I. IDENTITAS
a. Nama : Tn. M
b. Tanggal Lahir : 28 Febuari 1963
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama :Islam
e. Suku : Jawa
f. Pekerjaan : Karyawan swasta
g. Ruang Rawat : Dahlia
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Luka di kaki sejak ±2 bulan SMRS
Keluhan Tambahan
Mual, lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Tarakan pada tanggal 03 November 2017
pukul 19:30 dibawa keluarganya dengan keluhan terdapat luka di kaki.
Menurut pasien luka di kaki kirinya awalnya disebabkan luka lecet karena
beliau memakai sepatu baru, namun setelah itu pasien menyatakan luka
tersebut tidak kunjung sembuh ±2 bulan SMRS Tarakan. Luka tersebut
basah(+), nanah(+), bau busuk(+). Selain itu pasien juga mengeluh kaki
dan tangannya sering merasa kesemutan.
Kepala
Bentuk Normocephal
Rambut Warna hitam keputih-putihan, distribusi merata,
tidak mudah dicabut
Mata Pupil Isokor, Mata cekung (-), Air mata (+),
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) ,
reflek pupil (+/+)
Telinga Bentuk normal, pembesaran KGB retroaurikula(-
/-), discharge (-/-), gangguan fungsi pendengaran
(-/-)
Hidung epistaksis (-),Bentuk normal, septum deviasi(-
),Sekretdarikedualianghidung (-),
napascupinghidung (-)
Mulut Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Lidah kotor(-
), lidah tremor (-), pernapasan mulut (-),
stomatitis pada ujung lidah (-)
Leher Trakea letak tengah, Tidak tera bapembesaran
KGB,
Paru-Paru
Inspeksi Bentuk normal, simetris saat inspirasi dan
ekspirasi, retraksi dinding dada (-), sela iga
melebar (-)
Palpasi Gerakan napas teraba simetris saat inspirasi dan
ekspirasi, nyeri tekan (-), stem fremitus lapang
paru kanan dan kiri sama kuat
Perkusi Sonor pada lapangan paru
Auskultasi ronki -/-, wheezing-/-
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak nampak
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midcalvicula
sinistra pulsus parasternal -, pulsus epigastium -,
pulsus sternal lift -
Perkusi Batas jantung kanan; ICS IV linea parasternalis
dekstra
Batas kiri; ICS IV linea midclavikularis sinistra
Auskultasi Buni jantung I dan II regular, murmur (-), gallop
(-), bising ( -)
b. EKG
• Irama : Sinus rythm
• Regularitas : Reguler
• Frekuensi : 1500 : 15 = 100
• Axis : Noemoaxsis deviasi
• Segmen ST : isoelektik
Kesan : Normal
c. Foto Thorax
Kesan: Normal
V. PROBLEM
Assessment Diagnosis
Rencana terapi
Rencana Monitoring
-Monitoring vital sign (tekanan darah, nadi, RR, suhu) dan keluhan
-Monitoring keadaan umum
-GDS
Edukasi
Prognosis:
Ad Vitam: Bonam
Ad Sanationam: Malam
Ad Fungsionam:Malam
3. Insuffisiensi Renal
Rencana terapi:
Rencana monitoring:
Prognosis
Ad vitam: Bonam
Ad Sanationam: Malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi
dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada
fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak
dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah
sekresi insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk
menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu
meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan
sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar
insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati
meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara
berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan
menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan
gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya
gangguan fase 2 di mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi
gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kadar
glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa darah
puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika
kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak
mampu meningkat lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan
sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin puasa
dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap
produksi glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang
sehingga produksi glukosa hati makin meningkat dan mengakibatkan
hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel
beta diduga merupakan faktor yang didapat (acquired) antara lain
menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi, adanya
deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose toXicity)3
Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap
dapat dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi
resistensi insulin dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat
terjadi respons metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap normal,
sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi
gangguan. Resistensi insulin merupakan sindrom yang heterogen, dengan
faktor genetik dan lingkungan berperan penting pada perkembangannya.
