Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang


Sebagian besar kanker ginjal pada orang dewasa terjadi akibat karsinoma
sel ginjal. Kanker ini terutama diderita pada usia enam puluh atau tujuh puluh
tahun dan lebih sering diderita pria dibanding wanita. Faktor-faktor risiko kanker
ginjal mencakup iritasi akibat batu ginjal berulang, merokok, dan kegemukan.
Terpajan bahan-bahan kimia akibat pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko
(Kimberly, 2011).
Pada stadium awal karsinoma sel ginjal sering kali tidak menimbulkan
gejala. Ketika muncul gejala, seringkali tidak menimbulkan gejala, Ketika muncul
gejala, sering kali tidak dapat mencakup hematuria dan adanya massa di pingang.
Stadium tumor ditentukan pada saat penegakan diagnosis. Pengobatan dan hasil
akhir bergantung pada stadium (Kimberly, 2011).
Masalah metabolik dan hematologi sering sekali muncul pada pasien
kanker secara umum. Masalah yang terjadi diantaranya hiperkalemia,
hipokalemia, dan pansitopenia. Jika masalah-masalah dalam metabolisme dan
hematologi tidak segera ditangani pada pasien kanker, maka kondisi klien makin
semakin parah. Sehingga pendekatan penanganan terkait masalah metabolisme
dan hematologi menjadi sasaran dalam implikasi keperawatan dalam praktek
lapangan.
Makalah ini akan memaparkan mengenai masalah metabolisme dan
hematologi secara umum pada kanker dan dikaitkan dengan kasus kanker ginjal
yang menjadi bahan analisis kelompok.

.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
makalah ini antara lain:
1. Apa saja masalah metabolik dan hematologi yang sering terjadi pada pasien
kanker?

1
2. Apa saja masalah keperawatan yang muncul berdasarkan dengan kasus yang
dianalisis?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit berdasarkan kasus?
4. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dalam kasus?

.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
yakni memaparkan mengenai:
1. Masalah metabolik dan hematologi yang sering terjadi pada pasien kanker;
2. Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan dengan kasus yang
dianalisis;
3. Patofisiologi penyakit berdasarkan kasus;
4. Proses asuhan keperawatan pada pasien dalam kasus.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

.1. Kasus
Seorang laki laki berusia 50 tahun didiagnosis menderita kanker ginjal
stadium IIB dan dilakukan tindakan nephrectomy partial dan diikuti
kemoterapi. Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung tanpa sebab, adanya
darah dalam urine, demam, kehilangan berat badan yang signifikan serta adanya
pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, dan perut. Setelah dilakukan
kemoterapi pasien terjadi penurunan nafsu makan, mual dan muntah, dan diare
yang hebat serta rambut rontok.
TTV
TD : 165/95 mmHg
Suhu : 38,1 ◦C
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai :
Kalium : 2 mEq/L
Kalsium : 15 mg/dl
Hb : 8,1 mg/dl
Creatinin : 201 U/L
Ureum : 50 mg/dl
Trombosit : 100x103/µl
Sel darah putih : 3,3x103/µl
Sel darah merah : 3,1 juta/ µl

.2. Masalah Metabolik dan Hematologi pada Kanker


.2.1. Masalah Metabolik pada Kalium
1. Fisiologi Kalium Meliputi
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan
intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan
konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah

3
konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram
berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh
umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil
dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih
kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di
dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan
Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan
cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif
kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Jumlah kalium dalam
tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar
(Yaswir dan Ferawati, 2012).
Nilai Rujukan Kalium
Nilai rujukan kalium serum pada:
- Serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- Serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- Serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- Urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- Urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
(Rickles and Falanga,2009)
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantungdari jumlah
dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal
mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan
konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar
(70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal
dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung
henle. 19-20 Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari5%, kulit dan urine mencapai 90% (Rickles
and Falanga,2009).
2. Hipokalemia
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/Ldisebut sebagai
hipokalemia dan kadar kalium lebihdari 5,3 mEq/L disebut sebagai

