PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem syaraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
organ lainnya. Secara spesifik sistem saraf merupakan suatu sistem protektif dari
rangsangan yang membahayakan, dapat menghantarkan sinyal dari satu sel syaraf ke sel
syaraf lainnya untuk menghasilkan respon tubuh dan sebagai sistem komunikasi untuk
mengirimkan informasi ke otak. Pemeriksaan neurologis merupakan suatu proses yang
dibutuhkan bagi tenaga kesehatan untuk mendiagnosa kondisi kesehatan neurologis pasien.
Pemeriksaan ini membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah
pemeriksaan yang spesifik.
Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit
pasien dan kondisi fisiknya. Otak dan medula spinalis tidak dapat dilihat, diperkusi,
dipalpasi ataupun diauskultasi seperti sistem lainnya dalam tubuh. Agar pemeriksaan
neurologis dapat memberikan informasi yang akurat, maka perlu di usahakan kerja sama
yang baik antara pemeriksa dan pasien, pasien diminta untuk kooperatif (Brunner, 2001).
Pemeriksaan neurologis yang terdiri atas anamnesis, rangkuman gejala pasien, dan
pembahasan mengenai keluhan yang terkait pada anggota keluarga pasien, akan
memfokuskan pemikiran pemeriksa, mengarahkan pemeriksaan fisik dan menjadi kunci
pemeriksaan diagnostik. Hubungan erat antara gejala neurologis dan gejala penyakit medis
lainnya memerlukan evaluasi medis yang lengkap dan akurat. Pengaturan pemeriksaan
neurologis sangat penting dalam mengikuti suatu urutan pemeriksaan tertentu sehingga
tenaga medis dapat mengevaluasi informasi yang ada dan langsung memeriksa segmen
selanjutnya yang belum diperiksa (Price dan Wilson, 2006).
1.2 Tujuan
Tujuan Umum makalah ini adalah mengetahui macam-macam teknik pemeriksaan fisik
sistem neurologi.
Pemeriksaan secara tidak tepat dapat berdampak buruk pada pasien sebab diagnosa
yang dibuat berdasarkan pemeriksaan tersebut akan menjadi fatal sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan fisik secara cermat untuk mengurangi kesalahan dalam pemeriksaan fisik.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem syaraf manusia merupakan jalinan jaringan syaraf yang saling berhubungan,
sangat khusus dan kompleks untuk mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan
interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem syaraf terdiri dari
sel-sel syaraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan sel schawnn) yang saling
berkaitan dan terintegrasi satu sama lain (Price dam Wilson, 2006).
Penyakit syaraf ini akan mengakibatkan sebagian anggota tubuh manusia menjadi
mati rasa atau kebas. Jika ada anggota tubuh yang menderita penyakit ini, walaupun
terkena api atau panas pasti tidak mampu merasakannya. Akibatnya adalah tidak adanya
reflek dari tubuh untuk menghindarinya yang mengakibatkan rusaknya organ tubuh
tersebut.
Penyebab migrain tidak di ketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan
vascular primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan
kuat dalam keluarga. Sakit kepala migrain juga disebabkan oleh terjadinya suatu kombinasi
antara vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan dilepaskannya suatu zat kimia dari
serat – serat saraf yang menyelimuti pembuluh darah tersebut. Saat migrain menyerang,
arteri temporal (arteri yang berjalan disekitar pelipis) akan melebar. Pelebaran ini akan
menyebabkan terjadinya peregangan pada serat saraf disekitar arteri sehingga merangsang
serat saraf ini melepaskan zat kimia. Zat ini akan menyebabkan terjadinya peradangan, dan
rasa sakit kepala sebelah (migrain) yang luar biasa.
Banyak dokter yang meminta suatu serial pemeriksaan darah untuk pemeriksaan
penyakit kelenjar gondok, anemia atau infeksi yang dapat menyebabkan sakit kepala.
Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan sken otak seperti Computed Tomographic scan
(CT-scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menepis gangguan otak yang
serius. Jika dicurigai adanya aneurisma pembuluh darah otak, perlu dilakukan pemeriksaan
angiogram.
Untuk mendiagnosis migrain tidak selalu mudah, terutama pada pasien-pasien yang
memiliki gejala yang tidak jelas. Elektroensefalogram (EEG) dilakukan untuk mengukur
aktivitas kerja otak. EEG ini dapat mengidentifikasi suatu malfungsi saraf otak, tetapi tidak
dapat menunjukkan secara tepat masalah yang menyebabkan suatu sakit kepala.
Termografi, suatu teknik percobaan yang sedang dikembangkan untuk
mendiagnosis sakit kepala dan menjanjikan untuk menjadi alat klinis yang berguna
dikemudian hari. Pada termografi, sebuah kamera infra merah akan mengubah temperatur
kulit menjadi suatu gambar yang berwarna atau suatu termogram dengan berbagai warna
yang berbeda sebagai akibat tingkat pemanasan yang berbeda. Temperatur kulit ini
dipengaruhi oleh aliran darah. Para saintis menemukan termogram pada pasien-pasien
yang menderita sakit kepala menunjukkan pola panas yang berbeda sangat menyolok dari
mereka yang tidak pernah atau jarang mengalami sakit kepala.
1. Ketidak efektifan pola pernafasan b/d Kerusakan neurologis atau Ketidak efektifan
bersihan jalan napas b/d ketidakmampuan mengatasi lendir (batuk)
2. Gangguan perfusi jaringan otak b/d vasospasme sekunder terhadap cidera hemoragi
; Peningkatan Tekanan Intra Kranial sekunder terhadap cidera hemoragi
3. Perubahan eliminasi: inkontinensia urine b/d kerusakan atau gangguan neurologis
pada spinkter uri
4. Perbahan eliminasi: konstipasi b/d kerusakan neurologis
5. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan fungsi neurofisiologis
6. Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan saraf pada pusat bicara (broca)
7. Perubahan persepsi sensori, kognitif, visual, auditori, kinestetik b/d trauma
neurologis
8. Perubahan respon psikis dan emosi b/d perubahan fisik
9. Potensial terjadinya deformitas
10. Potensial terjadinya gangguan integritas kulit b/d imobilitas fisik
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada zaman yang canggih ini, teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan
pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat
penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan
penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau
keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat
menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Akan
tetapi pemeriksaan fisik dan mental disisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan
peranan penting dan bahkan kita dapat meningkatkan dan mempertajam kemampuan
pemeriksaan fisik serta diagnosa pasti.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Samuels, 2004. Manual of Neurologic Therapeutic. Lippincott Williams & Wilkins. USA