Selain resistensi insulin berkaitan dengan kegemukan, terutama gemuk di
perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak
gemuk. Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung
lemak, juga dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya
kegemukan dan resistensi insulin.4
Gambaran Klinis 6
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:
Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif
singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan
otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah
banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu
malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah
tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban
kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum
banyak.
c. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
Keluhan lain:
a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki
di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
b. Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan
atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering
pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka
ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
atau tertusuk peniti.
c. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering
tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait
dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan
masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang.
d. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
Tabel 1.
Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl)
Penatalaksanaan
Pilar Penatalaksanaan DM
1. Edukasi
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Nonmedikamentosa. Pilar penatalaksanaan DM dimulai dengan
pendekatan non farmakologi, yaitu berupa pemberian edukasi, perencanaan
makan atau terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani, dan penurunan berat badan bila
didapat berat badan lebih atau obesitas. Bila dengan langkah-langkah pendekatan
non farmakologi tersebut belum mampu mencapai sasaran pengendalian DM,
maka dilanjutkan dengan penambahan terapi medikamentosa atau intervensi
farmakologi1
Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah
kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang
disarankan bervariasi, bergantung pada kebutuhan, apakah untuk
mempertahankan, menurunkan atua meningkatkan berat tubuh. Rencana diet
harus dikonsultasi dahulu dengan ahli gizi yang terdaftar dan berdasarkan pada
riwayat diet pasien, makanan yang lebih disukai, gaya hidup, latar belakang
budaya, dan aktivitas fisik.1
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yai tu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan, dll.1
Preventif
Mengingat jumlah pasien DM yang membengkak dan besarnya biaya
perawatan pasien DM yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya,
maka upaya yang paling baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994,
upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis atau tahap, yaitu:1
Pencegahan primer. Semua aktivitas yang ditujukan untuk pencegah
timbulnya hiperglikemia pada individu yang beresiko untuk jadi diabetes atau
pada populasi umum.1
Pencegahan sekunder. Menemukan pengidap DM sedini mungkin,
misalnya dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Dengan
demikian pasien DM yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga
dengan demikian, dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau
kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel.1
Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau
kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi mencegah timbulnya
komplikas, mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi
kegagalan organ, serta mencegah kecacatan tubuh.1
Dalam menyelenggarakn upaya pencegahan ini diperlukan suatu strategi
yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu
pendekatan populasi atau masyarakat serta pendekatan individu beresiko tinggi.1
Komplikasi8
Komplikasi diabetes mellitus meliputi:
1. Penyakit mikrovaskuler, termasuk retinopati, nefropati, dna neuropati
2. Displipidemia
4. Ketoasidosis diabetik
7. Ulserasi kulit
Prognosis
Prognosis DM pada umumnya baik hanya butuh pengobatan seumur hidup
dan menjaga agar gula darah terkontrol dengan baik.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah pankreas dapat menghasilkan cukup
jumlah insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu
untuk memanfaatkan secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi
insulin dan kadar glukosa darah meningkat. Dalam patofisiologi diabetes
melitus tipe 2, dimulai dengan gangguan fase earlypeak yang menyebabkan
hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase sekresi insulin dimulai 20 menit
setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi
sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang
normal di mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta.
NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin.
Gambaran klini terjadinya DM tipe 2 ini yaitu melalui keluhan klasik
seperti penurunan berat badan, banyak kencing, banyak minum, banyak
makan. adapun keluhan lain yang terjadi yaitu gangguan saraf tepi /
kesemutan, gatal / bisul, gangguan ereksi dan keputihan. dalam menegakkan
diagosis dm dapat dilakukan berdasarkan cara pelaksanaan TTGO menurut
WHO 1985.
Faktor risiko DM tipe 2 seperti genetik, usia, stres, minim gerak, pola
makan yang salah, dan obesitas. Pencegahannya dilakukan pada tiga level,
yaitu primer berupa penyuluhan pada faktor risiko; sekunder berupa diagnosis
dini (skirning), pengobatan, dan diet; tersier berupa tindakan rehabilitatif
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Adapun strategi
penanggulangan DM yaitu primordial prevention, health promotion, spesific
protection, early diagnosis and prompt treatmen, disability limitation dan
rehabilitation. Tindakan penanggulangan iaalah pengendalian DM yang lebih
diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko
DM seperti upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Dan adapun faktor penanggulangan Diabetes Melitus
Tipe 2 yaitu melalui Edukasi, Perencanaan Makan, Aktivitas fisik dan
Pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA