SISTEM PENCERNAAN
(USUS HALUS DAN USUS BESAR)
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Terima kasih tak lupa kami
ucapkan pada semua pihak yang ikut serta atas pembuatan makalah ini sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami sangat mengharap kritik
dan saran yang membangun. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ilmu,
informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembankan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................................................
1.3.Tujuan ....................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Usus Halus .............................................................................................................
2.2.Anatomi Dinding Usus Halus ................................................................................................
2.3 Usus Besar .............................................................................................................................
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim
pencernaan yang disekresi oleh kelenjar saliva dan pankreas. Beberapa mekanisme ini
bergantung pada sifat intrinsic otot polos usus. Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex,
termasuk kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi,
dan hormone saluran ceerna.Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang
disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi
usus, pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi usus halus?
2. Apa saja anatomi usus besar?
1.3.Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami anatomi fisiologi usus halus dan usu
besar.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Usus 12 Jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian:
Bagian pertama (duodenal cap)
Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat ulkus
duodenum. Bagian ini mempunyai cekungan mukosal longitudinal
sementara bagian lain hanya cekungan transversal. Lapisan anterior dan
posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari duodenal cap
akan melanjutkan diri menjadi ligamentum hepatoduodenale , yang berisi
Portal Triad ( duktus koledokus , arteri hepatika dan vena porta). Tepi
anterior dari foramen Winslowi terbentuk oleh karena adanya tepi bebas
dari ligamentum ini. Tepat diatas duodenal cap terdapat kantong empedu
dan hepar segmen empat. Dibawah dan dibelakang dari duodenal cap
adalah caput pankreas. Piloroplasti dan reseksi gastroduodenal menjadi
lebih mudah jika pilorus dan duodenum di mobilisasikan kearah depan
didalam kavum abdomen dengan manuver Kocher. Karena kedekatan
duodenum superior dengan kandung empedu dapat menjelaskan adanya
batu empedu yang sering secara spontan masuk kedalam duodenum
melalui kolesistoduodenal fistula. Selanjutnya peritoneum hanya melapisi
bagian ventral dari duodenum sepanjang 2,5 cm berikutnya.
Bagian kedua dari duodenum adalah retroperitoneal dan terfiksir karena
adanya fusi dari peritoneum visceral disebelah lateral peritoneum perietale
lateral dinding abdomen. Dengan membuka peritoneum pada sisi lateral
kanan (manuver Kocher), dapat memobilisasi duodenum desending
sehingga dapat mencapai retroduodenal dan saluran empedu
intrapankreatik. Disebelah belakang dari bagian kedua duodenum ini
terletak ginjal kanan dan struktur hilusnya, kelenjar adrenal dan vena cava.
Tepat dipertengahan duodenum, mesokolon akan melintang secara
horizontal, karena bersatunya peritoneum dari arah atas dan arah bawah.
Diatas dari fleksura duodenalis, duodenum bagian pertama dan duodenum
bagian kedua akan membentuk sudut yang tajam dan berlanjut berkisar 7-
8 cm dibawah fleksura duodenalis. Kolon tranversum akan melintang
daerah tersebut di sebelah depannya. Untuk memobilisasi duodenum
secara menyeluruh yang harus dilakukan adalah membuka fleksura hepatis
pada sisi anteromedial kolon. Kurang lebih pertengahan dari bagian kedua
duodenum dinding posteromedial adalah papila vateri, yang terdiri atas
gabungan antar duktus koledokus dan duktus pankreatikus Wirsungi.
Letak dari duktus pankreatikus Santorini lebih proksimal. Cabang superior
pankreatikoduodenal yang berasal dari arteri gastroduodenalis, berjalan
didalam cekungan antara kaput pankreas dan duodenum bagian kedua
atau desending.
Bagian ketiga dari duodenum panjangnya sekitar 12-13 cm, berjalan
horizontal ke arah kiri di depan dari aorta, vena cava inferior, columna
vertebra L2 dan ureter, dan berakhir pada sebelah kiri pada vertebra L3.
Radiks yeyunoileum menyilang dekat akhir duodenum bagian ketiga.
Arteri mesenterika superior berjalan kebawah diatas depan dari duodenum
bagian ketiga dan masuk kedalam radiks mesenterii. Arteri
pankreatikoduodenale inferior membatasi pankreas dan tepi atas dari
duodenum bagian ketiga.
Bagian keempat dari duodenum berjalan kearah atas samping kiri
sepanjang 2-3cm disebelah kiri dari vertebra dan membentuk sudut
duodenoyeyunal pada radiks mesokolon transversal. Disebelah kiri dari
vertebra lumbal II, bagian terakhir dari duodenum menurun ke arah kiri
depan dan membentuk fleksura duodenoyeyunalis. Pada daerah ini,
ligamentum suspensorium duodenum (ligamentum Treitz) berawal,
tersusun atas jaringan fibrous dan pita triangular, berjalan ke arah
retroperitoneal, dibelakang pankreas dan vena lienalis, didepan vena
renalis, dari arah kiri atau kanan dari krus diafragma. Fleksura
duodenoyeyunalis dipakai sebagai landmark untuk panduan mencari
obstruksi di daerah usus halus dan menentukan bagian atas dari yeyunum
untuk dilakukan gastroyeyunostomi. Saat laparotomi, ligamentum ini
dapat ditemukan dengan cara menekan daerah dibawah mesokolon
tranversal ke arah belakang sampai ke dinding abdomen bagian belakang
sementara tangan yang satu mempalpasi kearah atas melalui tepi kiri dari
pada tulang belakang sampai fleksura ini ditemukan dengan tanda adanya
perabaan yang keras pada tempat fiksasinya. Gabungan antara peritoneum
visceral dari pankreatikoduodenal dengan peritoneum parietal posterior
yang tersisa akan menutupi semua duodenum kecuali sebagian dari
bagian pertama duodenum. Variasi gabungan tadi ke dinding abdomen
bagian belakang akan menentukan variasi dari mobilitas duodenum.
Fleksura kolon kanan, bagian dari mesokolon tranversalis yang terfiksir,
hubungan antara ampulla dan pembuluh darah dari duodenum dapat
dilihat dengan jelas. Pada posisi yang cukup dalam ini, menunjukkan
bahwa duodenum cukup terproteksi dengan baik dari adanya trauma, tapi
kadang-kadang dapat hancur dan bahkan terputus karena adanya
penekanan dengan landasan pada tulang belakang dari adanya trauma
tumpul abdomen yang berat, dan juga karena tidak ditutupi oleh
peritoneum.
Vaskularisasi
Vaskularisasai duodenum berasal dari cabang arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis antara arteri ini akan menghubungkan
sirkulasi antara trunkus seliakus dengan arteri mesenterika superior. Arteri
ini membagi aliran darahnya ke kaput pankreas, sehingga reseksi terhadap
pankreas atau duodenum secara terpisah adalah satu hal yang hampir tidak
mungkin dan dapat berakibat fatal. Arteri pankreatikoduodenal superior
adalah cabang dari arteri gastroduodenale, dan arteri pankreatikoduodenal
inferior adalah cabang dari arteri mesenterika superior. Kedua arteri ini
bercabang menjadi dua dan berjalan disebalah anterior dan posterior pada
cekungan antara bagian descending dan bagian transversal duodenum
dengan kaput pankreas, kemudian beranastomosis sehingga bagian
anterior dan posterior masing-masing membentuk cabang sendiri.
Vena tersusun paralel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis cabang psterior berakhir di atas vena
porta, dibawahnya vena mesenterika superior (SMV). Vena
posterosuperiorpankreatikoduodenal mungkin akan mengikuti arterinya
disebelah depan dari saluran empedu, atau mungkin berjalan di belakang
saluran tadi. Vena ini akan berakhir pada tepi kiri sebelah bawah dari
SMV. Pada tempat tersebut, vena tadi akan bergabung dengan vena
yeyunalis atau dengan vena pankreatioduodenal inferior anterior. Sebagian
besar aliran vena pada cabang anterior ini berasal dari Trunkus
gastrokolika atau ( Henle’s trunk).
Pada saat pankreatikoduodenektomi, lokasi SMV dapat ditelusuri dari
vena kolika media sampai ke hubungannya dengan SMV tepat dibawah
dari collum pankreas. Kadang- kadang identifikasi SMV dapat dilakukan
dengan cara insisi pada daerah avaskuler dari peritoneum sepanjang tepi
bawah dari pankreas. Disebelah atas dari pankreas, vena porta akan
terekspos dengan jelas bila arteri gastroduodenal dan duktus koledokus
dipisahkan. Kadang-kadang arteri hepatika aberans salah di identifikasi
dengan arteri gastroduodenal, sehingga untuk kepentingan tersebut,
sebelum dilakukan ligasi pada arteri gastroduodenal, harus dilakukakan
oklusi sementara dengan klem vaskuler atau jari ahli bedah sambil
mempalpasi pulsasi arteri hepatik pada hilus hati.
Pembuluh arteri yang memperdarahi separuh bagian atas duodenum
adalah arteri pancreatikoduodenalis superior yang merupakan cabang dari
arteri gastroduodenalis. Separuh bagian bawah duodenum diperdarahi oleh
arteri pancreatikoduodenalis inferior yang merupakan cabang dari arteri
mesenterika superior.
Vena-vena duodenum mengalirkan darahnya ke sirkulasi portal. Vena
superior bermuara langsung pada vena porta dan vena inferior bermuara
pada vena mesenterika superior.
Pembuluh limfe
Aliran limfe pada duodenum umumnya berjalan bersama-sama dengan
vaskularisasinya. Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan
mengalirkan cairan limfe keatas melalui noduli lymphatici
pancreatikoduodenalis ke noduli lymphatici gastroduodenalis dan
kemudian ke noduli lymphatici coeliacus dan ke bawah melalui noduli
lymhaticipancreatico duodenalis ke noduli lymphatici mesentericus
superior sekitar pangkal arteri mesenterika superior. Karsinoma duodenum
primer mungkin menyebar ke pankreas secara langsung atau melalui
infiltrasi limfatik, tetapi biasanya karsinoma ini biasanya menyebar
pertama kali ke limfonodus periduodenal dan hati. Nodus pada fleksura
duodenalis superior serta nodul pada retroduodenal biasanya berhubungan
dengan adanya metastasis karsinoma pancreas.
Innervasi
Persarafan GI tract diinervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi
ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus
Vagus ( anterior dan cabang celiac ) dan simpatis yang berasal dari nervus
splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus
Aurbach’s dan dan plexus submucosal Meissner. Sel-sel saraf ini
menginervasi terget sel seperti sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan
sel- sel absorptive, dan juga sel-sel saraf tersebut berhubungan dengan
reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga menerima inervasi
dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus.
Sehingga pathway dari sistim saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan
integrasi aktifitasnya dapat berlangsung menyeluruh bersamaan dengan
sistim saraf enterik.
Histologi
Dinding duodenum tersusun atas 4 lapisan:
1. Lapisan paling luar yang dilapisi peritoneum, disebut serosa.
Merupakan kelanjutan dari peritoneum, tersusun atas selapis pipih sel-sel
mesothelial diatas jaringan ikat longgar.
2. Lapisan muskuler (tunika muskularis) tersusun atas serabut otot longitudinal (
luar) &sirkuler (dalam). Pleksus myenterikus Aurbach terletak diantara kedua
lapisan ini. Pleksus Meissner’s ditemukan didalam submukosa di antara
jaringan ikat longgar yang kaya akan pembuluh darah dan limfe.
3. Submukosa.
Terdapat kelenjar Brunner yang bermuara ke krypta Lieberkuhn melalui
duktus sekretorius. Sekresi kelenjar Brunner bersifat visceus , jernih, dengan
pH alkali ( pH 8,2 – 9,3 ), berguna melindungi mukosa duodenum terhadap
sifat korosif dari gastric juice. Epitel kollumnernya mengandung 2 jenis sel:
mucus secreting suface cell – HCO3- secreting surface cell dan absorptive
cell.
4. Mukosa, yang merupakan lapisan dinding yang paling dalam.
Terdiri dari 3 lapisan: lapisan dalam adalah muskularis mukosa , lapisan
tengah adalah lamina propria, lapisan terdalam terdiri dari selapis sel-sel epitel
kolumnar yang melapisi krypte dan villi-villinya. Fungsi utama krypte
epitelum ialah (1) pertumbuhan sel ; (2) fungsi eksokrin, endokrin, dan fungsi
sekresi ion dan air ; (3) penyerapan garam, air dan nutrien spesifik. Krypte
epitelium paling sedikit tersusun atas 4 jenis sel yang berbeda ; Paneth, goblet,
undefferentieted cell dan sel-sel endokrin. Pada bagian pertama duodenum
ditutupi oleh banyak lipatan sirkuler yang di namakan plica circularis, tempat
saluran empedu & duktus pancreatikus mayor menembus dinding medial
bagian ke dua duodenum. Duktus pankreatikus accesorius (bila ada) bermuara
ke duodenum pada papila yang kecil yang jaraknya sekitar 1,9 cm di atas
papilla duodeni mayor. Dinding duodenum sebelah posterior dan lateral
letaknya retoperitoneal sehingga tidak ditemukan lapisan serosa
FISIOLOGI
Motilitas. Pengatur pemacu potensial berasal dari dalam duodenum,
mengawali kontraksi, dan mendorong makanan sepanjang usus kecil
melalui segmentasi (kontraksi segmen pendek dengan gerakan mencampur
ke depan dan belakang) dan peristaltik (migrasi aboral dari gelombang
kontraksi dan bolus makanan). Kolinergik vagal bersifat eksitasi.
