Anda di halaman 1dari 6

SKIZOFRENIA

1. Definisi
Menurut Melinda Hermen dalam Direja AHS 2011, schizophrenia sebagai penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, Bahasa , emosi, dan perilau
sosialnya. Dalam definisi lainnya Schizophrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional
dengan gangguan uatam pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara
proses fikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan terutama
karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagai sehingga timbul inkoherensi.
Schizophrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana, namun faktor
penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Tingkah laku emosional dan
intelektualnya menjadi ambigious (majemuk), serta mengalami gangguan serius; dan
mengalami regresi atau dementia total. Penderita schizophrenia biasanya melarikan diri dari
kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasinya. Hal tersebut disebabkan karena ia
mengalami kesulitan dalam memahami lingkungannya, dan responnya selalu maniacal atau
kegila-gilaan. Perasaan penderita schizophrenia selalu tidak cocok; mengalami gangguan
intelektual berat, sehingga pikirannya melompat-lompat tanpa arah.
Prevalensi seumur hidup hampir mencapai 1%, insiden setiap tahunnya sekitar 10-15 per
100000, dan perawatan rata-rata di dokter umum adalah 10-20 pasien skizofrenik,
bergantung pada lokasi dan lingkungan social tempat praktik. Skizofrenia merupakan
sindrom dengan berbagai presentasi dan satu variable, perjalanan penyakit umumnya jangka
panjang, serta sering kambuh. Meskipun skizofrenia sering disalah artikan sebagai
“kepribadian terbelah (split personality)”, diagnosanya memiliki kesahihan yang baik,
bahkan berbagai usia dan budaya, meskipun tidak ada penanda biokimia. Biasanya onset
timbul sebelum usia 30 tahun, laki-laki cenderung menunjukkan gejala 4 tahun lebih awal
dari pada perempuan. Petunjuk untuk mengetahui etiologinya sangat menantang, dan tata
laksananya tetap menjadi pertanyaan dalam klinis.
2. Etiologi
a. Genetic
Bukti keterlibatan genetic sebagai penyabab skizofrenia semakin kuat: hingga 50%
kembar identic (homozygotik) menderita diagnosis yang sama, dibandingkan dengan
sekitar 15% kembar non identic (dizygotic). Kekuatan faktor genetic bervariasi pada
setiap keluarga, tetapi sekitar 10% kerabat langsung pasien (orang tua, saudara kandung,
dan anak) juga menderita skizofrenia, demikian pula pada 50% anak yang kedua orang
tuanya mendrita skizofrenia.
b. Sebab organis; ada perubahan-perubahan pada struktur sistem saraf sentral
c. Tipe pribadi yang schizothyme atau jasmaniah yang asthisnis, dan mempunyai
kecenderungan menjadi Schizophrenia
d. Gangguan kelenjar-kelenjar: disfungsi pada endokrin seks, kelenjar andrenal, dan
kelenjar pituitary (kelenjar dibawah otak). Atau akibat dari masa klimakterik atau
menstruasi. Kadang terjadi karena kelenjar-kelenjar tiroid dan andrenal yang mengalami
atrofi.
e. Ada degenerasi pada energy mental. Lebih dari separuh jumlah penderita Schizophrenia
mempunyai keluarga yang psikotis atau sakit mental.
f. Sebab-sebab psikologis: kebiasaan-kebiasaan infentil yang buruk dan salah. Individu
tidak memiliki adjustment terhadap lingkungannya. Ada konflik antara super ego dan id
(freud).
Karena beberapa defek organis (jasmaniah cacat), pada diri orang tersebut timbul
perasaan tidak mampu dan min kompleks, atau integrase kepribadian yang miskin sekali.
Kebiasaan-kebiasaan yang salah semacam ini terus digunakan, sungguhpun anggota
badannya yang defek sudah dibetulkan dengan operasi-operasi. Kemudian ia terbiasa belajar
menghindari realitas, dan meneruskan kebiasaan-kebiasaan yang salah tadi, sehingga
akhirnya dia menjadi abnormal.