4
hiperkalemia.Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi
denyut jantung melambat.Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat
menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat
menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung (Fischbach, Dunning,
Talaska, Barnet, Schweitzer, Strandell, et al., 2009). Penyebab
hipokalemia diantaranya sebagai berikut:
a. Asupan Kalium Kurang
Pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum
dengan baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya
pada pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada
program menurunkan berat badan dapat menyebabkan hipokalemia
(Fischbach, Dunning, Talaska, Barnet, Schweitzer, Strandell, et al.,
2009).
b. Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran
cerna seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian
diuretik, terapi lain seperti kemoterapi, kelebihan hormon mineral
kortikoid primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom barter atau
sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan
(Fischbach, Dunning, Talaska, Barnet, Schweitzer, Strandell, et al.,
2009)..Diare, tumor kolon (adenoma vilosa) dapat menyebabkan
hypokalemia jika (Yaswir dan Ferawati, 2012).
Terapi yang dapat dilakukan pada keadaan Hipokalemia pemberian
kalium oral, modifikasi diet dan gaya hidup untuk menghindari
pencetus, serta farmakoterapi, di beberapa literartur disarankan
pemberian kalium oral dengan dosis 20-30 mEq/l setiap 15-30 menit
sampai kadar kalium mencapai normal. Kalium klorida adalah preparat
pilihan untuk sediaan oral. Suplementasi kalium harus diberikan hati-
hati karena hyperkalemia akan timbul saat proses redistribusi
transeluler kalium berhenti (Pardede dan Fahriani, 2012).

5
Pada kasus hipokalemik berat atau dengan manifestasi perubahan
EKG harus diberi koma kalium intervena 0,5 mEq/kgBB selama satu
jam, infus kontinyu, dengan pemantauan. Pasien yang memiliki
penyakit jantung atau dalam terapi digoxin juga harus diberikan terapi
kalium IV dengan dosis lebih besar (1 mEq/kgBB) karena memiliki
risiko aritmia lebih tinggi. Faktor-faktor yang harus diberikan dalam
pemberian kalium ialah kadar kalium plasma, gejala klinis, fungsi
ginjal, dan toleransi pasien. Suplementasi kalium dibatasi jika fungsi
ginjal terganggu. Pemberian oral lebih aman karena resiko
hyperkalemia lebih kecil (Pardede dan Fahriani, 2012).
3. Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :
a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel
Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis
metabolik bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis,
asidosislaktat), Defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat,
pemakaian obat penghambat-β adrenergik, dan
pseudohiperkalemia (Fischbach, Dunning, Talaska, Barnet,
Schweitzer, Strandell, et al., 2009).
b. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal
Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada
keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume
sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin atau akibat koreksi
ionkalium berlebihan dan pada kasus-kasus yang mendapat terapi
angiotensin-convertingenzyme inhibitor dan potassium
sparingdiuretics(Fischbach, Dunning, Talaska, Barnet, Schweitzer,
Strandell, et al., 2009).
.2.2. Masalah Hematologi
1. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih
parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau

6
jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita(Mehta, 2004). Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ criteria
National Cancer Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah
14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini
digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan(Mehta, 2004). Anemia merupakan tanda adanya penyakit.
Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya(Mehta, 2004).
Terjadinya anemia pada penderita kanker (tumor ganas), dapat
disebabkan karena aktivasi sistem imun tubuh dan sistem inflamasi
yang ditandai dengan peningkatan beberapa petanda sistem imun
seperti interferon, Tumor Necrosis Factor (TNF) dan interleukin yang
semuanya disebut sitokin, dan dapat juga disebabkan oleh sel kanker
sendiri. Konsekuensi klinis anemia pada kanker:
a. Gangguan oksigenasi jaringan
b. Gangguan fungsi organ
c. Gangguan kualitas hidup
d. Meningkatkan kerentanan terhadap terjadinya pendarahan karena
trombositopenia
e. Meningkatkan angka kematian pasca operasi
f. Meningkatkan kemungkinan mendapat transfusi darah pasca
kemoterapi
g. Meningkatkan absorpsi besi bila eritropoiesis tidak efektif.
Menurunkan umur kehidupan (karena infeksi HIV)
(Sariedj, 2005)
2. Trombositopenia
Abnormalitas jumlah trombosit memberikan informasi penting
untuk diagnostik. Trombositopenia didapatkan pada beberapa keadaan
yang berhubungan dengan anemia, misalnya hipersplenisme,
keterlibatan keganasan pada penyakit, destruksi trombosit

