reaktan, sehingga rendemen yang didapat tidak terlalu
besar.

4.3 Reaksi-reaksi :
CH3COOH + C2H5OH H2SO4 CH3CH2OC(O)CH3 + H2O
(As. Asetat) (Etanol) (Etil Asetat) (Air)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Etil asetat yang didapatkan dalam percobaan ini adalah sebanyak 15 ml.
2. Rendemen yang didapat pada percobaan ini adalah sebanyak 27,27%.

5.2 Saran
Dalam pemasangan alat harus dilakukan dengan benar. Karena sewaktu proses distilasi
apabila pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat yang menguap akan terlepas ke
udara, sehingga hasil berupa etil asetat yang didapatkan akan sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Laporan Etil Asetat D3_Teknik Kimia, http://cuxamin-d3teknik-
kimia.blogspot.com, 21 November 2011
Anonim, 2009, etil-asetat, http://kimiadahsyat.com, 12 Desember 2011
Clark, Jim, 2007, Pembuatan ester, http://www.chem-is-try.org/materi kimia/sifat senyawa
organik/ester 1/pembuatan ester, 12 Desember 2011
Irdoni.HS., Nirwana.H.Z., 2011, Modul Pratikum Kimia Organik, Universitas Riau, Pekanbaru
Wiro Pharmacy, 2009, Pembuatan Etil Asetat, http://wiro-pharmacy.blogspot.com, 21
November 2011

Anda mungkin juga menyukai