3. Gambaran klinis
a. Gejala negative/primer
Gejala tersebut meliputi hilangnya kemampuan pribadi seperti inisatif, minat
terhadap hal lain, dan perasaan senang (anhedonia). Emosi yang tumpul atau datar (afek
datar), sedikit berbicara, dan banyak waktu yang dihabiskan tanpa melakukan apa-apa
merupakan perilaku yang khas. Tanda psikis yang menyertai antara lain:
1. Intelek dan ingatannya menjadi sangat mundur. Ia menjadi sangat introvert dan
menjadi pemimpi siang (daydreamer). Tidak ada kontak atau sedikit sekali kontak
dengan lingkungannya. Besar tendensi untuk menyendiri dari relaitas dan menjadi
autistic
2. Mengalami regresi atau degenerasi mental. Lalu menjadi acuh tak acuh dan apatis
tanpa minat pada alam sekitarnya dan tanpa kontak social
3. Ia menjadi jorok dan kotor sekali. Perasaan kemesraan dan afeksinya berkurang.
Sering tidak tahu malu, misalnya suka memperlihatkan alat kelaminya, serta
bertingkah laku amoral
4. Emosi : banyak gangguan emosional: menjadi acuh tak acuh, apatis, dan ada
introvertion dan tendens-tendens asocial. Emosi tidak kongruen, yaitu bila ada
kejadian yang menyenangkan ia menjadi bersedih hati atau sebaliknya
5. Gangguan kepribadian : breakdown mental secara total , ia tidak menghiraukan
keadaan dirinya. Tiba-tiba ia dihinggapi perasaan kebencian yang meluap-luap
sehingga ia menjadi ekplosif sekali, dan bisa sangat berbahaya. Ia bisa membunuh
atau melukai ornag-orang sekitarnya
b. Tanda dan gejala positif/sekunder
Tanda dan gejala ini pada dasarnya merupakan versi fungsi otak normal yang
terganggu. Yaitu gangguan pada fungsi berpikir mengerti, membentuk ide, dan merasa
percaya diri. Seorang pasien yang tiba-tiba berhenti karena bingung ketika sedang bicara
sehingga pewawancara sulit mengikuti arah pembicaraan merupakan tanda yang khas.
Halusinasi-merupakan persepsi yang salah pada semua rasa: pasien merasakan
suara atau bau, misalnya, meskipun sebenarnya tidak terjadi. Tanda-tanda skizofrenia
adalah bahwa pasien mendengarkan suara-suara yang membicarakan mereka sebagai
“dia” (halusinasi auditorik orang ketiga) tetapi suara “perintah” dari orang kedua juga
terjadi, begitu pula halusinasi olfaktori, taktil, dan visual.
Waham-waham merupaka kenyakinan yang salah dengan kepastian absolut,
mendominasi pikiran pasien, dan tidak sesuai dengan latar belakang social budaya.
Waham sering disebabkan oleh usaha untuk membuat gejala lain masuk akal seperti
merasakan pasivitas (merasa bahwa seseorang atau sesuatu mengontrol tubuh, emosi, dan
pikiran Anda). Pengalaman yang khas adalah pikirannya seperti dihisab dari kepala
pasien (pasien bersikeras bahwa ibunya telah “mencuri otaknya”) atau sesuatu
dimasukkan kedalam pikiran pasien atau isi pikiran pasien diketahui oleh orang lain
(berturut-turut disebut penarikan pikiran [thought withdrawal], penyisipan pikiran
[thought insertion], dan penyiaran pikiran [thought broadcast]). Keyakinan yang memuja
telepati dan pengendalian pikuran dapat berkaitan dengan bentuk parsial ganggua ini.
Gangguan motoric berupa retardasi jasmani dan gerak yang lamban. Ada tingkah laku
yang stereotipis: terkadang ada gerak-gerak morotik yang lamban, tidak teratur dan kaku.
Atau tingkah lakunya sering aneh (eksentrik). Tanda psikis yang menyertai antara lain:
1. Dihinggapi macam-macam angan-angan dan fikiran yang keliru: misalnya halusinasi
dan delusi yang salah, delusion of persecution, delution of grandeur dan ilusi-ilusi
2. Sering mengarang kata-kata atau istilah baru tanpa mengandung arti (neologisme)
atau kata-kata tadi diperpendek atau ditelannya
c. Gambaran klinis yang menunjukkan diagnosis skizofrenia
1. Halusinasi auditorik orang ketiga
i. Mengomentari tindakan pasien
ii. Dua atau lebih suara membicarakan pasien
iii. Suara yang membicarakan pikiran pasien
2. Pikiran asing diselipkan atau diambil dari pikiran pasien
3. Isi pikiran pasien disebarluaskan atau dapat dibaca oleh orang lain
4. Tindakan pasien disebabkan dan dikendalikan oleh beberapa agen dari luar
5. Sensasi tubuh dipaksa oleh agen dari luar
6. Persepsi berwaham (waham yang muncul tiba-tiba dan terbentuk secara utuh didalam
alur persepsi yang normal)
Gambaran ini disebut “gejala rangking pertama” oleh Schneider yang menegakkan
diagnosis skizofrenia namun gejala ini tidak harus selalu ada untuk menunjukkan
diagnosis, dan tidak memiliki kepentingan baik secara etiologi maupun prognostic.
4. Ciri-ciri penderita schizophrenia catatonic
a. Urat-uratnya jadi kaku. Mengalami chorea-flexibility (waxyflexibility), yaitu badan jadi
beku seperti malam (was). Dia menderita catalepsy, yaitu keadaan tidak sadar seperti
dalam ondisi trance. Seluruh badannya jadi kaku, tidak pejal, dan tidak bisa dibengkokan.
Jika ia telah mengambil satu pisisi tertentu misal berdiri, jongkok, kepala dibawah,
miring dll , maka dia bisa bertingkah sedemikian ini untuk berjam-jam atau berhari-hari
lamanya. Seperti dalam keadaan tidur yang hipnotik atau terkena sihir.
b. Ada pola tingkah laku yang stereotipis, atau ada gerak-gerak otomatis dan tingkah yang
aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kemauan
c. Ada gejala stupor, yaitu merasa seperti terbius. Sikapnya negatif (ada negatifisme) dan
pasif, disertai delusi-delusi kematian (ingin mati saja), tidal ada interese sama sekali
pada sekelinglingnya tanpa kontak sosial. Penderita terus saja membisu dalam waktu
yang lama
d. Kadang-kadang disertai catatonic excitemint, yaitu jadi meledak-ledak dan rebut hiruk
pikuk tanpa sebab dan tanpa tujuan
5. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekerasan: diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
2. Koping individu tidak efektif
3. Perubahan persepsi-sensori
4. Perubahan proses fikir
Daftar Pustaka
Direja, AHS. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Muha Medika
Sumber kartono, kartini. 1978. Psikologi abnormal dan abnormalitas seksual.. Bandung;
mandar maju

Anda mungkin juga menyukai