Secara sederhana dunia akuntansi dab dibagi dalam apa yang disebut tradisi Anglo-Saxon
dan tradisi daratan Eropa, dan negara-negara penganut tradisi tersebut dikenal sebagai Anglo-
Saxon Countries dan Continental European Countries. Kajian-kajian menunjukan adanya
transformasi di negara-negara besar. Kajian-kajian ini terlihat dalam serial Transformation Of
The State, diantaranya kajian yang dapat ditemukan dalam tulisan Zimmermann, Werner, dan
Volmer ( 2008 ). Kajian Zimmermann, Werner, dan Volmer melihat transformasi dari tiga
negara.
Pengantar (introduction)
Kerangka Institusional (institutional framework)
Standar Akuntansi yang dirancang dan dipraktikkan (Accounting standardsas
designed and practiced)
Presepsi mengenai mutu pelaporan keuangan (Perception on the quality of
financial reporting)
Rekomendasi kebijakan (Policy recommendations)
Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA adalah sepenuhnya keputusan Indonesia
bukan Bank Dunia atau IMF. Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA harus dilihat dari segi
kestabilan dan kemantapan pasar uang, pasar modal, dan penanaman modal di Indonesia.
Kestabilan dan kemantapan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari profesi
akuntansi.
Lesson Learned from ROSC program ini ditulis pada awal kuartal keempat tahun
2004. Hal ini kembali menunjukkan bahwa gagasan dan gerakan menuju ISA (dan
IFRS)bukan sesuatu yang baru. Makalah ini merinci hambatan – hambatan bagi penerapan
standar internasional.
Lembaga internasional yang mencetuskan dan mendorong gagasan mengenai ISA dan
IFRS adalah IFAC (international federation of accountants) dan afiliasinya.
Faktor penting lainnya yang perlu dikemukakan disini ialah bahwa Indonesia adalah
salah satu dari Negara-negara G20. Keanggotaan Indonesia di IFAC diwkili oleh IAI, sebagai
anggota IFAC Indonesia mempunyai kewajiban yang dituangkan dalam statements of
membership obligations disingkat SMO. SMO diterbitkan oleh IFAC Board pada bulan april
2004. Ada tujuh kewajiban anggota IFAC yang disebut dalam SMO, yakni kewajiban sebagai
berikut :
1. SMO 1 – membuat dan memblikasi quality control standards dan petunjuk bagi KAP
untuk mengimplementasikan system pengendali mutu sesuai Internasional standards
on qualitycontrol ( ISQC ), dalam hal ini ISQC 1.
2. SMO 2 – berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional, petunjuk
mengenai pendidikan bagi akuntan profesional, dan terbitan mengenai pendidikan
bagi akuntan professional yng diterbitkan oleh education.
3. SMO 3 – berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans untuk
anggota.
4. SMO 4 – berkenaan dengan kode etik dan pernyataan lainnya yang diterbitkan oleh
the ethics committee of IFAC.
5. SMO 5 – berkenaan dengan internasional public sector accounting standards
danpetunjuk lainnya yang diterbitkan the public sector committee of IFAC.
6. SMO 6 – berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
perilaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaranstandar dan ketentuan
professional oleh anggota dan jika diatur dalam ketentuan perundang-undangan oleh
KAP.
7. SMO7 – berkenaan dengan IFRSyang diterbitkan oleh IASB.
Pengalaman KAP mengadopsi ISA
Pengalaman KAP di Indonesia yang telah melaksanakan ISA. Pemilihan sampel
praktisi ini dilakukan secara sangat informal, atas dasar pengetahuan penulis bahwa KAP
sudah melaksanakan ISA,dan kesediaan para praktisi, menjadi responden atau menunjukan
partner lain dalam KAP-nya, untuk menjadi responden. Semua praktisi (akuntan publik) yang
berpartisipasi dalam survai kecil, menjawab kuesioner secara lisan atau tertulis, dalam
kapasitas pribadi, dan bukan atas nama KAP dimana mereka berpraktik. Semua responden
bereraktik dalam KAP yang mempunyai jaringan praktik akuntansi global atau internasional.
Komunikasi ini merupakan kebijakan KAP yang menetapkan apa yang harus
disampaikan dan bagaimana menyampaikan hal terrsebut,sampai apa yang
diupayakan untuk tidak disampaikan.
KAP yang menyerahkan komunikasi ini kepada partner audit yang bersangkutan,
termasuk cara dan isi komunikasi.
Pada praktik, KAP memberikan petunjuk yang sangat umum, tidak menyiapkan
materi tertulis dan memberikan keleluasaan kepada partner yang bersangkutan untuk
berkomunikasi dengan kliennya dalam kerangka petunjuk umum tadi.
KAPtidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada klien.
Salah satu responden memberikan tips yaitu dalam mengomunikasi ISA, KAP jangan
terjebak dalam perangkat “ metodologiudit terdahulu mengandung cacat “.
Bagaimana Tanggapan Klien ?
Berikut ini jawaban rapa responden :
Kami tidak mengomunikasi rencana atau implementasi ISA, karena kami tahu bahwa
regulator sudah mempunyai informasi bahwa big four sudah melaksanakannya.
Kami tidak mengomunikasi hal ini kepada regulator, karena kami bersikap low
profile, tidak ingin memberi kesan mengguruidan mengiklankan diri.
Hubungan kami dengan regulator adalah bagian yang tidak terpisahkan dari firm
policy.
Tidak secara khusus, namun dalam kesempatan revieberkala oleh PPAJ, kami
menginformasikan bahwa metodologi sudah mengadopsi ISAs.
KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada
regulator. Patner yang bersangkutan kebetulan adalah anggota DSP dan berbagi
pengalaman mengenai kegiatan IAPI dan DSP, ketika ia bertemu dengan regulator.