Anda di halaman 1dari 6

Menyonsong Adopsi ISA

Dari Harmonisasi Menuju Konvergensi


Secara sederhana,harmonisasi adalah upaya menyelaraskan standar – standar (akuntansi,
pengauditan, dan lain-lain) yang beraneka ragam. Ini dijejaki dalam dekade 1970-an dan
mencapai momentumnya diawal 1990-an.

Secara sederhana dunia akuntansi dab dibagi dalam apa yang disebut tradisi Anglo-Saxon
dan tradisi daratan Eropa, dan negara-negara penganut tradisi tersebut dikenal sebagai Anglo-
Saxon Countries dan Continental European Countries. Kajian-kajian menunjukan adanya
transformasi di negara-negara besar. Kajian-kajian ini terlihat dalam serial Transformation Of
The State, diantaranya kajian yang dapat ditemukan dalam tulisan Zimmermann, Werner, dan
Volmer ( 2008 ). Kajian Zimmermann, Werner, dan Volmer melihat transformasi dari tiga
negara.

 Amerika Serikat yang mengungguli Anglo-Saxon Countries


 Jerman yang mengungguli Continental European Countries
 Inggris yang mewakili Anglo-Saxon Countries dan seperti Jerman mengalami apa
yang para peneliti istilahkan sebagai peng Eropanisasi-an.

Konvergensi adalah konsekuensi logis dari globalisasi. Jika harmonisasi mengisyaratkan


keselarasan, maka konvergensi menuntut keseragaman.

Adopsi ISA dari Perspektif Lembaga Internasional


ROSC mengulas berbagai hambatan yang dihadapan profesi, regulator, dan dunia
usaha(misalnya usaha kecil dan menengah atau UKM). Beberapa diantara hambatan ini sudah
dijawab, antar lain dengan undang – undang Akuntansi Publik Nomor 5 Tahun 2011,
meskipun masih harus diikuti dengan aturan pelaksanaan dan penegakan hukumnya.

ROSC terdiri atas bagian – bagian sebagai berikut.

 Pengantar (introduction)
 Kerangka Institusional (institutional framework)
 Standar Akuntansi yang dirancang dan dipraktikkan (Accounting standardsas
designed and practiced)
 Presepsi mengenai mutu pelaporan keuangan (Perception on the quality of
financial reporting)
 Rekomendasi kebijakan (Policy recommendations)
Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA adalah sepenuhnya keputusan Indonesia
bukan Bank Dunia atau IMF. Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA harus dilihat dari segi
kestabilan dan kemantapan pasar uang, pasar modal, dan penanaman modal di Indonesia.
Kestabilan dan kemantapan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari profesi
akuntansi.

Pengalaman Negara Lain


Bagaimana pengalaman negara-negara lain dalam mengadopsi standar-standar
internasional ( IFRS dan ISA ) ? Makalah yang membahas pengalaman negara lain ditulis
oleh staf Bank Dunia dan seorang analis kebijakan yang sangat terlibat dalam kegiatan
ROSC, mereka adalah John Hegarty, Frederic Gielen dan Ana Cristina Hirata Barros.

Lesson Learned from ROSC program ini ditulis pada awal kuartal keempat tahun
2004. Hal ini kembali menunjukkan bahwa gagasan dan gerakan menuju ISA (dan
IFRS)bukan sesuatu yang baru. Makalah ini merinci hambatan – hambatan bagi penerapan
standar internasional.

Hambatan-hambatan tersebut dijelaskan dengan contoh yang disajikan dibawah.


Tidak semua hambatan ini berlaku umtuk Indonesia.

Contoh 1 - kesalahanpahaman mengenai sifat standar Internasional.

Contoh 2 – tidak adanya mekanisme yang memberikan otoritas bagi atandar.

Contoh 3 – standar internasional versus kerangka hokum.

Contoh 4 – pelaporan keuangan tujuan umum versus yang ditentukan regulator.

Contoh 5 – tidak tepatnya lingkup penerapan standar internasional.

Contoh 6 – tidak dapat diamatinya kepatuhan.

Contoh 7 – perlu perbaikan standar.

Contoh 8 – ketentuan akuntansi dan auditing versus permintaan pasar.

Contoh 9 – ketentuan akuntansi dan auditing versus kemampuan melaksanankannya.

Contoh 10 – ketentuan akuntansi dan auditing versus kemampuan memaksakannya.

Contoh 11 – peran khusus jejaring kantor akuntan internasional.


Proyek ISA di Indonesia
IFRS berurusan dengan pelaporan dan akuntansi, jadi ia akan melibatkan perusahaan
dari segala macam ukuran ( kecil, menengah, dan besar ), dari berbagai bentuk hokum (
perseroan terbatas, firma, cv, koperasi ), dari berbagai latar belakang dan bentuk kepemilikan.
Cakupan IFRS sangat luas, ini melibatkan segala macam perusahaan yang disebutkan,
regulator, IAI, IAPI, akuntan public, perguruan tinggi, danasosiasi yang berurusan dengan
perusahaan, manajemen,/direksi, dewan komisaris, komite audit, dan pihak lain yang
berkepentingan dan berminat dengan IFRS. Cakupan ISA lebih terrbatas pada KAP dan para
praktisinya. Lembaga internasional yang mencetuskan dan mendorong gagasan mengenai
ISA dan IFRS adalah IFAC. Dari sisi organisasi profesional, institut akuntan publik indonesia
( IAPI) dan dewan standar profesinya memainkan peran yang besar dan penting dalam
proyek ISA.

Lembaga internasional yang mencetuskan dan mendorong gagasan mengenai ISA dan
IFRS adalah IFAC (international federation of accountants) dan afiliasinya.

Faktor penting lainnya yang perlu dikemukakan disini ialah bahwa Indonesia adalah
salah satu dari Negara-negara G20. Keanggotaan Indonesia di IFAC diwkili oleh IAI, sebagai
anggota IFAC Indonesia mempunyai kewajiban yang dituangkan dalam statements of
membership obligations disingkat SMO. SMO diterbitkan oleh IFAC Board pada bulan april
2004. Ada tujuh kewajiban anggota IFAC yang disebut dalam SMO, yakni kewajiban sebagai
berikut :

1. SMO 1 – membuat dan memblikasi quality control standards dan petunjuk bagi KAP
untuk mengimplementasikan system pengendali mutu sesuai Internasional standards
on qualitycontrol ( ISQC ), dalam hal ini ISQC 1.
2. SMO 2 – berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional, petunjuk
mengenai pendidikan bagi akuntan profesional, dan terbitan mengenai pendidikan
bagi akuntan professional yng diterbitkan oleh education.
3. SMO 3 – berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans untuk
anggota.
4. SMO 4 – berkenaan dengan kode etik dan pernyataan lainnya yang diterbitkan oleh
the ethics committee of IFAC.
5. SMO 5 – berkenaan dengan internasional public sector accounting standards
danpetunjuk lainnya yang diterbitkan the public sector committee of IFAC.
6. SMO 6 – berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
perilaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaranstandar dan ketentuan
professional oleh anggota dan jika diatur dalam ketentuan perundang-undangan oleh
KAP.
7. SMO7 – berkenaan dengan IFRSyang diterbitkan oleh IASB.
Pengalaman KAP mengadopsi ISA
Pengalaman KAP di Indonesia yang telah melaksanakan ISA. Pemilihan sampel
praktisi ini dilakukan secara sangat informal, atas dasar pengetahuan penulis bahwa KAP
sudah melaksanakan ISA,dan kesediaan para praktisi, menjadi responden atau menunjukan
partner lain dalam KAP-nya, untuk menjadi responden. Semua praktisi (akuntan publik) yang
berpartisipasi dalam survai kecil, menjawab kuesioner secara lisan atau tertulis, dalam
kapasitas pribadi, dan bukan atas nama KAP dimana mereka berpraktik. Semua responden
bereraktik dalam KAP yang mempunyai jaringan praktik akuntansi global atau internasional.

Kapan KAP mulai melaksanakan ISA ?