7
autoimun(idiopatik atau karena obat), sepsis, defisiensi folat atau
B12(Mehta, 2004).
3. Neutropenia
Hubungan antara neutropenia dan infeksi merupakan salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien kanker yang
mendapat kemoterapi yang bersifat mielosupresif. Pemberian segera
antibiotic spektrum luas secara empiris dapat memperbaiki outcome
pasien dengan neutropenia. Baik derajat dan durasi neutropenia
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan risiko dan
outcome infeksi. Komplikasi neutropenia akibat kemoterapi
menyebabkan perawatan yang lebih lama, juga menyebabkan banyak
tertundanya atau direduksinya dosis kemoterapi yang dapat
berpengaruh pada kesintasan pasien tumor padat (Pascoe and Cullen,
2006).
4. Pansitopenia
Pansitopenia merupakan kombinasi anemia,trombositopenia
dan netropenia. Pansitopenia berat dapat ditemukan pada anemia
aplastik, defisiensi folat, vitamin B12, atau keganasan hematologis
(leukemia akut). Pansitopenia ringan dapat ditemukan pada penderita
dengan splenomegali dan splenic trapping sel-sel hematologis (Mehta,
2004).
Terapi suportif yang dapat dilakukan pada pasien kanker yang
mengalami pansitopenia diantaranya:
a. Untuk mengatasi infeksi
1) Hygiene mulut.
2) Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang
adekuat.
3) Transfusi granulosit konsetrat diberikan pada sepsis berat.
b. Cara untuk mengatasi anemia

8
1) Berikan transfuse PACKED RED CELL (PRC) jika Hb kurang
dari 7 gr/dl atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simtomatik.
2) Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak perlu sampai normal karena
akan menekan eritropoiesis internal. Pada penderita yang akan
dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberian
transfuse harus lebih berhati-hati.
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfuse konsetrat trombosit jika terdapat perdarahan
mayor atau trombosit kurang dari 20.000 /mm3.
(Handayani dan Hariwibowo, 2008)
2.2.3 Jenis Obat Anti Kanker dan Kemoterapi Kanker
1. Siklofosfamid
- Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin,
Limfomanon Hodgkin, Mieloma multiple, NeuroBlastoma, Tumor
Payudara, ovarium, paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau
tumor Wilm.
- Mekanisme kerja : Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam
tubuh mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-
hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang merupakan obat
aktif. Aldofosfamid selanjutnya mengalami perubahan
nonenzimatik menjadi fosforamid dan akrolein. Efek
siklofosfamid dipengaruhi oleh penghambat atau perangsang
enzim metabolismenya. Sebaliknya, siklofosfamid sendiri
merupakan perangsang enzim mikrosom, sehingga dapat
mempengaruhi aktivitas obat lain.
2. Klorambusil
- Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan
limfomanon Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
- Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar
nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik.

9
Obat ini berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik
kronik.
2.2.3.1 Macam – Macam Obat Kemoterapi
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. Obat golongan Alkylatingagent, platinum Compouns, dan
Antibiotik Anthrasiklin obst golongan ini bekerja dengan
antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut
tidak bisa melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul
basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3.Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid,
dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin,
sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam
sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
.3. Masalah Keperawatan Berdasarkan Kasus
1. Dx.1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis (proses penyakit dan efek kemoterapi)

2. Dx. 2. Nyeri akut b.d agen cedera (biologis).


3. Dx. 3. Retensi urin b.d hematuria
4. Dx. 4. Risiko Ketidakefektifan perfusi Ginjal b.d efek samping terapi
(pembedahan dan kemoterapi)
(Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2015)
.4. Patofisiologi Berdasarkan Kasus
Terlampir
.5. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 50 tahun

10
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien didiagnosa penyakit Kanker Ginjal stadium IIB.
c. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung tanpa sebab, adanya darah
dalam urine, demam, kehilangan berat badan yang signifikan serta adanya
pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, dan perut. Setelah dilakukan
kemoterapi pasien terjadi penurunan nafsu makan, mual dan muntah, dan
diare yang hebat serta rambut rontok.
d. Riwayat Terapi
Dilakukan tindakan nephrectomy partial dan diikuti kemoterapi.
e. Pemeriksaan
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : -
Tanda-tanda Vital
TD : 165/95 mmHg
Suhu : 38,1 derajat celcious
Pemeriksaan Laboratorium
Kalium : 2 mEq/L(3,5-5,3 mEq/L)
Kalsium : 15 mg/dl(9.0-11.0 mg/dl)
Hb : 8,1 mg/dl (Laki-laki 14-18 mg/dl, Wanita 12-16
mg/dl)
Creatinin : 201 U/L (0,5-1,5 mg/dl)
Ureum : 50 mg/dl(10-50 mg/dl)
Trombosit : 100 x 103/mm3(200.000-…/mm3)
Sel darah putih : 3,3 x 103/mm3 (4000-11.000 /mm3)
Sel darah merah : 3,1 juta /mm3(Laki-laki 4,6-6,2 /mm3, Perempuan
4,2-5,4 /mm3)
*Nilai normal dikutip dari Hidayat (2004), Nurarif dan Hardhi (2015)

