Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Endokrin:Diabetes Mellitus

KELOMPOK 2

Di Susun Oleh:

Maulita Purwita S 09150000020


Mita Malinda 09150000024
Sri Haryati 09150000025
Ayu Tika P 09150000029
Tiara Elsa R 09150000033
Putut Wijanarko 09150000034
Miftakhul Maimanah 09150000043
Annisa Suliska W 09150000068
Masni Tidore 09150000094

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju


Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung Jagakarsa
Jakarta Selatan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia serta hidayah-
Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem
Endokrin.Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang ikhlas
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu Penulis. Maka pada kesempatan ini Penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen pengajar Sistem Endokrin.
2. Orangtua tercinta yang selalu memberikan dorongan dan bantuan baik berupa materil
maupun moril yang tidak ternilai harganya.
3. Teman-teman Tingkat yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan selama
penulisan Makalah ini.
4. Semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Makalah
ini.
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi Penulis, pihak-pihak yang telah membantu dan
kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya.Amiin.
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ..........................................................................................................
Daftar isi ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas .......................................................................
2.2 Pengertian DM ...........................................................................................
2.3 Etiologi DM ...............................................................................................
2.4 Manifestasi DM..........................................................................................
2.5 Komplikasi DM .........................................................................................
2.6 Patofisiologi DM ........................................................................................
2.7 Pathway DM ..............................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang DM ......................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 10
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................. 16
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................... 28
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................... 28
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pada saat ini diabetes melitus merupakan masalah kesehatan dunia yang menghinggapi
hampir seluruh lapisan masyarakat dunia. Menurut Renold tidak kurang dari 30 juta penduduk
dunia menidap penyakit ini dan angka ini semakin bertambah sesuai bertambahnya panjang
harapan hidup. Di negara maju diabetes melitus merupakan problem utama, dsedangkan di negara
berkembang penyakit menular dan kurang pangan masih menajdi masalah utama kesehatan. Hasil
penelitian epidemiologi diabetes melitus di beberapa kota di Indonsia umpamanya di kelurahan
Kota Jakarta mendapatkan angka 1,63% dan di kelurahan Pekajangan, Pekalongan diabetes
melitus mendapatkan angka 2,30% penduduk.
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi medis
secara berkelanjutan.Penyakit ini semakin berkembang dalam jumlah kasus begitu pula dalam hal
diagnosis dan terapi. Dikalangan masyarakat luas, penyakit ini lebih dikenal sebagai penyakit gula
atau kencing manis. Dari berbagai penelitian, terjadi kecenderungan peningkatan prevalensi DM
baik di dunia maupun di Indonesia.1
DM dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi yang serius pada organ tubuh
seperti mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah.Untuk mencegah komplikasi yang lebih serius
adalah dengan diagnosis dini DM agar dapat diberikan intervensi lebih awal. Oleh karena itu,
penulis tertarik menggali lebih dalam lagi bagaimana cara preanalitik dan interpretasi glukosa
darah untuk diagnosis Diabetes Melitus ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi Fisiologi dari Pankreas?


2. Untuk menegtahui Pengertian dari Diabetes Mellitus?
3. Untuk mengetahui Etiologi dari Diabetes Mellitus?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Diabetes Mellitus?
5. Untuk mengetahui Pathway dari Diabetes Mellitus?
6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus?
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Diabetes Mellitus?
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Diabetes Mellitus?
9. Untuk mengetahui obat-obatan dari Diabetes Melitus?
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Diabetes Mellitus?