Peptidergik vagal bersifat inhibisi. Gastrin, kolesistokinin, motilin
merangsang aktivitas muskular; sedangkan sekretin dan dihambat oleh
glukagon.
Pencernaan dan Absorpsi
Lemak Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida. Komponen yang
bergabung dengan garam empedu membentuk micelle. Micelle melewati
membran sel secara pasif dengan difusi, lalu mengalami disagregasi,
melepaskan garam empedu kembali ke dalam lumen dan asam lemak serta
monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali trigliserida
dan menggabungkannya dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein
membentuk kilomikron. Asam lemak kecil memasuki kapiler menuju ke
vena porta. Garam empedu diresorbsi ke dalam sirkulasi enterohepatik
diileum distal. Dari 5 gr garam empedu, 0,5 gr hilang setiap hari, dan
kumpulan ini bersirkulasi ulang enam kali dalam 24 jam.
Protein didenaturasi oleh asam lambung, pepsin memulai proteolisis.
Protease pankreas (tripsinogen, diaktivasi oleh enterokinase menjadi
tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase), lebih lanjut mencerna protein.
Menghasilkan asam amino dan 2-6 residu peptida. Transpor aktif
membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel-sel absorptif. Karbohidrat.
Amilase pankreas dengan cepat mencerna karbohidrat dalam duodenum.
Air dan Elektrolit. Air, cairan empedu, lambung, saliva, cairan usus adalah
8-10 L/hari, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara
hidrostatik diabsorpsi atau secara pasif berdifusi. Natrium dan klorida
diabsorpsi berpasangan dengan zat terlarut organik atau dengan transpor
aktif. Bikarbonat diabsorpsi dengan pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium
diabsorpsi melalui transpor aktif dalam duodenum, jejunum, dipercepat
oleh PTH dan vitamin D. Kalium di absorpsi secara pasif.
Fungsi Endokrin
Mukosa usus kecil melepaskan sejumlah hormon ke dalam darah
(endokrin ) melalui pelepasan lokal (parakrin) atau sebagai
neurotransmiter.
Sekretin. Suatu asam amino 27 peptida dilepaskan oleh mukosa usus kecil
melalui asidifikasi atau lemak. Merangsang pelepasan bikarbonat yang
menetralkan asam lambung, rangsang aliran empedu dan hambat
pelepasan gastrin, asam lambung dan motilitas.
Kolesistokinin. Dilepaskan oleh mukosa sebagai respons terhadap asam
amino dan asam lemakàkontraksi kandung empedu dengan relaksasi
sfingter Oddi dan sekresi enzim pankreas. Bersifat trofik bagi mukosa
usus dan pankreas, merangsang motilitas, melepaskan insulin.
Fungsi Imun. Mukosa mencegah masuknya patogen. Sumber utama dari
imunglobulin, adalah sel plasma dalam lamina propria. Sel-sel M
menutupi limfosit dalam bercak Peyer yang terpanjang pada antigen,
bermigrasi ke dalam nodus regional, ke dalam aliran darah, kemudian
kembali untuk berdistribusi kedalam lamina propria untuk meningkatkan
antibodi spesifik.
b. Usus Kosong (Jejunum)
Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong
atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyer. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
Salah satu modifikasi yang menarik yang kita lihat saat kita pindah ke ileum
adalah adanya koleksi lokal jaringan limfatik yang disebut patch Peyer. Peyer Patch
dinamai dari orang yang pertama kali menemukan mereka, seorang ahli anatomi
Swiss bernama Johann Conrad Peyer.Karena sistem limfatik membantu kita melawan
bakteri dan penyerbu asing lainnya, kita melihat bahwa adanya struktur limfatik di
sini pada ileum mencerminkan fakta bahwa sisa makanan yang telah jauh melewati
melalui saluran pencernaan ini mengandung sejumlah besar bakteri.Peyer Patch ini
bertindak untuk mencegah bakteri memasuki aliran darah.
2.1.2. Kelenjar
a. Kelenjar – kelenjar Usus (kripta Lieberkühn)
Tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis – basis villi. Kelenjar ini
mensekresi hormon dan enzim
b. Kelenjar Penghasil Mukus
Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel goblet
menghasilkan mukus pelindung.
Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung,
dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim
pankreas
Jaringan Limfatik
Leukosit dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk
melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Pengelompokkan
nodulus limfe membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.