Responden memberikan jawaban yang bervariasi antara tahun 2000 – 2008. Variasi
pelaksanaan ISA menunjukan bahwa :

 Keputusan mengimplementasi audit berbasis ISA adalah keputusan jaringan, bukan


keputusan KAP Indonesia.
 Yang juga sangat berperan adalah klien, khususnya parent companydari kliendi
Indonesia.
 Implementasi ISA dimulai dengan melatih praktisinya.
 ISA pada awalnya ditetapkannya, masih ‘’mencari bentuk’’
Alternatifnya adalah melahirkan dan memberdayakan Organisasi Audit Indonesia (
oai ) yang tercantum dalam UU no. 5 tahun 2011 tentang akuntan public, khususnya
pasal 33 ayat 2 huruf ( a ).

Alternatifnya ialah melahirkan dan memberdayakan Organisasi Audit Indonesia(OAI). OAI


ini dicantumkan dalam undang – undang nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan punlik,
khususnya pasal 33 ayat 2 huruf (a). OAI dapat menjadi wadah untuk menyusun pedoman
audit bagi KAP yang menjadi anggota.

Komunikasi dengan klien


Bentuk komunikasi ini adalah sebagai berikut :

 Komunikasi ini merupakan kebijakan KAP yang menetapkan apa yang harus
disampaikan dan bagaimana menyampaikan hal terrsebut,sampai apa yang
diupayakan untuk tidak disampaikan.
 KAP yang menyerahkan komunikasi ini kepada partner audit yang bersangkutan,
termasuk cara dan isi komunikasi.
 Pada praktik, KAP memberikan petunjuk yang sangat umum, tidak menyiapkan
materi tertulis dan memberikan keleluasaan kepada partner yang bersangkutan untuk
berkomunikasi dengan kliennya dalam kerangka petunjuk umum tadi.
 KAPtidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada klien.

Salah satu responden memberikan tips yaitu dalam mengomunikasi ISA, KAP jangan
terjebak dalam perangkat “ metodologiudit terdahulu mengandung cacat “.
Bagaimana Tanggapan Klien ?
Berikut ini jawaban rapa responden :

 Tanggapan responden pada umumnya “ feeisnot an issue “. (A). kebijakan kantor


pusat atau kantor induk, karena ISA sangat menekankan peran mereka dalam
implementasi ISA. (B). cerminan dari hubungan yang baik antara partner dengan
kliennya termasuk kemampuan partner untuk menjelaskan pentingnya ISA. ( c )
cerminan dari ukuran dan kemampuan ekonomis klien.
 Ada responden yang kehilangan klien karena penerapa ISA. Akan tetapi ini sangat
jarang terjadi, lebih merupakan isolated case.
 Klien memberikan tanggapan yang sangat positif ketika menegaskan dampak dari ISA
tertentu dalam audit yang akan datang. Ini menunjukan pentingnya komunikasi yang
taylor made dan bukan pendekatan one-size-fits-all.
 Karena pelaksanaan ISA, kami justru mendapatkan klien baru. Ini disebabkan karena
campur tangan perusahan induk.
 Pada umumnya klien setuju. Kemungkinan besar karena klien tidak berupaya
memahami perbedaan pendekatan yang lama dengan audit berbasis ISA, dan
menganggap perubahan standar adalah urusan KAP.

Komunikasi dengan Regulator


Jawaban responden bervariasi sebagai berikut :

 Kami tidak mengomunikasi rencana atau implementasi ISA, karena kami tahu bahwa
regulator sudah mempunyai informasi bahwa big four sudah melaksanakannya.
 Kami tidak mengomunikasi hal ini kepada regulator, karena kami bersikap low
profile, tidak ingin memberi kesan mengguruidan mengiklankan diri.
 Hubungan kami dengan regulator adalah bagian yang tidak terpisahkan dari firm
policy.
 Tidak secara khusus, namun dalam kesempatan revieberkala oleh PPAJ, kami
menginformasikan bahwa metodologi sudah mengadopsi ISAs.
 KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada
regulator. Patner yang bersangkutan kebetulan adalah anggota DSP dan berbagi
pengalaman mengenai kegiatan IAPI dan DSP, ketika ia bertemu dengan regulator.

Anda mungkin juga menyukai