1.3 Tujuan Penulisan

Agar kita mampu mengetahui Anatomi Fisiologi, Pengertian, Etiologi, Patofisiologi,


Pathway, Manifestasi klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan, Pemeriksaan penunjang, Dan
menegakkan Asuhan Keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi Pankreas

Sebagai organ, pankreas memiliki dua fungsi yang penting, yaitu fungsi eksokrin yang memegang
peranan penting dalam fungsi pencernaan, dan fungsi endokrin yang menghasilkan hormon
insulin, glukagon, somastatin dan pankreatik polipeptida.Fungsi endokrin adalah untuk mengatur
berbagai aspek metabolisme bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein.
Komponen endokrin pankreas terdiri dari kurang lebih 0,7 sampai 1 juta sel endokrin yang dikenal
sebagai pulau-pulau langerhans. Sel pulau dapat dibedakan sebagai :
a Sel alfa (lebih kurang 20% dari sel pulau) yang menghasilkan glucagon
b Sel beta (lebih kurang 80 % dari sel pulau) yang menghasilkan hormon insulin dari
proinsulin. Proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal dengan 86 asam
amino. Proinsulin berubah menjadi insulin dengan kehilangan 4 asam amino dan dengan
rantai asam amino dari ke-33 sampai ke-63 yang menjadi peptida penghubung
(connecting peptide)
c Sel D (lebih kurang 3-5% dari sel pulau ) yang menghasilkan somatostatin.
d Sel PP yang menghasilkan pankreatik polipeptida.
Pada awalnya, diduga bahwa sekresi insulin seluruhnya diatur oleh konsentrasi gula darah
tetapi juga oleh hormon lain dan mediator automik.
Insulin adalah peptida dengan BM kira-kira 6000. polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam
amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfida yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20
dengan B-19. Selain itu masih terdapat jembatan disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada
rantai A.
Sekresi insulin umumnya dipacu oleh asupan glukosa dan disfosforisasi dalam sel beta
pankreas.Karena insulin adalah protein, degradasi pada saluran cerna jika diberikan
peroral.Karena itu perparat insulin umumnya diberikan secara suntikan subkutan.Gejala
hipoglikemia merupakan reaksi samping insulin yang paling serius dan umum dari kelebihan
dosis insulin, reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi. Manfaat insulin :
 Menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan
 Menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif
 Menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan mencegah
penguraian glikogen
 Menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa

Insulin bekerja dengan jalan terikat dengan reseptor insulin yang terdapat pada membran sel
target.Terdapat dua jenis mekanisme kerja insulin. Pertama, melibatkan proses fosforilase yang
berasal dari aktifitas tirosin kinase yang menyebabkan beberapa protein intrasel seperti glucose
transporter-4, transferin, reseptor low-density lipoprotein (LDL), dan reseptor insulin-like growth
factor II (IGF-II), akan bergerak kepermukaan sel. Bergeraknya reseptor-reseptor ini
kepermukaan sel akan memfasilitasi transport berbagai bahan nutrisi ke jaringan yang menjadi
target dari hormon insulin. Kedua, melibatkan proses hidrolisis dari glikolipid membran oleh
aktifitas fosfolipase C. Dalam proses ini dilibatkan second messenger seperti IP3, DAG atau
glukosamin yang menyebabkan respon intrasel dengan jalan mengaktifkan protein kinase.

2.2 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang di tandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat,lemak,dan protein yang di sebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis microvaskuler, microvaskuler dan neuropati (yuliana,elin 2009)
(NANDA 2016)

Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkandengan


hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak danprotein diakibatkan oleh
kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya.2Hiperglikemia kronis pada diabetes
melitus akan disertai dengan kerusakan,gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya mata,
ginjal, saraf, jantung, danpembuluh darah. Walaupun pada diabetes melitus ditemukan
gangguanmetabolisme semua sumber makanan tubuh kita, kelainan metabolisme yang paling
utama ialah kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh karena itu diagnosis diabetes melitus selalu
berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.

2.3 Etiologi Diabetes Melitus

2.3.1 Dm tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel beta pankreas yang
disebabkan oleh:
a Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri , tetapi mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecendrungan genetik
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte
antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen trasplantasi dan proses imun lainnya.
b Faktor imunologi (autoimun)
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).
c Faktor lingkungan: virus atau bakteri tertentu dapat memicu proses autoimun yang
dapat menimbulkan estruksi sel beta.