11
2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Faktor Pencetus : rokok, Ketidakseimbangan nutrisi
- Klien mengatakan
keturunan, obesitas, kurang dari kebutuhan
mual dan ada muntah,
hipertensi, gagal ginjal tubuh b.d faktor biologis
serta terjadi penurunan
kronik (proses penyakit dan efek
nafsu makanan, selain
kemoterapi)
itu klien juga
Mengandung zat
mengalami diare hebat
karsinogenik
DO :
- Terjadi penurunan
mengalami BB yang Aktivasi abnormal gen
signifikan (onkogen)
- Adanya rambut rontok
pada klien
Mutasi gen
- Hb: 8,1 mg/dl(anemia)

Imunitas menurun

Sel kanker

Membutuhkan nutrisi
untuk replikasi

Mengambil makanan
dalam tubuh

Hipermetabolisme sel

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Faktor Pencetus : rokok, Nyeri akut b.d agen cedera
- Klien mengatakan
(biologis).
nyeri pada punggung

12
keturunan, obesitas,
DO :
hipertensi, gagal ginjal
Tanda-tanda Vital
kronik
- TD : 165/95 mmHg
- Suhu : 38,1 derajat
Mengandung zat
celcious
karsinogenik

Aktivasi abnormal gen


(onkogen)

Mutasi gen

Imunitas menurun

inflamasi

Mengeluarkan mediator
nyeri

Impuls dibawa oleh


traktus spinoratikular

Ke thalamus di batang
otak

13
Mengakibatkan respon
otonomik di limbik

Di proses di otak

Nyeri Akut

DS : Faktor Pencetus : rokok, Ketidakseimbangan cairan


- Klien mengalami
keturunan, obesitas, elektrolit b.d
penurunan nafsu
hipertensi, gagal ginjal peningkatan/penurunan
makan, mual, muntah,
kronik serum elektrolit sekunder
dan diare
dengan kerusakan fungsi
DO:
- Kalium : 2 Mengandung zat ginjal
mEq/L(hipo) karsinogenik
- Kalsium: 15
mg/dl(hiper)
Aktivasi abnormal gen
- TD : 165/95 mmHg
- Edema (onkogen)

Mutasi gen

Imunitas menurun

Mengambil nutrisi dari sel

14
kemoterapi

mual, muntah, diare

peningkatan suhu tubuh

ketidakseimbangan cairan
elektolit
DS: - Faktor Pencetus : rokok, Resiko infeksi b.d trauma
DO: keturunan, obesitas, jaringan sekunder
- TD : 165/95 mmHg hipertensi, gagal ginjal (prosedur bedah)
- Suhu : 38,1 derajat
kronik
celcious
- Kalium : 2
Mengandung zat
mEq/L(hipo)
- Kalsium: 15 mg/dl karsinogenik
(hiper)
Aktivasi abnormal gen
(onkogen)

Mutasi gen

Imunitas menurun

Sel kanker

Resiko infeksi

15
3. Diagnosa Keperawatan
a. Dx.1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis (proses penyakit dan efek kemoterapi)

b. Dx. 2. Nyeri akut b.d agen cedera (biologis).


c. Dx. 3. Ketidakseimbangan cairan elektrolit peningkatan/penurunan serum
elektrolit sekunder dengan kerusakan fungsi ginjal
d. Dx. 4. Risiko Infeksi b.d trauma jaringan sekunder (prosedur bedah)
4. Tabel Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATA HASIL
N
1 Dx. 1 Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
keperawatan 3x24 jam, - Kaji adanya alergi
nutrisi klien terpenuhi makanan
- Kolaborasi dengan ahli
dengan Kriteria Hasil :
gizi untuk menentukan
- Adanya peningkatan
jumlah kalori dan
berat badan sesuai
nutrisi yang
dengan tujuan
- Berat badan ideal dibutuhkan pasien
sesuai dengan tinggi (pasien yang
badan mengalami sedikit
- Mampu
hipermetabolisme atau
mengidentifikasi
yang memerlukan
kebutuhan nutrisi
kenaikan
- Tidak ada tanda tanda
metabolisme : 30-35
malnutrisi
- Tidak terjadi kal/kgBB, (Indonesian
penurunan berat badan Journal of Cancer 4 :
yang berarti 140-143 Hariani,
2007))
- Anjurkan pasien untuk

16
meningkatkan intake
Fe (Suplementasi
dapat diberikan
<150% Recommended
Daily Allowance
(Indonesian Journal of
Cancer 4 : 140-143
Hariani, 2007))
- Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
(Indonesian Journal of
Cancer 4 : 140-143
Hariani, 2007))
- Berikan substansi gula
- Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Nutrition Monitoring
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor lingkungan

17
selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor kalori dan
intake nuntrisi

2 Dx. 2 Setelah dilakukan tindakan NIC


keperawatan 2x24 jam, Pain Management
nyeri berkurang dengan - Lakukan pengkajian
Kriteria Hasil : nyeri secara
- Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu termasuk lokasi,
penyebab nyeri, karakteristik, durasi,
mampu kualitas dan factor
menggunakan presipitasi
- Observasi reaksi
teknik
nonverbal dari
nonfarmakologi
ketidaknyamanan
untu mengurangi
- Gunakan teknik
nyeri, mencari
komunikasi terapeutik
bantuan)
untuk mengetahu
- Melaporkan bahwa
pengalaman nyeri
nyeri berkurang
pasien
dengan

18
menggunakan - Evaluasi
manajemen nyeri pengalamannyeri masa
- Mampu mengenali
lampau
nyeri (skala, - Bantu pasien dan
intensitas, frekuensi keluarga untuk
dan tanda nyeri) mencari dan
- Menyatakan rasa
menentukan dukungan
nyaman setelah - Kaji tipe dan sumber
nyeri berkurang nyeri untuk
menentukan intervensi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefektifan
control nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan denan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
- Berikan
analgesic:Morphinn,
Hydromorphone,. tepat
waktu terutama pada
nyeri hebat (European
Association Of
Urology, Borda, et al.
2014))
- Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala

19
3 Dx. 3 Setelah dilakukan tindakan Fluid management
keperawatan selama 1x24 - Pertahankan catatan
jam diharapkan cairan intake dan output yang
elektrolit klien seimbang akurat (JKem-u, Vol. I,
dengan Kriteria Hasil : No.3 ,2009)
- urine output sesuai - Monitor status hidrasi
dengan usia dan BB,
(kelembaban membran
BJ Urine normal,
mukosa, nadi adekuat,
HT normal
tekanan darah
- Tekanan darah, nadi, ortostatik, jika
suhu tubuh dalam diperlukan
batas normal
- Monitor vital sign
- Tidak ada tanda
- Monitor masukan
tanda
makanan / cairan dan
dehidrasi,Elastisitas
hitung intake kalori
turgor , kulit baik,
harían
membran mukosa
lembab, tidak ada - Kolaborasikan
rasa haus yang pemberian cairan IV
berlebihan. (JKem-u, Vol. I, No.3 ,
2009)
- Monitor status nutrisi

- Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output

- Kolaborasi dokter jika


tanda cairan berlebih
muncul memburuk

20
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan

- Monitor adanya tanda


gagal ginjal

4 Dx. 4 Setelah dilakukan tindakan - Cuci tangan setiap


keperawatan selama 3x24 sebelum dan sesudah
jam diharapkan pasien tindakan keperawatan
dapat terhindar dari resiko
(Jurnal kedokteran
infeksi dengan kriteria
syiah kuala
hasil:
pengendalian infeksi
- Klien bebas dari
nosokomial volume 12
tanda dan gejala
nomor 1 april 2012)
infeksi
- Gunakan baju, sarung
- Klien dapat
tangan sebagai alat
mendeskripsikan
pelindung (Jurnal
proses penularan
kedokteran syiah kuala
penyakit, faktor
pengendalian infeksi
yang mempengaruhi
nosokomial volume 12
penularan serta
nomor 1 april 2012)
penatalaksanaanya.
- Pertahankan
- Klien dapat
lingkungan asektip
menunjukan
selama pemasangan
kemampuan untuk
alat
mencegah
timbulnya infeksi - Tingkatkan intake
nutrisi
- Jumlah leukosit
dalam batas normal - Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik

21
- Klien dapat dan lokal
Menunjukan prilaku
- Monitor granulosit;
hidup sehat
WBC

- Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas,drainase

- Inspeksi kondisi luka-


insisi bedah

- Kolaborasi pemberian
antibiotik

BAB 3
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Keganasan dalam penyakit kanker dapat berdampak pada metabolisme
dan hematologi pada tubuh pasien, sehingga hal tersebut yang seharusnya masih

22
dalam rentang normal menjadi beberapa gangguan. Gangguan-gangguan terkait
metabolisme dan hematologi yang terjadi pada pasien kanker terjadi secara umum
pada jenis-jenis kanker selain kanker ginjal. Hal tersebut harus dilakukan tindakan
segera sesuai dengan evidence based practice yang berkembang.
.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dan nantinya akan menjadi seorang
perawat profesional kita harus mengetahui masalah metabolisme dan hematologi
pada pasien kanker, serta penanganannya secara mandiri maupun kolaborasi,
sehingga kita dapat mengimplikasikannya kedalam praktik keperawatan yang
berstandar baik.

23

Anda mungkin juga menyukai