2.3.2 Dm tipe 11

Disebabkan oleh kegagalan relative sel Beta dan Resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II
a Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama di
atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak yang
mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja pun
meningkat.
b Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang kelewat
gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk
dalam peredaran darah.
c Riwayat
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan tingginya
kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes.Penyakit-
penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.
d keluarga

2.4 Manifestasi DM

a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan
intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal
meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan
volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin
selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang
terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak
mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh
jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002).
2.5 Komplikasi DM

1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri
besar.Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada
penderita IDDM.Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme lemak dan
lipid.Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya
hipertensi yang dapat mempercepat aterosklerosis.Pengecilan lumen pembuluh darah
besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan
ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit
arteri koroner, stenosis arteri renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering
terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati,
retinopati diabetik.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a. Neuropati diabetic
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis
atau sistim saraf pusat.
Neuropati sensorik/neuropati perifer.Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan
gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama
pada malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan
tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan
penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang
terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati
beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
b. Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati,
penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan
hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
c. Nefropati diabetic
Perubahan struktur dan fungsi ginjal.Empat jenis lesi yang sering timbul adalah
pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang ditandai dengan
adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
d. Proteinuria
e. Kelainan coroner
f. Ulkus/gangrene
2.6. Patofisiologi DM
2.7. Pathway DM

2.8. Pemeriksaan Penunjang DM

a. Kadar glukosa darah


Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan ouasa dengan metode enzimatiksebagai patokan
penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti DM


Sewaktu (mg/dl)

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah Puasa DM Belum pasti DM


(mg/dl)

Plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes militus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

 Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl(11,1 mmol/L)


 Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
 Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudahmengkonsumsi 75
karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp)>200 mg/dl)

c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi, dan
tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
 GDP, GDS
 Tes glukosa urine :
 Tes konvesional ( metode reduksi/ benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hemoxokinase
e. Tes diagnostik
Tes – tes diagnostik pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam post prandial
), Glukosa jam ke 2 TTGO

f. Tes monitoring terapi


Tes monitoring terapi DM adalah :
 GDP : plasma ven, darah kapiler
 GD2 PP : plasma vena
 A1c : darah vena, darah kapiler

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi


Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
 Mikroalbuminuria, asam urat
 Kolesterol total : plasma vena (puasa)
 Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
 Kolesterpl HDL : plasma vena (puasa)
 Trigliserida : plasma vena (‘puasa)
2.9 Cara Pengobatan Diabetes Melitus

a. Diit
Dalam pengobatan diit ini, kunci utama untuk mencapai tujuan adalah memberikan
pengertian pada pasien bahwa tubuh tidak dapat memproduksi insulin untuk mengolah
beban glukosa seperti sebelum mengidap diabetes melitus dan memberikan diit
dengan persyaratan yang tepat yaitu :
- Jumlah kalori yang tepat
- Tinggi serat
- Tidak berbeda dengan menu kelurga
- Gula dan produk semacamnya dihindarkan
- Frekuensi makan sering dan kecil
b. Olahraga
Wahren dkk menemukan bahwa ketogenesis terjadi selama olahraga dan akan
berlangsung terus meskipun olahraga sudah selesai, dengan akibat ketosis pasca
olahraga. Pada pasien yang melakukan diit dan olahraga selama 60 menit 2x seminggu
secara teratur dilakukan sekama 6 bulan terjadi perbaikan pada tes toleransi glukosa.
Tanda perbaikan lebih jelas setelah olahraga diperpanjang selama 12 bulan apabila
dibandingkan dengan jumlah pasien melakukan diit saja setelah 6 bulan
c. Obat-obatan
Terdapat dua golongan anti diabetik oral yaitu derivat sulfonilurea dan derivat
biguanid. Cara kerja jenis kedua obat ini sangat berbeda, derivat sulfonilurea bekerja
merangsang beta sel pankreas, untuk memproduksi hormon insulin, menurunkan
hepatik glukogenesis dan menambah insulin reseptor pada sel lemak. Sedangkan
derivad biguanid tdak merangsang sel beta pangkreas, akan tetapi langsung bekerja
mengambat penyerapan glukosa di usus, meningkatkan kevepatan ambilan glukosa, di
dalam otot dan menurunkan glukoneogenesis hati dan otot.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 KONSEP KEPERAWATAN

3.1.1. Pengkajian
a. Aktivitas / istrahat.
1) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3) Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi Tanda :
1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas
dan tachycardia
2) Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada.
3) Disritmia, krekel : DVJ
c. Neurosensori Gejala
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport /
koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks
fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi
: tampak sangat berhati – hati.
e. Keamanan Gejala :
1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2) Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia / paralysis otot
termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
3) Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipololemia barat).

f. Pemeriksaan Diagnostik Gejala :


1) Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih
2) Aseton plasma : positif secara menyolok.
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.
3.1.2. Diagnosa keperawatan

1. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Penurunan Insulin


2. Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan

3.1.3. Aplikasi NANDA, NIC, dan NOC

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 ·
Perubahan Nutrisi Kurang Status Nutrisi : Asupan Monitor gizi
dari Kebutuhan Tubuh b.d Makanan Dan Cairan Aktivitas yang dilakukan :
Penurunan Insulin Klien diharapkan mampu untuk : 1. monitor kecenderungan kenaikan
- 1. Mempertahankan berat dan penurunan BB
badanMempertahankan masa 2. Monitor jenis dan jumlah latihan
tubuh dan berat badan dalam yang dilaksanakan
batas normal 3. Monitor respon emosional klien
2. Memiliki nilai laboratorium ketika ditempatka pada suatu
dalam batas normal keadaan yang ada makanan
3. Melaporkan tingkat energi yang 4. Monitor lingkungan tempat
adekuat makanan
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor tingkat energi, rasa tidak
enak badan,kelatihan dan
kelemahan
7. Monitor masukan kalori dari bahan
makanan
· Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
1. Kaji apa klien ada alergi makanan
2. Kerja sama dengan ahli gizi
dalam menentukan jumlah kalori,
protein dan lemak secara tepat
sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Ajari klien tentang diet yang
bener sesuai kebutuhan tubuh
4. Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
5. Timbang BB secara teratur
6. Pastikan bahwa diet mengandung
makanan yang berserat tinggi
untuk mencegah sembelit
7. Pastikan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan
· Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
1. Monitor guladarah sesuaiindikasi
2. Monitor tanda dan gejala poliuri,
polidipsi, polifagia.
Keletihan,pandangankabur
atausakit kepala
3. Monitor TTV sesuai indikasi
4. Batasi latihan ketika gula darah
besar dari 250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
5. Monitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
2 · Keseimbangan Elektrolit dan asam-
Kekurangan Volume Cairan · Manajemen Asam-Basa
b.d Diuresis Osmotik Basa Aktivitas yang dilakukan :
- Klien diharapkan mampu untuk 1. Monitor status hemodinamik
menormalkan : termasuk CVP (tekanan vena
1. Albumin serum sentral), MAP (tekanan arteri
2. pH serum rata-rata), PAP (tekanan arteri
3. Kreatinin serum paru)
4. Bikarbonat serum 2. Dapatkan hasil labor untuk
5. pH Urine menganalisa keseimbangna asam
· Keseimbangan Cairan basa seperti ABG, urin dan level
Klien diharapkan mampu untuk serum
menormalkan : 3. Pantau ketidakseimbangan
1. Tanda-tanda dehidrasi tidak elektrolit yang semakin buruk
ada dengan mengoreksi
2. Mukosa mulut dan bibir ketidakseimbangan asam basa
lembab 4. Dorong pasien dan keluarga
3. Balance cairan seimbang untuk aktif dalam pengobatan
· Hidrasi ketidakseimbangan asam basa
Klien diharapkan mampu
· Manajemen Cairan
menormalkan : Aktivitas yang dilakukan :
1. Hidrasi kulit 1. Timbang BB tiap hari
2. Kelembabanmembran mukosa 2. Pertahankan intake yang akurat
3. Haus yang abormal 3. Monitor status hidrasi (seperti
4. Pengeluaran urin :kelembapan mukosa
5. Tekanan darah membrane, nadi)
4. Monitor status hemodinamik
termasuk CVP,MAP, PAP
5. Monitor hasil lab. terkait retensi
cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)
6. Monitor TTV
7. Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan (seperti
:edem, asites, distensi vena
leher)
8. Monitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah dialisa
9. Monitor status nutrisi
10. Monitor respon pasien untuk
meresepkan terapi elektrolit
· Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
1. Kaji tentang riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan pola
eliminasi
2. Kaji kemungkinan factor resiko
terjadinya imbalan cairan (seperti
: hipertermia, gagal jantung,
diaforesis, diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
3. Monitor BB, intake dan output
4. Monitor nilai elektrolit urin dan
serum
5. Monitor osmolalitas urin dan
serum
6. Monitor membrane mukosa,
turgor dan rasa haus
7. Monitor warna dan kuantitas urin
3 Intoleransi Aktivitas · Toleransi Aktivitas
b.d · Terapi Aktivitas
Kelemahan Klien diharapkan mampu untuk Aktivitas yang dilakukan :
menyeimbangkan : 1. Monitor program aktivitas klien.
1. Denyut nadi saat beraktivitas. 2. Bantu klien untuk melalukan
2. Jumlah pernafasan saat aktivitas yang biasanya ia
beraktivitas. lakukan.
3. Tekanan darah sistolik saat 3. Jadwalkan klien untuk latihan-
beraktivitas. latihan fisik secara rutin.
4. Tekanan darah diastolic saat 4. Bantu klien dengan aktivitas-
beraktivitas. aktivitas fisik.
5. Warna kulit. 5. Monitor respon fisik, sosial, dan
6. Kekuatan tubuh bagian atas. spiritual dari klien terhadap
7. Kekuatan tubuh bagian aktivitasnya.
bawah. 6. Bantu klien untuk memonitor
· Daya Tahan Tubuh kemajuan dari pencapaian tujuan.
Klien diharapkan mampu untuk
· Pengajaran : Penentuan Aktivitas dan
menyeimbangkan : Latihan
1. Aktivitas Aktivitas yang dilakukan :
2. Daya tahan ot 1. Ajarkan klien tentang :
3. Hemoglobin a. Tujuan dan kegunaan
4. Hematocrit aktivitas dan latihan.
5. Glukosa darah b. Bagaimana cara melakukan
6. Serum elektrolit suatu aktivitas.
7. Rasa lelah c. Bagaimana cara memonitor
· Perawatan Diri : Aktivitas- toleransi aktivitas.
aktivitas sehari-hari d. Bagaimana menjaga latihan.
Klien diharapkan mampu untuk 2. Berikan informasi kepada klien
menyeimbangkan : bagaiamana teknik-teknik untuk
1. Pola makan. menyimpan energi.
2. Berjalan. 3. Berikan informasi-informasi
3. Aktivitas seputar kesehatan fisik klien.
· Mengontrol berat badan
Aktivitas yang dilakukan :
1. Diskusikan dengan klien
hubungan antara intake maknan,
latihan, peningkatan berat badan
dan kehilangan berat badan
2. Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi
berat badan
3. Diskusikan hubungan resiko
berat badan normal dan tidak
normal
4. Beri informasi kepada klien
tentang berat badan yang ideal
5. Diskusikan bersama klien metode
tentang intake makanan sehari-
hari
6. Minta informasi dari klien,
apakah ada dukungan luar yang
mempengaruhi berat badannya
7. Kaji peningkatan keseimbangan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai